PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua
golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia ,
peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar
12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang
terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total penduduk.
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja
berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap
terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke.
Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh.
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai
organ tanpa gejala yang khas.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke dalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Namun,
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya menjadi kurang dari 1%.1
1.2.Rumusan Masalah
1
1.3 Aspek Disiplin dan Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif Pada Pasien Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu dan
masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter
Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi
efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi,
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan.Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual,
masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan
peraturan perundangan.
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya
sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan komunikasi,
pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra
kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan komprehensif
2
baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah
yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur
klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampumengelola
masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif,
holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan
kesehatan primer.
1.4 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan tatalaksana
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari
unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).
1.4.1 Tujuan Umum:
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat menerapkan
penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara
komprehensif dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI), berbasis evidence based medicine (EBM) pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien
Hipertensi dengan pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Jongaya Makassar.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk penerapan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta
menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis Hipertensi.
2. Untuk melakukan prosedur tatalaksana Hipertensi sesuai Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.
3
3. Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada tingkat
individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dalam pengendalian Hipertensi.
5. Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah dari
data di lapangan untuk melakukan pengendalian Hipertensi.
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus sebagai
bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (pasien)
Menambah wawasan akan Hipertensi yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
menghindari faktor pencetus.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah
dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya mengenai
pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan pendekatan
diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi kasus.
1.5. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan pasien dengan
prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik berbasis Kedokteran Keluarga
adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Hipertensi.
4
2. Kepatuhan penderita datang berobat untuk mengontrol etiologi hipertensi di
layanan primer (Puskesmas) sudah teratur atau penderita bersedia menerima
petugas kesehatan yang berkunjung pada saat dilakukan Kunjungan Rumah /
Home Care.
3. Pasien memahami komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi.
4. Perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan terapi farmakologi serta
fisioterapi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan
pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien,
perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi
farmakologi serta fisioterapi.
5
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
Faktor
Genetika
Konsumsi
Ras
alkohol
Rokok Usia
Hipertensi
Asupan Jenis
garam Na kelamin
Stress
Obesitas
psikis
6
KONSEP MANDALA
Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan mengkonsumsi
makanan berlemak
- Jarang berolahraga
Lingkungan Psiko-Sosio-
Ekonomi
- Pasien sudah menikah dan
memiliki anak
Perilaku Kesehatan Keluarga - Kurangnya pengawasan dari
- Hygiene pribadi dan - Riwayat keluarga anggota keluarga terhadap
lingkungan kurang baik menderita hipertensi aktivitas pasien di rumah.
- Pasien minum obat - Kehidupan sosial dengan
- Bersikap suportif dan lingkungan baik
hipertensi secara teratur mengingatkan pasien - Pendapatan keluarga tergolong
untuk meminum obat kurang
secara rutin
Pasien
Lingkungan Kerja
Pelayanan Kesehatan -Pasien seorang ibu rumah tangga
-Jarak rumah dengan puskesmas Keluhan sering merasa
yang sering melakukan aktivitas
dekat berat pada kepala fisik seperti menyapu, mencuci,
-keluarga memiliki asuransi memasak, dll
kesehatan KIS TD 160/90 mmHg
--
Faktor Biologi Lingkungan Fisik
- Riwayat keluarga dengan - Ventilasi dan sinar
penyakit yang sama. matahari kurang
- Pasien tergolong obesitas - Kebersihan rumah
Komunitas kurang
- Pemukiman - Rumah pasien yang
dengan Sanitasi bertingkat
yang kurang
baik
7
Gambar 2. Konsep Mandala
8
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien
3. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
4. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
5. Melakukan anamnesis
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi, prognosis,
dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
8. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
9. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas kehidupan
pasien
10. Menilai aspek fungsi social.
9
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara terpadu
dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan
memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan
terus menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal
maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
10
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien adalah
seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding
3. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan
o Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja, bergantung
pada keluarga
o Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan
2.3. HIPERTENSI
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC
VII. 2
2.1 Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang
disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi gangguan aliran
11
sirkulasi darah pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah besar
renin. Menurut Guyton dan Hall (1997), renin adalah enzim dengan protein kecil
yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Menurut
Klabunde (2007) pengeluaran renin dapat disebabkan aktivasi saraf simpatis
(pengaktifannya melalui β1-adrenoceptor), penurunan tekanan arteri ginjal
(disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan
penurunan asupan garam ke tubulus distal.
