Anda di halaman 1dari 66

Perancangan Struktur

Bangunan Air
Dalam pelaksanaan perencanaan dan perancangan bangunan- bangunan air, analisis
hidrologi masih merupakan bagian analisis yang sangat dominan dan memerlukan
penanganan yang cermat. Peranan analisis hidrologi menjadi sangat penting karena
sebelum informasi hidrologi yang diperlukan tersedia maka analisis lain belum dapat
dilakukan. Hujan adalah komponen masukan penting dalam proses hidrologi. karena
jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai,
baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface
flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater). Ada beberapa sifat hujan yang
penting untuk diperhatikan dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran, antara
lain adalah intensitas curah hujan, lama waktu hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas
daerah pengaruh hujan. Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa
hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan (chactment) yang
kecil sampai yang besar.

Karakterisik hujan diantaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan frekuensi.


Bencana banjir selain akibat kerusakan ekosistem ataupun aspek lingkungan yang tidak
terjaga tetapi juga disebabkan karena bencana alam itu sendiri seperti curah hujan yang
tinggi. Menurut (Hutchinson, 1970 ;Browning, 1987 dalam Asdak C. 2002), ketelitian
hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH, maksudnya diperlukan
semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di suatu daerah yangvariasi
curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin meningkat dengan semakin banyak
penakar yang dipasang.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan
rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah
hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Hal yang
penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi
curah hujan ini bermacam-macam sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yakni curah
hujan tahunan, curah hujan bulanan, curah hujan harian, curah hujan per jam. Pola
distribusi curah hujan ini berfungsi untuk mendapatkan suatu pola distribusi curah hujan

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
suatu daerah yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menghitung dan menganalisa data curah hujan khususnya data curah hujan jam-jaman
sebagai dasar untuk menentukan perencanaan banjir rencana.

Langkah-langkah perencanaan :
1. Penetapan Lokasi Bendung

Bendungan merupakan bangunan pelimpah melintang sungai yang


memberikan tinggi muka air minimum kepada bangunan pengambilan untuk
keperluan irigasi,agar aliran bisa disalurkan ke daerah yang akan dijadikan lahan
irigasi. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menetapkan lokasi bendung,yaitu:
 Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi

 Kondisi topografi dari lokasi bendung

 Kondisi tanah pondasi,bendung harus ditempatkan pada lokasi dimana


tanah pondasinya cukup baik

 Biaya pelaksanaan

 Lain-lain,seperti penggunaan lahan disekitar bendung,kmungkinan daerah


disekitar bendung, perubahan morfologi sungai,daerah genangan yang tiak
terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

2. Penggambaran Catchment Area (Daerah Aliran Sungai)

Catchment Area digambar dengan memperhatikan posisi kontur disekitar


sungai yang direncanakan. Melalui posisi konturakan ditarik batasan areal, dimana
diasumsikan aliran air yang jatuh pada lahan akan turun menuju sungai dengan
daerah tegak lurus kontur. Batasan daerah tangkapan dibuat menggelilingi sungai
sehingga akan diperoleh sebuah areal yang disebut Daerah Aliran Sungai.

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
3. Analisa Data Hidrologi

Digunakan untuk menganalisa data curah hujan yang terjadi pada lokasi
Catchment Area,atau daerah terdekat lokasi bendung. Data curah hujan yang harus
tersedia untuk dianalisa yaitu data yang terkumpul untuk minimal 10 tahun, guna
mendapat hasil (data) yang layak. Analisa hidrologi antara lain meliputi curah
hujan maximum, curah hujan DAS, analisa frekuensi sesuai pola distribusi data
hujan.

4. Menghitung Design Flood

Design flood digunakan untuk menghitung debit banjir rencana atau debit
air yang akan melewati bendung dalam perencanaan teknik bangunan pengairan.

5. Perencanaan Bendung

Dalam merencanakan suatu bendung, kita dapat memilih tipe bendungan


yang akan digunakan dengan penentuan dimensi bendung yang akan
direncanakan. Secara umum ada 4 tipe bendung,
 Bendung tetap dengan memakai kolam peredam energi

 Bendung tetap, tidak memakai kolam peredam energi

 Bendung tetap dengan konstruksi dinding penunjang

 Bendung bergerak

Setelah mengetahi tipe-tipe bendungyang ada, kita dapat memulai


perhitungan dimensi bendung, yaitu terdiri dari :
 Perhitungan Piel Mercu, untuk menentukan tipe piel mercu yang akan
digunakan.

 Perhitungan tinggi bendung,jarak antara muka bendung sampai puncak


bendung.

 Perhitungan muka air

 Perhitungan penampang sungai rata-rata

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
 Penentuan lebar bendung, jarak antara pangkal-pangkalnya dimana
debitnya harus sama dengan lebar rata-rata pada bagian yang stabil.

 Perhitungan lebar efektif bendung.

 Perhitungan tinggi muka air maksimum diatas mercu bendung

 Mengontrol sifat aliran

 Menentukan tipe dan ukuran hidrolis bendung

 Menghitung panjang lantai muka dan panjang tanggu bendung

 Mendimensi pintu pengambilan dan pintu penguras.

6. Kontrol Sifat Aliran

Kontrol ini dibutuhkan untuk mengetahui aliran yang terjadi pada


bendung. Kontrol ini akan menghasikan jenis aliran, yaitu aliran sempurna atau
aliran tidak sempurna.

7. Lantai Muka Bendung

Ini berfungsi untuk mengurangi tekanan air ke atas pada bidang kontak
pondasi bangunan dengan dasar pondasi dan juga memperpanjang jalan aliran.
Untuk mentukan panjang muka bendungdigunakan Teori Bleigh dan Teori Lane.

