Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada peradaban bangsa manapun, termasuk Indonesia, profesi guru


bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses
kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter
bangsa.Makna strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai
profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya. Di dalam UU No.14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Terkait dengan Pernyataan Gubernur Maluku dalam Sambutannya dalam
Forum MGMG seprovinsi Maluku, bahwa kinerja guru Bahasa Jerman, rendah
sekali ini mengakibatkan kompetensi hasil belajar peserta didik juga sangat rendah.
Hasil ini terbukti dengan data hasil Uji Kompetensi Guru(UKG) Bahasa Jerman
rendah dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Jerman juga
sangat rendah.Hal ini yang melatarbelakangi judul permasalahan penulisan dan
penelitian ini.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama diperlukan ekstrakapasitas untuk
menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga
tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran
yang buruk.
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan
penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi
mereka yang berada di provinsi kepulauan seperti di Maluku dan berada pada titik-

1
titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena
keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berqualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan. Keempat, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Kelima, mendorong demokrasi,
layanan sosial dasar melalui solidaritas kolektif dan kerjasama diantara anggota
organisasi guru Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI) dan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP) sebagai wadah guru-guru untuk
berkumpul, berinteraksi dan berkomunikasi untuk saling berbagi pengetahuan
dalam meningkatkan kompetensi dan qualitas guru. MGMP juga berperan penting
untuk meningkatkan kesadaran kolektif bersosialisasi dengan mengadakan
workshop, seminar, seminar khusus untuk guru-guru bahasa Jerman ini adalah
contoh kerjasama untuk membangkitkan kesadaran kolektif.
Terkait itu, setiap guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi
sosial.

Kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian merupakan tolak ukur guru untuk
Penguatan Pendidikan Karakter. Guru harus mempunyai kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-
aspek kepribadian ini diantaranya menunjukkan etos kerja, tanggun jawab yan
tinggi, rasa bangga menjadi guru, rasa percaya diri dan menjunjung tinggi kode etik
profesi guru. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerjasama, simpatik dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kinerja guru
dalam kaitannya dengan kompetensi sosial yaitu berkomunikasi secara efektif ,
empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan
masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan, tulsan, atau bentuk lainnya.

2
Kompetensi Sosial juga menekankan pada usaha mengembangkan
kemampuan agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain
sebagai usaha membangun sikap demokratis dengan menghargai setiap perbedaan
dalam realitas sosial.

Berpedoman pada dasar hukum Penguatan Pendidikan Karakter Perpres No


87 Tahun 2017, bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui
penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikasif, peduli sosial, bertanggungjawab pada penguatan pendidikan
karakter.
Mengacu dari pemikiran teoretis dan Peraturan Presiden diatas tentang
Penguatan Pendidikan Karakter, diperlukan upaya dan metode yang tepat untuk
membangkitkan dan meningkatkan kesadaran kolektif guru terhadap etos dan
disiplin kerja untuk penguatan pendidikan karakter. Dan Method Project ini
menuntut guru untuk membangun kerjasama secara kolektif. Guru belajar untuk
saling membantu yang memiliki kemampuan pengetahuan lemah dan kemampuan
pengetahuan yang kuat, menyusun rancangan penyelesaian masalah dan
membutuhkan komitmen kolektif guru.
Untuk tujuan itu, Project Method digunakan agar meningkatkan kesadaran
kolektif guru dalam disiplin dan etos kerja untuk Penguatan Pendidikan Karakter

3
B. PERMASALAHAN

- Apakah ada pengaruh antara Project Method terhadap peningkatan kesadaran


kolektif guru dalam disiplin dan etos kerja?
- Seberapa besar pengaruh antara Project Method terhadap peningkatan kesadaran
kolektif guru?

C. TUJUAN

Untuk meningkatkan kesadaran kolektif guru Bahasa Jerman dalam disiplin dan
etos kerja untuk Penguatan Pendidikan Karakter.

D. MANFAAT

- Untuk masukan kepada Institusi terkait dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (
MGMP ) BAHASA JERMAN KOTA AMBON DAN PROVINSI MALUKU agar
meningkatkan kompetensi dan kerjasama kolektif guru bahasa Jerman dengan
menggunakan Project Method.
- Metode ini bisa diterapkan untuk membangun kesadaran guru-guru matapelajaran
lainnya.
- Metode Proyek dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk peserta didik di
sekolah- sekolah dalam rangka meningkatkan Penguatan Pendidikan Karakter.

Anda mungkin juga menyukai