BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
pemboran dapat berjalan dengan aman, efesien dan efektif. Pembagian sistem yang
Keseluruhan sistem diatas mempunyai hubungan yang erat antara yang satu
dengan yang lainnya. Sehingga hubungan antar sistem tersebut saling tergantungan
satu dengan yang lain. Dalam tugas akhir ini pembahasan akan dibatasi hanya untuk
pemboran yang akan digunakan pada kegiatan pemboran seperti Drill Pipe, Drill
BAB III 17
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.1
Komponen Pengangkat(8)
Fungsi dari derrick atau portable mast adalah untuk menyediakan ruang
ketinggian vertikal yang diperlukan untuk mengangkat pipa (material sumur) dari
pipa yang dapat dimasukkan atau dikeluarkan dari lubang bor. Panjang pipa yang
umum digunakan adalah berkisar antara 27 dan 30 ft, dapat dilihat pada gambar 3.1.
BAB III 18
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
kemampuan menahan beban komprehensif dan beban angin. Beban angin yang
diijinkan ditentukan dari rangkaian drillstring di lubang bor dan rangkaian drillstring
yang disandarkan pada salah satu sisi dari derrick. Bila drillstring disandarkan pada
salah satu sisi derrick, momen penggulingan (overtuning moment) harus dikenakan
pada titik tersebut. Beban angin harus dihitung dengan asumsi beban angin searah
dengan momen penggulingan. Anchored guy wires ditarik dari masing-masing kaki
Gambar 3.2
Derrick Atau Portable Mast(5)
BAB III 19
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
3.1.2 Rig
eksploitasi minyak, gas bumi dan geothermal. Karena dengan bekerjanya sistem-
sistem bagian dari rig ini, produksi minyak, gas bumi dan geothermal akan berlanjut.
Sistem-sistem dari rig tersebut akan dapat bekerja dengan baik bila ditunjang oleh
kekuatan struktur rig yang mampu menahan beban yang ditimbulkan oleh masing-
garis besarnya, rig dapat dikategorikan menjadi tipe rig dengan kedudukan yang tetap
(fixed) dan tipe yang dapat bergerak (moveable). Menara bor putar merupakan
atas Substructure pada lokasi sunur yang akan dibor. Konstruksi ini berdiri di atas
lantai bor dan berfungsi untuk mengangkat dan menyambung rangkaian pipa bor
diperlukan dalam operasi pemboran. Rig jenis ini dapat di gunakan untuk pemboran
di darat, ataupun pada pemboran di lepas pantai . Bentuk Conventional Rig dapat
BAB III 20
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.3
Conventional Rig(5)
beban lebih besar dari pada jenis rig lainnya yang akan dijelaskan pada sub bab
berikutnya. Pada gambar 3.3 diperlihatkan bagian - bagian dari Conventional Rig .
Gambar 3.4
Bagian dari Conventional Rig(5)
BAB III 21
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Keterangan gambar :
Tinggi Menara di ukur dari puncak lantai bor sampai dasar water table beams.
B = Base square
Base square di ukur dari titik sudut kaki ke sudut kaki lainnya
C = Window opening
Water Table Opening di ukur di bagian dalam water table. Hal ini perlu
Gin Pole clearance ( ketinggian Gin Pole ) harus dipasang melintang di tengah
Pemilihan menara bor yang akan digunakan sangat tergantung oleh kedalaman
akhir dari sumur yang akan dibor. Dari data kedalaman akhir (Total Deep) atau biasa
disingkat dengan TD pada suatu pemboran, maka akan dapat dipilih ukuran dan
dimensi dari Conventional Rig yang akan digunakan . Berikut ini akan diperlihatkan
spesifikasi Conventional Rig dengan standard API pada (table III–1) sebagai berikut:
BAB III 22
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Tabel III - 1
Ukuran dan Dimensi Conventional Rig(1)
Portable Rig ( Portable Mast ) adalah jenis menara bor yang mudah
substructure. Konstruksi ini menutup sebagian dari lantai rig. Pada umumnya
digunakan pada pemboran darat karena lebih mudah dan cepat untuk dipindahkan.
BAB III 23
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.5
Portable Rig
Ada dua macam type Portable Rig yang dikenal yaitu, Skid Mounted Rig dan
Skid Mounted Rig adalah jenis Portable Rig, dimana menara ( mast )
nya berdiri di atas Substructure yang berada pada bantalan landasan ( Skid ).