8. Mendimensi Pintu Pengambilan

 Bangunan Pengambilan

Bangunan ini merupakan suatu bangunan pada bendung yang berfungsi


sebagai penyadap aliran sungai, pengatur pemasukkan air dan sedimen
serta menghindarkan sedimen dasar sungai masuk ke intake.
 Bangunan Penguras

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Bangunan ini berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen
dasar dan mengurangi angkutan muatan laying yang masuk ke intake.
Bangunan ini dirancang pada bendung dengan volume angkutan muatan
sedimen dasar relative besar.

9. Analisa Stabilitas Bendung

Analisa ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat keamanan


bendung, yaitu harus stabil terhadap geser, guling, dan penurunan, sehingga perlu
untuk menghitung gaya-gaya pada bendungan, antara lain :
 Berat sendiri bangunan

 Gaya gempa

 Tekanan lumpur

 Gaya up lift (tekanan air dibawah bendung )

 Gaya hidrostatik

10. Kontrol Stailitas Bendung

Stabilitas bendung harian dikontrol terhadap keadaan air normal dan


keadaan banjir, yaitu kita mendesain bendung agar tahan terhadap gaya tekan yang
disebabkan oleh air yang dalam keadaan normal ( terhadap guling, geser, dan
tanah ) dan yang disebabkan oleh banjir.

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Menentukan Catchment Area (Daerah Aliran Sungai)


Suatu bendung tetap, direncanakan mengairi daerah irigasi dengan memanfaatkan air
sungai Butaya Soklai. Penggambaran Catchment Area dan penetapan lokasi bendung,
dilakukan pada Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 2216 – 54 daerah , dengan skala 1 :
50.000 (1 cm digambar = 0.5km dilapangan; 1cm2 = 0.25km2 = 25 ha).
Perhitungan luas Catchment Area dilakukan dengan cara grafis dan memperoleh nilai luas
Catchment Area:
Luas stasiun pengamatan 1 = 3,6 km2
Luas stasiun pengamatan 2 = 14,5 km2
Luas stasiun pengamatan 3 = 18.2 km2
Luas stasiun pengamatan 4 = 60,75 km2
Luas stasiun pengamatan 5 = 24,3 km2
Jadi luas total adalah = 121.5 km2 .

Data Hujan di Setiap Stasiun Hujan

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Kemudian data tersebut setiap stasiun di uji outlier


PENGUJIAN DATA OUTLIER
*Stasiun 1

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
) CSlog =
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3

Slog= 0.150602277 CSlog= -0.59455805

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Karena Cs Log < -0.4, maka dilakukan uji outlier rendah lebih dahulu
_____
log Xl =l ogX −kn . S log
Logxl= 1.754341857
Logxl=

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Maka semua nilai dibawah angka logx low diganti nilai logX low

Ternyata tidak terdapat outlier rendah

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3


Slog = 0.150602277
CSlog = -0.594558048
Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Kemudian di Uji Outlier Tinggi


_____
log Xh =l ogX +kn . Slog

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Log Xh=
Log Xh=

Maka semua data yang diatas log Xhigh harus diganti dengan nilai log Xhigh

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3


Slog = 0.150602277
CSlog = -0.594558048

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Ternyata tidak terdapat data outlier Tinggi Maka data SUDAH BISA DIGUNAKAN

*STASION 2

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
) CSlog =
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3

Slog = 0.15424589 CSlog= -0.65643687


Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Karena Cs Log < -0.4, maka dilakukan uji outlier rendah lebih dahulu
_____
log Xl =l ogX −kn . S log
Logxl= 1.777935668
Logxl=

Maka semua nilai dibawah angka logx low diganti nilai logX low

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Ternyata tidak terdapat outlier rendah

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3
Slog = 0.15424589
CSlog = -0.65644

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Kemudian di Uji Outlier Tinggi


_____
log Xh =l ogX +kn . Slog
Log Xh=
Log Xh=

Maka semua data yang diatas log Xhigh harus diganti dengan nilai log Xhigh

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3
Slog = 0.15424589
CSlog = -0.656436865
Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Ternyata tidak terdapat data outlier Tinggi Maka data SUDAH BISA DIGUNAKAN

*STASION 3

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
) CSlog =
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3

Slog = 0.133918049 CSlog= -0.427202017


Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Karena Cs Log < -0.4, maka dilakukan uji outlier rendah lebih dahulu
_____
log Xl =l ogX −kn . S log
Logxl= 1.803208414
Logxl=

Maka semua nilai dibawah angka logx low diganti nilai logX low

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Ternyata terdapat outlier rendah

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3
Slog = 0.13092022

CSlog = -0.31632447

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Kemudian di Uji Outlier Tinggi


_____
log Xh =l ogX +kn . Slog
Log Xh=

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Log Xh=

Maka semua data yang diatas log Xhigh harus diganti dengan nilai log Xhigh

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3
Slog = 0.13092022
CSlog = -0.31632447
Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957
Ternyata tidak terdapat data outlier Tinggi Maka data SUDAH BISA DIGUNAKAN

*STASION 4

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
) CSlog =
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3

Slog = 0.1122913 CSlog= -0.679605163

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Karena Cs Log < -0.4, maka dilakukan uji outlier rendah lebih dahulu
_____
log Xl =l ogX −kn . S log

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Logxl= 1.880653388
Logxl=

Maka semua nilai dibawah angka logx low diganti nilai logX low

Ternyata terdapat outlier rendah


Hitung Slog Hitung CSlog
n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3


Slog = 0.108311548
CSlog = -0.513892958

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Kemudian di Uji Outlier Tinggi

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
_____
log Xh =l ogX +kn . Slog
Log Xh=
Log Xh=

