Anda di halaman 1dari 7

istem Integumen

DEFINISI
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin
"integumentum", yang berarti "penutup".

Kulit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diagram kulit manusia.


Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi karena
adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan dermis.

Struktur anatomi
Epidermis

Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan
korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel
baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan
spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel
yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan
Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.

Dermis

Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan
kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang
dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan
pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat
ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di
kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan
sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke
permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit
turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah,
kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini
darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang,
sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat
dikontrol oleh hipotalamus

Fungsi
Kulit memiliki beberapa fungsi:

 Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.


 Sebagai alat peraba.
 Sebagai pelindung organ dibawahnya.
 Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.
 Pengatur suhu tubuh.
 Tempat menimbun lemak.

ARTIKEL
SISTEM INTEGUMEN
A. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya, karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada
kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia
atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit
juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit
kuning bangsa Mongol, kulit putih dari Eropa dll.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu:
a. Fungsi proteksi (melindungi). Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet,
gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak,
tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel
terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang
melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil
ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini
merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan
diri secara teratur.
c. Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih
banyak melalui sel-sel epidermis.
d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan
oleh pusat pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral
36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari
arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan
kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada
permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan
dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh
darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi
yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi
dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu
kulit bayi tampak lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan natrium.
e. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak
yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
f. Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan
oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan
diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.
g. Fungsi pembentukan pigmen. Set pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal
dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum
dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari
memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit
sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya
dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan
karoten.
h. Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel
ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus
menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan
tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap
infeksi secara mekanis-fisiologik.
i. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.
Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
B. Sistem Integumen Pada Kehamilan
Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab
terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan. Perubahan yang umum
terjadi adalah meningkatnya ketebalan kulit dan lemak subdermal hypopigmentasi,
pertumbuhan rambut dan kuku, kecepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea,
dan meningkatnya aktifitas sirkulasi dan vasomotor. Adanya kerapuhan/kelemahan pada
jaringan elastik cutaneus menyebabkan timbulnya striae gravidarum atau tanda peregangan
yang jelas. Respon alergi cutaneus menjadi lebih tinggi.
