Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua
golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia ,
peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar
12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang
terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total penduduk.
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja
berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap
terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke.
Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh.
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai
organ tanpa gejala yang khas.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke dalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Namun,
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya menjadi kurang dari 1%.1
1.2.Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Hipertensi ?


2. Apakah perubahan usiamenjadi salah satu faktor risiko penyebab Hipertensi?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam menyikapi
Hipertensi?
4. Bagaimana hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita Hipertensi
?

1
1.3 Aspek Disiplin dan Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif Pada Pasien Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu dan
masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter
Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi
efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi,
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan.Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual,
masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan
peraturan perundangan.
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya
sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan komunikasi,
pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra
kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan komprehensif

2
baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah
yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur
klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampumengelola
masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif,
holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan
kesehatan primer.
1.4 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan tatalaksana
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari
unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).
1.4.1 Tujuan Umum:
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat menerapkan
penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara
komprehensif dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI), berbasis evidence based medicine (EBM) pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien
Hipertensi dengan pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Jongaya Makassar.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk penerapan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta
menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis Hipertensi.
2. Untuk melakukan prosedur tatalaksana Hipertensi sesuai Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.

3
3. Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada tingkat
individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dalam pengendalian Hipertensi.
5. Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah dari
data di lapangan untuk melakukan pengendalian Hipertensi.
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus sebagai
bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (pasien)
Menambah wawasan akan Hipertensi yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
menghindari faktor pencetus.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah
dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya mengenai
pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan pendekatan
diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi kasus.
1.5. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan pasien dengan
prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik berbasis Kedokteran Keluarga
adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Hipertensi.

4
2. Kepatuhan penderita datang berobat untuk mengontrol etiologi hipertensi di
layanan primer (Puskesmas) sudah teratur atau penderita bersedia menerima
petugas kesehatan yang berkunjung pada saat dilakukan Kunjungan Rumah /
Home Care.
3. Pasien memahami komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi.
4. Perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan terapi farmakologi serta
fisioterapi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan
pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien,
perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi
farmakologi serta fisioterapi.

5
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 KERANGKA TEORI

Gambaran Penyebab Hipertensi

Faktor
Genetika
Konsumsi
Ras
alkohol

Rokok Usia

Hipertensi

Asupan Jenis
garam Na kelamin

Stress
Obesitas
psikis

Gambar 1. Gambaran Penyebab Hipertensi

6
KONSEP MANDALA
Pendekatan Konsep Mandala

Gaya Hidup
- Kebiasaan mengkonsumsi
makanan berlemak
- Jarang berolahraga
Lingkungan Psiko-Sosio-
Ekonomi
- Pasien sudah menikah dan
memiliki anak
Perilaku Kesehatan Keluarga - Kurangnya pengawasan dari
- Hygiene pribadi dan - Riwayat keluarga anggota keluarga terhadap
lingkungan kurang baik menderita hipertensi aktivitas pasien di rumah.
- Pasien minum obat - Kehidupan sosial dengan
- Bersikap suportif dan lingkungan baik
hipertensi secara teratur mengingatkan pasien - Pendapatan keluarga tergolong
untuk meminum obat kurang
secara rutin

Pasien
Lingkungan Kerja
Pelayanan Kesehatan -Pasien seorang ibu rumah tangga
-Jarak rumah dengan puskesmas Keluhan sering merasa
yang sering melakukan aktivitas
dekat berat pada kepala fisik seperti menyapu, mencuci,
-keluarga memiliki asuransi memasak, dll
kesehatan KIS TD 160/90 mmHg

--
Faktor Biologi Lingkungan Fisik
- Riwayat keluarga dengan - Ventilasi dan sinar
penyakit yang sama. matahari kurang
- Pasien tergolong obesitas - Kebersihan rumah
Komunitas kurang
- Pemukiman - Rumah pasien yang
dengan Sanitasi bertingkat
yang kurang
baik

7
Gambar 2. Konsep Mandala

2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di


Layanan Primer
Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk biopsikososio-
kultural pada ekosistemnya. Sebagai makhluk biologis manusia adalah merupakan
sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya.
Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh
dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik,
hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko internal/individual dan eksternal dalam
kehidupan pasien serta keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam
Sistem Kesehatan Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan
diperankan sebagai pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnosis Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari risiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,
tujuannya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit

8
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien
3. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
4. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
5. Melakukan anamnesis
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi, prognosis,
dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
8. Menentukan resiko individual  diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
9. Menentukan pemicu psikososial  dari pekerjaan maupun komunitas kehidupan
pasien
10. Menilai aspek fungsi social.

Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga di


layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian dari
keluarga dan lingkungan komunitasnya

9
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara terpadu
dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan
memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan
terus menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal
maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care

10
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien adalah
seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding
3. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan
o Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja, bergantung
pada keluarga
o Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan

2.3. HIPERTENSI
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC
VII. 2
2.1 Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang
disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi gangguan aliran

11
sirkulasi darah pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah besar
renin. Menurut Guyton dan Hall (1997), renin adalah enzim dengan protein kecil

yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Menurut
Klabunde (2007) pengeluaran renin dapat disebabkan aktivasi saraf simpatis
(pengaktifannya melalui β1-adrenoceptor), penurunan tekanan arteri ginjal
(disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan
penurunan asupan garam ke tubulus distal.

Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu


angiotensinogen untuk melepaskan angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat
vasokonstriktor yang ringan, selanjutnya akan diaktifkan angiotensin II oleh suatu
enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru yang
disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2
menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah
dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase Selama angiotensin II

12
ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat
meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi, timbul
dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah
pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya
akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan
meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung
untuk melawan kenaikan tekanan. 3
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah
dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan
darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat
dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah
protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut
angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan
darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II
menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke
banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal
nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi
garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan
volume darah dan tekanan darah.
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu
organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon
aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap
kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan
tekanan darah. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler
yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari.
Efek jangka panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler,
bahkan lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya
mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal. 3,7
2.3.3. Epidemiologi

13
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.1
2.3.4. Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu
penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.3
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah

14
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan


darah menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg
sepanjang hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami
penyakit kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.
 Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,
meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
 Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen
dari faktor risiko lainnya.2
2.3.5 Klasifikasi
Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
 Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. 90% dari semua penyakit
hipertensi merupakan penyakit hipertensi esensial.
 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,
kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi
sekunder. Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal

15
(stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2%
adalah penyakit kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan
sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4
2.3.6 Faktor risiko
a. Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan
darahnya normal.
b. Ras
Orang –orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih.
c. Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam.
d. Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis.
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistem sirkulasi.
g. Asupan garam Na

16
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah.
i. Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi
pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang
agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.7,8

2.3.7 Patofisiologi
Hipertensi primer
Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :
 Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
 Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
 Retensi Na dan air oleh ginjal
 Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal
dan pembuluh darah
 Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum
diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi
(kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan
dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih,
bertambahnya usia, dll.4
Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder

17
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.

2.3.8 Manifestasi Klinis


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual-muntah
 Sesak napas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal
 Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati
hipertensif yang memerlukan penanganan segera.6
2.3.9 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:

18
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
 Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
 Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
pemakaian oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
 Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien
atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes
mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas
olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
 Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
 Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
 Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
 Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5
menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa:
panjang 12-13, lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat
diatas arteri brachialis)
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan
menggunakan suara Korotkoff fase I dan V

19
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh
diulang kalau pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu
jauh.
 Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan
antihipertensi
 Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan
hipertensi sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah < 160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
 Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
 Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
 Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL
serum, trigliserida serum)
 Elektrolit (kalium)
 Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
 Asam urat (serum)
 Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
 Elektrokardiografi (EKG)

20
Beberapa anjurantest lainnya seperti:
 Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya
LVH
 Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
 Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
 Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
 Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
 Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
 Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
 Foto thorax.2
2.3.10 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria5
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan JNC 7 yaitu:
 Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo
Ant)
 Beta Blocker (BB)
 Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
 Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker
(ARB)4
2.3.11 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Otak : Stroke

21
b. Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c. Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d. Paru-paru : Edema paru
e. Ginjal : Penyakit ginjal kronik
f. Sistemik :Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer.8

2.3.12 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan
terjadi.5,7

22
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metodologi Studi Kasus


Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari hubungan
antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok
studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu
tertentu untuk melihat subjek dalam kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah
kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna
dan holistik terutama tentang penatalaksanaan diabetes mellitus dengan pendekatan
diagnosis holistik di puskesmas Jumpandang Baru pada tanggal 09 Februari 2018.

Cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan pengamatan terhadap


pasien dan keluarganya dengan cara melakukan home visit untuk mengetahui secara holistik
keadaan dari penderita.

3.2. LOKASI DAN WAKTU MELAKUKAN STUDI KASUS

3.2.1. Waktu Studi Kasus

Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di Puskesmas
Jumpandang Baru pada tanggal 09 Februari 2018. Selanjutnya dilakukan home visit untuk
mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

23
3.2.2. Lokasi Studi Kasus

Studi kasus bertempat di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar, Provinsi


Sulawesi Selatan.