BAB III 24
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.6
Skid Mounted Rig
Truck Mounted Rig adalah jenis Portable Rig, yang menara ( mast )
nya di tempatkan di atas Trailer, menara tersebut biasa disebut dengan istilah
Telescoping Mast. Truck Mounted Rig dapat dilihat pada gambar 3.7.
BAB III 25
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.7
Truck Mounted Rig
Substructure adalah konstruksi rangka baja yang dibangun tepat di atas titik
mempunyai tinggi sesuai dengan tipe menara dan alat Blow Out Preventrer yang akan
dipakai. Dan substructure mampu menahan beban yang berat, yang diangkat oleh
derrick atau mast ,seperti Drill Pipe, Drill Collar, Casing, dan BOP. Kekuatan
1. Beban pipa maksimum yang dapat diturunkan dan diangkat oleh rig
BAB III 26
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
rig untuk pressure control valve yang disebut dengan blowout preventers, dan diatas
dari substructure berfungsi sebagai lantai rig (Rig Floor) biasanya lebih tinggi dari
permukaan tanah. Peralatan lain yang terdapat pada Rig Floor adalah seperti yang
Gambar 3.8
Lantai Rig ( Rig Floor )(8)
3.1.4 Drawworks
Drawworks adalah alat penarik yang diletakkan di salah satu sisi rig di lantai
menggantung pipa pada suatu ukuran dan berat tertentu sesuai dengan kedalaman
lubang bor yang telah direncanakan. Berat keseluruhan dari beban yang diangkat
BAB III 27
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
termasuk Travelling Block dan seluruh rangkaian pipa bor dapat mencapai 500 ton
utama ( Prime Mover ) menuju Travelling Block sewaktu proses pengangkatan dan
penurunan rangkaian pipa pemboran, juga meneruskan tenaga dari penggerak utama
ke rotary drive sprockets, dan meneruskan tenaga dari penggerak utama ke Cathead
pada saat menyambung ( making up ) atau melepas ( breaking out ) bagian pipa bor.
Pada Drawworks terdapat sebuah drum besar yang berputar, rem mekanis atau
hidrolik, gigi, rantai penggerak, dan satu set peralatan Cathead. Seperti terlihat pada
gambar 3.9.
Gambar 3.9
Drawworks(8)
BAB III 28
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
a. Revalving Drum
( Drilling Line ).
Gambar 3.10
Sistem Pengereman Drawworks(8)
BAB III 29
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Rotary Drive merupakan Gear Box yang berfungsi sebagai alat untuk
Cat Head adalah alat berbentuk penggulung yang kecil terdapat pada
Drawworks yang dipakai untuk mengangkat atau menarik beban yang ringan
di lantai bor dengan menggunakan rantai atau tali rami ( Manila Rope ) dan
Over Head Tools merupakan peralatan pemboran yang terletak di atas kepala
crew yang bekerja di lantai bor. Peralatan Over Head menghubungkan supporting
Komponen Over Head Tools dapat dilihat pada gambar 3.11 Komponen –
a. Crown Block
Crown Block adalah suatu unit roda katrol ( Shaves / Pulley) yang
terletak pada Water Table yang berada di puncak menara bor. Drilling line
BAB III 30
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
didudukan pada shaves pada Crown Block dan pada Shaves pada Travelling
Block. Jumlah jalur drilling line pada Crown Block dan Travelling Block
tergantung dari beban yang akan diangkat, makin berat bebannya maka
Gambar 3.11
Komponen Over Head Tool(3)
Travelling Block adalah suatu susunan roda katrol dimana tali baja
atau drilling line didudukan. Hal ini memungkinkan Travelling Block dapat
bergerak naik dan turun bergantung di bawah crown block sampai di atas
lantai bor.
BAB III 31
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Travelling Block ,dimana swivel dan pipa bor tergantung selama operasi
pemboran berlangsung. Hook memiliki safety latch untuk swivel dan locking
arm atau link ears disamping sisinya untuk tempat menggantungkan link.
