1. MEMPERSIAPKAN
A. Memulai
Kelompok kerja yang efektif di sekolah lebih dari sekedar penyediaan
kelompok, kegiatan dan kesempatan berbicara bagi siswa. Pemimpin yang sengaja
membentuk kelompok kerja atau konseling harus mampu memberi manfaat pada
siswa agar hasil yang diharapkan tercapai. Perencanaan dalam hal ini sangat
penting dan tidak tergantikan, namun kita tidak bisa menekankan hanya kepada
perencanaan saja. Dalam merencanakan sebuah kelompok kerja bagi siswa kita
tidak boleh melupakan isu-isu perbedaan yang ada. Terdapat metafora “jendela”
dan “cermin” yang digunakan untuk menggambarkan kinerja menyengaja
pemimpin kelompok untuk membantu siswa melihat dan menghargai perspektif
yang beragam; memberi scaffolding pada keterampilan siswa untuk memahami
dan menghadapi rasisme dan ketidakadilan; termasuk secara sengaja mengajarkan
siswa membuat keputusan penuh pemikiran dan menjadi pemikir kritis; serta
menjadi model, mendorong dan mendukung beragam kemungkinan bagi seluruh
siswa. Memustuskan siapa yang akan mengikuti kelompok di sekolah adalah
langkah pertama dalam perencanaan. Berikut akan ditampilkan keunikan dari
keanggotaan kelompok kelas dan konseling.
Isu perbedaan dalam kelompok selalu muncul pada interaksi siswa, interaksi
guru-siswa, dan hubungan sekolah-masyarakat. Kelompok kelas dengan
kenggotaan yang berbeda memiliki potensi untuk menawarkan kesatuan yang
kaya akan perspektif ke dalam proses pembelajaran. Membuat tempat yang aman
untuk setiap anggota kelompok merupakan tugas pemimpin. Direkomendasikan
untuk mengajukan pertanyaan berikut ketikan merencanakan keanggotaan
kelompok:
1. Bagaimana susunan dukungan berkontribusi pada siswa ketika karakteristik
individu mungkin membawa anggota pada perasaan didiamkan atau
didominasi oleh yang lain?
2. Siapa yang akan menyediakan cermin bagi anggota lain dalam kelompok?
Dan siapa yang akan menyediakan jendela?
3. Bagaimana saya bisa yakin bahwa jendela tidak berdiri sendiri dalam
kelompok?
4. Siapa yang akan mendukung kontribusi pada anggota yang datang pada
kelompok tanpa budaya yang sama dengan komunitas sekolah?
5. Cara lain apa yang dapat mengenalkan jendela dan cermin pada seluruh siswa
dalam kelompok?
Jarak perkembangan pada siswa akan muncul dalam profesi konseling
utamanya pada program konseling di sekolah dasar, sekolah menengah dan
sekolah sekunder. Disarankan bagi konselor untuk merancang sesi kelas dalam
pandangan distribusi kurva standar. Merancang kelas yang mencoba
mempertemukan level perkembangan kognitif yang luas lebih bisa berhasil. Jelas
di sini perlu ditekankan bahwa konselor sekolah harus menanggapi secara serius
perbedaan perkembangan yang ada. Perencanaan kelompok juga
mempertimbangkan etika partisipasi. Karena keanggotaan dalam konseling
kelompok merupakan undangan dari pemimpin dan partisipasi sukarela, isu
mengenai informed consent dan persetujuan anggota adalah relevan untuk
didiskusikan.
Konselor sekolah harus melaksanakan komunikasi efektif antara dirinya
dengan pihak lainnya. Komunikasi akan menghindarkan kinerja kita dari
kesalahpahaman dan membantu membentuk hubungan kolaboratif. Dalam hal ini,
paling penting untuk memperhatikan isu kerahasiaan. Pada umumnya, pengelola
sekolah perlu mengetahui apa yang terjadi di kelas, di organisasinya dan pada
daerahnya sehingga dapat memastikan pada orang tua dan wali bahwa setiap
kegiatan berada di bawah supervisi. Berbaagi metode dapat digunakan dalam
menginformasikan mengenai kegiatan kelompok pada pengelola, orang tua dan
wali serta remaja yang kita layani.
