Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Kanalis analis dapat menjadi tempat timbulnya lesi yang kebanyakan bersifat jinak
namun mungkin dapat mengganggu kualitas hidup harian pasien. Selain itu, sering terjadi
misdiagnosis atau penatalaksanaan yang kurang tepat sehingga timbul keadaan yang tidak
diinginkan. Pemahaman mengenai anatomi fungsional dan fisiologi dari kanalis analis yang
merupakan bagian dari traktus digestivus dapat memfasilitasi diagnosis dan manajemen dari
penyakit yang timbul pada daerah ini.
Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan bebrapa faktor antara lain kurangnya
konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu lama,
peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah, hubungan seks
peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga dan kehamilan.2
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek
dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak yang harus dicegah atau
diobati bila penderita ingin sembuh. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan
secara medik dan secara bedah tergantug dari derajatnya.1
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berlangsung persisten, berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea dentate
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di
atas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa)
disebut hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis kanalis analis masih normal.
Kedua jenis hemoroid ini (interna dan eksterna) sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25 tahun. Menurut data
WHO tahun 2008, jumlah penderita hemoroid di seluruh dunia adalah sekitar 230 juta orang.
Menurut data Depkes pada tahun 2008, prevalensi hemoroid di Indonesia adalah setidaknya 5,7%
dari total populasi atau sekitar 10 juta orang.
Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasive. Dalam pencegahan hemoroid yang paling baik
yaitu mempertahankan feses tetap lunak sehingga mudah keluar. Latihan olah raga seperti

1
berjalan dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan
mengedan.1

2
BAB II

STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jalan Ramba
No. CM : 37 70 65
Ruang : PR 4 kamar 1 b
Tanggal Periksa : 22agustus 2016

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 22agustus 2016 jam 14.00 WITA di PR IV
Keluhan Utama : Terdapat benjolan pada anus dan nyeri saat bab
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan dari anus saat buang air besar sejak
± 2 tahun yang lalu, ,memberat 2 minggu terakhir ini. Benjolan dirasakan lebih besar
daripada biasanya, benjolan tersebut tidak dapat dimasukan kembali kedalam anus, terasa
perih, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya benjolan. Saat buang air
besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak
bercampur dengan feses.
± 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang keluar pada
saat buang air besar dan masih dapat dimasukan.
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah
buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 5 gelas
perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan
sampai merasa pusing.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayatsakit yang sama :Diakui sejak 2 thyang lalu
- Riwayat infeksi saluran kemih :disangkal
- Riwayat Hipertensi :disangkal
- Riwayat DM :disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Di keluargatidakada yang mengalamikeluhanserupa
- Riwayat Hipertensi :disangkal
- Riwayat DM :disangkal

Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi air putih : Jarang, kurang 5 gelas sehari
- Riwayat makanan berserat : diakui jarang
- Riwayat konsusmsi alkohol : disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Gizi : Cukup
 Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
 Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit isi cukup dan reguler
RR : 16 x/menit
Suhu : 36,2oC per axilla
B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher
 Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom (-), rhinorea (-), otorhea (-),
peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

4
b) Mata
 Konjungtiva : Anemis (-/-)
 Sklera : Ikterus (-/-)
 Pupil : Ukuran 3 mm reguler, reflekcahaya (+/+),
isokor (+/+)
 Palpebra : Edema (-/-)
c) Thoraks
 Dinding thoraks : Jejas (-)
 Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
- Palpasi : Ketinggalan gerak (-), Fremitus taktil kanan
dan kiri (N)
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba kuat angkat pada SIC V
sinistra 2 cm sisi medial linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas jantung tidak membesar
Batas kiri jantung
 Atas : SIC II sinistra di sisi lateral linea parasternalis
sinistra.
 Bawah : SIC V sinistra 2 cm sisi medial linea midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
 Atas : SIC II dextra di sisi lateral linea parasternalis
dextra.
 Bawah : SIC IV dextra di sisi lateral linea parasternalis dextra.
- Auskultasi : Suara Jantung I-II regular, Bising jantung (-)

5
d) Abdomen
 Inspeksi : Jejas (-), distensi (-), darm steifung (-), darm
contour (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) bising usus normal
 Perkusi : Timpani, hepar pekak, hepatomegali (-),
splenomegali (-)
 Palpasi :Nyeri tekan (-), defans muskular (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
e) Ekstremitas
 Atas :Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak ditemukan, akral
hangat.
 Bawah : clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak ditemukan, akral
hangat.
C. Status Lokasi