Selain itu ada pula yang memiliki sistim hydraulic untuk mempermudah
gerak lebih tinggi di menara. Kombinasi dari Block dan Hook ini umumnya
Gambar 3.12
Travelling Block dan Hook(8)
Kelemahan dari type ini adalah kalau salah satu alat rusak maka kedua
BAB III 32
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Pada Travelling Block terdapat label API Working Load Rating atau
c. Line String
Line String adalah jumlah lilitan drilling line yang dililitkan pada
Travelling Block. Sebagai contoh apabila terdapat 8 line string maka berarti
oleh drilling line ke Crown Block. Jumlah lilitan yang diperlukan Crown
Block adalah satu kali lebih banyak daripada jumlah lilitan pada Travelling
Block. Kelebihan satu kumparan ini adalah untuk tali mati ( dead line ) yang
gambar 3.13
Gambar 3.13
Line String(8)
BAB III 33
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Drilling Line sering disebut Wire Line atau Wire Rope di dalam operasi
pemboran. Drilling Line merupakan peralatan pemboran yang mempunyai harga yang
cukup mahal sehingga untuk menghasilkan biaya yang ekonomis maka semua
Drilling Engineer harus dapat menentukan Drilling Line yang dapat digunakan pada
adalah memilih ukuran type Drilling Line yang cukup memenuhi kebutuhan,
penghitungan kerja yang diperoleh dari Drilling Line dalam Ton Mile, penentuan
Dalam pemilihan Drilling Line terdapat dua faktor yang sangat penting yang
perlu dipertimbangkan dalam membeli Drilling Line yaitu ukuran dan panjang wire
rope yang akan dibeli. Spesifikasi grade of steel dan jenis core perlu ditentukan untuk
Ukuran Drilling Line harus sesuai dengan ukuran sheaves groove dari
crown dan travelling block. Tidak boleh lebih besar ataupun lebih kecil.
BAB III 34
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Line yang diperlukan agar dapat menarik pipa pada posisi terendah dengan
ditambah pada drum Drawworks masih terisi dengan beberapa lilitan Drilling
Batas aman Drilling Line di drum Drawworks yang plain adalah satu
layer ditambah 4 sampai 6 gulungan untuk membentuk jalur pada layer kedua
agar mengurangi faktor kerusakan, kalau pada drum yang memiliki groove
keausan Drilling Line tidak dapat diratakan dan karena hanya untuk sekali
terpasang, akibatnya banyak bagian yang masih baik ikut terbuang. Semakin
mentransmisikan putaran meja putar ke bit. Diagram dan rangkaian dari rotating
system dapat dilihat pada gambar 3.14. Bagian utama dari rotary system adalah:
BAB III 35
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.14
Komponen Pemutar(8)
3.2.1 Swivel
bagian statis (menara). Oleh karena itu, Swivel merupakan titik penghubung antara
3.2.2 Kelly
Kelly adalah rangkaian pipa yang pertama di bawah swivel. Bentuk potongan
dari Kelly dapat berupa segi empat atau segi enam, sehingga Rotary Table dapat
BAB III 36
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
melalui Kelly Bushing, yang terletak di atas rotary table. Kelly harus dipertahankan
tetap setegak lurus mungkin. Kelly mempunyai ukuran standard yaitu panjang 40 ft
dengan bagian penggeraknya 37 ft. Namun ada pula Kelly dengan panjang 54 ft.
Rotary Drive merupakan Gear Box yang berfungsi sebagai alat untuk
menggantung drillstring (Drill Pipe, Drill Collar dsb) yang memutar bit didasar
sumur. Kelly bushing dan rotary bushing berfungsi untuk memutar Kelly. Rotary
bushing digerakkan oleh prime mover lewat tenaga gabungan atau motor elektrik,
sedangkan Kelly bushing didudukan di Rotary Bushing dan ditahan oleh empat
penjepit. Bentuk dan ukuran Kelly Bushing diasumsikan dengan Kelly yang di pakai.
DP merupakan pipa baja yang disambungkan dengan Kelly. Drill pipe yang
umum digunakan adalah tipe hot-rolled, pierced dan seamless tubing. API telah
mengembangkan spesifikasi drill pipe yang didasarkan atas diameter luar,berat per
BAB III 37
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
HWDP mempunyai dinding yang tebal dengan berat 2-3 kali lebih besar dari
pada Drill Pipe standard. Kegunaan penggunaan HWDP adalah sebagai berikut:
bagian bawah drill string di atas bit. Fungsi utamanya untuk memberikan beban yang
3.2.8 Bit
Bit atau pahat merupakan ujung dari drill string yang menyentuh formasi,
Top drive pertama kali dikembangkan oleh Derrick Drilling Mechine (DDM)
pada tahun 1983. Hal ini bertujuan untuk menggantikan sistem putar yang masih
dilakukan dengan cara konvensional yaitu memutar drill string dengan menggunakan
Kelly. DDM 650 DC merupakan model pertama yang diluncurkan pada tahun 1987,
BAB III 38
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
digerakkan dengan cara hidraulik, yaitu model 500/600 HY. Seiring dengan
gear versi pada tahun 1989 yaitu DDM 500/650 EL dan DDM 650HY.
dengan kapasitas sebesar 2100 HP dan memiliki torsi sebesar 8800 Nm atau setara
33000 lb-ft. Top drive ini mampu membor directional sampai kedalaman 12,000 m.
ke seluruh dunia, dan perkembangnnya sangat sukses. Saat ini Maritime Hydarulic
mampu menawarkan teknologi land rig dan compact offshore rig (gambar 3.15).
