PERCOBAAN V
HUKUM HESS
OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : BAHRIL
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penambahan dalam jumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan
tekanan tetap. Terdapat dua maam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarut integral
dan entalpi pelarut differensial. Entalpi pelarut integral adalah perubahan entalpi
dalam energi sebagai kalor pada reaksi dan hasil reaksi kalor yang diserap akan
dibebaskan oleh sistem dan menyebabkan suhu sistem berubah. Banyaknya kalor
yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia dapat diukur dengan mengunakan
jumlah kalor total pada setiap kalor lingkungan. Jika sebuah sistem bebas untuk
dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang diberikan sebagai kalor. Energi
yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan tekanan
balik terhadap lingkungan. Dari sini dapat ditentukan bahwa penjumlahan kalor
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak
ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal
dan keadaan akhir suatu reaksi. Setelah itu hukum Hess juga menyatakan bahwa
entalpi merupakan jumlah total dari penjumlahan reaksi kalor tiap satu mol dari
masing-masing tahap atau orde reaksi. Sehingga besarnya entalpi dapat ditentukan
hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar hukum Hess ini adalah
entalpi atau enerhi internal yang artinya besarannya tidak berhantung pada
suatu jalur, akan tetapi juga melalui jalur lain dengan hasil yang sama.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan percobaan hukum Hess.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
hubungan antara kalor dan usaha (kerja), serta sifat-sifat yang mengukur hal
kalor yang di bebaskan oleh reaksi yang terjadi di dalam calorimeter, tidak ada
kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap air, tetapi tandanya berbeda
Perubahan entalpi yang diukur pada keadaan tersebut disebut perubahan entalpi
standar disimbol ∆Ho dengan satuan Joule atau kalori. Jika diukur pada keadaan
tertentu, bukan pada keadaan standar, cukup disimbolkan dengan ∆H. Perubahan
entalpi sering pula dinyatakan untuk tiap 1 mol zat yang disebut entalpi molar
disimbol ∆Hom pada keadaan standar atau ∆Hom pada keadaan tertentu dengan
dengan fungsi baru karena sifat dasar seperti energi bebas Gibbs, entalpi,
kapasitas panas, dan entropi standar diperlukan untuk memahami stabilitas dan
energi reaksi senyawa. Oleh karena itu, sejumlah besar upaya telah memasuki
molekul dan gerakan nuklir. 2 Metode seperti model Gaussian, Weizman, dan
et al., 2016).
terbuka terhadap atmosfer dan oleh karenanya dipertahankan pada tekanan yang
hampir konstan. Untuk analisis tekanan konstan yang mudah digunakan, entalpi
sistem sederhana dengan tekanan yang tetap sama dengan tekanan eksternal
konstan. Kita akan mengacu pada kondisi ini hanya sebagai kondisi tekanan
konstan Ekspresi ini sama dengan proses reversibel. Kami tidak menyatakan
bahwa semua proses yang terjadi pada tekanan konstan adalah proses reversibel,
1. Alat
termometer, pengaduk, gelas ukur 100 mL, statif dan klem, corong, pipet tetes,
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan Hukum Hess adalah padatan NaOH,
1. Arah 1
Aquades
- dipanaskan sampai
menghasilkacairan pada alat dean
stark
- dihitung volume air yang dihasilkan
- dihitung kadar air semangka
−9944,722 𝐽
2. Arah 2
Aquades
- dimasukan HCl 25 mL
- dikocok sampai homogen
- dicatat suhunya
−6219,728 𝐽
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
Reaksi arah 1 :
Reaksi arah 2
3. Analasis Data
Pair = 1 gr/mL
Vair = 25 mL
k = 104,16 J/0C
a. Arah 1
Reaksi arah 1 :
Reaksi 1
= 1 gr/mL x 25 mL
= 25 gr
𝐽
= (29 𝑔𝑟 𝑥 121,22 𝑔𝑟) + (3020,64 𝐽 )
= (3515,58 𝐽) + (3020,64 𝐽)
= 6536,02 𝐽
∆Hreaksi = -Qreaksi
= - 6536,02 𝐽
Reaksi 2
= 51,95 gr
= (2262,942 𝐽) + (1145,76 𝐽)
= 3408,702 𝐽
∆H reaksi 2 = -Q reaksi 2
= - 3408,702 𝐽
= −6536,02 𝐽 + (−3408,702 𝐽)
= −9944,722 𝐽
B. Arah 2
Reaksi 3
= 1,18 gr/mL x 25 mL
= 29,5 gr
𝐽
= (54,5 𝑔𝑟 𝑥 4,18 𝑔𝑟) + (104,16 𝐽 )
= (227,81 𝐽) + (104,16 𝐽)
= 331,97 𝐽
∆H reaksi 3 = -Q reaksi 3
= - 331,97 𝐽
Reaksi 4
= 1,039 gr/mL x 50 mL
= 51,95 gr
= (3908,718 𝐽) + (1979,04 𝐽)
= 5887,758 𝐽
∆H reaksi 4 = -Q reaksi 2
= −5887,758 𝐽
= −331,97 𝐽 + (−5887,758 𝐽)
= −6219,728 𝐽
B. Pembahasan
perubahan energi dalam bentuk kalor pada pereaksi dan hasil reaksi. Kalor yang
diserap akan dibebaskan oleh sistem menyebabkan suhu sistem berubah. Hukum
Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam siklus
Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum
kekekalan energy (dinyatakan sebagai fungsi dari keadaan ∆H). Hukum Hess
menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan
atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir
suatu reaksi.
