Anda di halaman 1dari 4

Rofan Rachman Khadafi, et al.

Pengaruh Perubahan Ketebalan Pelat Terhadap Lendutan Pelat Beton UHPFRC

PENGARUH PERUBAHAN KETEBALAN PELAT


TERHADAP LENDUTAN PELAT BETON UHPFRC
(EFFECT OF PLATE THICKNESS OF CONCRETE PLATE DEFLECTION UHPFRC)

Rofan Rachman Khadafi, Ketut Aswatama Wiswamitra, Wiwik Yunarni Widiarti


Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
Email: : rofanrachman@yahoo.co.id

Abstrak
Pasir silika, silika fume, dan SP (Super Plastisizer) adalah bahan-bahan kimia yang menjadi campuran dalam
pelat beton UHPFRC (Ultra High Performance Fibre Reinforce Concrete) dimana pelat beton ini lebih tipis dari
pelat pada umumnya. Pelat ini merupakan beton mutu tinggi UHPC (Ultra High Performance Concrete) yang
dikombinasikan dengan serat baja. Dalam hal ini serat baja diganti dengan kawat bendrat. Karena itu beton ini
dianggap salah satu inovasi dari pelat beton pada umumnya. Diharapkan beton ini lebih tahan terhadap kuat tarik
belah karena adanya serat kawat bendrat yang dicampur didalamnya. Benda uji dibuat menjadi lima perlakuan
dengan panjang dan lebar yang sama yaitu 75 cm dan 30 cm. Benda uji yang pertama adalah pelat beton tebal 2
cm, yang kedua ketebalan 3cm, yang ketiga 4cm, yang keempat 5 cm, dan yang kelima 6 cm. Semakin tebal
pelat semakin besar besar beban yang diterima, tetapi semakin kecil lendutan yang terjadi. Kuat lentur yang
dihasilkan tidak berbanding lurus dengan ketebalan pelat beton, melainkan kuat lentur tidak terpengaruh dengan
ketebalan pelat.

Kata Kunci : lendutan, pelat, UHPFRC

Abstract
Bendrat wire is one alternative to steel reinforcement materials are expected to function as a fiber. Silica sand,
silica fume, and SP (Super plasticizer) are chemicals that become UHPFRC (Ultra High Performance Fibre
Reinforce Concrete)mix in the concrete slab where the concrete slab is thinner than the plate in general.
Because the concrete is considered one of the innovations of the concrete slab in general. The test specimen was
made into five treatment with the same length and width of 75 cm and 30 cm. The first test specimen is 2 cm
thick concrete slab, the second thickness 3cm, 4cm third, fourth 5 cm, and the fifth 6 cm. The thicker the greater
the plate big load received, but the smaller deflection. The resulting flexural strength is not directly
proportional to the thickness of the concrete slab, but the flexural strength is not affected by the thickness of the
plate.

Keywords : deflection, slab, UHPFRC

PENDAHULUAN diperkenalkan di awal 1990-an. Pertama dikenal sebagai


Reactive Powder Concrete (RPC), mereka sekarang lebih
Pelat Merupakan komponen struktur dalam umum disebut sebagai Ultra High Performance Concrete
bangunan bertingkat, jembatan, dan bangunan yang (UHPC). "Ultra High Performance Concrete" pertama
lainnya, dimana perbandingan antara tinggi/tebal nya kali diblikasi oleh De Larrard dan Sedran (1994). Dalam
dengan lebarnya kurang dari satu dan menerima beban perkembangan selanjutnya, istilah RPC (Reactive
yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Powder Concrete [Richard dan Cheyrezy 1995])
Pada umumnya bahan pelat beton tersusun dari kerikil, digunakan. RPC adalah heat-cured pada sekitar 90° C
pasir, dan tulangan baja namun campuran tersebut (194 ° F) selama 3 hari, mulai 24 jam setelah
merupakan bahan alam yang tidak dapat diperbarui. pengecoran, dan menunjukkan kuat tekan 230 MPa (33
Untuk itu perlu dilakukan inovasi baru agar dapat ksi). Penelitian selanjutnya menggunaan suhu 400° C
mereduksi penggunaan bahan-bahan tersebut. Salah satu (752° F), tekanan 50 MPa (7,3 ksi), dan volume 10%
inovasi tersebut adalah pelat beton UHPFRC (Ultra High sebagian kecil dari serat baja mampu menghasilkan
Performance Fibre Reinforce Concrete) yang sampai saat beberapa tes untuk kuat tekan sekitar 650 MPa (94 ksi),
ini masih dikembang. dan dengan agregar baja, sampai 800 MPa (116 ksi)
Menurut Wille K. dkk (2011), bahan semen dengan (Richard dan Cheyrezy 1995).
kuat tekan lebih dari 150 MPa (22 ksi) telah Penambahan serat kawat kedalam adonan adalah
membangkitkan minat para peneliti dunia sejak untuk mengurangi kekurangan dari beton tersebut. Ide