12
ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat
meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi, timbul
dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah
pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya
akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan
meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung
untuk melawan kenaikan tekanan. 3
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah
dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan
darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat
dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah
protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut
angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan
darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II
menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke
banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal
nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi
garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan
volume darah dan tekanan darah.
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu
organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon
aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap
kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan
tekanan darah. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler
yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari.
Efek jangka panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler,
bahkan lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya
mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal. 3,7
2.3.3. Epidemiologi
13
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.1
2.3.4. Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu
penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.3
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
14
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
15
(stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2%
adalah penyakit kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan
sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4
2.3.6 Faktor risiko
a. Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan
darahnya normal.
b. Ras
Orang –orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih.
c. Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam.
d. Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis.
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistem sirkulasi.
g. Asupan garam Na
16
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah.
i. Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi
pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang
agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.7,8
2.3.7 Patofisiologi
Hipertensi primer
Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal
dan pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum
diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi
(kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan
dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih,
bertambahnya usia, dll.4
Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder
17
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.
18
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
pemakaian oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien
atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes
mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas
olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5
menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa:
panjang 12-13, lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat
diatas arteri brachialis)
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan
menggunakan suara Korotkoff fase I dan V
19
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh
diulang kalau pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu
jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan
antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan
hipertensi sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah < 160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL
serum, trigliserida serum)
Elektrolit (kalium)
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
Asam urat (serum)
Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
Elektrokardiografi (EKG)
20
Beberapa anjurantest lainnya seperti:
Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya
LVH
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.2
2.3.10 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria5
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan JNC 7 yaitu:
Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo
Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker
(ARB)4
2.3.11 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Otak : Stroke
21
b. Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c. Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d. Paru-paru : Edema paru
e. Ginjal : Penyakit ginjal kronik
f. Sistemik :Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer.8
2.3.12 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan
terjadi.5,7
22
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di Puskesmas
Jumpandang Baru pada tanggal 09 Februari 2018. Selanjutnya dilakukan home visit untuk
mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.
23
3.2.2. Lokasi Studi Kasus
24
3.3.2 Keadaan Demografi
25
b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak serta
masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang berhubungan
dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor menyebabkan berbagai
macam penyakit yang muncul. Di samping itu kepadatan penduduk sebagai
lambang perkembangan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesmas Jumpandang Baru, kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer
persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah yang ada 4.998
rumah.
c. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio
Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk
dari suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda.
2) Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama besarnya
3) Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur tertentu.
26
5. Lakkang 20 35 162 464 136 817
Tingkat Pendidikan
No Kelurahan Ket
TK SD SMP SMA Sarjana
2 Wala-Walaya 62 728 - - 45
5 Lakkang 156 - - - 15
27
f. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita rata-rata pengeluaran perkapita penduduk
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru belum ditentukan datanya untuk
tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp. 478.458 angka
tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997.
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja puskesmas Jumpandang Baru dapat
dillihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah Puskesmas Jumpandang
Baru tahun 2011
Jenis Pekerjaan
No
Karyawan
Kelurahan PNS buruh Pengangguran Lain-lain
Swasta
5 Lakkang 8 4 36 - -
g. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
Baru, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045% beragama
28
Hindu dan Budha. Proporsi ini hampir sama di semua kelurahan kecuali di
kelurahan Lakkang 100% beragama Islam.
