Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN II

PENENTUAN NILAI C-ORGANIK SAMPEL AIR LIMBAH

MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

OLEH :

NAMA : FIRA FINGKI

STAMBUK : F1C1 16 013

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

ASISTEN : SANANG NUR SAFITRI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemecahan permasalahan sampah di Indonesia sudah menjadi bahasan

menahun yang belum menemui titik ujung. Terdapat banyak teknik yang dicanangkan

oleh pemerintah bahkan di dunia untuk menjawab permasahan sampah yaitu teknik

pengurungan atau landfilling.Teknik pengurugan telah dibangun sebanyak 150.000 di

seluruh dunia. Dampak negatif dari sistem pengurugan adalah timbulnya limbah

organik akibat dari proses dekomposisi materi sampah dan air eksternal yang masuk

ke dalam timbunan sampah. Limbah organik mengandung bahan organik baik yang

biodegradable ataupun non-biodegradable, mengandung ammonia, logam berat,

bahkan berdasarkan tes toksikologi, limbah organik merupakan bahan yang

berbahaya bagi kesehatan.

Pengolah limbah organik yang banyak digunakan di Indonesia hingga saat ini

adalah kontak stabilisasi, yang dipilih berdasarkan kesederhanaan serta iklim tropis

yang cukup panas. Salah satu kekurangan dari pengolahan biologi yaitu

membutuhkan lahan yang luas. Lebih lanjut, karakter limbah organik akan berubah

sesuai dengan umur timbulan sampah, sehingga proses pengolahan harus

menyesuaikan dengan perubahan karakter limbah organik tersebut. Limbah organik

merupakan limbah yang sulit untuk secara langsung diolah secara biologi.

Meningkatnya nilai C-Organik air limbah berbanding lurus dengan COD limbah
tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya penentuan nilai C-Organik

pada sampel air limbah organik dengan metode spektrofotometri UV-Vis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum penentuan nilai C-Organik terhadap

sampel air limbah menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah bagaimana

cara menentukan nilai C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis?

C. Tujuan

Tujuan pada praktikum penentuan nilai C-Organik terhadap sampel air

limbah menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah untuk mengetahui

cara menentukan nilai C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis.

D. Manfaat

Manfaat pada praktikum penentuan nilai C-Organik terhadap sampel air

limbah menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah dapat mengetahui

cara menentukan nilai C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah organik mengandung bahan organik baik yang biodegradable ataupun

non biodegradable, mengandung ammonia, logam berat, bahkan berdasarkan tes

toksikologi, limbah organik merupakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Permasalahan limbah organik di Indonesia menjadi semakin kompleks dan

menimbulkan permasalahan sosial, akibat penanganannya yang tidak tepat. Kondisi

ini diperparah dengan diterapkannya sistem pengurugan open dumping yang dapat

menyebabkan kuantitas limbah organik semakin besar. Kebanyakan sistem yang

digunakan pada proses pengolahan air limbah industri merupakan metoda

konvensional seperti presipitasi/koagulasi dan flokulasi, sedimentasi dan filtrasi atau

kombinasi dari proses-proses tersebut (Handoko et al., 2015).

Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia tidak lepas dari peran

penting air, dimulai dari kegiatan bersih- bersih seperti mandi, mencuci,

membersihkan rumah, makan dan minum sampai aktivitas sehari-hari dan

kesemuanya itu tidak pernah lepas dari akan pentingnya air. Air diperlukan untuk

melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Salah satu penyebaran air

adalah terbentuknya sungai. Sungai dimanfaatkan untuk keperluan. Bahan polutan

umumnya bersifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme. Polutan yang sering

ditemukan seperti seng (Zn), timbal (Pb), cadmium (Cd), dan terutama terdapat di

besi (Fe). Besi (Fe) secara alami elemen yang melimpah di alam, Fe bersifat resisten

korosif, padat dan memiliki titik lebur yang rendah. Apabila terakumulasi di dalam
tubuh Fe dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan (Nurhaini dan Arief.,

2016).