Maka semua data yang diatas log Xhigh harus diganti dengan nilai log Xhigh

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3


Slog = 0.108311548
CSlog = -0.51389

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

*STASION 5

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
) CSlog =
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3

Slog = 0.103266169 CSlog= -0.74671237


Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957

Karena Cs Log < -0.4, maka dilakukan uji outlier rendah lebih dahulu
_____
log Xl =l ogX −kn . S log
LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)
Perancangan Struktur
Bangunan Air

Logxl= 1.889563092
Logxl=

Maka semua nilai dibawah angka logx low diganti nilai logX low

Ternyata terdapat outlier rendah

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3


Slog = 0.10209582

CSlog = -0.70607

Hitung KN
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Kn= 2.428241957
Kemudian di Uji Outlier Tinggi
_____
log Xh =l ogX +kn . Slog
Log Xh= 2.428314439
Log Xh= 268

Maka semua data yang diatas log Xhigh harus diganti dengan nilai log Xhigh

Hitung Slog Hitung CSlog


n


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i =1
) CS log=
n ∑ ( LogX i − LogX )3
i=1

( n−1 ) ( n− 2 ) ( S log )3
Slog = 0.10209582
CSlog = -0.70607

Hitung KN

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Kn= (-3.62201) + (6.28446 n1/4) – (2.49835 n1/2) + (0.491436 n3/4) – (0.037911 n)
Kn= 2.428241957
Ternyata tidak terdapat data outlier Tinggi Maka data SUDAH BISA DIGUNAKAN

Sehingga data yang akan di analisis untuk hujan rencana adalah:

Menentukan Hujan Rencana/Hujan Wilayah dengan


Metode Poligon Thissen
CARA POLIGON THIESSEN

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Metode ini digunakan secara luas karena dapat memberikan data memberikan
data presipitasi yang lebih akurat, karena setiap bagian wilayah tangkapan hujan diwakili
secara proposional oleh suatu alat penakar hujan. Dengan cara ini, pembuatan gambar
polygon dilakukan sekali saja, sementara perubahan data hujan per titik dapat diproses
secara cepat tanpa menghitung lagi luas per bagian polygon.

Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
R1,R2,R3 = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1,A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A = Luas daerah penelitian

Cara membuat polygon Thiessen


a. Mengambil peta lokasi stasiun hujan di suatu DAS
b. Menghubungkan garis antar stasiun 1 dan lainnya hingga membentuk segi tiga
c. Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang membagi dua sama persis dan tegak
lurus garis
d. Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga sehingga membuat titik berat yang
akan membentuk polygon.

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Analisis Frekwensi

Pertama hitung analisis Statistic data yaitu:


 Standar Deviasi (S)
 Koefisien Variasi (CV)
 Koefisien Skewness (Cs)
 Pengukuran Kurtosis (Ck)
Untuk memudahkan perhitungan analisis diatas maka dihitung mengunakan
table perhitungan yang terlampir.

Perhitungan Standar Deviasi (S)


n
S=
√ 1
. ∑ ( Xi−X )
n i=1
S= 28.23908579

Standar Deviasi Logaritma (Slog)


n _______ 2
S log =
1
(
Σ log X i − log X
(n−1) i=1
)
LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)
Perancangan Struktur
Bangunan Air

Slog= 0.094888689

Perhitungan Koefisien Variasi (Cv)


S
Cv=
X

Cv= 0.220722105

Perhitungan Koefisien Skewness (Cs)


X
Xi−¿
¿
¿3
¿
n
n∑ ¿
i=1
Cs=¿

Cs= 0.567083692

Perhitungan Standar Koefisien Skewness Log (Cs Log)


n
n ∑ ( LogX i −LogX )3
i=1
CSlog =
( n−1 ) ( n−2 ) ( S log )3
Cs log= 0.057312861

Perhitungan Koefisien Kurtosis


n
2 4
n Σ ( X i −X )
i =1
Ck=
( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) S 4

Ck= 0.050721837

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Kemudian data di analisis distribusi Peluang
 Distribusi Normal
 Distribusi Log-Normal
 Distribusi Gumbell
 Distribusi Log Pearson tipe III

1. Distribusi Peluang Normal


Xtr=X + S . K

Untuk Memudahkan Perhitungan maka perhitungan dibuat dalam bentuk Tabel


XKala k Xtr
Ulang
5 0.84 151.6603775
10 1.28 164.0855753
15 1.46 169.1686107
20 1.64 174.2516462
50 2.05 185.8296713
100 2.33 193.7366154
1000 3.09 215.1983206

Nilai K didapat dari Tabel Reduksi Gauss (Terlampir)

2. Distribusi Log Normal


log Xtr =log X + Slog . K

Untuk Memudahkan Perhitungan maka perhitungan dibuat dalam bentuk Tabel


Kala Ulang k Xtr Hujan Rencana
5 0.84 2.176798115 150.2443382
10 1.28 2.21854913 165.4051921
8
15 1.46 2.23562910 172.0398685
2
20 1.64 2.25270906 178.9406728
6
50 2.05 2.29161342 195.7101854
8
100 2.33 2.31818226 208.056966
1
1000 3.09 2.39029766 245.6391944
4
Nilai K didapat dari Tabel Reduksi Gauss (Terlampir)

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
3. Distribusi Gumbell

K Tr =
[ {
−ln −ln
Tr−1
Tr }]
−Yn

Sn

Untuk Memudahkan Perhitungan maka perhitungan dibuat dalam bentuk Tabel


Kala
Ulang Yn Sn KTR Xtr (Hujan Rencana)
8 0.4843 0.9043 1.690941809 175.6901963
10 0.4952 0.9497 1.848128174 180.1289955
15 0.5128 1.0206 2.117334991 187.7311499
25 0.5309 1.0914 2.444231502 196.9624085
50 0.5485 1.1607 2.889151941 209.526555
100 0.56 1.2065 3.348652488 222.5024304
Nilai K didapat dari Tabel Nilai Yn dan Sn (Terlampir)