Gambar 3.15
Typical Portable Top Drive Rig(3)
BAB III 39
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
di dalam operasi pemboran adalah untuk mengangkat rangkaian bor dan sistem
sirkulasi fluida . Pada keadaan umum komponen pengangkat dan komponen sirkulasi
menggunakan mesin tenaga secara bersamaan. Komponen tenaga dapat dilhat pada
gambar 3.16.
Gambar 3.16
Komponen Tenaga(7)
BAB III 40
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dalam sistem tenaga operasi pemboran, diperlukan suatu mesin yang dapat
menghasilkan daya yang cukup untuk operasi pemboran tersebut. Mesin yang
yang menggunakan motor listrik. Pada tipe langsung (Direct Drive) yang menjadi
dilakukan dengan menggunakan gear, rantai, belt, clutches. Keuntungan dari sistem
ini adalah lebih murah investasinya tetapi tidak fleksibel penempatannya di menara
bor. Pada gambar 3.17. adalah salah satu jenis mesin yang di gunakan pada
komponen tenaga.
Gambar 3.17
Mesin Penggerak(8)
BAB III 41
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
kedalaman pemboran sumur, misal untuk pemboran dangkal (5.000 ft) menggunakan
dua mesin untuk membangkitkan tenaga 500 – 1.000 HP . Pada pemboran sumur
dalam (10.000 ft) dapat menggunakan 3 – 4 mesin yang mampu mengahsilkan tenaga
sampai 3.000 HP. Karakteristik kinerja komponen tenaga dinyatakan dalam satuan
Horse Power (HP) atau 1 HP sama dengan 33.000 lbs feet / menit, dapat pula
Tenaga putar yang dihasilkan oleh mesin adalah hasil kali dari kecepatan
HP = Tb x 2π x Wf ......................................................................(3.1)
33000
Dimana :
Tb = Torsi ( lb / ft )
perhitungan Nominal Drilling Depth Rating atau Horse Power Rating. Seperti pada
persamaan (3.2)
BAB III 42
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dimana:
EF = Efisiensi Mechanical.
Efisiensi total pada sistem pengangkatan dapat ditentukan dengan persamaan (3.3)
E = Ph .................................................................................(3.3)
Pi
Dimana :
E = Efisiensi Total
Pi = Efisiensi Draworks
berbagai kecepatan mesin. Kandungan panas H dari berbagai bahan bakar di berikan
Tabel III - 2
Kandungan Panas Dari Berbagai Bahan Bakar(5)
BAB III 43
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Pada perhitungan kapasitas beban yang dapat diangkat oleh menara bor,
dapat dihitung dengan API Gross nominal capacity yaitu besarnya beban maksimum
yang dapat di angkat oleh menara bor. Penentuan beban yang terberat dengan cara
membandingkan berat rangkaian casing yang di pasang dan berat dari BHA termasuk
( Derrick Capacity ) yang terendah 86.000 lbs sampai dengan 1.392.000 lbs.