C. Merencanakan Implementasi
1. Menulis Rencana Impelementasi
a. Menggunakan pendekatan berurutan untuk menulis rencana
implementasi , mulai dengan pengenalan topik sebagai
pendahuluan
b. Mencakup deskripsi tugas-tugas kelompok, proses / kegiatan, atau
latihan yang akan digunakan untuk mengawali tujuan pembelajaran
dalam setiap sesi
c. Memuat cara-cara yang dipergunakan untuk menutup setiap sesi
kelompok
2. Penggunaan Kegiatan dalam Kelompok
Berikut akan ditampilkan bagaimana penggunaan kegiatan dalam kegiatan
kelompok di sekolah.
D. Mendesain Asesmen
1. Jenis hasil pengukuran
a. Hasil proximsal yaitu tanda dan gejala sasaran yang berhubungan erat dengan
intervensi tertentu, dalam hal ini tujuan kelompok
b. Hasil/pengukuran distal yaitu hasil yang lebih luas hubungannya dengan
intervensi, contoh hasil distal yaitu meliputi mobilitas, role performance, dan
kepuasan hidup. Diperoleh melalui nilai raport, nilai kehadiran vandalisme,
kegiatan referal, kerjasama orangtua, kehadiran guru, tes yang terstandar,
keaktifan dalam kegiatan ekstra kurikuler dan sosial kemasyarakatan, serta
data tentang pendidikan lanjutan atau menggunakan skala. Pengukuran distal
ini perlu disertai dengan pengukuran proksimal
c. Pengukuran self-report: Siswa bisa memberikan respon secara verbal
terhadap masalah-masalah baik secara pribadi, dalam diskusi kelompok, atau
dengan berpartisipasi dalam wawancara singkat mengenai apa yang telah
mereka pelajari. Siswa juga dapat menunjukkannya dalam bentuk tulisan,
misalnya menugaskan mereka secara berkelompok untuk menulis essay,
laporan, atau dengan melaksanakan Asesmen obyektif, misalnya kuesioner,
checklist, tes, atau kuis.
d. Assessment by others: Guru dan konselor seringkali diminta untuk membuat
data mengenai hasil belajar siswa. Kegiatan Asesmenseperti ini lebih
berfokus pada indikator perilaku sukses, yaitu menunjukkan keterampilan
tertentu, karena perilaku yang lebih bisa diamati oleh orang lain.
2. Memilih pengukuran yang tepat
Keefektifan perencanaan Asesmen bisa terjadi ketika kriteria khususnya
benar-benar jelas Berikut akan ditampilkan cara-cara yang dapat dipergunakan
untuk melakukan pengukuruan yang tepat berdasarkan aspek tujuan.
1. Iklim Kelompok
Iklim kelompok mengacu pada kondisi kelompok yang memfasilitasi (atau
tidak) pertumbuhan, belajar, dan perubahan. Seperti keamanan, tantangan, resiko,
kekompakan, empati, dan kepedulian. Dalam iklim kelompok terdapat zona
pertumbuhan yang terjadi ketika norma-norma dalam kelompok mendorong dan
mendukung interaksi yang tepat antara anggota dan pengambilan risiko.
Keterampilan dasar kepemimpinan kelompok seperti refleksi, parafrase,
immediacy, menggeser dan memotong fokus, serta konfrontasi dapat digunakan
oleh pemimpin kelompok untuk mengelola kecemasan anggota kelompok dan
memfasilitasi mengambil risiko yang sehat dalam kelompok. Terdapat pula
kohesivitas yang berkembang dari hubungan interpersonal yang sehat di antara
anggota kelompok dan ketika anggota memiliki rasa kesamaan hubungan dengan
tujuan kelompok. Pemimpin kelompok dapat memfasilitasi kohesi kelompok
dengan menggunakan keterampilan konseling dasar misalnya, parafrase, refleksi,
dan probing pertanyaan.