BERSKALA SAINSTEK (2014, volume, nomor, halaman: dibiarkan kosong)


Rofan Rachman Khadafi, et al.Pengaruh Perubahan Ketebalan Pelat Terhadap Lendutan Pelat Beton UHPFRC

dasar penambahan serat adalah memberikan tulangan Pengambilan sampel dan data dilakukan dengan
serat pada beton yang disebar merata secara acak membuat sejumlah benda uji dalam bertuk pelat dengan
(random) untuk mencegah retak-retak yang terjadi akibat ukuran (75x30) cm dengan ketebalan 2 cm sampai 5 cm
pembebanan (Sudarmoko,1990). dan silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm.
Kawat bendrat merupakan salah satu bahan alternatif Pelat yang diuji ditumpu dengan tumpuan sederhana
pengganti serat baja yang diharapkan berfungsi sebagai pada kedua sisinya dengan jarak dari tumpuan ke
serat. Pasir silika, silika fume, dan SP (Super Plastisizer) tumpuan adalah 65 cm.
adalah bahan-bahan kimia yang menjadi campuran Proporsi campuran yang digunakan adalah
dalam pelat beton UHPFRC dimana pelat beton ini lebih perbandingan berat yang setara dengan perbandingan
tipis dari pelat pada umumnya. seperti Tabel 2. Perlakuan yang dilakukan terhadap
Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa benda uji berbentuk pelat adalah benda uji yang pertama
kawat bendrat sebagai tulangan fiber juga dapat adalah pelat beton tebal 2 cm, yang kedua ketebalan
meningkatkan kekuatan beton. Widodo, Aris (2013) 3cm, yang ketiga 4cm, yang keempat 5 cm, dan yang
juga mengadakan pengujian kuat tarik belah, kuat tekan, kelima 6 cm.
dan modulus elastisitas. Hasil pengujian kuat tarik belah,
kuat tekan, dan modulus elastisitas dalam tabel seperti Tabel 2 Proporsi Campuran
berikut: Bahan Perbandingan Terhadap Semen
Tabel 1 Peningkatan Kekuatan Semen 1
Pengujian Konsentrasi Serat Peningkatan Silica Fume 0,1
Silica Powder 0,1
Kuat Tarik ± 5% 39,931% Pasir 0,7
Kuat Tekan ± 7,5% 31,648% Kerikil 0,4
Air 0,22
Modulus Elastisitas ± 7,5% 25670 Mpa Superplasticizer (SP) 0,15

Sumber : Widodo, Aris (2013) Sumber : Hasil Penelitian (2014)