Bila beban melebihi kapasitas rig ( D ) yang telah ditentukan maka bisa
membahayakan, karena itu perlu diberikan safety factor untuk design adalah :
SF = 1.94 x D ......................................................................(3.4)
Dimana :
D = Derrick Capacity ( lb )
- Wind Loads
- Dynamic Load
dan didalam lumpur pada kedalaman TD, dan sisa berat rangkaian dan berat block
yang ditahan oleh drilling line disebut Hook Load ( HL), dengan persamaan (3.5)
BAB III 44
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dimana :
Kehilangan tenaga akibat dari gesekan pada sisi block. Dapat dilihat pada
Tabel III - 3
Efisiensi Dari Sistem Block(3)
Drilling Line , dan pemilihan diameter Drilling Line dapat di tentukan. Pada
EF = K ( 1 – Kⁿ) .....................................................................(3.6)
n ( 1 – K)
Dimana :
BAB III 45
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Tanpa adanya friksi pada block maka beban yang ditarik fast line ( FL ), adalah :
Dimana :
Dengan adanya friksi ( gesekan ) maka beban yang ditahan oleh fast line , adalah :
FL = HL ____ .......................................................................(3.8)
EF x n
Dimana :
Ef = Efisiensi block ( % )
Dengan adanya friksi (gesekan) maka beban yang ditahan oleh Dead Line adalah :
DL = HL x K ⁿ ................................................................................(3.9)
EF x n
Dimana :
BAB III 46
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dalam kondisi statik (tanpa adanya friksi) maka beban yang ditahan oleh
DL = HL ................................................................................(3.10)
n
Dimana :
Dimana :
Beban yang dipikul oleh Derrick ( menara bor ) yang dihitung berdasarkan
W = HL + DL + FL ................................................................(3.12)
Dimana :
BAB III 47
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Berat total rangkaian di dalam lumpur yang di pengaruhi oleh gaya apung
We = ( W ) ( BF ) = ( W ) ( 1 – ρm) .......................................(3.13)
ρs
Dimana :
beban yang bekerja pada rangkaian pemboran. Beban tersebut adalah beban torsi dan
drag. Selama ini, secara teoritis perhitungan terhadap torsi dan drag menggunakan
beban paling cepat menyebabkan kelelahan pada drill pipe, sehingga penentuannya
BAB III 48
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
harus dilakukan dengan cermat. Disamping itu beban torsi yang berlebihan akan
membatasi panjang bagian pertambahan sudut yang dapat ditembus. Torsi yang
pertambahan sudut yang membentuk suatu busur dengan suatu kelengkungan (build
up) tertentu. Hal ini juga berlaku pada saat pemboran membentuk sudut 90º atau pada
bagian horizontal.
Pada bagian pertambahan sudut, harga torsi untuk setiap perubahan arah atau
kemiringan akan menghasilkan torsi yang berbeda untuk setiap satuan panjang pipa.
Dengan mengetahui harga torsi total bagian ini, beserta harga torsi pada bagian
tangent maka kita akan mendapatkan perkiraan kekuatan pipa yang hendak
BAB III 49
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.18
Gaya-Gaya Torsi Pada Bagian Build Curve(1)
Beban torsi atau puntiran juga dibatasi oleh kekuatan tool joint serta jenis pipa
yang digunakan dalam proses pemboran. Apabila torsi yang telah diperhitungkan
melebihi kekuatan pipa yang digunakan maka perlu dilakukan perencanaan ulang
lintasan bor dan peralatan sehingga diperoleh beban torsi yang minimum.
T = μ x OD x Fc ........................................................................(3.14)
24
Dimana Fc adalah gaya kontak lateral.Pada lubang lurus gaya ini dihitung
Fc = Wm x Sin θ ......................................................................(3.15)
BAB III 50
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
yanag telah diturunkan untuk menghitung besarnya beban torsi yang terjadi untuk
setiap phase pemboran. Torsi pada sumur miring dihitung dengan persamaan:
T = μ x OD x Wm x L x Sin θ ..................................................(3.16)
24
T = Wm x OD x L ......................................................................(3.17)
24
Dimana:
μ = Koefisien gesekan
BAB III 51
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Drag didefinisikan sebagai gaya gesek yang diakibatkan oleh pengaruh naik
turunnya drill string sewaktu pemboran berlangsung. Akibat adanya pergerakan naik
atau turunnya rangkaian ini maka akan menyebabkan terjadinya efek “down drag”
maupun “up drag”. Defenisi dari down drag adalah besarnya efek beban drag yang
dialami oleh rangkaian pipa bor pada waktu rangkaian tersebut diturunkan (tripping
in), sedangkan up drag terjadi pada waktu rangkaian pipa bor tersebut ditarik ke atas.
Pada pemboran vertikal, idealnya ragkaian tidak akan mengalami beban drag.
