Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Model Kooperatif Tipe Student Teams Achieviement Divisions

(STAD) Berbantuan Chemistry Card (Chem-Card) terhadap Hasil Belajar


Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan satu di antara ilmu yang termasuk ke dalam cabang guruan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu kimia tersebut merupakan materi pelajaran
yang diberikan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/MA sederajat). Ilmu
kimia yang diberikan di sekolah bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep
kimia yang saling berkaitan agar mampu menyelesaikan masalah secara kualitatif
maupun kuantitatif. Mengacu pada tujuan tersebut, maka sudah semestinya proses
di dalam pembelajaran kimia dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mampu
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kimia.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada di SMA Negeri 10 Pontianak, guru


masih menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan diskusi dalam
pembelajarannya. Guru hanya menggunakan buku modul, papan tulis dan spidol
sebagai media pembelajaran saat menjelaskan materi. Menurut guru, metode
ceramah dianggap paling efektif digunakan karena dirasa lebih mengefisienkan
waktu yang biasanya hanya berupa penjelasan, pemberian tugas dan latihan. Ketika
pemberian tugas dan latihan, tidak jarang siswa yang tidak paham materi cenderung
bertanya kepada siswa lain yang paham terhadap materi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa siswa memerlukan teman belajar untuk menyelesaikan persoalan yang dirasa
sulit.

Metode ceramah yang dilakukan guru mengakibatkan proses pembelajaran lebih


berpusat pada guru dibanding siswa. Hanya 1 hingga 2 orang saja yang biasanya
bertanya kepada siswa ketika pembelajaran berlangsung. Bahkan, peserta yang
bertanya kepada guru juga hanya siswa yang itu-itu saja. Begitu pula ketika guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjawab juga siswa yang itu-itu saja,
sedangkan siswa yang lain hanya diam saja. Akibatnya, proses pembelajaran di
kelas menjadi pasif.

Berdasarkan wawancara lebih lanjut dengan guru kimia di SMA Negeri 10


Pontianak, metode diskusi juga kadang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Biasanya, guru akan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara acak
tanpa membaginya berdasarkan tingkat akademik dan tak jarang siswa memilih
sendiri teman sekelompoknya. Hal tersebut mengakibatkan kelompok tidak
heterogen karena kelompok dengan tingkat akademik rendah tidak akan terbantu
dengan teman anggota kelompoknya. Diskusi juga tidak berjalan efisien karena
tidak semua kelompok bahkan siswa yang mampu memecahkan persoalan dalam
diskusi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 siswa dengan tingkat akademik


yang berbeda di SMA Negeri 10 Pontianak, diperoleh informasi bahwa guru lebih
sering menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Selain ceramah, proses
pembelajaran juga terkadang dilakukan dengan cara berdiskusi. Namun, baik
metode ceramah maupun diskusi yang dilakukan dalam pembelajaran dirasa tidak
efisien oleh siswa. Akibatnya, siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran
karena tidak adanya variasi model pembelajaran. Saat proses diskusi berlangsung
siswa yang tidak mengerti terhadap materi hanya mengandalkan siswa yang pintar.
Terlebih jika di dalam satu kelompok tidak ada yang mengerti materi, maka siswa
akan mengandalkan siswa yang pintar dari kelompok lain. Hal tersebut terjadi
karena pembagian kelompok yang tidak heterogen dan tidak adanya tanggung
jawab individu dalam menyelesaikan persoalan. Akibatnya, saat diberi penugasan
lain yang menuntut tanggung jawab individu banyak siswa yang mendapatkan hasil
belajar yang rendah.

Kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan satu di antara materi
yang dipelajari pada mata pelajaran kimia. Di dalam materi Ksp terdapat submateri
kelarutan, hasil kali kelautan, hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan, pengaruh
ion senama dan pH terhadap kelarutan serta reaksi pengendapan. Menurut Setiyono
(2011) materi Ksp dianggap sulit oleh siswa karena di dalam materi tersebut
memuat konsep dan perhitungan kimia. Hal tersebut diperkuat oleh hasil belajar
siswa di SMA Negeri 10 Pontianak yang berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) pada pelajaran kimia, yakni sebesar 76. Hasil belajar siswa kelas
XI IPA menunjukkan bahwa ….