 Inspeksi dan Palpasi : Perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, terdapat
bagian yang hiperemis, padat kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6 cm,
ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+), darah (+)
 Rectal Toucher : Tidak dilakukan

6
III. RESUME
Seorang laki laki umur 63 tahun masuk RSUD Syekh Yusuf datang dengan
keluhan keluar benjolan dari anus saat buang air besar sejak ± 2 tahun yang lalu,
,memberat 2 minggu terakhir ini. Benjolan dirasakan lebih besar daripada biasanya,
benjolan tersebut tidak dapat dimasukan kembali kedalam anus, terasa perih, gatal, dan
pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya benjolan. Saat buang air besar biasanya
di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan
feses.± 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang keluar pada saat
buang air besar dan masih dapat dimasukan.Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang
berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan
minum kurang dari 5 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras
sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis. Tanda vital dalam batas normal, regio kepala, leher, thorax dalam batas normal.
Pada abdomen dan extremitas juga tidak didapatkan kelainan. Pada inspeksi dan palpasi :
di dapatkan perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, terdapat bagian yang
hiperemis, padat kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6 cm, ekskoriasi (-), luka (+),
tanda radang (+), darah (+).

IV. FOLLOW UP

Tanggal Perjalanan penyakit Instruksi Dokter

19 Agustus S :Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan R/ IVFD RL 20 tpm


2016 dari anus saat buang air besar sejak ± 2 tahun Ranitidin / 12j / iv
yang lalu, ,memberat 2 minggu terakhir ini. Ketorolac / 8j / iv
Benjolan dirasakan lebih besar daripada Transamin / 8j / iv
biasanya, benjolan tersebut tidak dapat Ceftriaxon / 12j / iv
dimasukan kembali kedalam anus, terasa
perih, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa
duduk karena adanya benjolan. Saat buang
air besar biasanya di sertai dengan darah
segar, menetes saat feses keluar, darah tidak

7
bercampur dengan feses.± 2 tahun yang lalu
pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil
yang keluar pada saat buang air besar dan
masih dapat dimasukan.Pasien jarang
mengkonsumsi makanan yang berserat
seperti sayuran dan buah buahan. Pasien
suka mengkonsumsi makanan pedas, dan
minum kurang dari 5 gelas perhari dan pada
saat buang air besar suka mengejan keras
sampai berkeringat bahkan sampai merasa
pusing.
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus,
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),
darah (+).
TD : 120 / 70 mmHg P : 16 x / i
N : 88 x / I S : 36, 2 C
A : Hemoroid eksterna grade IV

20 Agutus S : Nyeri pada anus (+), nyeri kepala (+) , R/ IVFD RL 20 tpm
2016 bak : lancar . Ranitidin / 12j / iv
bab : kadang keluar darah Ketorolac / 8j / iv
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal Transamin / 8j / iv
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, Ceftriaxon / 12j / iv
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),
darah (+).
TD : 120 / 80 mmHg P : 20 x / i
N : 86 x / I S : 36, 1 C
A : Hemoroid interna grade IV

8
21 Agustus S : Nyeri pada anus (+), nyeri kepala (-) , R/ IVFD RL 20 tpm
2016 bak : lancar . Ketorolac / 8j / iv
bab : keluar darah (+) Transamin / 8j / iv
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal Ceftriaxon / 12j / iv
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus,
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),
darah (+).
TD : 120 / 70 mmHg P : 18 x / i
N : 80 x / i S : 36, 5 C
A : Hemoroid interna grade IV
22 Agustus S : Nyeri pada anus (+), nyeri kepala (-) , nyeri R/ IVFD RL 20 tpm
2016 ulu hati Ketorolac / 8j / iv
bak : lancar . Asam traheksamat /
bab : keluar darah (+) 8j / iv
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal Ceftriaxon / 12j / iv
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, Ardium 5 mg 3 x1
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),
darah (+), dan nyeri tekan epigastrium.
TD : 130 / 70 mmHg P : 22 x / i
N : 80 x / i S : 36, 5 C
A : Hemoroid interna grade IV
23 Agustus S : Nyeri pada anus (+), nyeri kepala (-) , nyeri R/ IVFD RL 20 tpm
2016 ulu hati Ketorolac / 8j / iv
bak : lancar . Asam traheksamat /
bab : keluar darah (-) 8j / iv
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal Ceftriaxon / 12j / iv
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus, Ardium 5 mg 3 x1
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),

