PEMBAHASAN
1. Pengumpulan bahan baku (batang pulasari), dilakukan dengan memperhatikan sifat dan
kandungan senyawa aktif, karena kulit batang pulasari memiliki kandungan minyak atsiri,
maka pengumpulan dilakukan pada pagi hari.
2. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lain dari batang
pulasari.
3. Pencucian untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada bahan simplisia dalam
waktu sesingkat mungkin untuk mencegah kandungan senyawa aktif ikut terbawa saat
pencucian
4. Pemisahan dan perajangan kulit batang pulasari dilakukan untuk memperolehkulit batang
pulasari saja (tanpa batang) dan mempermudah proses pengeringan serta pengepakan.
5. Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 37-40 °C hingga benar-benar kering, yaitu
ketika simplisia telah mudah untuk dipatahkan. Selain cara tersebut, untuk mengetahui
simplisia benar-benar kering, dilakukan dengan menghitung selisih berat simplisia
sebelum dan sesudah pengeringan. Simplisia telah kering setelah kehilangan berat sekitar
60-70% (kadar air 7-12%). Tujuan pengeringan untuk memperoleh simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu lebih lama. Pengeringan dengan oven
dipilih karena memiliki beberapa keuntungan disbanding pengeringan secara alami (sinar
matahari), antara lain pengeringannya lebih merata, waktu yang diperlukan lebih singkat,
tidak ada pengotor dari lingkungan dan tidak dipengaruhi oleh cuaca. Pengeringan terlalu
lama menyebabkan simplisia ditumbuhi kapang atau mikroorganisme lain. Pengeringan
dengan suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan perubahan kimia senyawa aktif bahan
simplisia (Anonim,1985).
6. Sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor lain yang masih ada.
7. Simplisia yang diperoleh, selanjutnya diserbuk dengan bblender dan diayak dengan
ayakan no. 30 dengan ukuran lubang ayakan 0,595 mm atau 595 µm, 144 lubang/cm 2
yang menghasilkan serbuk simplisisa berukuran seragam.
Pemurnian
1. Pasta yang diperoleh dari kromatografi kolom dilarutkan kembali dengan metanol lalu
dianalisis KLT untuk mengetahui apakah senyawa yang diperoleh sudah murni atau
belum sekaligus mencari fasa gerak yang sesuai untuk preparatif KLT. n-heksana :
etilasetat (70 : 30 v/v) adalah fasa gerak yang menunjukkan pemisahan paling baik untuk
selanjutnya digunakan untuk menjenuhkan bejana KLT preparatif.
2. Sedangkan pasta yang telah dilarutkan tadi ditotolkan secara perlahan – lahan dan sama
rata disepanjang tepi bawah pelat KLT yang telah diaktifkan.
3. Plat dimasukkan kedalam bejana yang berisi pelarut yang dijenuhkan, kemudian ditutup.
4. Setelah dielusi, plat dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan hasilnya diperiksa di
bawah sinar UV- 254/356 nm.
5. Tiap zona diberi tanda dan dikeruk lalu dielusi dengan metanol-etilasetat (1:1). Hasil
elusi diuapkan hingga diperoleh pasta.