3.3.3 Sarana
a. Sumber Daya Tenaga
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jumpadang Baru tahun 2018
sebanyak 55 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:
Tenaga Honorer
29
1. Dapur : 2 orang
Jumlah : 9 orang
b. Struktur organisasi
30
4. Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
d. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Jumpandang Baru
31
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
32
b. Unit Puskesmas Keliling
c. Unit Bidan Kelurahan
Puskesmas Jumpandang Baru memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :
1. Pembinaan KADARZI
5. Peningkatan D/S
6. Peningkatan N/D
33
7. Pembinaan kelompok gizi
3. Pemberian vitamin A
E. Kesehatan Lingkungan
34
j. Pengawasan sanitasi kantin sekolah
k. Pembinaan program kelurahan sehat
l. Pengambilan sampel damiu
m. Pencatatan / pelaporan
F. Pengendalian penyakit (P2)
a. P2 TB
35
1. Penemuan suspek thypoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan
3. Penyuluhan penyakit thypoid
4. Sosialisasi penyakit thypoid
e. P2 Diare
a. Pelayanan antenatal
36
b. Penjaringan / deteksi dini bumil resti
c. Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
d. Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
e. Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
f. Pelayanan imunisasi
g. Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
h. SDIDTK
i. Kelas ibu hamil
j. Pelayanan KB
k. Penyuluhan kesehatan reproduksi
l. Pembinaan keluarga siaga
I. Promosi kesehatan
b. Kegiatan posyandu
1. Pembinaan posyandu
2. Revitalisasi posyandu
c. Pembinaan toga
37
d. Pembinaan UKBM
e. Pengadaan
J. Laboratorium
K. Farmasi
38
L. Kesehatan kerja
M. Kesehatan olahraga
d. Kunjungan rumah
e. Puskel usila
f. Senam usila
O. UKS
39
P. UKGMD
40
2. Alur Pelayanan
Pasien
Loket
Ruang
Apotik
mkk
Pasien
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Rasa berat pada kepala
Riwayat Penyakit:
42
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ibu (+) meninggal karena stroke, 4
Saudara lainnya (+) salah satunya telah meninggal karena stroke
43
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal
Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, sekret (-/-)
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher :
- JVP : normal
Thoraks :
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20
x/menit.
44
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba dan
vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
Ektremitas bawah :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : (-/-)
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
45
-
4.1.1.6.DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi grade 1
4.1.1.7.PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
a. Diet rendah garam, rendah lemak
b. Berolahraga, menurunkan berat badan
c. Makan makanan bergizi
d. Diet rendah karbohidrat
Farmakologi
a. Amlodipine 5 mg 0-0-1
b. Vit. B comp 1x1
4.1.1.8.PROGNOSIS
Quo ad vitam dan fungsional :dubia ad bonam
4.1.2. KELUARGA
GENOGRAM
Pasien
46
Keterangan:
: Hipertensi : Laki-Laki
: Tidak menderita Hipertensi : Perempuan
ANGGOTA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. J
Umur : 38 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Supir
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Bertingkat Ya
47
Luas halaman -
Jamban Ada
48
o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga
yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin komunikasi
yang baik dan cukup lancar.
Lingkungan
o Lingkungan tempat tinggal kurang baik. Tata pemukiman di sekitar
rumah terlalu padat. Sinar matahari kurang dapat masuk ke dalam
rumah, penerangan dalam rumah cukup. Ventilasi kurang. Kebersihan
dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki jamban. Air minum
bersumber dari PDAM.
Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga
49
dengan lancar.
50
Tabel 12. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Hipertensi
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis / jadwal kontrol
laboratorium tiba apakah ada √
anggota keluarga yang bersedia
mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah
ada anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit √
yang anda derita, apakah anak anda
mau mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat
penyakit anda, apakah anggota
√
keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan) √
51
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang berlemak
dan rendah garam. Apakah anggota
keluarga yang lain mengkonsumsi
menu yang sama dan makan
bersama?
Total Skor 8
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga sehat.
4.2. PEMBAHASAN
52
Studi kasus dilakukan pada pasien wanita berumur 38 tahun dengan
keluhan rasa berat pada kelapa. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 1
tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan keluhan
sering merasa berat pada kepala.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis secara holistik yaitu
aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal dan aspek risiko eksternal dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan diagnostic holistik.
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan rasa berat pada kepala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tensi 150/90mmHg. Berdasarkan Joint National
Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi stage I apabila tekanan darah sistolik
≥140 -159 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90-99 mmHg. Berdasarkan indeks
massa tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas grade I
dengan nilai IMT antara 25- 29,9; obesitas grade II dengan nilai IMT antara 30-40
dan obesitas grade III nilai IMT >>40. Pasien ini masuk ke dalam obesitas grade I
karena memiliki IMT 26,1.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di puskesmas
Jongaya sesuai dengan keluhan yang dialami diberikan terapi medikamentosa yaitu
Amlodipine 5mg sekali sehari dan Vit. B comp sekali sehari
Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan
yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi dan
pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang dialami oleh
pasien. Pasien juga diberikan edukasi terhadap obesitas yang dialami pasien berupa
upaya peningkatan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
53
merupakan penyakit dan pencegahannya melalui - Keluarga memahami
genetic penyuluhan gaya hidup bahwa penyakit hipertensi
sehat dengan makanan yg dapat dicegah
bergizi dan olahraga teratur - Keluarga mau menerapkan
gaya hidup sehat
Faktor ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan
- Memiliki tabungan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga menyisihkan 4
perlunya memiliki pendapatan untuk
tabungan tabungan
Faktor Psikososial
- Kurangnya perhatian 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
keluarga pasien anggota keluarga untuk bersedia memberi
terhadap penyakit lebih perhatian dengan perhatian lebih kepada
yang diderita pasien kondisi pasien pasien
- Motivasi untuk
sembuh sangatlah 2 - Memotivasi pasien serta - Pasien termotivasi untuk 4
kurang menjelaskan kepada pasien sembuh
bahwa penyakitnya dapat
54
sembuh apabila pasien
berobat secara teratur
Total Skor 20 29
Rata-rata Skor 2,8 4,1
Tabel 13. Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian Masalah
dalam keluarga
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
4.2.2. Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, Dan Penatalaksanaan Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 19 Februari 2018
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-ekonomi
dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat yang
akan dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.