Air bagi tubuh manusia bermanfaat untuk proses pencernaan, metabolisme,

mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan

menjaga tubuh dari kekeringan. Air yang ada di bumi mengandung berbagai bahan

baik yang terlarut maupun yang tersuspensi, termasuk juga mikroba, sehingga

sebelum dikonsumsi harus diolah untuk menghilangkan atau menurunkan kadar

bahan tercemar sampai tingkat yang aman ( Musiam., 2015 ).

Secara umum, spektroskopi atom terdiri dari serapan atom, emisi dan

fluoresensi. Pada dasarnya, setiap atom tersusun atas nukleus dibatasi oleh elektron.

Setiap elemen memiliki jumlah elektron spesifik terhubung ke inti. Konfigurasi

orbital yang paling stabil dari sebuah atom dikenal sebagai groundstate. Ketika energi

diterapkan ke atom, kuantitas yang dikenal energi dengan panjang gelombang yang

diberikan akan diserap dan elektron terluar kemudian dipromosikan menjadi kurang

konfigurasi stabil yang dikenal sebagai "keadaan tereksitasi". Karena keadaan ini

tidak stabil, atom akan secara spontan kembali ke "keadaan dasar", melepaskan

energi cahaya H(aelaludin dkk., 2016).

Spektrofotometri adalah instrumen analitik yang paling populer di bidang

analisis berbagai senyawa dalam larutan sederhana serta campuran yang kompleks.

Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber

radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen

spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar


tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya

eksitasi molekul dari tingkat energi dasar ketingkat energi yang paling tinggi.

Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya

menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat

dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (Altunay, 2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Instrumen Spektroskopi percobann Penentuan Nilai C-Organik

Sampel Air Limbah menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dilaksanakan

pada hari Senin, 19 November 2018 15.45-17.00 WITA bertempat di Laboratorium

Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan penentuan nilai C-organik

sampel air limbah menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah tabung

reaksi, rak tabung, labu ukur 100 mL, 50 mL dan 25 mL, pipet tetes dan seperangkat

alat UV-Vis.

2. Bahan

Bahan- bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan nilai C-organik

sampel air limbah menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah sampel air

limbah, larutan glukosa 4000 ppm, ammonium dikroma ((NH4)2Cr2O7), asam klorida

(HCl) pekat dan akuades.


IV. PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

iklim, tipe penggunaan lahan, relief, landform, aktivitas manusia. C/N adalah salah

satu parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik.

Hampir semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk

energi dan makanannya. Bahan organik adalah bahan yang terkandung dalam tanah

berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami

dekomposisi lanjut maupun yang sedang mngalami proses dekomposisi.

Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk menentukan nilai C-organik suatu

air limbah. Sampel yang digunakan berasal dari air limbah hasil buangan produksi

rumah makan dan juga air limbah yang berada di daerah penjualan ikan. Hal pertama

yang dilakukan yaitu pembuatan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan

yang memiliki sedikit kandungan analit dan memiliki perlakuan sama dengan analit

serta memiliki konsentrasi yang telah diketahui. Larutan standar yang digunakan

yaitu glukosa dengan konsentrasi 4000 ppm. Glukosa 4000 ppm lalu diencerkan

dengan larutan pengencer. Glukosa dengan konsentrasi yang berbeda lalu

ditambahkan ammonium dikromat sebagai zat pengoksidasi dan asam klorida pekat

sebagai katalis. Penggunaan asam klorida (HCl)sebagai katalis mampu meningkatkan

kinerja ammonium dikromat melaksanakan fungsinya sebagai suatu oksidator. Hal ini

ditandai dengan adanya perubahan warna yang terjadi setelah penambahan yakni dari
bening (sebelum penambahan) menjadi merah tua (setelah penambahan). Dari hasil

pencenceran diperoleh larutanstandarglukosa 100, 150, 500, 1000dan1250 ppm.

Langkah selanjutnya yaitu pembuatan larutan blanko. Larutan blanko

merupakan larutan yang diperoleh dari hasil penyulingan atau proses demineralisasi

yang diasamkan atau air bebas mineral yang perlakuannya sama dengan contoh uji.

