Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKIALE

Disusun oleh :
KELOMPOK ANAK

1. AGUSTINNA LAILI RACHMAWATI NIM. P27220018225


2. ALFIAN MUHAMMAD NIM. P27220018227
3. ARFIANI RACHMAWATI NIM. P27220018229
4. RAHMAWANTO NIM. P27220018249

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2018/2019
A. Pengertian
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah
kasusnya cukup banyak ditemukan dalam masyarakat. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh
dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak di
cegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan
prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang serta mengganggu
proses tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien (Kemenkes, 2009).
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak
napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang
umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma adalah
penyakit kronik yang sangatkompleks dan hingga saat ini belum adaobat yang
dapat dapat menyembuhkannya. Namun, asma tidak dapat sembuh, penyakit
asma dapat terkontrol (tidak pernah kambuh) (Nataprawira, 2007).

Gambar 1. Asma Bronkial

Menurut Mansjoer (2007), berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat


diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika
ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma abungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

B. Tanda Dan Gejala


Menurut Suriadi (2012), beberapa tingkatan penderita asma yaitu:
1. Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasibronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanyatanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali
4. Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akuyangberat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi
otot-otot pernafasan, cyanosis,gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.

C. Penggolongan Derajat Asma


Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada
orang dewasa (Kemenkes, 2009).
Derajat Asma Gejala
Gejala Faal Paru
Malam
Intermitten Bulanan APE≥80%

- Gejala<1x/minggu. ≤ 2 kali - VEP1≥80% nilai


- Tanpa gejala diluar sebulan prediksi APE≥80%
serangan. nilai terbaik.
- Serangan singkat. - Variabiliti
APE<20%.
Persisten Mingguan APE>80%
ringan
- Gejala>1x/minggu >2 kali - VEP1≥80% nilai
tetapi<1x/hari. sebulan prediksi APE≥80%
- Serangan dapat nilai terbaik.
mengganggu aktifiti - Variabiliti APE 20-
dan tidur 30%.
Persisten Harian APE 60-80%
sedang
- Gejala setiap hari. >2 kali - VEP1 60-80%
- Serangan sebulan nilai prediksi
mengganggu aktifiti APE 60-80%
dan tidur. nilai terbaik.
- Membutuhkan - Variabiliti
bronkodilator setiap APE>30%.
hari.
Persisten berat Kontinyu APE 60≤%
- Gejala terus Sering - VEP1≤60% nilai
menerus prediksi
- Sering kambuh APE≤60% nilai
- Aktifiti fisik terbatas terbaik
- Variabiliti
APE>30%
D. Anatomi Dan Fisiologi
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas
dan paruparu beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang
melindunginya.Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.Rongga
dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.Sistem pernafasan terdiri
daripada hidung, trakea, paru-paru, tulang rusu, otot interkosta, bronkus, bronkiol,
alveolus dan diafragma. Udara dihirup ke dalam paru-paru melalui hidung dan
trakea. Dinding trakea disokong oleh tulang rawan supaya menjadi kuat dan
selalu terbuka.Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri.
Kedua-dua bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus dan alveolus pada ujung
bronkiolus.Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveoli.Di dalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli.Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau
benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun
bersin.Paru-paru dibungkus oleh pleura.Pleura ada yang menempel langsung ke
paru, disebut sebagai pleura visceral.Sedangkan pleura parietal menempel pada
dinding rongga dada dalam.Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan
pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan
dinding dada.
Mekanisme pernafasan terdiri dari 2 yaitu inspirasi dan eksperasi. Inspirasi
dimulai dari diafragma bergerak turun meningkatkan dimensi vertikal rongga
thoraks Otot-otot intercostalis eksternal mengangkat iga ke arah depan dan le
luar, memperbesar rongga thoraks dalam dimensi depan dan belakang dan sisi
ke sisi. Otot leher (sternokleidomastoideus) mengangkat sternum dan dua iga
pertama, memperbesar bagian atas rongga thoraks. Rongga toraks membesar
dan tekanan udara paru-paru menjadi rendah , tekanan udara di luar yang lebih
tinggi menarik udara kedalam paru-paru.Ekspirasi dimulai dengan otot abdomen
meningkatkan tekanan intra abdomen yang menim gaya ke atas pada diafragma
untuk mengurangi dimensi vertikal rongga thoraks. Otot antar iga internal
mendatarkan thoraks dengan menarik iga bawah ke dalam, menurunkan ukuran
depan –belakang dan samping rongga thoraks. Rongga toraks Mengecil dan
tekanan udara paru-paru menjadi tinggi , tekanan udara dalam paru-paru yang
lebih tinggi dan membuat udara keluar dari paru-paru.