Guru harus melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan memilih


metode serta media yang tepat sebagai bahan pengajaran guna meningkatkan
kualitas siswa (Hesson dan Shed, 2017). Pemilihan berbagai metode pembelajaran
harus sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa. Hal tersebut akan membantu
meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Usaha yang dapat dilakukan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yakni menerapkan suatu model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Berdasarkan pemaparan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu


diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, satu
di antaranya yakni dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achieviement Divisions (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk saling berinteraksi
dalam pembelajaran dengan saling membantu dan memotivasi dalam menguasai
materi pelajaran sehingga dicapai hasil belajar yang optimal (Lie, 2008). Di dalam
model STAD memiliki lima komponen utama dalam pembelajaran, yakni
presentasi kelas, kerja, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok
(Slavin, 2005).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa untuk


terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga kelas tidak terasa membosankan.
Model pembelajaran STAD juga dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar
karena mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, model
STAD membantu siswa bertanggung jawab dalam belajar karena di dalam proses
STAD siswa diberi tanggung jawab belajar untuk dirinya sendiri dan tanggung
jawab membantu kelompoknya untuk belajar (Rusman, 2010). Penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar siswa telah didukung oleh penelitian Sulastri (2013)
yang menyatakan bahwa model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat ditunjang dengan media
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu belajar baik di dalam
maupun di luar kelas yang mengandung mate instruksional yang dapat merangsang
siswa untuk belajar (Azhar, 2011). Untuk itu, guru harus memilih media
pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan (Sardiman, 2013). Media yang
digunakan juga sebaiknya dapat digunakan pula oleh siswa sehingga siswa dapat
berinteraksi dengan media. Selanjutnya, media dapat dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi pelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang siswa yang berbeda tingkat


akademiknya menyebutkan bahwa selama pembelajaran lebih sering menggunakan
buku modul. Menurut mereka, buku modul yang digunakan tidak menarik untuk
dipelajari karena bahasanya yang kurang dimengerti oleh siswa. Mereka lebih
senang dengan media pembelajaran yang muatan isinya singkat, padat dan jelas
serta memuat soal-soal yang dapat memacu mereka dalam belajar. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka lebih senang menggunakan media yang dapat membuat
mereka tertarik terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, digunakan media
Chemistry Card (Chem-Card) dalam penelitian ini.

Media kartu merupakan media berbasis visual. Media kartu merupaka kartu
kecil yang berukuran 8 x 12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas
yang dihadapi dan biasanya berisi gambar, konsep atau soal yang membantu siswa
mengingat sesuatu yang berhubungan dengan materi (Arsyad, 1996). Chemistry
Card (Chem-Card) merupakan pengembangan dari media kartu yang terdiri atas
kartu soal, kartu materi dan kartu jawaban yang berisi materi kimia, yakni Ksp.
Media Chem-Card merupakan kartu-kartu yang digunakan sebagai permainan di
dalam pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, media
Chem-Card mengandung muatan isi yang tidak berbelit-belit, mengandung
gambar-gambar yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan memuat soal-soal
yang berkaitan dengan materi sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas
serta hasil belajar siswa. Keberhasilan penggunaan media kartu telah dibuktikan
dengan penggunaannya pada materi biologi yang dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa (Istifarani dkk, 2010).
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah disebutkan di atas, perlu
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achieviement
Divisions (STAD) dan media Chemistry Card (Chem-Card) sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Model Kooperatif Tipe Student Teams Achieviement Divisions (STAD)
Berbantuan Chemistry Card (Chem-Card) terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dan pengaruh penggunaan model
kooperatif tipe STAD berbantuan Chemistry Card (Chem-Card) dengan yang
diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

Anda mungkin juga menyukai