Pengukuran larutan standar dan larutan blanko yang dilakukan, dihasilkan nilai

absorban dari setiap larutan glukosa (100 ppm, 150 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, dan

1250 ppm) masing-masing yaitu 0,554Abs, 0,649Abs, 0,785Abs,0,792 Abs dan

0,920Abs. Hasil ini mengindikasikan bahwa absorban yang terbaca pada detektor

berbanding lurus dengan konsentrasi setiap larutan kerja dan pengukuran yang

dilakukan tidak melenceng dari teori.

Analisis kualitatif nilai C-Organik sampel air limbah dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum serapan ultraviolet dan serapan

tampak merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat untuk mengidentifikasi

struktur dari sampel air limbah. Sampel air limbah yang telah ditambahkan kalium

dikromat sehingga berubah warnamenjadi merah tua mengandung sistem aromatis

yangterkonjugasi dan dapat menunjukkan pita serapan kuat padadaerah UV-Vis. Uji

secara kuantitatif untuk menentukan nilai C-Organik yang terdapat dalam sampel air

limbah jugadilakukan dengan spetrofotometer UV-Vis yaitu denganmengukur nilai

absorbansinya. Absorbansi sebagai analisakuantitatif dilakukan berdasarkan Hukum

Lambert-Beer.
Hasil analisa atau pengukuran nilai C-Organik dari kedua sampel diperoleh

absorban dari masing-masing sampel yaitu sampel A 0,920 Abs. Sehingga dibuatlah

grafik dan diperoleh koefisien korelasi dan persamaan regresi linear.Berdasarkan

hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat pada gambar semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi nilai absorbans yang diperoleh, pada percobaan ini

persamaan yang diperolehadalahy= 0,0003x + 0,5866. Berdasarkan PERMENKES

No. 907/MENKES/SK/VII/2002 batas ambang suatu air limbah yaitu 100 ppm.

Sedangkan data diperoleh nilai absorbansi untuk sampel air limbah rumah tangga

yaitu sebesar 1.111 ppm. Berdasarkan Permen Lingkungan Hidup (LH) No. 68 Tahun

2016 tentang baku mutu limbah domestik dapat disimpulkan bahwa sampel air

limbah rumah tanggasudah berada pada diatas ambang batas dan dapat dikategorikan

tercemar.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada

percobaan penentuan nila c-organik sampel air limbah menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dapat disimpulkan bahwa air limbah organic yang berasal

dari limbah rumah tangga sudah pada skala tercemar yang berada pada konsentrasi

yang melebihi ambang batas. Sampel air limbah rumah tangga 1,111 ppm sedangkan

yang ditetapkan oleh Permen Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 yaitu sebesar

100 ppm.

B. Saran

Saran saya terkhusus untu penanggung jawab laboratorium agar ketersediaan

alat lebih diperhatikan.


DAFTAR PUSTAKA

Altunay, N., 2018, Development of Vortex-Assited Ionic Liquid-Dispersive


Microextraction I Methodology for Vanilin Monitoring in Food Products
Using Ultraviolet-Visible Spectrophotometry, Food Scienceand
Technology, ISSN: 0023-6438.
Handoko, T.I., Riyanto dan Tatang S.J., 2015,Degradationof Laundry wastewater By
Electrolysis Method Using Carbon Electrode, Indonesian Journal of
Chemical Research, 2(1).

Helaluddin, B.,Reem S. K.,Mohamed A dan Syed A. A., 2016, Main Analytical


Techniques Used for Elemental Analysis inVarious Matrices,Tropical
Journal of Pharmaceutical, 15(2):427-434.

Musiam, S., Siti, D dan Aditya, M.P.P, 2015, Analisis Kuantitatif Kesadahan Total
Air Minum Isi Ulang yang dijual di Wilayah Kayu Tangi Kota
Banjarmasin, Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2).