9
darah (+), dan nyeri tekan epigastrium.
TD : 140 / 80 mmHg P : 20 x / i
N : 76 x / i S : 37 C
A : Hemoroid interna grade IV

24 Agustus S : Nyeri pada anus (+), nyeri kepala (-) , nyeri R/ asam mefenamat 3
2016 ulu hati x1
bak : lancar . Cefixime 2 x 1
bab : keluar darah (-) Ardium 5 mg 3 x1
O : Inspeksi dan palpasi : di dapatkan perianal Ranitidin 2 x 1
terlihat tonjolan massa prolaps dari anus,
terdapat bagian yang hiperemis, padat
kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6
cm, ekskoriasi (-), luka (+), tanda radang (+),
darah (+), dan nyeri tekan epigastrium.
TD : 140 / 80 mmHg P : 20 x / i
N : 76 x / i S : 37 C
A : Hemoroid interna grade IV

V. Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pasien mengalaami Hemoroid Interna
Grade IV.
VI. Penataalaksanaan
Non Medikamentosa :
Rendam duduk dengan cairan air hangat
Makan makanan yang berserat seperti sayuran, buah buahan
Rawat inap : IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 1 gr / 2jam / iv
Ketorolac 1 aamp / 8 jam / iv
Ranitidin 1 amp / 12 jam / iv
Ardium 5 mg 3 x 1

10
Berobat Jalan : Cefixime 2 x 200 mg
Ranitidin 2 x 150 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Ardium 3 x 5 mg

11
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien seorang laki – laki umur 63 tahun dengan keluhan keluar benjolan dari anus saat
buang air besar sejak ± 2 tahun yang lalu, ,memberat 2 minggu terakhir ini. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis menderita hemoroid interna grade IV.
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan adanya benjolan yang tidak dapat dimasukan
kembali kedalam anus, terasa nyeri, gatal, dan pasien mengeluh tidak bisa duduk karena adanya
benjolan. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar,
darah tidak bercampur dengan feses. Ini sesuai dengan referensi Derajat IV : Prolaps hemorrhoid
yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark kemudian
adanya darah yang keluar saat feses keluar merupakan gejala yang paling sering muncul dan
biasanya merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak
setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih
hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami kongesti oleh
sphincter ani.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Perianal terlihat tonjolan massa prolaps dari anus,
terdapat bagian yang hiperemis, padat kenyal, nyeri saat di sentuh, ukuran ± 4x6 cm, ekskoriasi (-
), luka (+), tanda radang (+), darah (+).
Usulan pemeriksaan untuk pasien ini adalah Rectal toucher juga bertujuan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. proktosigmoideskopi yang dikerjakan untuk
memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat yang lebih tinggi karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat menyebabkan timbulnya anemia
sehingga pemeriksaan laboratorium darah juga diperlukan.
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal oleh karenanyatujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal,
tetapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyaka pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong
dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

12
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anastetik
dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolap karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat mengurangi nyeri.
Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya, misalnya penyaki Chron, terapi
medik harus diberikan apabila hemoroid menjadi simtomatik.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid grade III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Pada
kasus ini pasien didiagnosis menderita hemoroid interna grade IV sehingga terapi yang dipilih
adalah terapi operatif, hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi
adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya
kembali gejala hemoroid.

13
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan pembengkakan
submukosa pada lubang anus. Dalam masyarakat umum hemoroid lebih dikenal dengan wasir..1
Hemoroid dibedakan hemoroid interna dan eksterna:
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior diatas garis
mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa pada
rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi primer, yaitu kanan-depan,
kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak
primer tersebut.2
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah linea dentata dan
ditutupi oleh epitel gepeng.