Gambar 9. Puskesmas Jumpandang Baru

3.3.Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus

Studi kasus bertempat di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar

3.3.1 Letak Geografi

Puskesmas Jumpandang Baru terletak di Kecamatan Tallo Kota Makassar dengan


luas wilayah kerja 4,76 km2. Dari sejumlah 5 kelurahan terdapat 21 RW dan 150 RT. Seluruh
wilayah tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat kecuali
kelurahan Lakkang dimana untuk sampai ke wilayah tersebut harus melewati sungai dengan
menggunakan perahu. Luas wilayah kerja untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Sebelah Utara Berbatasan dengan Jl. Inspkesi kanal

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Jl. Adipura Raya

Sebelah Timur Berbatasan dengan Jl. Ar Dg. Ngunjung 2

Sebelah Barat Berbatasan dengan Jl. Panampu

24
3.3.2 Keadaan Demografi

Kependudukan merupakan permasalahan yang dihadapi dewasa ini, bukan hanya


menyangkut jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan arus urbanisasi dengan segala
dampak sosial ekonomi, dan keamanan menjadi keharusan untuk mengendalikan angka
kelahiran dan kematian.

Gambar. 4 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru, Kota Makassar.

a. Pertumbuhan penduduk / jumlah penduduk


Dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui
tingkat kelahiran dan penurunan angka kematian (bayi, anak balita dan ibu)
dimana pertumbuhan yang tinggi akan menambah beban pembangunan. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru pafa tahun 2011
disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin wilayah


kerja Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2011.
No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan
1. Rappojawa 3969 3916 7885
2. Wala-Walaya 4765 4515 9280
3. Kalukuang 2680 2623 5303
4. La’latang 2790 2734 5524
5. Lakkang 508 477 985
Jumlah 14712 14265 28977

25
b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak serta
masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang berhubungan
dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor menyebabkan berbagai
macam penyakit yang muncul. Di samping itu kepadatan penduduk sebagai
lambang perkembangan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesmas Jumpandang Baru, kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer
persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah yang ada 4.998
rumah.
c. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio
Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk
dari suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda.
2) Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama besarnya
3) Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur tertentu.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penggolongan Usia


Golongan umur (tahun) Jumlah
No. Kelurahan
0-1 1-4 5-15 16-45 >45

1. Rappojawa 241 507 1768 3666 1058 6758

2. Wala-Walaya 739 1397 2451 3448 1081 9116

3. Kalukuang 269 472 2120 3905 1864 6696

4. La’latang 177 380 1040 2089 1423 5109

26
5. Lakkang 20 35 162 464 136 817

Jumlah 1386 2684 7066 12698 5144 28496

d. Perkawinan dan Fertilitas


Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan pada
wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun 1997
propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari umur
19,4 Tahun.
e. Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 3. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas


Jumpandang Baru tahun 2011

Tingkat Pendidikan
No Kelurahan Ket
TK SD SMP SMA Sarjana

1 Rappojawa 35 1419 118 - 55

2 Wala-Walaya 62 728 - - 45

3 Kalukuang - 1746 1624 1663 42

4 La’latang 107 216 - - 40

5 Lakkang 156 - - - 15

Jumlah 360 4109 1742 1663 197

27
f. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita rata-rata pengeluaran perkapita penduduk
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru belum ditentukan datanya untuk
tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp. 478.458 angka
tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997.
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja puskesmas Jumpandang Baru dapat
dillihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah Puskesmas Jumpandang
Baru tahun 2011

Jenis Pekerjaan

No
Karyawan
Kelurahan PNS buruh Pengangguran Lain-lain
Swasta

1 Rappojawa 161 99 88 829 49

2 Wala-Walaya 304 417 355 132 120

3 Kalukuang 215 105 150 100 35

4 La’latang 161 535 341 315 54

5 Lakkang 8 4 36 - -

Jumlah 849 1160 970 1376 258

g. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
Baru, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045% beragama

28
Hindu dan Budha. Proporsi ini hampir sama di semua kelurahan kecuali di
kelurahan Lakkang 100% beragama Islam.
3.3.3 Sarana
a. Sumber Daya Tenaga

Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi masyarakat yang


terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpadang Baru turut berperan dalam
peningkatan status derajat kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas
Jumpadang Baru.

Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jumpadang Baru tahun 2018
sebanyak 55 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:

 Dokter Umum : 5 orang


 Dokter Gigi : 2 orang
 Perawat : 18 orang
 Bidan : 10 orang
 Apoteker : 3 orang
 Kesehatan lingkugan : 1 orang
 P2P : 1 orang
 Gizi : 2 orang
 Perawat Gigi : 3 orang
 Laboratorium : 1 orang
 Promkes : 1 orang
 Rekam medic : 2 orang
 Administrator : 5 orang
 Penyuluhan kesehatan : 1 orang
 KTU : 55 orang
Jumlah : 55 orang

Tenaga Honorer

29
1. Dapur : 2 orang

2. Cleaning service : 6 orang

3. Tukang cuci : 1 orang

Jumlah : 9 orang
b. Struktur organisasi

Struktur Organisasi Puskesmas Jumpandang Baru berdasarkan Surat Keputusan


Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar terdiri atas :

Gambar 10. Struktur Organisasi PKM Jumpandang Baru

c. Visi dan Misi Puskesmas


1) Visi
Mewujudkan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat untuk Makassar
sehat dan nyaman menuju kota dunia.
2) Misi
1. Meningkatkan pelayanan yang cepat, tepat dan terjangkau
2. Meningkatkan sarana dana prasarana yang memadai untuk menciptakan
pelayanan yang lebih baik
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan lintas sector

30
4. Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
d. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Jumpandang Baru

Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas Jumpandang BAru


Pada Bulan tahun 2017 adalah:

1. ISPA : 5120 Kasus


2. Common Cold : 2857 Kasus
3. Kecelakaan : 2520 Kasus
4. Hipertensi : 2027 Kasus
5. Dyspepsia/gastritis : 1692 kasus
6. Dermatitis Alergi : 1258 Kasus
7. RA : 1283 Kasus
8. Peny. Infeksi lain : 1089 Kasus
9. Penyakit pulpa : 979 Kasus
10. Diabetes Mellitus : 858 Kasus
3.3.3 Upaya Kesehatan Puskesmas Jumpandang baru

Upaya kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru terbagi atas 3 ( tiga ) upaya


Kesehatan Yaitu :

A. Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )


2. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga Berencana (KB)
4. Upaya Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/P2P
6. Upaya Perkesmas
7. Upaya Kesehatan Sekolah

31
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Lanjut USia


2. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
3. Upaya Kesehatan Olahraga
4. Upaya Kesehatan kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
6. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
7. LKB
B. Upaya Kesehatan Perseorangan
a. Unit Gawat Darurat (UGD)
b. Unit Rawat Inap
c. Unit Kamar Bersalin
d. Kesehatan Ibu dan Anak
e. Konseling HIV/AIDS
f. Peneglola TB/Kolaborasi TB-HIV
g. Poliklinik Umum
h. Poliklinik Gigi
i. Home Care
j. Poli Gizi
k. Loket Pendaftaran
l. Rekam medic
m. Laboratorium
n. Farmasi
o. Pengelola Sampah Medis
p. Pengelola Gedung Obat
q. Kesehatan Haji
C. Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Unit Puskesmas Pembantu

32
b. Unit Puskesmas Keliling
c. Unit Bidan Kelurahan
Puskesmas Jumpandang Baru memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :

a. Ruangan pengambilan kartu/loket


b. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
c. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
d. Ruang KIA dan KB
e. Ruangan Tindakan/UGD
f. Ruang P2M dan laboratorium
g. Ruang imunisasi dan PKL
h. Ruang pengambilan obat/apotek
i. Ruang tata usaha
j. Ruang administrasi/ruang rapat
k. Ruang kepala puskesmas

D. Upaya perbaikan gizi

a. Peningkatan pendidikan Gizi

1. Pembinaan KADARZI

2. Pemantapan lintas sector/ lintas program dalam penanggulangan gizi

3. Penyuluhan gizi seimbang sesuai dengan siklus hidup

4. Peningkatan ASI eksklusif

5. Peningkatan D/S

6. Peningkatan N/D

33
7. Pembinaan kelompok gizi

8. Review proposal KGM

9. Pertemuan tim teknis

b. Peningkatan surveilans gizi

1. System kewaspadaan dini (SKD)

2. Pemantauan garam beryodium dan TABURIA

3. Pemberian vitamin A

4. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk dan bumil KEK

5. Pemantauan status gizi (PSG)

6. Koordinasi SKPG secara lintas sector

7. Peningkatan cakupan posyandu

8. Analisa data PWS

E. Kesehatan Lingkungan

a. Penyuluhan kesehatan lingkungan


b. Pendataan jumlah TTU, TPM baru
c. Inspeksi sarana air bersih
d. Kaporisasi
e. Pemicuan stop BABS
f. Sosialisasi program STBM di lorong
g. Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
h. Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
i. Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)