Nurhaini, R danArief, A, 2016, Analisa Logam Besi (Fe) di Sungai Pasar Daerah
Belangwetan Klaten dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom,
Jurnal Ilmiah Manuntung,2(1).
Lampiran 2. Prosedur Kerja

A. Pembuatan Larutan Standar

Glukosa

100 ppm 150 ppm 500 ppm 1000 ppm 1250 ppm

- dimasukkan ke dalam tabung reaksi


sebanyak 2,5 mL
- ditambahkan 1,5 mL ((NH3)4Cr2O7)
- ditambahkan 3,5 mL HCl
- dikocok
- diamati perubahan yang terjadi
- diukur absorbansnya pada panjang
gelombang 500 nm

Larutan glukosa 100 ppm = 0,554 A


Larutan glukosa 150 ppm = 0,649 A
Larutan glukosa 500 ppm = 0,785 A
Larutan glukosa 1000 ppm = 0,792 A
Larutan glukosa 1250 ppm = 0,920 A

B. Pembuatan Larutan Blanko

2,5 mL Akuades
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- ditambahkan 1,5 mL (NH3)4Cr2O7 1 N
dan 3,5 mL HCl pekat
- di ukur serapan warnanya
menggunakan spektrofotometer UV-
Vis dengan panjang gelombang 500
nm
C. Analisis Sampel Larutan Blangko

Sampel air limbah

- dimasukkan ke dalam tabung


sebanyak 2,5 mL
- ditambahkan 1,5 mL ((NH3)4Cr2O7)
- ditambahkan 3,5 mL HCl
- dikocok
- diamati perubahan warna

Sampel air limbah +((NH3)4Cr2O7)+ HCl

- diukur serapan warnanya menggunakan


spektrofotometer UV-Vis
- digunakan panjang gelombang 500 nm.
- diekstrapolasi nilai serapannya
menggunakan persamaan regresi linear
menggunakan standar 0, 100, 150, 500,
1000 dan 1250 ppm

Hasil Pengamatan
Lampiran 3. Hasil Pengamatan

1. Tabel Hasil Pengamatan

a. Larutan standar

NO Perlakuan Hasil Pengamatan Keterangan


1. Larutan glukosa 1250, 1000, Berwarna bening
500, 150 dan 100 ppm
dimasukkan kedalam tabung
reaksi
2. Ditambahkan amonia Berwarna Orange
dikromat ((NH3)4Cr2O7) 1,5
mL + asam klorida (HCl) 3,5
mL + dikocok

3. Diukur adsorbannya :
- Larutan glukosa 1250
0,920
ppm

- Larutan glukosa 1000 0,792

ppm
0,785
- Larutan glukosa 500 ppm
0,649
- Larutan glukosa 150 ppm

- Larutan glukosa 100 ppm 0,554


b. Larutan Blanko

No Perlakuan Hasil Keterangan

1. Akuades (H2O) 2,5 mL Berwarna bening

dipipet dan dimasukkan

kedalam tabung reaksi

2. Ditambahkan ((NH3)4Cr2O7) Berwarna orange

1,5 mL + asam klorida (HCl)

+ dikocok

3. Diukur absorbannya dalam O A

spektrofotometer UV-Vis

c. Sampel air limbah

No Perlakuan Hasil Pengamatan Keterangan

1. Air limbah 2,5 mL dipipet Berwarna bening

dan dimasukkan kedalam keruh

tabung reaksi
2. Ditambahkan ((NH3)4Cr2O7) Berwarna orange

1,5 mL + asam klorida

(HCl) + dikocok

3. Diukur absorbannya dalam 0,920 A

spektrofotometer UV-Vis

2. Kurva Hubungan Konsentrasi dan Adsorbans

Grafik Hubungan Konsentrasi dan Absorbans


1
y = 0.0003x + 0.5866
0.8 R² = 0.8543
Absorbans

0.6
0.4 Series1
0.2 Linear (Series1)

0
0 500 1000 1500
Konsentrasi (ppm)
3. Analisis data

Berdasarkan Kurva Kalibrasi standar diperoleh persamaan linear (y= 0,0003x +


0,5866) dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi sedangkan (x)
menyatakan kadar COD dalam sampel.

Diketahui: y = 0,920

a = 0,0003

b = 0,5866

Ditanyakan: x ....?

Penyelesaian:

y = ax +b

y = 0,0003x + 0,5866

0,920 = 0,0003x + 0,5866

0,0003x = 0,920 – 0,5866

0,0003x = 0,3334

x = 0,3334/ 0,0003

x = 1.111 ppm

Anda mungkin juga menyukai