Gambar 1. Gambar internal dan external hemoroid

14
B. ANATOMI

Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla
recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan
sphincter ani.4
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang merupakan
massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di lateral di batasi oleh
fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus perineale,
diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior
dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.2
Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan rectum distal Untuk
fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi sebagai Fungsi kontinens yaitu menahan
pasase abnormal gas, feses cair dan feses padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal
yang “watertight”4
Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. ikat dan otot polos. Bantalan hemoroid
normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos dibawahnya. Hemoroid interna dan
eksterna saling berhubungan, terpisah linea dentate4
Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang dindingnya tidak
mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid, bukan vena

Gambar 2.Bantalan hemorrhoid (dari www.hemorrhoid.net)

15
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut). Gambaran
anatomi yang penting adalah :

1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.


2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu sama
lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula analis (sisa
membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis
superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama oleh
vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.4
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur
sebagai berikut :

1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri,
suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna. Aliran
vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang mengalirkan darah vena
ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.

16
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi menjadi
lapisan otot lar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular pada ujung atas canalis
ani menebal membentuk spincter ani internus involunter. Sphincter internus diliputi oleh lapisan
otot bercorak yang membentuk sphincter ani ekstenus volunter.3

Gambar 3.Skema Penampang Memanjang Anus (dari www.hemorrhoid.net)4

Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter ani internus dengan
pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis memebentuk cincin yang nyata yan
teraba pada pemeriksaaan rectum, dinamakan cincin anorectal.

Gambar 4 :Anal Kanal dan organ di anterior

17
Secara skematis, gambaran anatomis dapat terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Anal Kanal

C. EPIDEMIOLOGI

Sekitar 75 persen orang akan mengalami Hemoroid di beberapa titik dalam hidup mereka.
Hemoroid yang paling umum di antara orang dewasa usia 45 sampai 65. Pasien sering enggan
untuk mencari bantuan medis karena malu atau takut, akibat rasa tidak nyaman, dan rasa sakit
yang terkait dengan pengobatan, sehingga kejadian pasti dari penyakit ini tidak dapat
diperkirakan. Studi mengevaluasi epidemiologi Hemoroid menunjukkan bahwa 10 juta orang di
Amerika Serikat melaporkan Hemoroid, untuk prevalensi 4,4%. Dalam kedua jenis kelamin,
puncaknya pada prevalensi tercatat antara 45 dan 65 tahun, pengembangan wasir sebelum usia 20
tidak biasa, dan Kaukasia yang lebih sering terkena daripada orang Amerika Afrika. Hemoroid
juga umum terjadi pada wanita hamil. 5,6

D. ETIOLOGI

Etiologi dari hemoroid masih belum diketahui. Faktor resiko yang dapat mempengaruhi
yaitu: mengejan yang berlebihan, meningkatnya tekanan intraabdominal, ,dan feses kasar
meningkatkan pelebaran vena dari pleksus hemoroidalis dan menyebabkan jaringan hemoroid
prolaps.3hemoroid eksterna itu terletak distal dari linea dentata dan ditutup oleh anodermal.
Karena anoderma itu kaya akan pembuluh darah, trombosis dari hemoroid eksternal dapat
menyebabkan sakit yang signifikan.

18
Pembesaran yang abnormal dari jaringan anus akan memicu dilatasi dan pelebaran
pleksus arteriovena. Itu akan menyebabkan pelebaran dari otot suspensorium dan dapat
menyebabkan prolaps dari jaringan rektum ke anal canal. Mukosa anal sangat mudah mengalami
perdarahan rektum yang berwana merah muda karena tinggi oksigen, terdapat dalam anastomosis
artriovena. Prolaps dapat menyebabkan turun hygiene dan produksi mukus yang dapat
menyebabkan gatal dan predisposisi terhadap inkarserata dan strangulasi.3
Berkurangnya aliran darah vena
Diet rendah serat dapat mengakibatkan sulit BAB, sehingga perlu mengejan,. Ini yang
meningkatkan tekanan yang menyebabkan pelebaran hemoroid, peningkatan tekanan ini
berpengaruh terhadap aliran balik vena. Kehamilan, tekanan tinggi yang disebabkan oleh M.
Sphincter ani internus, dan kelamaan duduk di toilet dapat mengakibatkan masalah aliran vena di
daerah perianal, sehingga dapat memperbesar hemoroid.7
Kehamilan
Kehamilan merupakan faktor resiko pada wanita untuk terjadi pembesaran hemoroid,
meskipun etiologi tidak diketahui. Kebanyakan pasien kembali ke keadaan sebelumnya mereka
setelah melahirkan. Hubungan antara kehamilan dan hemoroid dipercaya akibat perubahan
hormon atau tekanan langsung.7
Hipertensi portal dan varises anorektal
hipertensi portal sering dikaitkan hubungannya dengan wasir. Namun, gejala hemoroid
tidak terjadi lebih sering pada pasien dengan hipertensi portal, dan pendarahan besar dari
hemoroid pada pasien ini tidak biasa. Perdarahan sangat sering oleh karena koagulopati. Jika
perdarahan ditemukan, ligasi dengan penjahitan disarankan.7
Varises anorektal umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises lebih sering terjadi
pada pasien yang tidak sirosis hati, dan mereka jarang berdarah. Pengobatan biasanya diarahkan
pada hipertensi portal yang mendasari.7