yang menumpuk dengan cara mengukur perubahan suhu yang terjadi atau
perubahan efek termal lainnya. Kalorimeter adalah alat yang dipakai untuk
digunakan untuk reaksi yang berlangsung satu tahap atau reaksi yang berlangsung
cepat dan sederhana. Kebanyakan reaksi berlangsung dalam beberapa tahap dan
reaksi tersebut hanya dapat ditentukan secara tidak langsung. Metode tidak
perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal (zat-zat)
pereaksi ) dan keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi) dari suatu reaksi dan tidak
hukum Hess dan perubahan entalpi yang terjadi pada asam dan basa. Pada
percobaan ini dilakukan dengan menentukan perubahan entalpi yaitu untuk arah 1
dan diaduk sambil mengukur suhu pada aquades tersebut. Pengadukan dilakukan
agar suhu dari aquades merata ke segala bidang. Setelah itu, dimasukkan NaOH
padat ke dalam kalorimeter sedikit demi sedikit agar padatan tersebut dapat
perubahan suhu yang terjadi pada larutan tersebut. Setelah itu, larutan NaOH
ditambahkan lagi dengan larutan HCl kemudian diaduk terus menerus sambil
diperhatikan perubahan suhu yang terjadi dan kemudian dicatat perubahan suhu
mula diukur volume aquades dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan ke
dalam kalorimeter dan diaduk sambil mengukur suhu pada aquades tersebut.
Pengadukan dilakukan agar suhu dari aquades merata ke segala bidang. Setelah
itu, dimasukkan larutan HCl ke dalam kalorimeter dan kemudian kocok dengan
tujuan agar larutan HCl akan homogen dengan pelarut aquades dan dicatat
perubahan suhunya. Setelah itu, larutan HCl ditambahkan lagi dengan larutan
NaOH secara sedikit demi sedikit agar NaOH dapat terlarut didalam larutan.
Kemudian larutan diaduk terus menerus sambil diperhatikan perubahan suhu yang
reaksi arah 1 dan arah 2. Pada reaksi arah 1 didapatkan perubahan entalpi (∆H)
pada reaksi tersebut adalah −9944,722 J yang berarti bahwa terjadi reaksi
eksoterm dimana terjadi pelepasan kalor dalam reaksi ini, sedangkan untuk reaksi
arah 2 didapatkan parubahan entalpi (∆H) pada reaksi tersebut adalah −6219,728
J yang berarti bahwa terjadi reaksi eksoterm dimana terjadi pelepasan kalor dalam
reaksi ini. Hal tersebut menandakan bahwa hasil dari perubahan entalpi belum
menyatakan sesuai dengan pengertian hukum Hess pada umumnya sebab hasil
akhir reaksi antara arah 1 dan 2 berbeda , padahal pada hakikatnya reaksi hukum
Berdasarkan hasil dari percobaan hukum Hess yang telah dilakukan maka
1. Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi
Hess dalam siklus Hess dan menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu
reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan
2. Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi asam dan basa yakni larutan HCl
dan larutan NaOH yaitu; untuk reaksi arah 1 terjadi perubahan entalpi (∆H)
sebesar 9944,722 J dan untuk reaksi arah 2 terjadi perubahan entalpi (∆H)
sebesar 6219,728 J.
DAFTAR PUSTAKA
Ghahremanpour, M.M., Paul, J.V.M., Jonas C.D., Roland, L., dan David, V.D.S.
2016. Large-Scale Calculations of Gas Phase Thermochemistry Enthalpy
of Formation, Standard Entropy, and Heat Capacity. The Journal of
Chemical Physics. 145(1).
Mahardika, A,I., dan Mastuang. 2016. Pengembangan LKM dan Materi Ajar
Topik Teori Kinetik Gas Mata Kuliah untuk Melatihkan Kenalaran
Proporsional. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. 12(2).
Mortimer, R.G.2008. Physical Chemistry Third Edition. Elsevier Academic Press:
United State of America.
Mulyanto, S., Ida, B.D., dan Iqbal, A. 2015. Perbandingan Variasi Bakteri Starter
Terhadap Nilai Kalor Biogas dari Sampah Organik. Jurnal Teknologi
Terpadu. 4(2).
Sudarlin. 2011. Termodinamika Kimia Konsep Energi pada Reaksi Kimia. Omah
Ilmu: yogjakarta.