Pada penelitian Suhendro, B. (1991) dipelajari Pengujian kapasitas pelat menggunakan tumpuan
pengaruh penambahan kawat bendrat kedalam adukan sederhana yang tidak sama dengan tumpuan sendi yang
beton mengenai kuat lentur, daktilitas, kuat desak dan diasumsikan pada perhitungan analisa teori, tumpuan
impact resistance beton fiber yang dihasilkan. Kawat sederhana yang digunakan pada pengujian memiliki
bendrat tersebut dimaksudkan untuk menggantikan steel berbagai kelemahan yaitu tidak menempelnya pelat
fiber. Dari hasil pengujian terhadap benda–benda uji dengan baik pada tumpuan sederhana sehingga pelat
disimpulkan dengan adanya serat pada beton dapat agak sedikit terangkat pada ujung-ujung pelat
mencegah retak-retak rambut menjadi retakan yang lebih tersebut pada saat menerima beban sehingga kekakuan
besar. Dengan penambahan serat pada adukan beton pelat menjadi berkurang. Persamaan yang dipakai
ternyata dapat meningkatkan ketahanan terhadap kuat adalah:
lentur, daktilitas, beban kejut (impact resistance) dan Pxl ……………..………………………….(1)
kuat desak. R=
bxdxd
Berdasarkan paragraf sebelumnya, penelitian ini
Selain pengujian di laboratorium juga dilakukan
bermaksud untuk mengetahui struktur pelat beton
perhitungan lendutan pelat beton secara teori. Karena
UHPFRC sebagai plat beton yang tipis, dengan cara
kondisi batas berupa tumpuan sederhana dan beban
memperhitungkan lendutan dan kekuatan lentur pelat
terpusat yang diterima ada dua maka persamaan lendutan
UHPFRC dari hasil pengujian dan hasil analisa teori.
yang sesuai adalah :
METODOLOGI PENELITIAN
……………….……….(2)
Bahan-Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: Hasil perhitungan secara teori dibandingkan dengan
a. Semen: semen merk Semen Gresik hasil pengujian di laboratorium.
b. Aggregat halus: pasir dari Lumajang, Silica Fume,
Silika Powder. HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Aggregat kasar: kerikil dengan diameter maksimum
10 mm Pengujian Kuat Tekan Beton
d. Tulangan: Tidak memakai tulangan, tetapi memakai
Kuat tekan beton dipengaruhi beberapa faktor
kawat bendrat panjang maksimal 1 cm sebagai
antara lain lekatan pasta semen pada agregat, komposisi
serat.
bahan susun dan kekuatan masing-masing bahan susun.
Kuat tekan beton lebih besar daripada kuat tarik beton.
Metode Pengambilan Sampel dan Data

BERSKALA SAINSTEK (2014, volume, nomor, halaman: dibiarkan kosong)


Rofan Rachman Khadafi, et al.Pengaruh Perubahan Ketebalan Pelat Terhadap Lendutan Pelat Beton UHPFRC

Sifat inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan


struktur.

Benda uji dibuat sebanyak 4 silinder. Pada


pemeriksaan tampang pecah, terlihat silinder beton masih
utuh dan hanya retak saja tidak sampai hancur atau
agregat yang didalamnya terlihat. Hal ini menunjukkan
bahwa silinder beton mempunyai kekerasan yang tinggi
dan kuat tekan terutama dipengaruhi oleh lekatan pasta
semen pada agregat. Sangat sesuai dengan yang
direncanakan untuk beton mutu tinggi. Kuat tekan Gambar 1 Grafik lendutan pelat secara teori
silinder yang didapat akan dipakai pada analisa pelat,
kuat tekan beton rata-rata didapat sebesar f’c 93,045
Mpa.

Pengujian Kapasitas Pelat


Dalam perbedaan ketebalan pelat menunjukkan hasil
yang cukup besar dalam menampung beban yang terjadi.
Dapat dilihat di Gambar 1 hanya untuk penambahan
ketebalan 1cm. Dari pelat 2 cm ke 3 cm mampu menahan
beban yang bertambah150 kg lebih, bahkan mulai dari 3
cm sampai 6 cm mencapai 300 kg lebih penambahan
beban yang diterima untuk penambahan ketebalan yang
hanya 1 cm. Gambar 2 Grafik lendutan pelat dalam pengujian
Kuat lentur yang terjadi dalam perbedaan ketebalan
pelat menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh. hasil
yang cukup baik karena perbedaan kuat lentur disetiap
ketebalan yang tidak sampai 1,5 MPa. Hal ini sangat
sesuai dengan rumus 2, semakin tebal pelat (d) semakin
besar pula beban (P) yang diterima hal ini berbanding
lurus karena dalam rumus beban maksimal (P) yang
semakin besar dan panjang pelat (l) yang semuanya sama
masih dibagi lebar pelat (b) yang sama ukurannya semua
pelat dengan ketebalan pelat (d) yang semakin tebal pula.
Ini menjelaskan mengapa seharusnya ketebalan yang
berbeda kuat lentur tidak terlalu jauh atau sama hasilnya.