34
j. Pengawasan sanitasi kantin sekolah
k. Pembinaan program kelurahan sehat
l. Pengambilan sampel damiu
m. Pencatatan / pelaporan
F. Pengendalian penyakit (P2)

a. P2 TB

1. Pelacakan penderita TB baru


2. Kunjungan penderita TB yang mangkir
3. Pemeriksaan kontak serumah penderita TB
4. Penyuluhan penyakit TB
5. Penyegaran kader
6. Pelatihan petugas kesehatan
7. Pemeriksaan pada pasien suspek TB-DOTS
b. P2 TB MDR

1. Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir


2. Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
3. Penyuluhan penyakit TB-MDR
4. Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
5. Pelayanan dan pengobatan TB-MDR
c. P2 Kusta

1. Kunjungan penderita kusta yang mangkir


2. Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
3. Screening anak sekolah SD
4. Penyuluhan penyakit kusta
5. Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
d. P2 Thypoid

35
1. Penemuan suspek thypoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan
3. Penyuluhan penyakit thypoid
4. Sosialisasi penyakit thypoid
e. P2 Diare

1. Penyuluhan penyakit Diare


f. P2 Cacingan

1. Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita


g. P2 Kematian

1. Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan


2. Pemberatasan penyakit malaria
3. Pemberantasan penyakit campak
4. Pemberantasan penyakit AFP
5. Pemberantasan penyakit rabies
6. Pemberantasan penyakit DBD
7. P2 flu burung (H5N1)
G. Imunisasi

a. Kegiatan imunisasi di posyandu


b. Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
c. Penyuluhan imunisasi
d. Pemantauan status imunisasi (sweeping)
e. Pelaksanaan BIAS TT & DT
f. Pelaksanaan BIAS campak
g. Pengambilan vaksin dan logistic lainnya
H. Program KIA dan KB

a. Pelayanan antenatal

36
b. Penjaringan / deteksi dini bumil resti
c. Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
d. Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
e. Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
f. Pelayanan imunisasi
g. Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
h. SDIDTK
i. Kelas ibu hamil
j. Pelayanan KB
k. Penyuluhan kesehatan reproduksi
l. Pembinaan keluarga siaga
I. Promosi kesehatan

a. Kegiatan di kelurahan siaga

1. Pembinaan desa siaga

2. Pembinaan PHBS di TTU

3. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil

4. penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas

5. Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga

6. Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut

7. Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi

b. Kegiatan posyandu

1. Pembinaan posyandu
2. Revitalisasi posyandu
c. Pembinaan toga

37
d. Pembinaan UKBM

e. Pengadaan

J. Laboratorium

a. Melakukan pemeriksaan laboratorium


1. hemoglobin
2. leukosit
3. trombosit
4. LED
5. Reduksi urine
6. Protein urine
7. Sedimen urine
8. Urine strip
9. Sputum BTA
10. Anti HIV
11. Pregnancy Test
12. RDT malaria
13. widal
14. golongan darah
15. malaria mikroskopis
16. glukosa darah
17. cholesterol darah
18. asam urat
b. Menjadi puskesmas rujukan mikroskopis BTA
c. Membawa laporan crosscheck triwulan dan slide crosscheck BTA

K. Farmasi

Pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi

38
L. Kesehatan kerja

a. Pembinaan POS UKK dan informal

b. Pelacakan tempat kerja / industry

M. Kesehatan olahraga

a. Pelacakan tempat-tempat olahraga


b. Pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
c. Cetak kartu menuju bugar
d. Senam prolanis
N. Upaya program usila

a. Pendataan sasaran usila

b. Posyandu bagi usila

c. Penyuluhan bagi usila

d. Kunjungan rumah

e. Puskel usila

f. Senam usila

O. UKS

a. Sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah

b. Pembinaan / pengawasan warung sekolah

c. Pengawasan sanitasi sekolah

d. Penjaringan anak sekolah

e. Penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja

39
P. UKGMD

a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu


b. Puskel gigi
c. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
d. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
e. Sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
Q. UKGS

a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah


b. Pembinaan / penyegaran dokter kecil
c. Melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
d. Melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah

40
2. Alur Pelayanan

Pasien

Loket

Kamar Periksa Rujuk Pasien


- Poli
umum
- Poli gigi Laboratorium

Ruang

Apotik
mkk
Pasien

Gambar 11. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Jumpadang Baru

41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. LAPORAN KASUS


4.1.1. PASIEN
4.1.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. J
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Andi Tadde nomor 30

4.1.1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Rasa berat pada kepala
Riwayat Penyakit:

Pasien datang ke Puskesmas Jongaya dengan keluhan tegang rasa berat


pada kepala. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang
lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan keluhan sering
mengalami sakit kepala. Pada awalnya pasien tidak tau bahwa ia menderita
hipertensi. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat yang
diberikan.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
DM (-), Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:

