NIM : 181910201016 Kelas/Kelompok : A/1 Asisten : Armala Fidiyanti
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2021 I. Judul : Termokimia dan Hukum Hess II. Tujuan Praktikum kali ini memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut: 2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana 2.2 Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆𝐻1 , ∆𝐻2 , dan ∆𝐻3 . 2.3 mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlangsung bertahap. III. Pendahuluan 3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet) 3.1.1 Asam Klorida (HCl) Asam klorida dengan rumus kimia HCl memiliki sifat fisik berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak memiliki warna. HCl termasuk dalam cairan yang tidak mudah terbakar dan cairan yang dapat larut dalam air serta bersifat korosif terhadap logam. HCl memiliki berat molekul sebesar 36,46 g/mol dan densitasnya sebesar 1-1,1. Asam klorida dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan pada mata, berbahaya apabila dihirup, berbahaya bagi kehidupan air. Penanganan apabila terkena kulit cuci kulit yang terpapar secara menyeluruh setelah penanganan, kemudian hindari pelepasan/tumpah pada lingkungan. Pelindung tubuh dipakai untuk pencegahan, jika terkena mata segera bilas mata dengan hati-hati dengan air selam beberapa menit (Labchem,2021). 3.1.2 Aquades (H2O) H2O atau bisa disebut dengan Dihydrogen oxide. H2O berbentuk cairan. Komposisi dari aquades sendiri adalah air. H2O tidak bersifat korosif untuk kulit dan tidak membuat iritasi pada kulit dan mata serta paru-paru. Tidak berbahaya jika terhirup oleh paru-paru. Tidak ada penanganan untuk H2O (Labchem,2021).
3.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH biasa disebut Natrium Hidroksida, memiliki massa jenis yaitu 2130 kg/m 3 dan memiliki massa molekuler yaitu 40 g/mol. NaOH berbentuk cairan. Natrium Hidroksida memiliki titik lebur yaitu 323oC dan memiliki ph 14 (5%). NaOH dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan kerusakan pada mata, berbahaya apabila dihirup, berbahaya bagi kehidupan air. NaOH apabila terkena kulit cuci kulit yang terpapar secara menyeluruh setelah penanganan, kemudian hindari pelepasan/tumpah pada lingkungan. Pelindung tubuh dipakai untuk pencegahan, jika terkena mata segera bilas mata dengan hati-hati dengan air selam beberapa menit (Labchem,2021). 3.1.4 Spiritus (CH3OH) Memiliki rumus CH3OH, berbentuk cairan, tak berwarna dan berbau alkohol. Tidak memiliki titik lebur atau leleh, dan titik didih kurang lebih 80oC. Spiritus bersifat mudah terbakar, dan berbahaya untuk kulit, mata dan bila tertelan.Spiritus apabila terhirup, penanganannya yaitu dengan hirup udara segar. Spiritus apabila terkena kulit, penanganannya bisa mencuci dengan air dan sabun, bila mata dibilas dengan air, dan jika tertelan menginduksi muntah, serta mencari bantuan medis (Labchem,2021).