Tetapi dengan adanya daerah pertambahan sudut yang menyebabkan rangkaian rebah
dan menempel pada dinding lubang bor, maka terjadi gaya gesekan yang
arah gerak drill string. Semakin besar sudut kemiringan, beban drag akan semakin
besar. Beban drag maksimum terjadi pada saat sumur membentuk sudut 90º atau pada
saat pemboran ke arah horisontal. Beban drag yang timbul pada kondisi ini sama
dengan berat benda yang menempel di sepanjang sumur horisontal setelah dikurangi
BAB III 52
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Gambar 3.19
Drag Menaikkan dan Menurunkan Drill String(1)
Semakin berat rangkaian pipa yang tergeletak pada dinding lubang sumur
semakin besar beban drag yang harus dihadapi. Secara keseluruhan beban drag dapat
pelumasan dan pengangkatan cutting yang baik sehingga terhindar dari kemungkinan
Beban aksial drag yang terjadi ketika drill string diturunkan (compressive
drag) atau saat pengarahan dengan menggunakan downhole motor, pada kondisi
D = Wm x L x μ x Sin θ .....................................................(3.20)
DH = Wm x L ......................................................................(3.21)
3
BAB III 53
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Drag yang terjadi pada bagian pertambahan sudut, merupakan fungsi dari
beban aksial pipa pada bagian akhir pembentukan kurva (EOC). Gaya ini sama
dengan berat pipa pada bit (WOB) ditambah dengan beban drag pipa pada bagian
Sedangkan untuk menghitung beban drag pada saat pengangkatan drill string
(tensile drag) dapat dilakukan dengan langkah yang sama. Pada bagian pertambahan
sudut, tensile drag merupakan fungsi dari beban tensile pada pipa di EOC.Besarnya
Untuk perhitungan pada fase pertambahan sudut saat penarikan drill string,
besar beban drag yang dapat diperkirakan dengan mengggunakan pesamaan berikut:
BAB III 54
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dimana :
F = Koefisien friksi
sirkulasi yang akan digunakan pada operasi pemboran, perlu diperhitungkan faktor
yang mempengaruhi kemampuan dari alat (mesin) dan kebutuhan tenaga yang
Tekanan formasi dapat diketahui dengan melihat data dari sumur yang akan di
bor. Dengan diketahuinya tekanan formasi maka kita dapat menentukan jumlah
Mud Weight yang akan digunakan pada sumur yang dibor akan
BAB III 55
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
maupun berat dari Driil String di dalam lumpur. Beban tersebut akan menjadi lebih
Setelah diketahui mud weight yang akan digunakan maka kita dapat
mendesain casing yang akan kita pasang dan menentukan casing setting depth pada
lubang bor tersebut. Dalam pendesainan casing dapat diketahui jenis grade casing
yang di gunakan.
Pada grade casing yang digunakan dapat diketahui berat casing tersebut, maka
dapat diketahui total berat casing setelah grade casing total dikalikan dengan
Berat casing keseluruhan adalah berat yang akan diterima oleh menara bor,
oleh karena itu dapat kita hitung jumlah berat yang ditanggung menara dan kekuatan
Konsep hidrolika bit tidak lain mengoptimasikan aliran lumpur pada pahat
Bila pada bit konvensional aliran dengan sengaja menyentuh gigi bit,
sehingga gigi bit terbersihkan langsung oleh fluida yang masih bersih dan fluida yang
sudah mengandung cutting. Sedangkan pada jet bit, pancaran fluida diutamakan
langsung menyentuh batuan formasi yang sedang ditembus. Sehingga fungsi fluida
BAB III 56
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
ini sebagai pembantu melepaskan batuan yang masih melekat yang sudah dipecahkan
oleh gigi bit, kemudian fluida yang telah mengandung cutting tersebut menyentuh
Dengan kejadian tersebut, pada jet bit diharapkan tidak akan terjadi
penggilingan atau pemecahan ulang (regrinding) pada cutting oleh gigi bit sehingga
Perbedaan pancaran terjadi antara bit konvensional dan jet bit dipasang
nozzle, adalah sebuah lubang yang mempunyai diameter keluaran lebih kecil daripada
a. Ukuran dan geometri sistem sirkulasi. Hal ini menyangkiut variasi diameter
c. Pola aliran. Pola aliran ini menyangkut pola aliran laminer yang diwajibkan
Kerja aliran atau pancara lumpur keluar dari bit menuju batuan batuan formasi
merupakan pokok pembicaraan dalam bit hydraulik, dengan kerja yang optimum
maka diharapkan laju penembusan (Penetration Rate) yang dapat ditingkatkan serta
BAB III 57
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Dalam usah mengoptimasikan hidrolika ini, ada 3 (tiga) prinsip yang satu
sama lain saling berbeda dan akan dijelaskan pada sub bab berikutnya, ketiga prinsip
tersebut adalah:
Dalam sistem sirkulasi juga seperti yang telah dijelaskan, bahwa akan terdapat
dua jenis pola aliran yaitu laminer dan turbulen, dimana masing-masing pola
menempati tempatnya sendiri-sendiri. Didalam pipa mulai dari stand pipe, swivel.
