PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional.
Seseorang bisa disebut lansia apabila mereka telah mencapai umur 60 tahun
keatas dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan salah satunya adalah
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah
dengan pesat baik di negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan
salah satu “Geriatric Giants”. Jatuhnya yang berulang merupakan penyebab penting
dari morbiditas dan mortilitas pada lansia dan merupakan penanda status fisik serta
kognitif yang buruk. Paling sering penyebab jatuh adalah karena multifaktorial.
Menurut WHO tentang pencegahan jatuh di usia yang lebih tua, faktor resiko jatuh
Bahaya lanjut usia bisa terjadi karena kehilangan kekuatan otot pada
ekstremitas bagian atas dan bagian bawah, khususnya lutut yang berfungsi untuk
tubuh menjadi tidak seimbang dan dapat berakibat pada langkah kaki yang
berkurang serta kecepatan berjalan juga ikut menurun. Oleh karena itu, orang tua
Populasi lanjut usia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan
dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lain. Pada tahun 2050,
satu dari lima orang di dunia akan berusia 60 tahun dan lebih tua, pada tahun 2015
dan 2030 jumlah orang lanjut usia di seluruh dunia meningkat menjadi 56 persen,
dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar. Pada tahun 2030, jumlah orang berusia
60 ke atas akan melebihi usia muda yang berusia 15 sampai 24 tahun (Unidop,
2017).
Berdasarkan data proyeksi penduduk, di perkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Di prediksi tahun 2025 (33,69 juta),
tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa atau sekitar 8,67% dari kota
penduduk Jawa Barat, yang terdiri dari sebanyak 2,02 juta jiwa (8,31%) lansia laki-
laki dan sebanyak 2,14 juta jiwa (9,03%) lansia perempuan. Publikasi lain
Menurut Taylor & Stretton, The Otago Exercise Programme (OEP) adalah
sebuah latihan yang di desain bagi lansia untuk mencegah resiko jatuh, yang
dilakukan oleh penguatan otot dan latihan keseimbangan. (jurnal keterapian fisik
pengaruh otot dan pelatihan keseimbangan kaki. Otago exercise programme sendiri
keseimbangan dan untuk mencegah jatuh. Latihan ini dikembangkan pertama kali
oleh Profesor John Campbell, MD, FRACP dan Clara Robertson, PhD, penelitian
efektivitas program latihan otago untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia tahun
2016, hasil penelitian menunjukan bahwa sesi 8 minggu latihan otago exercise
mencegah jatuh ada kemungkinan bahwa kekuatan pelatihan juga penting karena
kekuatan menurun terus setelah usia 65 tahun dan gangguan kekuatan otot
ekstremitas bawah telah di identifikasi sebagai faktor resiko jatuh, latihan yang
Programme tidak berpengaruh terhadap rentang gerak sendi refleksi lutut dan
keseimbangan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul Pengaruh Otago
Exercise Programme Terhadap Rentang Gerak Sendi Pada Lanjut Usia Di Panti
Wreda Wilayah Cirebon Tahun 2019 untuk membuktikan apakah ada pengaruh
atau tidak jika Otago Exercise Programme diteliti pada tempat dan orang yang
berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Exercise Programme dalam rentang gerak sendi pada lansia di Panti Wreda
Programme
lansia di Panti Wreda. Populasi penelitian ini adalah lanjut usia yang berada di
Panti Wreda Wilayah Cirebon. Metode yang digunakan adalah quasi experiment,
dengan pendekatan one group pretest posttest dan teknik pengambilan sampel
2. Dapat dijadikan salah satu pilihan latihan sebagai langkah preventif dalam