4. Distribusi Log Pearson Tipe III

Dimana:

Untuk Memudahkan Perhitungan maka perhitungan dibuat dalam bentuk Tabel


Kala Ktr Log Xtr Hujan Rerata
Ulang
5 0.8564 2.17835429 150.783663
10 1.1728 2.208377071 161.5760812
25 1.464 2.236008657 172.1902897
50 1.6288 2.251646313 178.503326
100 1.7622 2.264304464 183.7826307
Nilai K didapat dari Tabel (Terlampir)

Selanjutnya Menentukan Tipe Distribusi berdasarkan Parameter-parameter Statistik

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Secara teoritis, langkah awal penentuan tipe distribusi dapat dilihat dari parameter -
parameter statistik data pengamatan. Parameter-parameter yang dilakukan adalah CS, CV,
dan CK. Kriteria pemilihan untuk tiap tipe distribusi berdasarkan parameter statistik
adalah sebagai berikut ini

1. Tipe Distribusi Normal


Jika Cs = 0 (Kecil Sekali)

CS = -0.327 Not Ok

2. Tipe Distribusi Log Normal


Jika Cs = 3Cv

-0.327 = 0.662166315 Not Ok

3. Tipe Disribusi Gumbell


Jika Cs = 1.14, Cs= 5.4
Cs= 0.567 Not Ok

Bila Ke 3 Kriteria Sebaran diatas tidak memenuhi, kemungkinan tipe sebaran yang cocok
adalah

4. Log Pearson Tipe III.

Jadi Sebaran data diatas yang paling baik digunakan adalah Tipe Sebaran Distribusi Log
Pearson Tipe III

Kala Ktr Log Xtr Hujan


Ulang Rencana
5 0.8564 2.17835429 150.783663
10 1.1728 2.208377071 161.5760812
25 1.464 2.236008657 172.1902897
50 1.6288 2.251646313 178.503326
100 1.7622 2.264304464 183.7826307

Lampiran.

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Nilai Variabel Reduksi GAUSS untuk Distribusi Normal dan Log Normal

Tabel Nilai Yn dan Sn untuk Distribusi Gumbell

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Tabel Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Mengubah Hujan Menjadi Debit menggunakan Hidrograf


Satuan Sintetis
Di daerah di mana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan
hidrograf satuan, maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada
karakteristik fisik dari DAS. Berikut ini diberikan beberapa metode yang biasa
digunakan.

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Metode Snyder
Gupta pada tahun 1989 (dalam Triatmodjo 2006) empat parameter yaitu
waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi standar dari hujan
efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri fisik dari DAS dengan
hubungan berikut.

Tp = C t (L Lc)^0,3

Qp = C P A / t

T = 3 + (t P / 8)

TD = t P / 5,5

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

HEC-HMS

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
HEC-HMS merupakan singkatan dari Hydrologic Engineering Center-Hydrologic
Modeling System, merupakan sebuah software yang dikembangkan oleh Hydrologic
Enginnering Center milik US Army Crops of Engineers. Software ini dapat digunakan
untuk simulasi perhitungan limpasan permukaan, menghitung transformasi hujan serta
penelusuran banjir pada suatu DAS, baik itu dalam kondisi eksisting maupun dalam
keadaan terkontrol atau terencana, perhitungan aliran dasar (baseflow), evaluasi bangunan
pengendali air serta presipitasi air hujan (Suhartanto, 2008:1).

Komponen HEC-HMS
Dalam program HEC-HMS terdapat 3 komponen utama, yaitu sebagai berikut:
1. Basin Model yaitu elemen-elemen yang terdapat pada suatu sub DAS serta parameter-
parameter dalam limpasan.
2. Meteorologic model yaitu berisi data hujan dan data evapotranspirasi.
3. Control specifications yaitu merupakan interval waktu simulasi untuk memulai atau
mengakhiri dalam kalkulasi data.

Metode Perhitungan dalam HEC-HMS


Dalam pemodelan HEC-HMS ini, pengguna dapat memilih dan menentukan metode
perhitungan yang akan digunakan. Program ini menyediakan beberapa metode dalam
perhitungan limpasan, metode perhitungan hidrograf satuan sintetis, metode perhitungan
baseflow dan metode-metode lainnya (Suhartanto, 2008:19). Salah satu metodenya yaitu
sebagai berikut :

a. Metode Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis


Metode yang akan digunakan yaitu metode perhitungan hidrograf satuan sintetik. Metode
perhitungan hidrograf satuan sintetik ini juga memiliki beberapa pilihan yang dapat
digunakan, metode-metode tersebut antara lain (HEC-HMS Technical Reference Manual,
2000:56 dalam suhartanto, 2008:23 ):
- Hidrograf satuan sintetis Snyder
- Hidrograf satuan SCS (Soil Conservation Service)
- Hidrograf satuan Clark
- Hidrograf satuan Clark modifikasi
- Hidrograf satuan Kinematic wave

Perhitungan Debit Rencana Metode HSS Snyder menggunakana


Software HEC-HMS

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

RUN PROGRAM

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Penetapan Tipe Bendung dan Ukurannya serta Analisis