Kelly, drill pipe dan drill collar akan terjadi pola aliran turbulen. Sedangkan pada
anulus antara drill collar dan open hole biasanya dibiarkan turbulen tetapi bila
laminer tidak baik lagi. Anulus drill pipe dengan open hole maupun drill pipe dengan
casing diwajibkan beraliran laminer akan tetapi harus lebih besar dari rate minimum.
sebagai kehilangan tekanan sirkulasi yang diberikan kepada sistem lumpur pemboran,
sebagai akibat timbulnya gesekan untuk menahan aliran selama terjadinya sirkulasi
yang dihasilkan oleh pompa yang mengalirkan lumpur pemboran melalui seluruh
sistem sirkulasi yang dihasilkan oleh pompa yang mengalirkan lumpur pemboran
BAB III 58
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
sistem sirkulasi lumpur pemboran yang disebabkan oleh gesekan adalah tergantung
sumber tekanan pompa bertambah. Oleh karena itu dibutuhkan daya (horse power)
dengan dua cara, yaitu secara praktis dan analistis. Secara praktis biasanya lebih
mudah untuk dilakukan, tetapi metode ini jarang digunakan karena faktor
pembacaan nomogram.
pada setiap komponen sistem sirkulasi. Metode ini relatif memiliki ketelitian yang
lebih baik dari metode pembacaan nomogram. Secara garis besar terdapat 4 bagian
BAB III 59
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
merupakan fungsi dari kecepatan fluida yang dihasilkan oleh laju alir. Sehingga
- Kehilangan tekanan yang besar akan merugikan daya yang diperlukan pahat
blow out.
BAB III 60
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
panjang ekivalen dari discharge line yang terdiri dari 4 kategori, meliputi flow line,
Tabel III - 4
Kombinasi Surface Connection dan Ekivalen Panjang(3)
Dengan mengunakan salah satu dari empat group pada(Tabel III-4), maka
dimana :
PV = Plastic Viscosity, cp
BAB III 61
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Q
V 2
…………………………………………………(3.29)
2.448 di
Vc ……………...(3.30)
m di
Bila aliran laminer, maka kehilangan tekanan dapat dicari dengan persamaan:
PV L V YP L
Pds 2
……………………………………..(3.31)
1500 di 225 di
m 0,75 V 1,75 PV 0, 25 L
Pds 1, 25
..…..………………………………..(3.32)
1800 di
Dimana :
PV = viscositas plastic, cp
BAB III 62
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Q
V ………………………………….……(3.33)
2.448 (d h do )
2 2
Vc ……...(3-34)
m (d h d o )
Bila aliran laminer, maka kehilangan tekanan dapat dicari dengan persamaan:
PV L V YP L
Pds ……………………...(3.35)
1000 (d h d o ) 2
200 (d h d o )
m 0,75 V 1,75 PV 0, 25 L
Pds ……………………………………(3.36)
1396 (d h d o )1, 25
dimana :
PV = viscositas plastic, cp
BAB III 63
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
N N2 N3
2 2 2
Q 2 MW
Bit nozzle pressure loss = ……………(3.38)
10858 Nozzle area 2
Dimana :
Konsep hidrolika pada bit yaitu mengoptimasikan aliran lumpur pada bit,
sehingga dapat membantu laju penembusan (rate of penetration). Bila pada bit
konvensional aliran fluida dengan sengaja menyentuh gigi bit, sehingga gigi bit
terbersihkan langsung oleh fluida yang masih bersih dan fluida yang sudah
mengandung cutting. Sedangkan pada jet bit, pancaran fluida diutamakan langsung
menyentuh batuan formasi yang ditembus, sehingga fungsi fluida ini sebagai
pembantu melepaskan batuan yang masih melekat yang sudah dipecahkan oleh gigi
bit, kemudian fluida yang telah mengandung cutting tersebut menyentuh gigi bit
sebagai fungsi membersihkan dan mendinginkan bit. Dengan kejadian tersebut, pada
jet bit diharapkan tidak akan terjadi penggilingan kembali (regrinding) pada cutting
oleh gigi bit sehingga efektifitas bit maupun laju penembusan dapat lebih baik.
BAB III 64
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Perbedaan pancaran yang terjadi antara bit konvensional dan jet bit di pasang
nozzle ialah sebuah lubang yang mempunyai diameter keluaran lebih kecil sehingga
satuan 1/32 inch. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan hidrolika dan
desainnya adalah :
- Ukuran dan geometri sistem sirkulasi. Hal ini menyangkut variasi diameter
- Pola aliran. Pola aliran ini menyangkut pola aliran laminer dan pola aliran
turbulen.