19
E. PATOFISIOLOGI

Teori-teori utama tentang patofisiologi penyakit hemoroid adalah bahwa mereka adalah
dilatasi abnormal pembuluh darah dari pleksus vena hemoroid internal yang, distensi abnormal
dari anastomosis arteriovenosa, dan prolaps dari bantal dan jaringan ikat sekitarnya. Peningkatan
tekanan sfingter anal juga dianggap sebagai salah satu faktor etiologi berkontribusi terhadap
penyakit. Hal ini tidak jelas apakah perubahan ini anorektal fisiologi adalah hasil dari kehadiran
wasir atau penyebabnya. Peran prolaps mukosa pada penyakit hemoroid adalah masih dalam
perdebatan, beberapa ahli bedah menganggap entitas ini sebagai patologi yang sama sekali
berbeda, yang lain menganggap bahwa prolaps mukosa merupakan bagian integral dari penyakit
hemoroid.
Selama pengosongan, kontraksi sfingter volunter mengembalikan setiap kotoran sisa dari
anus ke rektum sebagai bagian dari fisiologi normal pengosongan. Mengedan untuk mencapai
pengosongan yang lengkap hanya akan mienimbulkan kongesti bantalan vaskular. Jadi,
mengedan, asupan serat yang tidak memadai, duduk di toilet berkepanjangan, sembelit, diare, dan
kondisi seperti kehamilan, asites, dan ruang panggul yang menduduki lesi yang berhubungan
dengan tekanan intraabdominal tinggi telah diduga berkontribusi terhadap perkembangan
penyakit. Sebuah riwayat keluarga dengan penyakit hemoroid juga telah disarankan untuk
berkontribusi pada perkembangan penyakit, meskipun tidak ada bukti kecenderungan keturunan,
juga, diet dan kebiasaan buang air besar sering terkait dengan kebiasaan dan lingkungan.
Pasien dengan hipertensi portal mungkin memiliki varises dubur, sirkulasi kolateral,
dimana darah dari sistem portal melewati ke dalam sirkulasi sistemik melalui vena hemoroid
Tengah dan inferior. Namun hemoroid dan varises dubur adalah dua entitas yang berbeda, dan
banyak studi gagal menunjukkan peningkatan insiden penyakit hemoroid pada pasien dengan
hipertensi portal.4

Selama bertahun-tahun teori varises, yang mendalilkan bahwa hemoroid disebabkan oleh
varises di anus, sudah populer tetapi sekarang sudah tidak berlaku lagi karena hemoroid dan
varises anorektal yang terbukti menjadi entitas yang berbeda. Bahkan, pasien dengan hipertensi
portal dan varices tidak memiliki peningkatan insiden hemoroid. Saat ini, teori sliding lapisan
anal kanal diterima secara luas. Hal ini mengusulkan bahwa wasir berkembang ketika jaringan
pendukung bantalan anal hancur atau rusak. Hemoroid karena itu istilah patologis untuk

20
menggambarkan perpindahan penurunan abnormal bantalan anal menyebabkan dilatasi vena. Ada
biasanya tiga bantal anal utama, terletak di anterior yang tepat, aspek lateral kanan posterior dan
kiri lubang anus, dan berbagai jumlah bantal kecil tergeletak di antara mereka . Bantalan anal
pasien dengan wasir menunjukkan perubahan patologis yang signifikan. Perubahan ini termasuk
dilatasi vena yang abnormal, trombosis pembuluh darah, proses degeneratif pada serat kolagen
dan jaringan fibroelastic, distorsi dan pecahnya otot subepitel anal. Gambar 6