Profil Aliran Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Penetapan Dimensi Bendung
Data : Elevasi sawah tertinggi = 100 m
Tinggi air di sawah = 0.1 m
Kehilangan tekanan air dari tersier ke sawah = 0.1 m
Kehilangan tekanan air dari sekunder ke tersier = 0.1 m
Kehilangan tekanan air dari primer ke sekunder = 0.1 m
Kehilangan tekanan air karena kemiringan saluran = 0.15 m
Kehilangan tekanan alat-alat ukur = 0.4 m
Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0.2 m
Persediaan tekanan karena exploitasi = 0.1 m
Persediaan tekanan untuk lain-lain bangunan = 0.25 m
peil mercu bendung = 101.5 m

Tinggi Bendung
Tinggi Bendung adalah jarak antara lantai muka bandung sampai pada puncak bendung
Diketahui : - Elevasi sawah tertinggi = 100 m
- Elevasi dasar sungai ke lokasi bendung = 95 M
- Peil mercu bendung = 101.5 M
Tinggi bending = Peil mercu bendung - peil sungai
= 101.5 - 95
= 6.5 m

Tinggi muka air


Untuk mendapatkan tinggi muka air maksimum di sungai dilakukan dengan perhitungan trial and error.
Tinggi muka air pada desain flood sebelum ada bendung adalah tinggi muka air maksimum di hilir bendung
Rumus yang digunakan :

V = Kecepatan aliran (m/det)


A = Luas penampang basah dari sungai (m2)
R = Jari-jari hidrolis
I = Kemiringan sungai rata-rata
C = Koefisien kecepatan
γ = Koefisien kekasaran (untuk sungai 1.5 - 1.75)
diambil γ = 1.6
P = Keliling basah (m)
Z = Kemiringan talud

Untuk bentuk penampang trapesium :

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Lebar sungai (b) = 5 m


Kemiringan talud (z) = 1
Kemiringan sungai (I) = 0.069
elevasi tertinggi - elevasi terendah
I=
panjang sungai

Coba - coba harga h dalam meter :


mak
a:
h b A P R C I V Q
(m) (m) (m2) (m)
7.8284 (m)
0.76643 30.768 0.06 (m/det
7.0756 (m 3
/det)
42.4536
6
1 5 3 7 1 9 1 6
0.994 5.961530 7.8128 0.06 7.0497 42.0274
5 5 3 7 0.76304 30.724 9 7 4

maka diambil : Qdesign = Q

42 = 42.0274 (m3/det) => h = 0.9945 m

b = 5 m

V = 7.04977 m/det

Penentuan lebar bendung


Lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal di satu sisi dan tembok pangkal di sisi lain. Dalam
mendisain lebar bedung sebaiknya diambil sama dengan lebar sungai normal (bn), hal ini untuk mencegah
agar aliran sungai tidak terganggu pada saat melewati bendungan, akan tetapiapabila bila lebar yang sama
menyebabkan tinggi muka air di atas mercu bendung tinggi sekali, maka lebar bendung dapat diperbesar
sampai 6/5 Bn
Lebar sungai (Bn) :

Bn = b + h*z h

b
z
1

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Bn = 7.061 m

Penentuan lebar efektif bedung


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit. Lebar
efektif bendung lebih kecil dari lebar bendung dikarenakan adanya pilar bendung
Lebar dasar dan pintu pengawas.
=> b = normal
Jumlah tebal pilar
Σt = - pilar
Σb = Jumlah lebar pintu penguras
dipakai n pilar
Lebar pintu penguras : = 1 m
Σb = Bn/10
0.5994 dipaka
Σb = 5 m i= 1 m
Beff = 4.7945 m
Tinggi air maksimum di atas mercu bendung
Tinggi muka air di atas mercu bendung adalah muka air sedikir di atas udik bendung sebelum
muka air berubah bentuk menjadi melengkung kebawah.

Berdasarkan rumus debit bendung, muka air diatas mercu bendung dapat di tentukan :
Debit rencana
=> Q = = 42 (m3/det)
Koefisien
Cd = debit= 1.25
Beff = Lebar efektif bendung = 4.7945
g = Grafitasi = 9.81
Hi = tinggi energi hulu
Ho = 2.36756 m

Tinggi energi hulu (k1) dihitung dari muka air bagian hulu diatas mercu bendung.
Untuk memperoleh ini perlu di hitung faktor - faktor sebagai berikut :
a Debit per satuan lebar
. (q) :
q = Q = 42 (m3/det)

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Beff 4.7945 m
= 8.76 m2/det
b. Kedalaman kritis (hc)

hc = 1.9851 m

Kecepatan di udik
c. bendung

q 8.76 m2/det
Vo = = 8.867
(P + Ho) 6 m
0.987
= 9 m/det

Selanjutnya dihitung harga ko

0.975
2
Ko = Vo = 9 (m/det)2
2g 19.62
0.049
= 7 m

Jadi didapat tinggi muka air banjir di atas mercu :


ho = Ho - Ko
ho = 2.3676 - 0.0497
ho = 2.3178
jari-jari kelengkungan minimum
Rmin ΔH 4.02
>< =>
hc hc 1.985
Rmin = 0.753
Dan elevasi air diatas mercu bendung :
= 101.5 + 2.3178
= 103.82 m

Ukuran hidrolis bendung


Pemilihan tipe bendung
Sasaran perhitungannya adalah menentukan besaran D, N, R dimana telah dipilih bendung tipe"VLUGHTER"

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
dengan ketentuan tanah dasar bendung bersifat aluvial sehingga sungai tdk mengalirkan bebatuan besar/
kecil namun hanya membawa endapan lumpur waktu hujan. Menurut percobaan "VLUGHTER" ruang olakan
bendung ditentukan oleh beda tinggi air, air di hulu dan di hilir, tinggi air di muka
bendung.
Data :
Tinggi mercu bendung = 6.5 m
Jari-jari kelengkungan puncak mercu ( r ) = 0.753 m
Tinggi air diatas mercu (ho) = 2.318 m
Tinggi energi kecepatan (k) = 0.017 m
Tinggi garis energi diatas mercu (H) = 1.739 m
Beda tinggi air dihilir dengan pencak mercu (b) = 1.323

Ho = ho + ko
= 2.334321 m
b = P - h
= 5.5055 m
z = H + b
= 7.2445 m
z/H = 4.1659 m

syarat VLUGHTER :
D = L = R = 1,1*Z +
1. Jika : H

D = L = R = 0,6 H +
2. Jika : 1,4 z

Digunakan syarat yang kedua :


D=L=R= 9.7079 m
a = 0.2 m
2a = 0.4 m

P
2a

ko
h0

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Menghitung panjang lantai muka


Lantai muka berfungsi untuk mengurangi tekanan air ke atas pada bidang kontak antara pondasi bangunan
dengan dasar pondasi, juga untuk memperpanjang jalan aliran (creep line).
Perbedaan tinggi muka ai di udik dan di hilir bendung mengakibatkan adanya aliran dibawah sebagai akibat
dari perbedaan tekanan pada dasar bendung. Hal ini menimbulkan penggerusan terutama di uung belakang
bendung. Untuk mencegah hal ini, maka kita harus menahan atau menghambat aliran air di dasar bendung.
Cara yang paling sering di lakukan adalah membuat dinding vertikal dari beton atau besi di muka bendung
itu, agar jalan yan di tempuh adalah jalan menghambatnya yang paling kecil. Untuk mengetahui panjang lantai
muka dari bendung ini, digunakan "teori Bleigh" dan "teori Lane"

A. Teori
Bligh : => ΔH = beda tekanan = 7.8055 m
C = Creep ratio = 3
(lempung lunak)
syarat : L≥ ΔH * C L = panjang creep line
L≥ 23.417 m

B. Teori LANE :
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Bligh. Lane memberikan koreksi terhadap teori Bligh
dengan mengatakan bahwa "energi yang di butuhkan air untuk melewati jalan yang horisontal lebih
kecil dari pada yang vertikal dengan perbandingan 1 : 3". Jadi diangap bahwa 1L V = 3LH untuk
panjang yang sama, sehingga menurut Lane :

ΔH*C = LV + 1/3
LH => L = Panjang creep line
L = LV + 1/3 LH ≥ C*ΔH C = Creep ratio = 3
23.4165 ≥ 20m Lv = Panjang bagian vertikal = 12m
LH = Panjang bagian horsontal = 24m

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Untuk keperluan ini, total panjang Creep Line diambil = 24m sehingga panjang lantai muka :
23.4165m - 20m = 3.417m * 3
= 10.25m

Menghitung tebal lantai muka


syarat :
= 0.142m
direncanakan :
H
t = 0.5m
t≥ 0.64235m 0.5m
2.2
≥ 0.29198m 10.25m
0.5m ≥ 0.292m (OK!)

Menghitung tebal lantai belakang


direncanakan (pot m - m') :
t = 0.5m
0.64235m
t≥
2.2
≥ 0.29198m
0.5m ≥ 0.292m (OK!)
direncanakan (pot P - P'') :
t = 1m
1.29198m
t≥
2.2
≥ 0.58726m
1m ≥ 0.587m (OK!)

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Pintu pengambilan dan pintu penguras


Pintu ini merupakan tempat masuknya air yang di perlukan untuk irigasi yang merupakan
pintu sadap. Penempatannya harus sedemikian rupa, karena dapat mempengaruhi sendimen
yang masuk dan debit. Pintu intake biasanya dibuat dari kayu tahan air yang di perkuat dengan
rangka besi profil maupun besi plat. Bagian bawah (lantai) harus diberi ambang untuk mencegah
masuknya sendimen ke dalam saluran.
Berikut ini adalah perhitungan tinggi ambang dan dimensi pintu intake:

Luas sawah yang akan di aliri =

Debit air (Q) yang dibutuhkan untuk mengairi sawah adalah :


Qo = t * a * F => a = Pemberian air normal (1.1 l/det)
t = Koef garis kapasitas = 0.8
F = Luas sawah yang akan di aliri `
3
Qo = 0.396 m /det
Kehilangan air di saluran irigasi = 10% - 20% (diambil = 20%)
kehilangan air = 0.0792 m3/det
maka debit yang dibutuhkan untuk mengaliri sawah :
Q = Qo + kehilangan
Q= 0.4752 m3/det

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Rumus pengaliran :
Q= Debit saluran induk
=> m= koefisien pengaliran = 0.5
b= lebar pintu intake = 2
h= tinggi pintu intake
g= grafitasi
h= 0.4266229 m => h= 0.5 m
b= 0.8532457 m b= 0.9 m
Tinggi ambang = tinggi mercu - h
= 6 m

Panjang tanggul
=> L= Panjang tanggul
H= Tinggi air diatas mercu= 2.3178 m
I = Kemiringan sungai = 0.069 m
L = 67.183205 m
peninggian tanggul dilakukan sepanjang 67.183 m ke arah udik bendung

Dimensi balok pada pintu pengambilan


Perhitungan ukuran balok dilakukan pada balok terbawah karena memikul tekanan terbesar
peninjauan dilakukan terhadap air banjir
ukuran balok
hbanjir = 8.818
h1 = 2.818
hbalok = diambil = 30 cm h0 b
hr
3
γW = 1 t/m
P1 = γw * h1 = 2.818 t/m2

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
P2 = γw *(h1 - h ) = 2.518 t/m2
P = (P1+P2)/2*hbalok = 2.668 t/m2