55
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.
4.2.3. Anamnesis Holistik
Aspek Personal
Saat mendatangi rumah pasien, pasien bersama anak-anaknya berada di rumah.
Suami pasien sudah berangkat bekerja. Sehari-hari pasien mengerjakan pekerjaan ibu
rumah tangga dan mengurus anaknya yang belum masuk sekolah.
Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Hipertensi.
Aspek Faktor Risiko Internal
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu ibu dan saudara-
saudara pasien. Dulunya pasien tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi,
apalagi usia pasien tidak termasuk usia lansia.
56
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi kepada Pasien Pada saat Pasien dapat sadar Tidak Tidak
personal pasien mengenai hipertensi dan kunjungan dan mengerti akan ada menolak
komplikasiserta memberikan rumah pentingnya rutin
informasi mengenai mengonsumsi anti
perkembangan penyakitnya. hipertensi
Aspek Memberikan obat anti Pasien Pada saat Tekanan darah Tidak Tidak
klinik hipertensi untuk mengontrol kunjungan dapat terkontrol, ada menolak
tekanan darah pasien rumah
Aspek Mengajarkan bagaimana pola Pasien Pada saat Tekanan darah Tidak Tidak
risiko makan yang baik, kunjungan dapat terkontrol, ada menolak
internal menganjurkan untuk menjaga rumah Kolesterol dapat
hygenitas diri terkontrol
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada saat Keluarga Tidak Tidak
risiko memberi dukungan kepada kunjungan memberi ada menolak
external pasien agar selalu menjaga rumah perhatian dan
kesehatannya dan selalu dukungan lebih
mengingatkan pasien untuk kepada pasien dan
minum obat dan kontrol pasien lebih
tekanan darah, dan mendukung termotivasi untuk
pola diet pasien. sembuh
57
4.2.5.Pemeriksaan Penunjang
-
4.2.6. Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)
Diagnose Klinis:
Hipertensi grade 1
Diagnose Psikososial:
- Kekhawatiran pasien akan penyakit dan komplikasi dari penyakitnya
- Ketidakpatuhan pasien atas edukasi mengikuti senam prolanis
- Kurangnya pengetahuan pasien akan penyakit hipertensi.
4.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien).
Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Hipertensi antara lain:
- Mengontrol tekanan darah
Melakukan diet rendah garam
Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Anti hipertensi : Amlodipine 5 mg 1x1
- Vit. B comp 1x1
2. Pengobatan Non Farmakologi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup
- Mengurangi makan makanan yang bergaram dan berlemak
- Memperbaiki higenitas pribadi dan keluarga
Terapi Untuk Keluarga
58
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien untuk berobat secara teratur dan membantu memantau terapi pasien. Selain itu
apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit
yang tinggi sehingga, penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola
makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis :
Hipertensi
- Diagnosis psikososial :
Kekhawatiran pasien akan penyakit dan komplikasi dari penyakitnya,
ketidakpatuhan pasien atas edukasi mengikuti senam prolanis dan kurangnya
pengetahuan pasien akan penyakit hipertensi.
- Gambaran dari Genogram:
Ibu dan saudara-saudara pasien memiliki riwayat Hipertensi
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. N, maka disarankan
untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi.
59
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang Hipertensi dan DM
serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan dukungan
lebih kepada pasien agar pasien lebih termotivasi untuk berobat.
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan mengontrol
penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
60
6. Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta;
2004.
7. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2007.
8. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2012
Des 29]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
LAMPIRAN
61
62
63
64