3.2 Tinjauan Pustaka
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari energi yang menyerupai perubahan fisika atau reaksi kimia (Dewi, dkk, 2018). Energi kinetik dan potensial yang terkandung dalam suatu materi akan mengalami perubahan bila materinya berubah, misalnya peristiwa es yang mencair. Es yang diletakkan di suatu wadah maka secara perlahan wadah itu akan terasa dingin dan akan terbentuk air. Wadah yang terasa dingin akibat perpindahan energi dari wadah ke es yang menyebabkan es akan mencair. Es yang mencair disebabkan adanya peningkatan suhu akibat menyerap energi dari wadah tersebut. Proses perpindahan energi dari objek yang lebih hangat ke objek yang lebih dingin disebut perpindahan panas, atau transfer energi. Ilmu yang mempelajari energi dan perubahannya dari suatu bentuk ke bentuk lainnya disebut termodinamika, selanjutnya bagian dari termodinamika yang berhubungan dengan perubahan energi dalam suatu reaksi kimia dikenal dengan termokimia. Termokimia berasal dari bahasa Yunani thermos yang berarti panas dan kimia. Termokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari jumlah panas yang dilepas atau diserap suatu reaksi kimia. Ilmu ini dignakan untuk memperkirakan perubahan energi yang terjadi dalam proses reaksi kimia, pembentukan larutan maupun pada perubahan fase zat (Sulakhudin, 2019). Termokimia memiliki istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah suatu yang menjadi pusat perhatian dan memiliki suatu aturan tertentu dan batas yang jelas. Lingkungan adalah segala sesuatu yang diluar sistem. Batas sistem merupakan sesuatu yang membatasi antara sistem dan lingkungan. Batasan sistem dibagi menjadi beberapa macam, antara lain: 1. Batas sistem terisolasi, yaitu materi dan energi tidak dapat melewatibatas sistem tersebut. 2. Batas sistem tertutup, yaitu dimana hanya materi yang dapat melewatibatas sistem tersebut. 3. Batas sistem terbuka, yaitu materi dan energi dapat melewati bats sistemtersebut (Yusup, 2018). Keadaan sistem dipengaruhi oleh temperatur atau suhu (T), tekanan (P), volume (V), massa (m), dan konsentrasi. Menurut hukum termokimia, perubahan energi yang menyertai perubahan wujud dapat dinyatakan dengan rumus: ΔE = Q + W Keterangan: Q = kalor yang diserap oleh sistem (J/mol) W = kalor yang dilepaskan sistem (J) Reaksi kimia memiliki ΔH yang dapat diartikan sebagai perubahan kalor reaksi. ΔH suatu reaksi kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang mengiringi sejumlah reaksi tertentu, lalu koreksi dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter (tetapan kalorimeter). Perubahan yang terjadi pada reaksi termokimia dapat dibagi menjadi 2 yaitu reaksi eksoterm yaitu perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan, dan reaksi endoterm yang merupakan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi ekstorm memiliki tanda Q negatif dan ΔH positif , sedangkan reaksi endoterm memiliki tanda Q positif dan ΔH negative (Yusup, 2018). Reaksi kimia yang disertai dengan penyerapan panas disebut reaksi endotermik dan yang menghasilkan panas disebut reaksi eksoter-mik. Panas reaksi yang menyertai reaksi yang berlangsug dengan tekanan tetap sering disebut dengan perubahan eltalpi reaksi (ΔH). ΔH dapat kita hitung dengan mengetahui nilai-nilai ΔHof senyawa-senyawa yang terlibat dalam reaksi dengan cara menerapkan metode langsung dan tidak langsung. Metode langung berguna untuk senyawa-senyawa yang dapat segera disintesis dari unsur-unsurnya, contoh entalpi pembentukan karbon dioksida. Metode tidak langung biasa digunakan ketika senyawa tidak bisa disintesis secara langsung dari unsur- unsurnya, dalam beberapa kasus reaksi berlangsung secara lambat, atau menghasilkan senyawa yang tidak kita inginkan. Kasus ini dapat ditentukan dengan cara metode tidak langung, yang berdasarkan hukum penjumlahan kalor (hukum Hess). Hukum hess (Hess’s law) menjelaskan bahwa bila reaktan diubah menjadi produk, perubahan entalpinya sama terlepas apakah reaksi berlangsung dalam satu tahap atau dalam beberapa tahap. Hukum Hess didasarkan pada fakta bahwa karena H adalah fungsi keadaan, ΔH hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir (yaitu hanya pada sifat reaktan dan produk). IV. Metodelogi Percobaan 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat - Kalorimeter - Thermometer (0-100°C) - Gelas Kimia 200 ml 4.1.2 Bahan - Aquades - NaOH (Pellet) - Larutan HCl 0,5 M - Larutan NaOH 0,5 M 4.2 Diagram Alir 4.2.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter
Aquades
- Diisi kalorimeter dengan 50 ml aquades, didiamkan 5
detik dan dicatat suhunya, t1 dengan tepat - Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas kimia 200 ml sampai suhu sekitar 65°C dan catat suhu tepatnya, t2 dan dituangkan segera ke dalam kalorimeter, diaduk dan dicatat suhu tertingginya, t3. - Dihitung kalor jenis kalorimeter
Hasil
4.2.2 Kalor Pelarutan NaOH
Aquades
- Diisi kalorimeter dengan 100 ml aquades, didiamkan
beberapa saat dan dicatat suhunya - Ditimbang dengan cepat sekitar 2g NaOH padat dan dicatat berat tepatnya - Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan ceoat sehingga semua larut, diperhatikan perubahan suhu dan dicatat suhu tertingginya
Hasil 4.2.3 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan NaOH
HCl
- Dimasukkan 50 ml HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter,
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya. - Diukur 50 ml larutan NaOH 0,5 M, dipindahkan ke dalam gelas kimia, didiamkan beberapa saat, diukur dan dicatat suhunya - Dituangkan 50 ml NaOH tersebut ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat, diperhatikan suhu dan dicatat suhunya Hasil
4.2.4 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat
HCl
- Dimasukkan 100 ml larutaan HCl 0,5M ke dalam
kalorimeter, didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya - Ditimbang dengan cepat sekitar 2g NaOH padat dan dicatat berat tepatnya - Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat, diperhatikan perubahan suhu dan dicatat suhu tertingginya
Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter Diisi kalorimeter dengan 50 ml aquades, diamkan selama 5 detik dan catat suhunya, t1 dengan tepat. Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas kimia 200 ml sampai suhu sekitar 65°C dan catat suhu tepatnya, t2 dan segera tuangkan ke dalam kalorimeter, aduk dengan baik dan catat suhu tertingginya, t3. Dihitunglah kalor jenis kalorimeter 4.3.2 Kalor Pelarutan NaOH Diisi kalorimeter dengan 100 ml aquades, diamkan beberapa saat dan catat suhu dengan tepat, t1. Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g NaOH padat dan catat berat tepatnya (tutuplah botol tempat NaOH sesegera mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat sehingga semua NaOH larut, perhatikan perubahan suhunya dan catat suhu tertingginya. 4.3.3 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan NaOH Dimasukkan 50 ml larutan HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter, diamkan beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat. Diukur 50 ml larutan NaOH 0,5 M, dipindahkan ke dalam gelas kimia, diamkan beberapa saat, ukur dan catat suhunya dengan tepat. Dituangkan 50 ml NaOH tersebut ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat, perhatikan perubahan suhunya dan catatlah suhu tertingginya 4.3.4 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat Dimasukkan 100 ml larutan HCl 0,5M ke dalam kalorimeter, diamkan beberapa saat dan catat suhunya dengan tepat. Ditimbang dengan cepat sekitar 2 g NaOH padat dan catat berat tepatnya (tutuplah botol tempat NaOH sesegera mungkin). Dimasukkan NaOH ke dalam kalorimeter, diaduk dengan cepat, perhatikan perubahan suhunya dan catat suhu tertingginya V. Metodelogi Percobaan 5.1 Data 5.2 Perhitungan VI. Hasil dan Pembahasan 6.1 Hasil 6.2 Pembahasan VII. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga Dewi, M. K., I. W. Suja, dan I. D. Ketut Sastrawidana. 2018. Model Mental Siswa Tentang Termokimia. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha 2(2) : 46. LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid. [Serial Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15320.pdf (Diakses pada tanggal 22 November 2021) LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Methanol. [Serial Online] https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC16810.pdf (Diakses pada tanggal 22 November 2021) LabChem. 2021. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide. [Serial Online] http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24270.pdf (Diakses pada tanggal 22 November 2021) Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet of Water. [Serial Online] https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada tanggal 22 November 2021) Sulakhudin, 2019. Kimia Dasar : Konsep dan Aplikasinya dalam Ilmu Tanah. Sleman: DEEPUBLISH.
Yusup, M. Noviana, V. Maemunah, S. Lubis, N. 2018. Termokimia. Jurnal Termokimia.