Direncanakan menggunakan 1 buah pintu pengambilan:


Lebar pintu intake : 0.9 M => lb = 0.5m
Tebal diambil : 0.09 M
Lebar teoritis (lk) = lb + 2(t/2)
= 0.6m
Mmax = 1/8 *P * lk2 = 0.1161 tm
= 11608m kgcm

Balok yang digunakan baja . 37 dengan σlt = 2400 kg/cm 2


Untuk konstruksi terendam air σlt dikalikan dengan faktor 2/3
σlt =
2400*2/3 = 1600 kg/cm2
σlt = M/W => W= 1/6 * hbalok * t2
W= 405 cm3
(OK!
= 28.6 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 )

jadi ukuran balok untuk pintu pengambilan :


30 cm x 9 cm x 0.5m

Dimensi balok pada pintu penguras


Tinggi pintu penguras = tinggi mercu bendung = 6.5m
Dibagi
menjadi 13 balok h = 0.5m
Lebar pintu penguras = 1/10*Bn = 3 m (max)
diambil = 1m
Balok yang digunakan bj.37 dengan σlt = 2400 kg/cm2

Tekanan air :

AB = γw *( hbanjir - h) * kw
= 5.211m t/m3
CD = γw *hbanjir* kw 6.5 m
= 5.511 t/m2
Tekana
n
lumpur
γs = 1.6 t/m3

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
Ø = 30 o
EC
= γs' * h* ka = (γs - γw)*h*(1 - sinØ)/(1 + sinØ)
EC
= 1.3 t/m2
ED = EC+CD = 6.811 t/m2
q = h/2 * (AB + ED)
q = 39.0715m t/m
Mmax = 1/8 * q * L2
= 43.9554m tm
= 4395544m kgcm => Digunakan = 2
= 2197772m kgcm
σlt
= M/W
1175
W= 1/6 * hbalok * t2 => t = 15 cm 0
W= 1875 cm cm3
σlt kg/cm (OK!
= 1172.15m kg/cm2 < 1600 2 )
50
jadi : ukuran balok = cm x 15 cm

Stabilitas Bendung

Gaya Berat Bendung


Bedung direncanakan terbuat dari beton (pasangan batu)

=> F= Luas bagian yang ditinjau (m2)

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
γ= berat jenis beton = 2.4 t/m3
Bagia My=G* Mx=G*
n F(m2) G=F*γ y(m) x(m) y x
1049.76 2851.20
1 54.000 129.600 8.10 22.00 0 0
2 12.800 30.720 6.10 20.00 187.392 614.400
3 16.000 38.400 5.00 20.00 192.000 768.000
4 16.000 38.400 3.00 16.00 115.200 614.400
5 16.000 38.400 1.00 8.00 38.400 307.200
6 4.400 10.560 0.55 2.00 5.808 21.120
7 1.800 4.320 1.40 1.30 6.048 5.616
8 4.000 9.600 2.60 5.30 24.960 50.880
9 3.650 8.760 4.60 9.21 40.296 80.680
128.65 1659.86 5313.49
Σ 0 308.760 4 6
Σmy 1659.864
= = 5.375904m
y= ΣG 308.76
5313.495
Σmx = 6 = 17.20914m
x= ΣG 308.76

Gaya Gempa
Yang diperhitungkan adalah gaya horizontal yang bekerja pada titik berat bendung (y)
Rumus :
k=m*α => α= Koefisien Gempa
α= 0.03*g
k = ΣG * 0.03
k = 9.2628 t

Momen akibat gempa = 9.2628 t *y


= 49.80 tm
Tekanan lumpur
Endapan lumpur dianggap setinggi mercu

6.5m
γ= berat jenis lumpur = 1.8 t/m3
o
Ø= Sudut geser dalam = 25
H = 1/2 * γs * h2 * ka => ka = 1 - sin θ
1+ sin θ
= 0.4058585
= 15.4328 t
Mo = 15.4328 t * 5.166667m
Mo = 79.736 t Tm

Gaya hidrostatis
a. Keadaan air normal

γw = 1 t/m3

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
6.5m
tekanan air setinggi mercu :
ΣH =W = 1/2*γw*h2
= 21.125 t
M= 109.1 tm

jarak titik berat ke titik yang ditinjau


w Gaya(t) Jarak Momen => Jarak = (M)
1 81.56 4.87 396.913
2 -4.64 32.81 -152.075 ΣM = -871.00 tm
3 -6.95 29.81 -207.251 ΣH = 51.10 t
4 -70.25 11.81 -829.330 ΣV = -81.84 t
5 -30.46 2.60 -79.259
Σ -871.003

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Gaya uplift
Untuk menghitung gaya uplift harus dicari tekanan pada tiap titik sudut pada creep line, kemudian
dapatdihitung besarnya gaya yang bekerja pada tiap bidang.
Teori
Bleigh
=> Px = Uplift pressure di titik x
Hx = tinggi energi dihulu bendung / jarak x ke
muka air
Lx = Panjang creep line sampai titik x
L = Panjang total creep line= 24m
ΔH = Beda tinggi = 7.8055m
Jarak = Jarak antara garis yang di tinjau ke dasar
bendung
a
. Keadaan air normal