42
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ibu (+) meninggal karena stroke, 4
Saudara lainnya (+) salah satunya telah meninggal karena stroke

4.1.1.3. PEMERIKSAAN FISIS


Keadaan umum : Compos mentis
Tek. Darah : 160/90 mmHg
Frek. Nadi : 90x/menit
Frek Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36.7 C
BB : 66 kg
TB : 145 cm
IMT : 31.4 (obes grade II)

4.1.1.4.PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS :


Kepala :
- Ekspresi wajah : normal
- Bentuk dan ukuran : normal
- Rambut : normal
- Edema : (-)
Mata :
- Simetris
- Alis : normal
- Exophtalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Strabismus : (-)
- Edema palpebra : (-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)

43
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal
Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, sekret (-/-)
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher :
- JVP : normal
Thoraks :
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20
x/menit.

44
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba dan
vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal

Ektremitas bawah :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : (-/-)
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal

4.1.1.5.PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIDAPATKAN

45
-
4.1.1.6.DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi grade 1
4.1.1.7.PENATALAKSANAAN
 Non Farmakologi
a. Diet rendah garam, rendah lemak
b. Berolahraga, menurunkan berat badan
c. Makan makanan bergizi
d. Diet rendah karbohidrat
 Farmakologi
a. Amlodipine 5 mg 0-0-1
b. Vit. B comp 1x1
4.1.1.8.PROGNOSIS
Quo ad vitam dan fungsional :dubia ad bonam

4.1.2. KELUARGA
 GENOGRAM

Pasien

46
Keterangan:

: Hipertensi : Laki-Laki
: Tidak menderita Hipertensi : Perempuan

 ANGGOTA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. J
Umur : 38 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Supir
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

NAMA Umur / JK STATUS


DALAM PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELUARGA
Tn.J 38 tahun/ Kepala Keluarga SMP Supir
Laki-laki
Ny.S 38 tahun/ Ibu rumah tangga SD Ibu rumah
Perempuan tangga

 Penilaian Status sosial dan kesejahteraan hidup


 Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah Milik sendiri

Daerah perumahan padat penduduk

Luas rumah 10m x 4m

Bertingkat Ya

Jumlah penghuni rumah 6 orang

47
Luas halaman -

Lantai rumah terbuat dari Semen

Dinding rumah terbuat dari Tembok

Kondisi dalam rumah kurang baik

Penerangan listrik Ada

Jamban Ada

Ketersediaan air bersih Ada (PDAM)

 Kepemilikan barang – barang berharga


o Ny. S memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain
yaitu, 1 buah televisi, 1 buah kulkas, 1 buah mesin cuci
 Penilaian perilaku kesehatan keluarga
o Ny. S sering melakukan kontrol di puskesmas Jongaya 3x dalam
sebulan. Apabila sakit, Ny. S sering berobat ke puskesmas dengan
menggunakan jaminan kesehatan berupa kartu KIS
 Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
o Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien
ini tinggal di rumah yang terletak di Jl. Andi Tonro III nomor 33.
Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya berbatasan
dengan rumah batu, dan berada di lingkungan yang cukup padat.
 Pola Konsumsi Makanan
o Pola makan 2-3 kali sehari dengan menu yang tidak tentu. Ny. S
membatasi penggunaan garam namun masih suka mengonsumsi
gorengan dan makanan berlemak.
 Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga

48
o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga
yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin komunikasi
yang baik dan cukup lancar.
 Lingkungan
o Lingkungan tempat tinggal kurang baik. Tata pemukiman di sekitar
rumah terlalu padat. Sinar matahari kurang dapat masuk ke dalam
rumah, penerangan dalam rumah cukup. Ventilasi kurang. Kebersihan
dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki jamban. Air minum
bersumber dari PDAM.
Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga

Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor


pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan Puskesmas Pelayanan dengan


kesehatan yang menggunakan kartu KIS
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai Jalan kaki Jarak puskesmas den kediaman
sarana pelayanan Ny. S cukup dekat
kesehatan tersebut
Tarif pelayanan Gratis Semua pelayanan dengan
kesehatan yang menggunakan KIS
dirasakan
Kualitas pelayanan Baik Pasien merasa pelayanan baik
kesehatan yang karena dimulai dari
dirasakan pendaftaran , pengambilan
kartu, konsul dokter,
pengambilan obat berjalan

49
dengan lancar.