a. Pigmentasi disebabkan oleh hormon pituitary anterior ; melanotropin, yang meningkat selama
kehamilan. Facial Melama, disebut juga chloasma atau topeng kehamilan, adalah bentuk
seperti jerawat, merupakan hyperpigmentasi berwarna kecokelatan di atas pipi, hidung dan
kening. Chloasma tampak pada 50% sampai 70% wanita hamil, dimulai setelah minggu ke 16
dan meningkat terus hingga persalinan. Sinar matahari menambah pigmentasi pada wanita-
wanita yang rentan. Cloasma disebabkan oleh kehamilan normal biasanya memudar setelah
persalinan. Penggelapan warna niple, areola, axila dan vulva terjadi juga pada saat yang
bersamaan.
b. Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari symphisis pubis sampai ke ujung
atas fundus pada garis tengah, garis ini dikenal dengan linea alba sebelum pigmentasi yang
disebabkan faktor hormonal. Pada primigravida, adanya linea nigra dimulai pada bulan ke 3,
sama cepatnya dengan kenaikan tinggi fundus ; pada multigravida munculnya garis ini sering
lebih awal dari bulan ke 3. Tidak semua wanita hamil muncul linea nigra.
c. Striae gravidarum, atau garis peregangan, tampak pada 50% sampai 90% wanita hamil selama
pertengahan kehamilan, mungkin disebabkan oleh aksi adrenocorticoid. Striae merefleksikan
perusakan jaringan penyambung di bawah kulit (collagen). Depresi lapisan yang jelas terjadi
pada area-area dengan peregangan maksimal (seperti abdomen, paha dan mamae).
Peregangan ini kadang-kadang menimbulkan sensasi menyerupai rasa gatal. Terdapat
kecenderungan bahwa striae bersifat familia. Setelah kelahiran striae biasanya memudar,
walaupun striae tersebut tidak menghilang secara keseluruhan. Variasi warna striae
tergantung pada warna kulit ibu hamil. Striae tampak berwarna pink pada wanita berkulit
cerah, dan tampak berwarna kontras dari pada kulit lainnya pada wanita berkulit gelap. Pada
nulipara, striae pada umumnya berupa garis berwarna perak kemilauan (pada wanita berkulit
cerah) atau garis berwarna keunguan (pada wanita berkulit gelap) Scar striae mungkin
tampak akurat pada kehamilan sebelumnya.
d. Angiomas atau telangiectasia adalah istilah yang ditujukan pada bentuk vaskularisasi seperti
jaring laba-laba. Bentuknya kecil sekali, permukaannya seperti bintang atau bercabang-
cabang, terlihat jelas pada bagian akhir arteriola. Jaring laba-laba ini terbentuk sebagai akibat
meningkatnya sirkulasi estrogen, biasanya ditemukan pada leher thorax, muka dan lengan.
Angiomas dan teliangiestasia juga dijelaskan sebagai jaringan awal dilatasi arteriola yang
menyebar ke arah bagian tengah. Bentuk jaring-jaring ini berwarna kebiruan dan tidak
menjadi pucat bila dilakukan penekanan. Striae mungkin tampak jelas pada mamae sebagai
akibat peregangan pada mamae yang bertambah besar ukurannya. Jaring-jaring vaskuler
tampak selama bulan ke 2 sampai 5 kehamilan pada 55% wanita kulit putih dan 10% pada
wanita Afrika-Amerika. Jaring-jaring vaskuler ini akan menghilang setelah melahirkan.
Adanya benjolan-benjolan kecil seperti jerawat, berwarna pink kemerahan dan mudah
ditentukan batasnya, sering terlihat pada permukaan palmar tangan pada sekitar 60% wanita
kulit putih dan 35% pada wanita Afrika-Amerika selama kehamilan (Cunningham, Mac
Donald, Gant, 1989). Perubahan warna ini dan eritema pada palmar berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi perifer.
e. Epulis (Gingival Granuloma Gravidarum) berwarna kemerahan, berbentuk nodul dan mudah
berdarah. Lesi ini mungkin berkembang sekitar bulan ke 3 dan biasanya berlanjut sesuai
dengan perkembangan kehamilan. Treatment dilakukan dengan melakukan insisi apabila lesi
tersebut mengalami pembesaran, menyebabkan rasa nyeri atau berdarah yang agak banyak.
Pada minggu ke 6 beberapa wanita mencatat adanya menipis dan melunaknya kuku baik pada
tangan maupun kaki. Zat pewarna kuku harus dibersihkan dan kuku harus tetap dijaga pendek
untuk mencegah patah, kulit yang berminyak dan cabe vulgaris mungkin terjadi selama
kehamilan. Beberapa wanita lain kulitnya mengalami scar dan terlihat menyebar. Hirsutism
adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan dan pertumbuhan rambut pada tempat yang
tidak biasanya, juga hal yang mungkin terjadi. Peningkatan pertumbuhan rambut biasanya
juga terjadi. Rambut kembali normal setelah kehamilan. Pertumbuhan rambut yang kasar
biasanya tidak menghilang setelah kehamilan. Beberapa wanita berkomentar bahwa rambut
mereka menebal dan tumbuh lebih banyak selama kehamilan.
C. Perubahan Pada Kulit
Perubahan pada kulit ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan
kulit dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi di beberapa tempat dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Kulit Bentuk Perubahan Keterangan
Muka Kloasma gravidarum atau “mask of pregnancy” Bentuk seperti kupu-kupu, simetris p
disebabkan oleh kombinasi : sisi kanan dan kiri.
- Hormon seks Hiperpigmentasi
- Melanocyte stimulating hormon (MSH) yang
dikeluarkan oleh hipofisis anterior
Andeng-andeng dapat bertambah hitam