2. Memperhatikan (caring)
Cara melaksanakan kegiatan yang memberi perhatian di dalam kelompok
adalah: a) Jelaskan secara terbuka mengenai pentingnya bentuk perhatian dalam
kelompok; b) Memberikan scaffolding dan memperhatikan keterlibatan siswa; c)
Rencanakan kelompok Anda di sekitar topik yang menarik dan relevan dengan
kehidupan siswa dalam kelompok untuk merangsang pemikiran yang berarti dan
percakapan serta minat untuk berkomunikasi antar anggota; d) Membantu anggota
kelompok merefleksi diri tentang upaya mereka sendiri dan pengalaman
kepedulian (Henderson, 1996); e) Menyadari cara dalam menunjukkan perhatian
pada siswa dalam kelompok termasuk bahasa dan nada yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan kelompok; f) Pemimpin bertanggung jawab untuk
memantau kelompok selalu mengintervensi interaksi yang menyakitkan atau tidak
menghormati dalam kelompok.
3. Norma dan Aturan Kelompok
Tabel 7. Penentuan norma dan aturan dalam kelompok
Menentukan peraturan Menegakkan peraturan
Aturan mewakili ide-ide, nilai-nilai, dan 1) Cueing adalah mengarahkan pada perilaku
kepentingan mereka. yang tepat dengan menyatakan kembali
Siswa perlu merasa memiliki dan pengarahan, memberi tanda-tanda non
bertanggung jawab terhadap aturan tersebut verbal, menawarkan pengingat, dan berdiri
Aturan dapat ditentukan dengan sebelumnya lebih dekat
melakukan diskusi dengan siswa untuk 2) Redirection yang dapat dilakukan delam
menanyakan iklim seperti apa yang ingin enam cara:
dimiliki a) hentikan hal yg terjadi dalam
Bahasa dalam aturan harus menggunakan kelompok dan/atau individu;
istilah yang afirmatif, positif dan b) perhatikan penyertaan dan
mempertimbangkan batasan yang ada pengecualian;
Peraturan yang disampaikan ataupun tidak c) tarik perhatian pada aturan
harus dipatuhi dan diawasi ketat oleh kelompok yg harus ditegakkan;
pemimpin kelompok d) tunjukkan situasi yang menjadi
Menetukan aturan berdasarkan rasa saling bagian dari peraturan;
menghormati satu sama lain e) arahkan siswa pada perilaku yg
tepat dan teruskan;
Aturan yang telah dinamai dapat
f) perkuat perilaku yg tepat segera
didokumentasi sebagai pengingat aturan
setelah pengarahan ulang
Peraturan dapat diubah dan disesuaikan
sesuai dengan tujuan kelompok dan struktur
kelompok
Peraturan juga harus sesuai dengan usia,
komunikasi, perkembangan dan kemampuan
sosial siswa
4. Strategi dalam Memulai kelompok
a. Membangkitkan perhatian dan minat, Pemimpin kelompok perlu
meningkatkan perhatian dan minat siswa. Utamanya siswa yang
tidak memilik motivasi untuk mengikuti kegiatan kelompok.
Pemimpin perlu mengembangkan kreativitas untuk
memperhatikan isyarat dari siswa dan membangun kebiasaan
dalam kelompok agar kelompok tahu kapan harus memulai
sesuatu. Pemimpin dapat memberikan pernyataan atau
pertanyaan yang tepat namun provokatif. Dapat pula dilakukan
dengan memutar musik, membaca esai singkat, dan menonton
film pendek
b. Menciptakan peta pembelajaran, Pemimpin kelompok biasanya
menawarkan peta pembelajaran di awal kelompok atau ketika
memperkenalkan konsep atau ide-ide baru.
c. Menawarkan instruksi, pemimpin perlu untuk menawarkan
instruksi lanjutan pada siswa saat pemberian tugas. Diawali
dengan menghilangkan kecemasan siswa yang menjadikannya
ingin segera mengerjakan tugas. Tahapan perkembangan dan
gaya belajar perlu diperhatikan dalam memberikan instruksi.
d. Scaffolding, merupakan tumpuan sementara yang disusun untuk
mendukung individu dalam melakukan sesuatu. Scaffolding
hanya diberikan saat dibutuhkan oleh siswa untuk mendukung
siswa dalam proses pembelajaran.