E. Etiologi
Menurut smeltzer (2009), ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, ex: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut, ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex: perhiasan,
logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma.Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

F. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi
dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada
sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea.Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.

Imun
Bronkospasme
Pencetus : respon Pelepasan
 Edema
• Allergen menjadi mediator
mukosa
• Olahraga aktif humoral
 Sekresi
• Cuaca • Histamine
meningkat
• Emosi • SRS-A
 inflamasi
• Serotonin
• Kinin

Penghambat

kortikosteroid

Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma


menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel
mast.Sel mast ini disebut sel mast terensitisasi, sel tersebut kemudian mengalami
degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin, leukotrein,
faktor pengaktivasi, platelet, bradikinin, dll.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap
1. Tahap immediate yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam)
2. Tahap delayed di mana bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan
terus menerus 2-5 jam lebih lama
3. Tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsi jalan nafas
beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi factor pencetusnya karena latihan, kecemasan,
dan udara dingin. Selama serangan asma, bronkheolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus.Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distress pernafasan.Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga
terjadi penurunan pO2 (hipoksia).Selama serangan asma, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan
asidosis respiratori dan hiperkapneu. Kemudian system pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (takipneu),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar
CO2 dalam darah (hipokapneu)(Mansjoer,2007).

G. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Bronchitis kronis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
c. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
d. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus.
e. Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.
f. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain
asma.

I. Penatalaksanaan Asma
1. Saat Serangan
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus
diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh
pasien di rumahdan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat
serangan. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan
termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru,
untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan
asma obat-obat yang digunakan adalah : bronkodilator (β2 agonis kerja cepat
dan ipratropium bromida) dan kortikosteroid sistemik.Pada serangan ringan
obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang sebaiknya diberikan
dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan secara
sistemik. Pada dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin
oral.
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya)
kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3- 5
hari.Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid
oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin
IV (bolus atau drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida inhalasi
maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian
cairan IV. Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan
IV, β2 agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia
dapat digantikan dengan adrenalin subkutan.Pada serangan asma yang
mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU.Pemberian obat-obat bronkodilator
diutamakan dalam bentuk inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada
dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu (spacer).
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol
asma dan mencegah serangan.Pengobatan asma jangka panjang
disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.Prinsip pengobatan jangka
panjang meliputi: 1) Edukasi; 2) Obat asma (pengontrol dan pelega); dan
Menjaga kebugaran.Edukasi:Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan,
mengenali gejala serangan asma secara dini, mengetahui obat-obat pelega
dan pengontrol serta cara dan waktu penggunaannya, mengenali dan
menghindari faktor pencetus, kontrol ter

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat : lingkungan tempat tinggal
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama. (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian)
batuk, sesak nafas dan mengi.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit)
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : sesak nafas, alergi,
batuk pilek.
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak) : asma, sesak nafas, batuk lama, alergi.
5) Riwayat imunisasi
6) Riwayat tumbuh kembang
c. Pemeriksaan Persistem
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status gizi (BB, TB, Usia)
2) Sistem persepsi sensori :
a) Sistem persyarafan : kesadaran
b) Sistem pernafasan : sianosis, wheezing / mengi, sesak nafas,
menggunakan otot nafas tambahan, cuping hidung, laju nafas
meningkat, produksi sekret meningkat.
c) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat akral
dingin, kapilary refill
d) Sistem gastro intestinal
e) Sistem integumen : sianosis, diaporesis, turgor
f) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir / oliguria / anuria
g) Sistem muskuloskeletal : tonus otot menurun, lemah secara umum
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan merokok
2) Pola nutrisi dan metabolisme : makanan terakhir yang dimakan, alergi
makan, suka es, suka makanan instan
3) Pola eliminasi : bak terakhir, oliguria / anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : apakah anak sering kelelahan / sesak nafas
sehabis bermain ? Bermain di tempat berdebu ?
5) Pola tidur dan istirahat : susah tidur
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress : apakah anak punya masalah yang
belum terselesaikan?
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran.
10) Pola persepsi dan konsep diri
K. Diagnosa Keperawatan
1 Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas,
peningkatan sekresi trakheobronkheal
2 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
3 Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas
4 Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi, keterbatas-an
kognisi, tidak familier dengan sumber informasi
5 Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
6 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2,
kelemahan
7 Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak nafas
L. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi

1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindak-an Airway Suctioning (3160)


tiidak efektif b.d obs-truksi keperawatan selama … x 24 jam jalan
jalan nafas / pe-ningkatan napas klien efektif, dengan kriteria : 1 Pastikan kebutuhan suctioning
2 Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
sekresi trakhe-bronkheal.
Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas 3 Informasikan pada klien dan ke-luarga tentang suctioning
4 Meminta klien napas dalam sebe-lum suctioning
Batasan karakteristik : (0410) :
5 Berikan oksigen dengan kanul nasal
6 Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
- Dispneu - Suara napas bersih
7 Anjurkan klien napas dalam dan istirahat setelah kateter dikeluarkan
- Orthopneu - Tidak ada sianosis
dari nasotrakheal
- Sianosis - Tidak sesak napas / dispneu
8 Monitor status oksigen klien
- Ronkhi/krepitasi - Irama napas dan frekuensi napas
9 Hentikan suction apabila klien menunjukkan bradikardi
- Kesulitan berbicara dalam rentang normal
Airway manajemen ( 3140)
- Batuk tidak efektif - Klien tidak merasa ter-cekik
atau tidak ada - Tidak ada sianosis
1. Posisikan klien untuk memaksi-malkan ventilasi
- Mata melebar - Tidak gelisah
2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Produksi sputum me- - Sputum berkurang
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
ningkat Status Respirasi : Ventilasi (0403)
4. Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
- Gelisah
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
- Perubahan frekuensi - Mendemonstrasikan ba-tuk efektif
6. Monitor respirasi dan status oksigen
dan irama napas - Suara nafas yang bersih
Cough Enhancement (3250)
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada dispneu (mam-pu
1. Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi maksimal
bernafas dengan mudah)
2. Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-
- Tidak ada pursed lips
3 kali
3. Anjurkan klien nafas dalam be-berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
Terapi Oksigen (3320)

1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan trachea / tenggorokan


2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2, humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan petugas jaga.
Mengatur posisi (0840)