7.8055
=> ΔH = m
0.32522
Px = Hx - 9 Lx
Jarak
Titik Hx Lx Px b V (t) H (t) Momen (tm)
(m)
- - - - -
A 0.7 24.9 -7.398
0 - 0.000 0.55 0.000
B 0.7 22.9 -6.748
0 0.000 - 8.7 0.000
C 0.7 22.9 -6.748
2.4 - -12.729 1.15 -14.639
D 3.1 21.4 -3.860
1.5 -6.156 - 7.2 -44.321
E 3.1 22.9 -4.348
2.4 - -12.729 0.9 -11.456
F 0.7 21.4 -6.260
0 0.000 - 6.2 0.000
G 0.7 21.4 -6.260
4.8 - -17.435 0.9 -15.691
H 5.5 20 -1.005
0 0.000 - 5.2 0.000
I 5.5 20 -1.005
2 - 0.576 0.35 0.202
J 7.5 18.2 1.581
0 0.000 0 2.35 0.000
K 7.5 18.2 1.581
4.7 16.897 0 2.35 39.708
L 10 13.5 5.609
0 - 0.000 0.125 0.000
M 10 10 6.748

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
- - - - -
Σ 10.741 -42.317 -46.198
Uplift pressure 70% 7.519 -29.622 -32.338
Diman
a: b= lebar dua titik yang di tinjau
V = H = (P1 + P2)/2 * b

b
. Keadaan air banjir
=> tinggi air di atas mercu =
ΔH = 10m
Px = Hx - 0.416667m Lx
Jarak Momen
Titik Hx Lx Px b V (t) H (t)
(m) (tm)
- - - - -
A 3.9 24.9 -6.475
0 - 0.000 0.55 0.000
B 3.9 22.9 -5.642
0 0.000 - 8.7 0.000
C 3.9 22.9 -5.642
2.4 - -9.910 1.15 -11.397
D 6.3 21.4 -2.617
1.5 -4.394 - 7.2 -31.635
E 6.3 22.9 -3.242
2.4 - -9.910 0.9 -8.919
F 3.9 21.4 -5.017
0 0.000 - 6.2 0.000
G 3.9 21.4 -5.017
4.8 - -11.160 0.9 -10.044
H 8.7 20 0.367
0 0.000 - 5.2 0.000
I 8.7 20 0.367
2 - 3.483 0.35 1.219
J 10.7 18.2 3.117
0 0.000 - 2.35 0.000
K 10.7 18.2 3.117
4.7 25.125 - 2.35 59.045
L 13.2 13.5 7.575
0 - 0.000 0.125 0.000
M 13.2 10 9.033
- - - - -
Σ 20.732 -27.497 87.972
Uplift pressure 70% 14.512 -19.248 61.580

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

Kontrol stabilitas bendung


a. Keadaan air normal
Jenis gaya V (ton) H (ton) MT (tm) MG (tm)
Berat sendiri 308.760 - 6973.360 -
Gaya gempa - 9.263 - 49.796
Tekanan
lumpur - 15.433 - 79.736
Gaya
hidrostatis - 21.125 - 109.146
Gaya uplift 7.519 -29.622 - -32.338
Σ 316.279 16.199 6973.360 206.339
1 Kontrol eksentrisitas (e)
syarat : e < 1/6 * B => B= lebar horisontal
B= 5 m
206.3393
a= 6973.3596 - 6
316.2789199
21.39574
a= m
0.833333
e= -18.896m ≤ m

2 Kontrol terhadap guling


syarat: SF ≥ 1,5
2763.818
=
164.3182
= 16.81991 ≥ 1.5 (OK)
3 Kontrol terhadap geser
syarat: SF ≥ 1,5
=> f =koef.geser = 0,7
121.28
=
8.7212
= 13.907 ≥ 1.5 (OK)

4 Kontrol terhadap tekanan tanah


syarat
: σmax ≤ σmax

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
-
316.278 113.374
σmax =
9 m )
5 (1 ± 5
-
= 1371.1m t/m2
- kg/cm
2
= 137.11m < 8.5 kg/cm2 (OK)
5 Kontrol keadaan air normal
syarat: F ≥ 1,5
Berat sendiri
=> ΣG = bendung
berat
ΣW = air
ΣV = uplift
308.76 + 0
=
7.518919917
41.0644
1 ≥ 1.5 (OK)
jadi dimensi bendung memenuhi untuk kondisi air
normal

Keadaan air
b. banjir
Jenis gaya V (ton) H (ton) MT (tm) MG (tm)
Berat sendiri 308.760 - 6973.360 -
Gaya gempa - 9.263 - 49.796
Tekanan lumpur - 15.433 - 79.736
Gaya hidrostatis -81.839 51.102 - -871.003
Gaya uplift 14.512 -19.248 - 61.580
Σ 405.111 56.550 6973.360 -679.891
1 Kontrol eksentrisitas (e)
syarat : e < 1/6 * B => B= lebar horisontal
B= 46 m
a= 6973.359 - -

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air
679.8905
6 4
405.11
18.89175
a= m
4.1083 7.666667
e= m ≤ m
2 Kontrol terhadap guling
syarat: SF ≥ 1,5
6973.3596
=
679.891
10.25659
= 15 ≥ 1.5 (OK)
3 Kontrol terhadap geser
syarat: SF ≥ 1,5
=> f =koef.geser = 0,7
283.577
5
=
56.5498
3
= 5.01 ≥ 1.5 (OK)

4 Kontrol terhadap tekanan tanah


syarat : σmax ≤ σmax
405.11 24.64952m
σmax =
46 (1 ± 46 )
= 13.526m t/m2
= 1.3526m kg/cm2 < 8.5 kg/cm2 (OK)
5 Kontrol keadaan air normal
syarat: F ≥ 1,5
=> ΣG = Berat sendiri bendung
ΣW = berat air
ΣV = uplift
308.76 + 0
=
14.51216667
21.27594 ≥ 1.5 (OK)
jadi dimensi bendung memenuhi untuk kondisi air banjir

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)


Perancangan Struktur
Bangunan Air

LOUIS CHRISTIAN LAGONDA (120211072)

Anda mungkin juga menyukai