5. Mengelola proses dan isi
a. Jenis dan level intervensi
Jenis intervensi adalah cara meminta siswa untuk terikat dengan
materi kelompok.
Tingkat intervensi menunjukkan siapa yang akan diberikan
intervensi oleh pemimpin kelompok.
Intensitas intervensi adalah dampak intervensi khusus kelompok
dalam upaya menstimulasi sensitivitas, emosi, dan pemikiran
anggota.
Tabel 8. Jenis, tingkat dan intensitas
Jenis intervensi Tingkat intervensi Intensitas intervensi
Konseptual Intrapersonal Low ↔ High
eksperiensial Interpersonal
Struktural kelompok
2. Memberlakukan Time-Out
Time out adalah strategi Pengurangan perilaku yang dirancang untuk
menghapus lingkungan siswa yang memperkuat perilaku yang tidak diinginkan.
Jenis-jenis Time Out ada dua yaitu time out pengecualian (exclusionary) dan time
out tanpa pengecualian (nonexclusionary). Macam-macam time out pengecualian
(exclusionary) adalah:
Contingent observation time-out merupakan prosedur time-out dimana
siswa tersebut dipindahkan ke sela-sela kegiatan, tetapi tidak
meninggalkan ruangan sama sekali. Dia mampu berpartisipasi dengan
menonton kegiatan atau kelompok.
Isolation time-out, siswa dikeluarkan dari lingkungan yang
memperkuat dan tidak dapat mengamati aktivitas kelompok yang
sedang berlangsung karena ia diminta untuk berpaling dari kelompok
itu.
Seclusion time-out, versi yang lebih ekstrim dari time-out, melibatkan
penghapusan fisik dari ruangan. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk
berada dalam ruang yang aman tapi terpisah untuk jangka waktu
tertentu.
Time out tanpa pengecualian adalah pemberian time out tanpa
mengeluarkan siswa dari lingkungan yang memberi penguatan namun, hanya
menarik perhatian atau bentuk penguatan yang ada.
3. De-eskalasi
De-eskalasi dimulai dengan memperhatikan tanda-tanda peringatan dini dan
bertindak secepatnya. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang siswa
menjadi tidak terkendali adalah adanya penolakan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan atau diskusi, kekerasan, komentar keras atau tidak pantas, kemarahan,
kecemasan, agitasi atau gangguan, dan ancaman verbal kepada orang lain.
Langkah dalam melakukan ekskalasi adalah:
1) Asesmen: De-eskalasi dimulai dengan melakukan penilaian individu dan
situasi. Penilaian ini dimulai dengan review situasi afektif, perilaku, dan
kognitif siswa itu. Tujuannya adalah untuk membuat determinasi tentang
sejauh mana siswa dapat mengatur diri sendiri di berbagai situasi.
2) Membangun raport dan hubungan: Membangun koneksi langsung
dengan siswa yang out-of-control sangat penting dilakukan. Melakukan
hubungan baik mendukung siswa dan akan membantu membangun rasa
kepercayaan pada Anda sebagai hal yang diperlukan untuk membantu
pengendalian demi kepentingan siswa.
3) Mengidentifikasi masalah: Ketika Anda mendengarkan siswa
mengartikulasikan persepsi nya, pekerjaan Anda adalah fokus pada
mencoba mengidentifikasi apa sebenarnya yang menyebakan gangguan.
4) Memperhatikan kebutuhan afektif: terkadang dibutuhkan terapi
tambahan bagi anggota kelompok atau siswa, pemimpin perlu
menghindari untuk memasukkan siswa pada kelompok yang tidak bisa
dipantau oleh pemimpin
5) Bergerak dengan pemecahan: membantu siswa perlahan-lahan bergerak
melalui situasi yang ada dan juga semua yang dihasilkan dari kejadian.
Diperlukan keterampilan immediacy
6) Tindak lanjut: memerlukan pemantauan konsekuensi yang terjadi
sebagai pengulangan kejadian dan memantau siswa untuk menghindari
ledakan di masa depan, termasuk bekerja dengan guru dan administrator
untuk memastikan bahwa dukungan yang tepat berada pada tempatnya.