Gambar 6

Beberapa enzim atau mediator yang melibatkan degradasi jaringan pendukung di bantalan
anal telah dipelajari. Di antaranya, matriks metalloproteinase (MMP), sebuah proteinase
bergantung zinc, adalah salah satu enzim yang paling ampuh, yang mampu protein ekstraseluler
mendegradasi seperti elastin, fibronektin, dan kolagen. MMP-9 ditemukan untuk diekspresikan
dalam hemoroid, berkaitan dengan pemecahan serat elastis. Aktivasi MMP-2 dan MMP-9 oleh

21
trombin, plasmin atau proteinase lain mengakibatkan gangguan Bed kapiler dan peningkatan
kegiatan angioproliferative untuk mengubah pertumbuhan faktor β (TGF-β).
Baru-baru ini peningkatan, kepadatan mikrovaskuler ditemukan di jaringan hemoroid,
yang menunjukkan neovaskularisasi yang mungkin merupakan fenomena lain yang penting dari
penyakit hemoroid. Pada tahun 2004, melaporkan bahwa endoglin (CD105), yang merupakan
salah satu tempat pengikatan TGF-βand merupakan penanda proliferasi untuk neovaskularisasi,
diekspresikan di lebih dari setengah dari spesimen jaringan hemoroid dibandingkan dengan tidak
ada yang diambil dari mukosa anorektal normal. Penanda ini jelas ditemukan di venula lebih
besar dari 100 pM. Selain itu, para pekerja menemukan bahwa kepadatan mikrovaskuler
meningkat dalam jaringan hemoroid terutama ketika trombosis dan stroma faktor pertumbuhan
endotel vaskular (VEGF) yang hadir. Juga menunjukkan bahwa ada ekspresi yang lebih tinggi
dari protein angiogenesis terkait seperti VEGF pada hemoroid.
Selain itu, peningkatan kaliber arteri dan aliran baik berkorelasi dengan nilai hemoroid.
Temuan yang abnormal masih tetap setelah operasi pengangkatan hemoroid, membenarkan
hubungan antara hypervascularization dan pengembangan hemoroid. Juga mengidentifikasi
sfingter seperti struktur, dibentuk oleh tunika media menebal mengandung 5-15 lapisan sel otot
polos, antara pleksus vaskular dalam ruang subepitel dari zona transisi anal dalam spesimen
anorektal normal. Berbeda dengan spesimen normal, hemoroid yang terkandung sangat
membesar, pembuluh berdinding tipis dalam pleksus submukosa arteriovenosa, dengan sfingter
tidak ada atau hampir datar seperti penyempitan pada pembuluh. Para peneliti menyimpulkan
bahwa sfingter otot polos dalam pleksus arteriovenosa membantu dalam mengurangi inflow
arteri, sehingga memfasilitasi drainase vena yang efektif. Kemudian mengusulkan bahwa, jika
mekanisme ini terganggu, hiperperfusion dari pleksus arteriovenosa akan mengarah pada
pembentukan hemoroid.
Pada dasarnya, otot polos pembuluh darah diatur oleh sistem saraf otonom, hormon, sitokin dan
endotelium atasnya. Ketidakseimbangan antara endotelium relaxing faktor yang diturunkan
(seperti oksida nitrat, prostasiklin, dan endotelium berasal hyperpolarizing factor) dan faktor
endotelium vasoconstricting diturunkan (seperti radikal oksigen reaktif dan endotelin)
menyebabkan beberapa gangguan vaskular. Pada hemoroid, oksida nitrat sintase, enzim yang
mensintesis oksida nitrat dari L-arginine, dilaporkan meningkat secara signifikan.

22
Beberapa perubahan fisiologis dalam anus pasien dengan hemoroid telah diamati.
Terungkap bahwa tekanan anal istirahat pada pasien dengan non prolaps hemoroid atau prolaps,
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan tidak ada perubahan signifikan
dalam ketebalan sfingter internal. Sebelum tindakan operasi, orang-orang dengan hemoroid
memiliki tekanan anal istirahat yang lebih tinggi secara signifikan, komplians dubur yang lebih
rendah, dan perineum yang lebih turun. Kelainan yang ditemukan kembali ke kisaran normal
dalam waktu 3 bulan setelah hemorrhoidectomy, menunjukkan bahwa perubahan fisiologis lebih
cenderung menjadi efek, bukan penyebabnya, penyakit hemoroid.8

F. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi, hemoroid dibagi menjadi 2 yaitu: eksternal dan internal. Hemoroid
eksternal tertutup anodermal, terletak distal dari linea dentata, sedangkan hemoroid internal
terletak di atas linea dentata. Ditutupi oleh mukosa anotektal.2 Hemoroid internal dapat prolaps
atau berdarah. Namun jarang terasa nyeri kecuali jika terjadi trombosis dan nekrosis (biasanya
berkaitan dengan prolaps yang parah, inkarserata, dan strangulasi).