4.1.3. Analisa Kedokteran Keluarga


1. Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

50
Tabel 12. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Hipertensi
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis / jadwal kontrol
laboratorium tiba apakah ada √
anggota keluarga yang bersedia
mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah
ada anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit √
yang anda derita, apakah anak anda
mau mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat
penyakit anda, apakah anggota

keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan) √

51
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang berlemak
dan rendah garam. Apakah anggota
keluarga yang lain mengkonsumsi
menu yang sama dan makan
bersama?
Total Skor 8

Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga sehat.

2. Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologi
- Sosial:
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien memiliki seorang suami dan memiliki 4 orang anak
- Religious:
Keluarga pasien kurang rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa.
- Ekonomi:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi.
- Edukasi:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMP
- Medikasi:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas dan
memiliki asuransi kesehatan BPJS.

4.2. PEMBAHASAN

52
Studi kasus dilakukan pada pasien wanita berumur 38 tahun dengan
keluhan rasa berat pada kelapa. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 1
tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan keluhan
sering merasa berat pada kepala.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis secara holistik yaitu
aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal dan aspek risiko eksternal dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan diagnostic holistik.
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan rasa berat pada kepala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tensi 150/90mmHg. Berdasarkan Joint National
Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi stage I apabila tekanan darah sistolik
≥140 -159 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90-99 mmHg. Berdasarkan indeks
massa tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas grade I
dengan nilai IMT antara 25- 29,9; obesitas grade II dengan nilai IMT antara 30-40
dan obesitas grade III nilai IMT >>40. Pasien ini masuk ke dalam obesitas grade I
karena memiliki IMT 26,1.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di puskesmas
Jongaya sesuai dengan keluhan yang dialami diberikan terapi medikamentosa yaitu
Amlodipine 5mg sekali sehari dan Vit. B comp sekali sehari
Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan
yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi dan
pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang dialami oleh
pasien. Pasien juga diberikan edukasi terhadap obesitas yang dialami pasien berupa
upaya peningkatan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.

4.2.1. Analisa Kasus


Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Hipertensi 2 - Edukasi mengenai penyakit - Terselenggara penyuluhan 4

53
merupakan penyakit dan pencegahannya melalui - Keluarga memahami
genetic penyuluhan gaya hidup bahwa penyakit hipertensi
sehat dengan makanan yg dapat dicegah
bergizi dan olahraga teratur - Keluarga mau menerapkan
gaya hidup sehat
Faktor ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan
- Memiliki tabungan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga menyisihkan 4
perlunya memiliki pendapatan untuk
tabungan tabungan

- Kehidupan sosial 3 - Nasehat untuk bertawakkal - Memiliki rasa Tawakkal


dengan lingkungan kepada Allah, dan yakinkan kepada Allah, dan 4
bahwa semua akan baik- menjalin hubungan yang
baik saja. Serta sesekali baik dengan tetangga
bertegur sapa dengan
tetangga
Faktor perilaku
kesehatan
- Higiene pribadi yang 3 - Edukasi tentang pentingnya - Anggota keluarga paham 4
kurang dan PHBS dirumah untuk akan pentingnya PHBS
lingkungan yang mencegah infeksi. dan mau
kurang bersih mengaplikasikan dengan
baik PHBS dilingkungan
dan rumah mereka
- Minum obat teratur 4 - Edukasi untuk minum obat - Pasien selalu minum obat 5
sesuai anjuran dokter teratur sesuai anjuran
dokter

Faktor Psikososial
- Kurangnya perhatian 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
keluarga pasien anggota keluarga untuk bersedia memberi
terhadap penyakit lebih perhatian dengan perhatian lebih kepada
yang diderita pasien kondisi pasien pasien
- Motivasi untuk
sembuh sangatlah 2 - Memotivasi pasien serta - Pasien termotivasi untuk 4
kurang menjelaskan kepada pasien sembuh
bahwa penyakitnya dapat

54
sembuh apabila pasien
berobat secara teratur
Total Skor 20 29
Rata-rata Skor 2,8 4,1

Tabel 13. Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian Masalah
dalam keluarga
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
4.2.2. Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, Dan Penatalaksanaan Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 19 Februari 2018
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-ekonomi
dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat yang
akan dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.

55
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.
4.2.3. Anamnesis Holistik
Aspek Personal
Saat mendatangi rumah pasien, pasien bersama anak-anaknya berada di rumah.
Suami pasien sudah berangkat bekerja. Sehari-hari pasien mengerjakan pekerjaan ibu
rumah tangga dan mengurus anaknya yang belum masuk sekolah.
Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Hipertensi.
Aspek Faktor Risiko Internal
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu ibu dan saudara-
saudara pasien. Dulunya pasien tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi,
apalagi usia pasien tidak termasuk usia lansia.