Kerja aliran atau pancaran lumpur keluar dari bit menuju batuan formasi merupakan
pokok pembicaraan dalam bit hidrolik, dengan kerja yang optimum maka diharapkan
sekecil mungkin.
profil sumur dan lithologi batuan yang ditembus. Ada tiga konsep hidrolika pada
pahat yaitu : Bit Hydraulic Horse Power (BHHP), Bit Hydraulic Impact (BHI), dan
Jet Velocity. Dari ketiga konsep tersebut dipilih yang paling cocok sesuai dengan
BAB III 65
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Prinsip dasar dari metoda ini menganggap bahwa semakin besar daya yang
disampaikan fluida terhadap batuan akan semakin besar pula efek pembersihannya,
sehingga metoda ini berusaha untuk mengoptimumkan Horse Power (daya) yang
dipakai dari Horse Power pompa yang tersedia dipermukaan. Konsep BHHP
menganggap bahwa optimasi hidrolika tercapai apabila horse power pompa yang
hilang pada pahat sebesar 65% daya pompanya. Konsep BHHP cocok digunakan
untuk pemboran pada sumur vertikal dan jenis batuannya keras dengan pertimbangan
Pb Q
Hp ……………………………………………………(3.39)
1714
Evaluasi dapat dilakukan melalui Horse Power per Squae Inches (HSI) di bit
Hb
1.2732 Hb …………………………………………..(3.40)
2 2
in Dh
Untuk konsep BHI sesuai digunakan pada pemboran sumur berarah dan jenis
batuan yang kekerasannya menengah. Prinsip dasar dari metoda ini, menganggap
bahwa semakin besar impact (tumbukan sesaat) yang diterima batuan formasi dari
lumpur yang dipancarkan dari bit semakin besar pula efek pembersihannya, sehingga
BAB III 66
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
metoda ini berusaha mengoptimumkan impact pada bit dan gaya yang bekerja akan
mengikuti arah pahat dan inklinasi lubang. BHI akan optimum apabila horse power
pompa yang hilang pada pahat sebesar 48% daya pompanya. Rumus yang digunakan
lunak. Metoda ini berprinsip, semakin besar rate yang terjadi di bit akan semakin
besar efektifitas pembersihan lubang bor. Maka metoda ini berusaha untuk
optimum horse power pompa yang hilang pada pahat sebesar 48% daya pompanya.
Q
Vn 0.321 ..………………………………………………....(3.42)
An
didapatkan perbandingan horse power pompa yang hilang pada pahat dengan horse
BAB III 67
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Pb x Qopt
BHHP
x100% 1714 x100% ...…………………………...(3.43)
HHP Pp x Qopt
1714
diamond compact (PDC) bit yang merupakan pahat generasi terbaru dan masih terus
dikembangkan. Pahat ini sangat baik digunakan pada formasi yang lunak, sedang, dan
keras, non abrasif dan tidak liat. Cutter pada PDC bit harus disesuaikan dengan
hardness dari formasi yang di bor. Pada formasi yang lunak dan non abrasif, dimana
penggunaan cutter sangat lambat, dapat digunakan untuk menekan gerakan cutting.
Temperatur yang tinggi dan cepatnya usang pada bit ini disebabkan oleh lapisan
3. Sedikitnya tripping
sistem shear (menyayat) berbeda dengan pahat lain, seperti drag bit
BAB III 68
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Untuk mengetahui apakah hasil optimasi yang dilakukan baik atau tidak,
a. Konsep BHHP
Evaluasi dapat dilakukan melalui Horse Power per Square Inches (HSI) di bit.
b. Konsep BHI
c. Konsep JV
Dalam konsep ini evaluasi bisa dilakukan melalui kecepata aliran di bit (Vb).
Vb = Kv x Pb0.5 ....................................................................(3.48)
BAB III 69
PEMILIHAN RIG SUMUR X LAPANGAN Y
Hasil evaluasi yang didapat hanya dapat dipakai untuk membandingkan satu
kasus yang sama yang dikerjakan dengan metoda atau konsep yang sama antara
kondisi lapangan yang sedang dipakai dengan perhitungan optimasi yang didapat,
sedangakan untuk membandingkan tiap konsep dengan konsep lainnya tidak dapat
dilakukan, karena satu sama lain seperti telah dijelaskan sebelumnya mempunyai
BAB III 70