1. Hemoroid Interna

Gambar 7

 Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah perdarahan

23
 Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah selesai
defekasi.
 Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi
selesai karena tidak dapat masuk sendiri.
 Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi .7

2. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat


kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

Hemoroid eksterna kronik atau skin


tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.

24
G. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid internal dan hanya
timbul pada hemoroid eksternal yang mengalami trombosis. Perdarahan umumnya merupakan
tanda pertama hemoroid internal akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna
merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan “darah arteri”. Kadang dapat terjadi anemia berat akibat perdarahan yang berulang.9

Hemoroid yang besar dapat menonjol ke luar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah
defekasi, lalu berlanjut hingga harus dimasukan kembali setelah defekasi agar masuk. Akhirnya,
hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang tidak dapat dimasukkan keluarnya mukus dan
terdapatnya feses pada pakaian merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.
Sehingga pasien juga dapat mengeluh gatal dan pada daerah perianal (pruritus anus) pruritus ini
disebabkan oleh kelembaban yang terjadi terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri dapat
terjadi karena trombosis yang luas dengan udem dan radang. 2

H. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal tinggi (mengejan), pasien sering duduk berjam-
jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak
boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom
hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel
penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.

25
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

3. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam
mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.

4. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

26
I. DIAGNOSIS BANDING

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada
1. Karsinoma Rectum

Adanya gangguan pola defekasi,


perdarahan menetes disertai lendir,
berat badan turun. Pada rectal toucher
teraba massa yang berbenjol-benjol,
keras dan menggaung.

2. Fissura Ani

Perlukaan pada mukosa anus, memanjang sejajar


dengan sumbu anus, biasanya tunggal dan
terletak di garis tengah anus. Keluhan biasanya
konstipasi, nyeri saat BAB, darah segar di
permukaan tinja. Pemeriksaan fisik didapatkan
trias, ulkus pada anus, papilla hipertrofik (teraba
benjolan) dan skintag.

3. Polip Rectum
Merupakan perumbuhan jaringan dari dinding rektum
yang menonjol ke dalam lumen. Biasanya memberikan
gejala perdarahan melalui rectal disertai lendir dan
benjolan. Namun perdarahan bersifat intermiten dan pada

27
pemeriksaan rectal toucher teraba massa bertangkai yang lunak dan berpangkal pada
dinding rectum. Lebih sering terjadi pada anak – anak.

J. PENATALAKSANAAN
1. Terapi non bedah

Klasifikasi Hemorrhoid Interna4

Classification Treatment Options

1st Degree – No rectal prolapse  Diet


 Local & general drugs
 Sclerotherapy
 Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is spontaneously  Sclerotherapy


reducible  Infrared coagulation
 Banding [recurring banding may require
Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is manually  Banding


reducible  Hemorrhoidectomy
 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible  Hemorrhoidectomy


 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

28
(a) Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat 1,
disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 \Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
 Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari
selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena air hangat dapat
merelaksasi sfingter dan spasme.
 Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.10
b. Terapi Farmakologi
 Salep anastetik lokal
 Kortikosteroid
 Laksatif
 Analgesik
 Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
(c) Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat

29
maka tidak ada nyeri
Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi,
prostatitis akut jika
masuk dalam prostat, dan
reaksi hipersensitivitas
terhadap obat yang
disuntikan.
Terapi suntikan bahan
sklerotik bersama nasehat
tentang makanan
merupakan terapi yang
efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih
parah atau prolaps.11

(d) Infrared Coagulation

Teknik ini dilakukan dengan cara


memberikan radiasi infra merah dengan
lampu tungsten-halogen yang difokuskan
ke jaringan hemorrhoid dari reflector plate
emas melalui tabung polymer khusus.
Sinar koagulator infra merah (IRC)
menembus jaringan ke submukosa dan
dirubah menjadi panas, menimbulkan
inflamasi, destruksi jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi local
anestesi terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi
pada daerah yang tidak tepat.11