Aspek Faktor Risiko Eksternal


Anggota keluarga kurang mengetahui mengenai penyakit hipertensi
Aspek Fungsional
Ny. S masih mampu melakukan sendiri aktivitas dan menjalankan fungsi sosial
dalam kehidupannya. Ny. S banyak menghabiskan bersilaturahmi dengan tetangga
rumahnya.
Derajat Fungsional
Derajat 1 yaitu tidak ada kesulitan, pasien dapat hidup mandiri.
Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)
- Pertemuan ke-1: Rumah pasien Jalan Andi Tonro lorong 3 nomor 33, tanggal
19 februari 2018 pukul 13.00 WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jalan Andi Tonro lorong 3 nomor 33, tanggal
21 februari 2018 pukul 13.00 WITA.
Tabel 14 : Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)

56
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi kepada Pasien Pada saat Pasien dapat sadar Tidak Tidak
personal pasien mengenai hipertensi dan kunjungan dan mengerti akan ada menolak
komplikasiserta memberikan rumah pentingnya rutin
informasi mengenai mengonsumsi anti
perkembangan penyakitnya. hipertensi
Aspek Memberikan obat anti Pasien Pada saat Tekanan darah Tidak Tidak
klinik hipertensi untuk mengontrol kunjungan dapat terkontrol, ada menolak
tekanan darah pasien rumah
Aspek Mengajarkan bagaimana pola Pasien Pada saat Tekanan darah Tidak Tidak
risiko makan yang baik, kunjungan dapat terkontrol, ada menolak
internal menganjurkan untuk menjaga rumah Kolesterol dapat
hygenitas diri terkontrol
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada saat Keluarga Tidak Tidak
risiko memberi dukungan kepada kunjungan memberi ada menolak
external pasien agar selalu menjaga rumah perhatian dan
kesehatannya dan selalu dukungan lebih
mengingatkan pasien untuk kepada pasien dan
minum obat dan kontrol pasien lebih
tekanan darah, dan mendukung termotivasi untuk
pola diet pasien. sembuh

Menganjurkan kepada keluarga


pasien untuk meningkat-kan
komunikasi yang baik dengan
pasien
Aspek Menganjurkan untuk rajin Pasien Pada saat Agar kondisi Tidak Tidak
fungsional berolahraga serta menghindari kunjungan tubuh selalu sehat ada menolak
hal-hal yang bisa mencederai rumah dan bugar, agar
pasien. nyeri sendi pada
tubuh pasien bisa
berkurang

4.2.4. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 150/90 mmHg, Nadi : 78
x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 36,7oC.

57
4.2.5.Pemeriksaan Penunjang
-
4.2.6. Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)
Diagnose Klinis:
Hipertensi grade 1
Diagnose Psikososial:
- Kekhawatiran pasien akan penyakit dan komplikasi dari penyakitnya
- Ketidakpatuhan pasien atas edukasi mengikuti senam prolanis
- Kurangnya pengetahuan pasien akan penyakit hipertensi.
4.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien).

Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Hipertensi antara lain:
- Mengontrol tekanan darah
 Melakukan diet rendah garam
Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Anti hipertensi : Amlodipine 5 mg 1x1
- Vit. B comp 1x1
2. Pengobatan Non Farmakologi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup
- Mengurangi makan makanan yang bergaram dan berlemak
- Memperbaiki higenitas pribadi dan keluarga
Terapi Untuk Keluarga

58
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien untuk berobat secara teratur dan membantu memantau terapi pasien. Selain itu
apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit
yang tinggi sehingga, penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola
makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis :
Hipertensi
- Diagnosis psikososial :
Kekhawatiran pasien akan penyakit dan komplikasi dari penyakitnya,
ketidakpatuhan pasien atas edukasi mengikuti senam prolanis dan kurangnya
pengetahuan pasien akan penyakit hipertensi.
- Gambaran dari Genogram:
Ibu dan saudara-saudara pasien memiliki riwayat Hipertensi
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. N, maka disarankan
untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi.

59
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang Hipertensi dan DM
serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan dukungan
lebih kepada pasien agar pasien lebih termotivasi untuk berobat.
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan mengontrol
penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Raised Blood Pressure.


http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.
Accessed November 20, 2013
2. Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI;
2007.p. 341-60Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta:
Bagian Farmakologi FK-UI.
3. The Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection,
evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004
4. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 1079-85
5. Ringkasan Eksekutif Penanggulangan Hipertensi. Perhimpunan Hipertensi
Indonesia. Jakarta;2007

60
6. Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta;
2004.
7. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2007.
8. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2012
Des 29]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/

LAMPIRAN

61
62
63
64

Anda mungkin juga menyukai