Abdomen Striae lividae/nigra disebabkan oleh kombinasi : Hiperpigmentasi di garis tengah k
- Melanocyte stimulating hormon abdomen.
- Estrogen dan progesteron Hiperpigmentasi kulit abdomen ba
- Hormon adrenokortikotropik bawah di atas simfisis pubis
Mamae Puting susu dan areola mamae bertambah hitam, Salah satu tanda awal keham
kelenjar Minogomery makin menonjol. khususnya pada kehamilan pertama
Ketiganya, disebabkan oleh kombinasi
peningkatan hormon seperti di atas
Spider Semakin jelasnya pembuluh darah kapiler Spider angioma sulit terlihat pada o
angioma dengan titik di tengahnya di beberapa tempat Indonesia disebabkan warna kulitnya s
seperti yang dijumpai pada sirosis hepatis. matang.
Pembuluh darah tampak semakin jelas
keduanya disebabkan oleh peningkatan
estrogen.
Eritema Kulit telapak tangan merah dan kadang-kadang Jarang terjadi pada wanita Indon
palmans mengelupas. karena kulit telapak tangan menebal ak
Peningkatan estrogen menyebab-kan jaringan pekerjaannya.
ikat merenggang.
Rambut Fase anagen/pertumbuhan rambut berlangsung Sering dijumpai bahwa setelah persal
selama 2-6 tahun dan selanjutnya beristirahat. rambut yang rontok semakin ban
Fase telogen berlangsung selama 3 bulan. Pada namun tumbuh kembali.
fase ini sebagian rambut rontok kemudian Situasi ini dipengaruhi oleh tingg
tumbuh kembali yang normalnya sekitar 15- estrogen/progenteron
20%. Fase telogen turun menjadi 10% pada
akhir kehamilan.
D. Penyakit Kulit
 Prurigo pada kehamilan
Lesi-lesi ini memiliki banyak nama. Menurut Shornick (1998), penyakit ini mencakup
prurigo gestasionis dan dermatitis papular, yang tampaknya adalah varian-varian dari
penyakit yang sama dan tidak spesifik untuk kehamilan. Varian yang ringan dan lebih sering
ditemukan, prurigo gestasionis, ditandai dengan lesi-lesi kecil, gatal, dan cepat mengalami
ekskoriasi yang terletak di lengan bawah dan badan. Lesi biasanya muncul pada minggu ke
25 sampai 30, dan tidak dijumpai vesikel atau bula. Dermatitis papular, yang diuraikan oleh
Spangler dkk. Pada tahun 1962, adalah dermatitis pada kehamilan tahap lanjut yang jarang
dijumpai. Penyakit ini ditandai dengan erupsi pruntik generalisme. Lesi tampak sebagai
papula-papula lunak, berwarna merah, ungu sampai merah-coklat, dengan sebagian memiliki
krusta hemoragik di bagian tengahnya.
Prutus biasanya dapat dikendalikan dengan antihistamin dan krim kortikosteroid. Hasil
perinatal tampaknya tidak terganggu oleh sindrom ini (Vaughan Jones dan Black, 1999).
 Herpes gestasionis
Erupsi kulit berlepuh yang gatal ini biasanya timbul pada wanita nulipara pada kehamilan
tahap lanjut, walaupun dapat juga muncul sejak awal kehamilan atau sampai seminggu
postpartum. Herpes gestasionis kadang-kadang menyertai penyakit frofoblastik gestasional.
Penyakit ini, yang juga disebut sebagai pemfigoid gestasionis, serupa dengan pemfigoid
bulosa yang dijumpai pada pasien lansia (Fine, 1995). Secara imunologis, penyakit ini tidak
dapat diberdakan dari pemfigoid bulosa (Nousari dan Anhalt, 1999; Triffet dkk., 1999).
Dengan demikian herpes gestasionis yang spesifik organ (Engineer dkk., 2000).
Herpes gestasionis yang berat dapat berakibat serius, tetapi untungnya hal ini jarang
dijumpai.
 Impetigo herpetiformis
Ini adalah suatu erupsi pustular yang jarang dan mungkin timbul pada kehamilan tahap lanjut.
Sebagian penulis menganggapnya sebagai suatu bentuk psoriasis pustulosa yang timbul
bersamaan dengan kehamilan,s sementara penulis lain menganggapnya sebagai suatu
dermatosis kehamilan ersendiri (Arionson dan Alaska, 1995). Oumeish dkk. (1982)
melaporkan seorang wanita yang mengalami sekambuhan dermatosis ini pada sembilan
kehamilannya. Pada tiga kehamilan terjadi hidrosefalus janin. Juga terjadi dua kematian
perinatal yang sebabnya tidak diketahui. Wanita ini juga mengalami lesi kulit khas saat
mendapat kontrasepsi oral estrogen-progesteron.
Tanda utama lesi impetigo herpetiformis adalah pustula-pustula steril yang terbentuk di
sekeliling tepi bercak eritematosa. Lesi-lesi eritematosa biasanya dimulai di daerah lipatan
dan meluas ke perifer. Selaput lendir biasanya terkena. Lesi histologi khasnya adalah
mikroabses. Rongga mirip spons di epidermis, yang terisi oleh neutrofil, diberi nama pustula
spongiformis Kogoj.
Pruritus tidak parah, tetapi sering timbul gejala konstitusi. Selain mual, muntah, diare, serta
menggigil dan demam, sering terjadi hipoalbuminemia dan hipokalsemia. Walaupun pada
awalnya steril, pustula dapat terinfeksi sekunder setelah pecah, dan sepsis merupakan
penyulit yang serius.
Terapi berupa kortikosteroid dan antimikroba sistemik untuk mengobati infeksi sekunder dan
sepsis. Penyakit mungkin menetap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
melahirkan. Morbiditas dan mortalitas janin berkaitan dengan keparahan infeksi pada ibu,
tetapi mungkin terjadi bahkan pada penyakit yang sudah terkendali (Vaughan-Jones dan
Black, 1999; Wolf dkk., 1995).

GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai