Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(KKI,2006).
Dalam pelayanan kedokteran/kesehatan, terutama yang dilakukan para
dokter dirumah sakit maupun praktek pribadi,peranan pencatatan rekam medis
sangat penting dan sangat melekat dengan kegiatan pelayanan. Sehingga ada
ungkapan bahwa rekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter menerima
pasien.
Sepintas hal tersebut dapat dipahami, karena catatan demikian akan berguna
untuk merekam keadaan pasien, hasil pemeriksaan serta tindakan pengobatan yang
diberikan pada waktu itu. (Hanafiah, J dan Amir, A. 2008).
Catatan atau rekaman itu menjadi sangat berguna untuk mengingatkan
kembali dokter dan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah
diberikan ila pasien dating kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari,
beberapa bulan bahkan setelah beberapa tahun kemudian. Dengan adanya rekam
medis, maka ia bias mengingat atau mengenali keadaan pasien pada waktu
diperiksa sehingga lebih mudah melanjutkan strategi pengobatan dan
perawatannya. (Hanafiah, J dan Amir, A. 2008).
Dalam pendidikan kedokteran waktu dulu pengetahuan rekam medis tidak
diajarkan secara khusus, cukuplah dipadakan dari pengetahuan dan keterampilan
yang didapatnya waktu bekerja di bangsal. Namun, kini makin dipahami bahwa
peranan rekam medis tidaklah terbatas pada asumsi yang dikemukakan diatas, tetapi
jauh lebih luas dari sekedar catatan atau jembatan untuk mengingat kembali. Maka
dalam pendidikan dokter dan program pendidikan dokter spesialis sekarang, rekam
medis telah masuk dalam kurikulum pendidikan dibawah mata ajar Etika Kedoteran

1
2

dan Hukum Kesehatan (Hanafiah, J dan Amir, A. 2008).

Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Rekam medis ditetapkan dalam Permenkes No.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis / Medical Record (selanjutnya
disebut Permenkes Rekam Medis).

Keberadaan rekam medis diperlukan dalam sarana pelayanan kesehatan,


baik ditinjau dari segi pelaksanaan praktek pelayanan kesehatan maupun dari aspek
hukum. Peraturan hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan
kesehatan mencakup aspek hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi.
Dari aspek hukum, rekam medis dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam
perkara hokum (Wahjuningati,E. 2011).

Tidak tersedianya fasilitas rekam medis masih terjadi di beberapa tempat


pada sarana pelayanan kesehatan. Hal ini menimbulkan permasalahan khususnya
apabila terjadi tuntutan hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Wahjuningati,E. 2011).

Sanksi pelanggaran yang dapat dijatuhkan atas pelanggaran tentang tidak


tersedianya fasilitas rekam medis menurut Permenkes Rekam Medis Pasal 17
adalah sanksi administratif. Disamping itu, Pasal 79 UU No.29/2004 tentang
Praktik Kedokteran mengancam sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) setiap dokter
atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak memasang papan nama, tidak membuat
rekam medis dan tidak memenuhi kewajiban (Wahjuningati,E. 2011).

Praktek pelaksanaan pelayanan kesehatan memerlukan beberapa pihak yang


terlibat didalamnya, yaitu meliputi seluruh tenaga kesehatan. Keterlibatan beberapa
pihak dalam pelayanan kesehatan menimbulkan permasalahan khususnya
berhubungan dengan pertanggungjawaban menurut hokum (Wahjuningati,E.
2011).
3

Aturan ini sangat menarik dikaji dari aspek hukum, apalagi dalam
prakteknya masih ada sarana pelayanan kesehatan yang tidak menyediakan fasilitas
rekam medis (Wahjuningati,E. 2011).

Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan
rekam medis dan penunjang medis serta dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan,
dan penelitian bagi para tenaga kesehatan.
Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang
diberikan kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana
dengan adanya bukti tertulis tersebut maka rekam medis yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan, dengan tujuan sebagai penunjang tertib administrasi
dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.

Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan rekam medis adalah Dokter


tidak sepenuhnya menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis,
baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan, dan tidak
memahami rekam medis dari aspek hukum dan etik, akibatnya rekam medis dibuat
secara tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu.

Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran berkembang sangat


pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan
yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) saat ini merupakan kewajiban
bagi masing-masing rumah sakit setelah ditetapkannya UU No 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. Pada Bab XI Tentang Pencatatan dan Pelaporan, khususnya
Pasal 52 (1) disebutkan bahwa “Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam
bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”.
4

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari rekam medis?
2. Bagaimana aspek hukum dan etik dari rekam medis?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana kepentingan rekam medis bagi kepentingan
Dokter, pasien, pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dilihat
dari aspek hukum dan etik.

Anda mungkin juga menyukai