30
(e) Bipolar Diatheraphy

Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi pada ujung
cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau dibawahnya

(f) Cryotheraphy

Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang secara teori
menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.12

(g) Rubber Band Ligation

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat
juga dilakukan pada hemorrhoid derajat III.
Hemorrhoid yang besar atau yang mengalami
prolaps dapat diatasi dengan ligasi menurut
Baron ini.5
Dengan bantuan anoskop, mukossa diatas
hemorrhoid yang menonjol dijepit dan ditarik
atau dihisap kedalam lubang ligator khusus.
Rubber band didorong dan ligator ditempatkan
secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemorrhoidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi
dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber
band akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan
terjadi pada pangkalnya. Komplikasi yang
sering terjadi berupa edema dan trombosis.5
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation adalah cara terpilih di AS
untuk terpi hemorrhoid internal. Prosedur ini , jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-
sleeved cylinder untuk menempatkan karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya
waktu, jaringan dibawahnya akan mengecil.8

31
2. Terapi Bedah
(a) Hemorrhoidectomy
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada
penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan
cara lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami
trombosis dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip
yang harus diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu spincter ani.
Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi dan
hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan
yang patologis diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan
selama pengankatan hemorrhoid. Kepastian hemostasis harus benar-benar
diperhatikan.6
Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton lebih
dikenal karena
- mengambil jaringan patologis
- perbaikan jaringan cepat
- lebih nyaman
- gangguan defekasi minimal
Hemorrhoidectomy terbuka dipopulerkan oleh Milligan-Morgan, tahun1973.
Ada 2 variasi daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:
(1) Open hemorrhoidectomy
(2) Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal ditutup
atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi.6

32
(1) Open Hemorrhoidectomy
Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat hemorrhoid yang
telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran ataupun bila terlalu
sempit untuk masuk retractor.7
Teknik Open Hemorrhoid (Miligan-Morgan)
1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline = 1 :
300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan
ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm dari
anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal
hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid.7
Closed Hemorrhoidectomy
Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:
1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan anoderm.
2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan
dengan cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm)
3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas yang
diisi jaringan granulasi.
Indikasi :
1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorectal lain.
Teknik-Teknik Closed hemorrhoidectomy. 12

33
Ferguson Hemorrhoidectomy
- Posisi LLD
- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem
- Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan hemorrhoid
- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian subcutan
spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.
- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining mukosa.
- Ligasi dengan cat gut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 – 0
dengan vicril3

34
K. PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua
kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar
dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 5, Jakarta : Interna 2009
2. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah – de Jong Ed 3. Jakarta: EGC. 2010.
3. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book of Surgery,
Saunders Company, Phyladelphia 2001
4. Diagnosing Hemorrhoid Types and Rectal Prolaps, http:\\ www.pph.com Ethicon Endo-
Surgery, Inc. 2003-2005. This site is published by Ethicon Endo-Surgery, Inc. and is
intended for U.S. audiences only.
5. Person, Orit Kaidar et al. Hemorrhoidal Disease: A Comprehensive Review. Department
of Colorectal Surgery, Cleveland Clinic Florida. 2006.
http://www.siumed.edu/surgery/clerkship/colorectal_pdfs/Hemmorhoids_review.pdf .
6. National Digestive Diseases Information Clearinghouse. Hemorrhoids. U.S. Department
of Health and Human Services. 2010.
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/Hemorrhoids_508.pdf .
7. Thornton SC. Hemorrhoids. 2015 Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/775407
8. Lohsiriwat, Varut. Hemorrhoids: From Basic Pathophysiology to Clinical Management.
World Journal of Gastroenterology. 2012. Diakses dari http://www.wjgnet.com/1007-
9327/pdf/v18/i17/2009.pdf . Diakses tanggal 27 November 2012
9. Dunn KMB, Rothenberger DA. Colon, rectum, and anus. In: Andersen DK, Billiar TR,
Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE. Schwartz’s principle of surgery 10 th
edition. Philelphia, Mc Graw Hill
10. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical management. Available at :
http://www.wjgnet.com/1007-9327/full/v18/i17/2009.htm
11. Hemorroid . Available at : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1204188
12. Surgical management of hemorrhoids . Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3296437/

36

Anda mungkin juga menyukai