1 Atur posisi pasien semi fowler, ekstensi kepala


2 Miringkan kepala bila muntah
Fisioterapi dada (3230)

1. Tentukan adanya kontraindikasi fisioterapi dada


2. Tentukan segmen paru-paru yang memerlukan fisioterapi dada
3. Posisikan klien dengan segmen paru yang memerlukan drainase
dile-takkan lebih tinggi
4. Gunakan bantal kepala untuk membantu mengatur posisi
5. Kombinasikan teknik perkusi dan posturnal drainase
6. Kombinasikan teknik fibrasi dan posturnal drainase
7. Kelola terapi inhalasi
8. Kelola pemberian bronchodilator, mukolitik
9. Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan sesudah posturnal drainase
2. Resiko aspirasi b.d aku- Setelah dilakukan tindak-an Airway Suctioning (3160)
mulasi secret, sesak nafas keperawatan selama … x 24 jam pasien
1 Pastikan kebutuhan suctioning
tidak me-ngalami aspirasi, dengan 2 Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
kriteria : 3 Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Faktor Resiko : 4 Meminta klien napas dalam se-belum suctioning
5 Berikan O2 dengan kanul nasal untuk memfasilitasi suctioning
- Penurunan reflek ba- nasotrakhea
tuk dan gag reflek Respiratory status : ventilation (0403) 6 Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
- Ngt 7 Anjurkan klien napas dalam dan istirahat setelah kateter dikeluarkan
- Penurunan kesadaran - Respirasi dalam ren-tang normal dari nasotrakheal
- Gangguan menelan - Ritme dalam batas normal 8 Monitor status O2 klien
- Produksi secret me- - Ekspansi dada si-metris 9 Hentikan suction apabila klien me-nunjukkan bradikardi
ningkat - Tidak ada sputum di jalan napas Airway manajemen ( 3140)
- Dispneu - Tidak ada pengguna-an otot-otot
tambahan 1 Posisikan klien untuk memak-simalkan ventilasi
- Tidak ada retraksi da-da 2 Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Tidak ditemukan se-sak nafas / 3 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
dispneu 4 Auskultasi suara napas, catat adanya suara nafas tambahan
- Dispneu saat aktivitas tidak 5 Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
ditemukan 6 Monitor respirasi dan status oksigen
- Napas pendek-pen-dek tidak Aspiration Precaution (3200)
ditemukan
- Tidak ditemukan tak-til fremitus 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batu, gag reflek dan kemampuan
- Tidak ditemukan su-ara napas menelan.
tambahan 2. Monitor status paru-paru
Respiratory status : gas ekchange 3. Pertahankan airway
(0402) 4. Alat suction siap pakai, tempatkan disamping bed, dan suction
sebelum makan
- Status mental dalam batas normal 5. Beri makanan dalam jumlah kecil
- Bernapas dengan mu-dah 6. Pasang NGT bila perlu
- Gelisah tidak ditemu-kan 7. Cek posisi NGT sebelum mem-berikan makan
- Tida ada sianosis 8. Cek residu sebelum memberikan makan
- Somnolen tidak dite-mukan 9. Hindari pemberian makanan jika residu banyak
10. Libatkan keluarga selama pembe-rian makan
11. Potong makanan menjadi kecil-kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala pasien elevasi 30-40˚ selama dan setelah pem-
berian makan
15. Anjurkan pasien / atur posisi klien semi fowler atau fowler ketika
makan
16. K/p per sonde atau drip feeding
17. Cek apakah makanan mudah di telan
Posisitioning/Mengatur posisi (0840)

