Anda di halaman 1dari 4

Sungai adalah alur bagi air yang merupakan sumber kehidupan makhluk hidup.

Ibarat sebuah
wadah, sungai tentunya harus dijaga bentuk dan kebersihannya agar air yang ditampung terjaga
kuantitas dan kualitasnya. Sungai di dunia khususnya Indonesia merupakah salah yang terbaik
Namun saat ini bagaimana kondisi sungai di negeri ini? Apakah kondisinya masih seperti
dahulu? Lebih baik atau lebih buruk?

Faktanya hampir seluruh sungai di Indonesia khususnya di kota kondisinya memprihatinkan.


Sungai yang dulunya indah dipandang dan menjadi sumber rezeki, sekarang menjadi suatu hal
yang dihindari karena kondisinya sangat berbau serta berwarna sangat hitam karena sungai
diibaratkan sebagai tong sampah raksasa tempat berbagai macam limbah dibuang.

Sungai Citarum di Provinsi Jawa Barat misalnya, sungai yang memiliki panjang kurang lebih
300 Km ini menjadi sungai terkotor didunia menurut World Bank. Sekotor itukah? mungkin jika
ragu dengan predikat tersebut, cobalah melihat video dokumenter dua bersaudara berkebangsaan
Prancis bernama Gary dan Sam Bencheghib berikut.

Melihat video dokumenter tersebut, tentu kita akan menerima bahwa predikat sungai terkotor
didunia yang dialamatkan menjadi sangat layak. Lalu apa yang sebenarnya membuat sungai
Citarum menjadi sungai terkotor di dunia? Faktanya, berdasarkan informasi dari Koalisi
Masyarakat Melawan Limbah mengatakan bahwa limbah – limbah pelaku industri tidak
bertanggung jawab yang dibuang langsung kedalam aliran Sungai Citarum menjadi penyebab
utama selain pola pikir masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Program Dulu, Kini dan Nanti.

Dikutip dari Mongabay.co.id (2018) bahwa telah banyak proyek - proyek diluncurkan seperti
Proyek besar Integrated Citarum Water Resorces Management Investment Program yang didanai
oleh pinjaman ADB sebesar US$ 500 juta atau setara 6 triliun Rupiah. Pelaksanaan efektifnya
mulai 2008 di bawah skema multitranch selama 15 tahun.

Program ini tidak diketahui masih berjalan atau tidak, terlebih setelah bergulirnya program baru
yaitu Citarum Harum yang didukung Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 Tentang
Percepatan Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Pastinya,
sejauh mana keberhasilan program besar itu, belum diketahui pasti, karena sampai hari ini
Sungai Citarum masih didera ribuan ton limbah industri dan limbah rumah tangga.

Data dari
Sebagai salah satu contoh saluran drainase yang menjadi perhatian publik saat ini adalah Kali
Sentiong atau lebih sering disebut dengan Kali Item. Kali ini menjadi perbincangan karena
kondisinya kotor dan berbau tak sedap ditambah lagi letaknya berada tepat disisi kiri dari wisma
atlet Asian Games yang akan dilaksanakan dalam beberapa saat ini yang dikhawatirkan akan
mengganggu kenyamanan dari para atlet yang akan bertanding diajang empat tahunan dan
terbesar di Benua Asia ini. Lalu bagaimana cara agar kondisi dari sungai sentiong bersih dan
tidak berbau dengan cara cepat tentu menjadi pertanyaan yang mesti dipikirkan bersama – sama
baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri. Karena jika tidak diselesaikan secara
cepat dan tepat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games akan tercoreng namanya di dunia
Internasional karena tidak bisa menjadi tuan rumah yang baik.

Berbagai macam cara sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), seperti misalnya dengan
pemasangan waring, menyemprotkan cairan pewangi, memompa air, menggelontorkan air
hingga meminta perajin tahu dan tempe berhenti beroperasi selama Asian Games, namun
pertanyaan yang muncul apakah hal tersebut efektif menyelesaikan masalah bau? Tentu cukup
efektif dalam jangka waktu sesaat dan dampaknya hanya berada disekitar wisma atlet. Hal ini
dikarenakan dengan adanya waring diatas permukaan aliran Kali Item, gas H2S yang menguap
dari aktivitas anaerobik (tanpa oksigen) bakteri akan terhambat. Namun untuk jangka waktu
yang cukup lama dan dengan cakupan wilayah yang lebih luas, tentu cara tersebut tidak efektif
karena tidak mengikuti asas pengelolaan sungai “One River, One Plan, One Management”.

SOLUSI JANGKA PANJANG

Di era dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini, tentu banyak solusi yang bisa
diterapkan untuk menyelesaikan masalah Kali Item. Namun pada tulisan ini tidak akan dibahas
detail karena sangat teknis. Kembali pada solusi, salah satu teknologi yang dapat digunakan
dalam mengatasi masalah Kali Item adalah dengan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) atau Septic Tank raksasa disetiap industri maupun di kawasan – kawasan permukiman.
Hal tersebut diperlukan karena dengan dibangunnya IPAL, permasalahan Kali Item dimulai dari
sumber limbah berasal sehingga ketika air telah selesai diproses dalam IPAL mutu air meningkat
dan layak untuk digelontorkan menuju Kali Item sebagai saluran akhir.

Selain hal tersebut diatas, untuk lebih meningkatkan mutu air dapat dilakukan pembuatan lahan
basah terapung (Floating Wetland). Selain meningkatkan kualitas air tentu dengan dibuatnya
Floating Wetland akan menambah estika Kali Item dan meningkatkan keanekaragaman hayati
disekitar Kali Item.

BELAJAR DARI JERMAN

Dilansir dari dw.com, beberapa tahun yang lalu salah satu sungai paling tercemar di dunia yaitu
Sungai Elbe dianggap calon sungai mati. Tahun 1988, peneliti sekaligus pakar biologi Veit
Hennig dari universitas Hamburg menemukan 16.000 ton Nitrogen, 10.000 ton Fosfor, 23 ton air
raksa dan tiga ton campuran kimia Pentaklorofenol yang berkadar racun tinggi, dialirkan Sungai
Elbe ke arah laut sebagai akibat dari penyaluran air limbah secara langsung tanpa proses
pembersihan terlebih dahulu. Dampaknya, ikan-ikan yang hidup di Sungai Elbe menderita sakit
dan mati.

Tetapi bagaimana kerusakan seperti itu sekarang bisa diperbaiki? Penutupan banyak pabrik di
bekas Jerman Timur, pemurnian air limbah dari kanalisasi yang terus-menerus dilakukan, serta
peraturan lingkungan yang ketat telah menyelamatkan Elbe, dan sungai-sungai Jerman lainnya,
kata Veit Hennig. Pemancing dan orang yang berenang di sungai sekarang sudah menjadi
pemandangan lazim di Elbe dan sungai-sungai lainnya. Berbagai binatang juga kembali,
termasuk ikan paus jenis Phocoenidae. Ikan paus ini di awal tahun mengikuti ikan kecil
mangsanya ke perairan sungai Elbe. Datangnya mereka jadi bukti bahwa air Elbe semakin sehat.

Baik solusi jangka panjang dan pembelajaran dari Jerman, apakah hal – hal tersebut diatas bisa
dan mampu dilakukan? Tentu tidak ada yang tidak mungkin selama dukungan semua pihak
(pemerintah, pelaku industri dan masyarakat) bergotong royong menyelesaikan masalah dan
tidak apatis.

Anda mungkin juga menyukai