Pengujian Lendutan Pelat


Dalam grafik dibawah lendutan yang terjadi pada
saat pengujian dan juga secara teori ada sedikit Gambar 3 Grafik kapasitas pelat dalam pengujian
perbedaan. Dalam pengujian lendutan yang diperoleh
tidak lurus seperti dalam teori. Hal ini dikarenakan
memang dalam perhitungan kenaikan beban yang sama
secara teratur menghasilkan grafik linier yang lurus.
Beda lagi pada hasil pengujian yang berbeda hasil
grafiknya dengan teori tetapi hasil akhir lendutan yang
ada saling mendekati.
Dibawah ini akan ditunjukkan grafik perbandingan
antara teori dan pengujian. Untuk dapat melihat lebih
jelas lendutan yang saling mendekati antara pengujian
dan teori. Ditunjukkan dalam tiap ketebalan, sehingga
akan terlihat lebih jelas seperti pada uraian sebelumnya.

Gambar 3 Grafik kuat lentur pelat dalam pengujian

BERSKALA SAINSTEK (2014, volume, nomor, halaman: dibiarkan kosong)


Rofan Rachman Khadafi, et al.Pengaruh Perubahan Ketebalan Pelat Terhadap Lendutan Pelat Beton UHPFRC

KESIMPULAN
Dari hasil analisis, penelitian dan pengamatan
yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Beban yang diterima dengan adanya penambahan
ketabalan mulai dari 155.1 kg sampai 397.134 kg.
Dengan beban batas / beban hancur mulai dari yang
2 cm sebesar 124.71 kg, 3 cm sebesar 279.81 kg, 4
cm sebesar 602.58 kg, 5 cm sebesar 908.08 kg, dan
6 cm sebesar 1305.21 kg. Tetapi hal tersebut tidak
terjadi pada kuat lentur yang menghasilkan nilai
hamper sama atau tidak terpaut jauh.

b. Lendutan yang terjadi pada plat yang lebih tebal


semakin kecil dibandingkan plat yang lebih tipis
untuk beban yang sama dan itu juga belaku pada
teori. Pada beban 98.7 kg lendutan yang diperoleh
untuk plat 2 cm sebesar 1.15 mm pada teori 0.83
mm, 3 cm sebesar 0.80 mm pada teori 0.56 mm, 4
cm sebesar 0.65 mm pada teori 0.42 mm, 5 cm
sebesar 0.50 mm pada teori 0.28 mm, dan 6 cm
sebesar 0.38 mm pada teori 0.278 mm

Daftar Pustaka

[1]. Ariatama,Ananta.2007.Pengaruh Pemakaian Serat


Kawat Berkait Pada Kekuatan Beton Mutu Tinggi
Berdasarkan Optimasi Diameter Serat, Tesis
Program Magister Teknik Sipil, Universitas
Diponegoro Semarang.
[2]. Sudarmoko. 1991. Kuat Tarik Beton – Serat,
Seminar Menika Bahan Dalam Berbagai Aspek,
Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
[3]. Sudarmoko.1993.Pengaruh Panjang Serat pada
Sifat Struktural Beton Serat, Media Teknik No. 1
Tahun XV, Yogyakarta.
[4]. Suhendro, B. 1991. Pengaruh Fiber Kawat pada
Sifat – Sifat Beton, Seminar Mekanika Bahan
dalam berbagai aspek.Yogyakarta.
[5]. Szilard, Rudolp. 1989. Teori Analisis Pelat Metode
Klasik dan Numerik. Wira.Jakarta : Erlangga
[6]. Widodo, Aris. 2013. Pengaruh Penggunaan
Potongan Kawat Bendrat Pada Campuran Beton
Dengan Konsentrasi Serat Panjang 4 Cm Berat
Semen 350 Kg/M3 Dan Fas 0,5. Jurnal Teknik
Sipil & Perencanaan Unnes.
[7]. Wille, Kay. E, Antoine. dan J, Gustavo. 2011. Ultra-
High Performance Concrete with Compressive
Strength Exceeding 150 MPa (22 ksi): A Simpler
Way. ACI Materials Journal.

BERSKALA SAINSTEK (2014, volume, nomor, halaman: dibiarkan kosong)

Anda mungkin juga menyukai