1. Atur posisi pasien semi fowler, ekstensi kepala


2. Miringkan kepala bila muntah
Respirasi Monitoring (3350)

1. Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas


2. Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot
tambahan, dan retraksi
3. Monitor crowing, suara ngorok
4. Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun /
tidak ada dan catat adanya suara tam-bahan
6. K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau krakles
7. Monitor peningkatan gelisah, ce-mas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
9. Catat karakteristik dan durasi batuk
10. Monitor sekret di saluran napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil rontgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi
inhalasi)
3. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindak-an perawatan Respirasi Monitoring (3350)
hiperventilasi, kele-lahan selama … X 24 jam pola nafas efektif,
1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
otot pernafasan dengan criteria 2 Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot
tambahan, dan retraksi
Batasan karakteristik : Respiratory status : Airway patency 3 Monitor crowing, suara ngorok
(0410) : 4 Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe
- Penurunan tekanan 5 Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun /
inspirasi / ekspirasi - Suara napas bersih tidak ada dan catat adanya suara tam-bahan
- Penurunan ventilasi - Tidak ada sianosis 6 K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau krakles
per menit - Tidak sesak napas 7 Monitor peningkatan gelisah, ce-mas, air hunger
- Penggunaan otot na- - Irama napas dan frekuensi napas 8 Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
fas tambahan da-lam rentang normal 9 Catat karakteristik dan durasi batuk
- Pernafasan nasal - Pasien tidak merasa tercekik
flaring - Tidak ada sianosis
- Dispneu - Tidak gelisah
- Ortopneu - Sputum berkurang
- Penyimpangan dada Respiratory status : ventilation (0403)
- Nafas pendek
- Posisi tubuh menun- - Respirasi dalam rentang normal
jukkan posisi 3 poin - Ritme dalam batas normal
- Nafas pursed-lip (de- - Ekspansi dada simetris
ngan bibir) - Tidak ada sputum di jalan napas
- Ekspirasi meman-jang - Tidak ada penggunaan otot-otot
- Peningkatan diame- tambahan
ter anterior-posterior - Tidak ada retraksi dada
- Frekuensi nafas - Tidak ditemukan dispneu
 Bayi : < 25 atau - Dispneu saat aktivitas ti-dak
> 60 ditemukan
 1-4 th : < 20 atau - Napas pendek-pendek ti-dak
> 30 ditemukan
 5-14 th : < 14 atau - Tidak ditemukan tak-til fremitus
> 25 - Tidak suara napas tambahan
 > 14 th : < 11 atau
> 24
- Kedalaman nafas
 Volume tidal de-
wasa saat istira-
hat 500 ml
 Volume tidal ba-yi
6-8 ml/kg BB
- Penurunan kapasitas
vital
- Timing rasio
4. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindak-an Terapi Aktivitas (4310)
ketidakseimbangan suplai keperawatan selama … x 24 jam, klien
dan kebutuhan O2, ke- mampu mencapai : activity to-leransi , 1 Batasi pengunjung
2 Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan spiritual
lemahan dengan kriteria :
3 Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap
4 Bantu klien mengenal pilihan untuk beraktivitas
Batasan Karakteristik : Activity tolerance (0005)
5 Tentukan klien komitmen untuk meningkatkan frekuensi untuk
aktivitas
- Laporan kerja : kele- - Saturasi oksigen da-lam batas
6 Kolaborasi yang berhubungan de-ngan fisik, terapi rekreasi, pe-
lahan dan kelemahan normal ke-tika beraktivitas
ngawasan program aktivitas yang tepat
- Respon terhadap ak- - HR dalam batas nor-mal ketika
7 Bantu klien membuat rencana yang khusus untuk pengalihan
tivitas menunjukkan aktivitas
aktivitas rutin tiap hari
nadi dan tekanan - Respirasi dalam batas normal saat
Manajemen Energi (0180)
darah abnormal aktivitas
- Perubahan EKG me- - Tekanan darah sisto-lik dalam batas
nunjukkan aritmia / nor-mal saat beraktivitas 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
disritmia - Tekanan darah dias-tolik dalam 2. Dorong mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
- Dispneu dan ketidak- batas nor-mal saat beraktivitas 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan adanya kelelahan
nyamanan yang sa- - EKG dalam batas normal 4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
ngat - Warna kulit 5. Monitor klien adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
- Gelisah - Usaha bernafas saat beraktivitas
- Berjalan di ruangan
- Berjalan jauh
- Naik tangga
- Kekuatan ADL
- Kemampuan ber-bicara saat
latihan
5. Defisit self care b.d kele- Kebutuhan ADL klien terpenuhi
mahan, dengan kelelahan, selama pera-watan NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan toiletting
sesak nafas Aktifitas:
Indikator:
1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah
- Klien tampak bersih dan rapi
dijangkau klien
- Mengerti secara seder-hana cara
Batasan karakteristik : 2. Libatkan klien dan dampingi
mandi, ma-kan, toileting, dan ber-
3. Berikan bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri
pakaian serta mau mencoba secara
- Klien tidak mampu 4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan mandi dan toileting
aman tanpa cemas
mengambil makanan - Klien mau berpartisipasi dengan NIC: ADL Berpakaian
- Klien tidak mampu ke senang hati tanpa keluhan dalam
toilet Aktifitas:
memenuhi ADL
- Klien tidak mampu ke - Kebutuhan makan mi-num, mandi,
kamar mandi 1. Informasikan pada klien dalam memilih pakaian selama perawatan
toileting, dll terpenuhi
- Klien tiodak mampu 2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau
memakai baju sendiri 3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan berpakaian

NIC: ADL Makan

1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman


2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum
5. Beri rasa nyaman saat makan
6. Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan tindak-an Coping enhancement (5230)
perkembangan penyakit keperawatan selama … X 1. Kaji respon cemas orang tua
anaknya (sesak nafas, pertemuan kece-masan orang tua 2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
gelisah) berku-rang, dengan kriteria : 3. Jelaskan orang tua tentang diag-nosis, pengobatan dan prognosa
4. Bantu orang tua untuk mengenali factor pencetus serangan asma.
5. Anjurkan orang tua untuk meng-hindari atau meminimalkan kontak
dengan faktor pencetus
Batasan karakteristik : Anxiety control (1402) 6. Terangkan orang tua tentang pro-sedur pemeriksaan dan
pengobatan
- Orang tua sering - Tidur adekuat 7. Beritahu dan jelaskan setiap per-kembangan penyakit anaknya
bertanya - Tidak ada manifestasi fisik 8. Dorong penggunaan sumber spi-ritual
- Orang tua meng- - Tidak ada manifestasi perilaku
ungkapkan perasaan - Mencari informasi untuk mengurangi
cemas cemas Anxiety Reduction (5820)
- Khawatir - Menggunakan teknik relaksasi untuk
- Kewaspadaan me- me-ngurangi cemas 1 Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin dialami
ningkat - Berinteraksi social selama menjalani prosedur
- Mudah tersinggung 2 Berikan objek yang dapat mem-berikan rasa aman
- Gelisah 3 Berbicara dengan pelan dan tenang
- Wajah tegang, me- Aggression Control (1401) 4 Membina hubungan saling percaya
merah 5 Dengarkan klien dengan penuh per-hatian
- Kecenderungan me- - Menghindari kata yang meledak- 6 Ciptakan suasana saling percaya
nyalahkan orang lain ledak 7 Dorong orang tua mengungkapkan perasaan, persepsi dan cemas
- Menghindari perilaku yang merusak secara verbal
- Mampu mengontrol verbal 8 Berikan peralatan / aktivitas yang menghibur untuk mengurangi ke-
tegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi
Coping (1302) 10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung

- Mampu mengidentifikasi pola koping


yang efektif dan tidak efektif
- Mampu mengontrol verbal
- Melaporkan stress / cemasnya
berkurang
- Mengungkapkan menerima keadaan
- Mencari informasi berkaitan dengan
penyakit dan pengo-batan
- Memanfaatkan du-kungan social
- Melaporkan penurun-an stes fisik
- Melaporkan pening-katan
kenyamanan psikisnya
- Mengungkapkan membutuhkan
ban-tuan
- Melaporkan perasaan negatifnya
berkurang
- Menggunakan stra-tegi koping efek-
tif

7. Kurang pengetahuan kli- Setelah diberikan penje-lasan selama … Teaching : Disease


en / orang tua tentang X per-temuan klien / orang tua Process (5602)
asma b.d kurang infor- mengetahui dan mema-hami tentang 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien / orang tua
masi, keterbatasan kogni- penyakit-nya, dengan criteria : tentang proses penyakitnya
si, tak familier dengan 2. Jelaskan patofisiologi asma dan bagaimana hal ini berhubungan
Knowledge : Disease Process (1803) : dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang sesuai.
sumber informasi.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada asma dengan
- Mengetahui jenis / nama cara yang sesuai
penyakitnya 4. Gambarkan proses penyakit asma dengan cara yang sesuai
- Mampu menjelaskan proses 5. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
Batasan Karakteristik :
penyakit 6. Bantu klien / orang tua mengenali factor pencetus serangan asma
- Mampu menjelaskan factor resiko 7. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi klien
- Mengungkapkan ma-
- Mampu menjelaskan efek penyakit dengan tepat
salah
- Mampu menjelaskan tanda dan 8. Informasikan kepada orang tua tentang kemajuan / perkembangan
- Tidak tepat mengi-kuti
gejala penyakit penyakit klien dengan cara yang sesuai
perintah
- Mampu menjelaskan komplikasi 9. Sediakan informasi tentang peng-ukuran diagnostik yang ada
- Tingkah laku yang
berlebihan (histeris, - Mampu menjelaskan bagaimana
bermusuhan, agitasi, mencegah komplikasi
apatis)

Knowledge : Health behavors(1805)

- Mampu menjelaskan pola nutisi


yang sehat
- Mampu menjelaskan aktifitas yang
ber-manfaat
- Mampu menjelaskan efek tembakau
/ merokok
- Mampu menjelaskan teknik
manajemen stress
- Mampu menjelaskan bagaimana
mengura-ngi resiko sakit
- Mampu menjelaskan bagaimana
menghin-dari lingkungan yang
berbahaya (factor pencetus)
- Mampu menjelaskan pemakaian
obat se-suai resp
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman


Pengendalian Penyakit Asma. No. 1023/MENKES/SK/XI/2008.

Mansjoer, Arif. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Media


Aesculapius. Jakarta: EGC.

Nataprawira H.M. (2007). Peran Asthma Control Test (ACT) dalam


Tatalaksana Mutakhir Asma Anak. Sari Pediatri Vol. 9, No. 4,
Desember 2007. IDAI.

Setyono, Joko.(2010). Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: Salemba


Medika.

Smeltzer, S.C. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,


Vol. 2. Jakarta: EGC.

Suriadi. (2012). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV Agung


Seto.

Anda mungkin juga menyukai