Anda di halaman 1dari 19

GROUP IN SCHOOLS

PREPARING, LEADING, AND RESPONDING


Geroski, Anne M. and Kraus, Kurt L. 2010. New Jersey: Pearson Education Inc.

1. MEMPERSIAPKAN
A. Memulai
Kelompok kerja yang efektif di sekolah lebih dari sekedar penyediaan
kelompok, kegiatan dan kesempatan berbicara bagi siswa. Pemimpin yang sengaja
membentuk kelompok kerja atau konseling harus mampu memberi manfaat pada
siswa agar hasil yang diharapkan tercapai. Perencanaan dalam hal ini sangat
penting dan tidak tergantikan, namun kita tidak bisa menekankan hanya kepada
perencanaan saja. Dalam merencanakan sebuah kelompok kerja bagi siswa kita
tidak boleh melupakan isu-isu perbedaan yang ada. Terdapat metafora “jendela”
dan “cermin” yang digunakan untuk menggambarkan kinerja menyengaja
pemimpin kelompok untuk membantu siswa melihat dan menghargai perspektif
yang beragam; memberi scaffolding pada keterampilan siswa untuk memahami
dan menghadapi rasisme dan ketidakadilan; termasuk secara sengaja mengajarkan
siswa membuat keputusan penuh pemikiran dan menjadi pemikir kritis; serta
menjadi model, mendorong dan mendukung beragam kemungkinan bagi seluruh
siswa. Memustuskan siapa yang akan mengikuti kelompok di sekolah adalah
langkah pertama dalam perencanaan. Berikut akan ditampilkan keunikan dari
keanggotaan kelompok kelas dan konseling.

Tabel 1. Deskripsi kelompok kelas dan konseling


Keanggotaan Kelompok Kelas Keanggotaan Kelompok Konseling
o Didesain untuk memenuhi komponen o Meskipun sama-sama didesain untuk
kurikuler dari pengembangan program pengembangan keterampilan sosial,
komprehensif sekolah atau aturan kurikulum emosional, perilaku dan akademik, namun
khusus dari sekolah. Berfokus pada kelompok konseling lebih sering disusun
pertumbuhan dan pengembangan kognitif, untuk membahas masalah dan/atau
behavioral dan afektif Jumlah anggota kebutuhan spesifik dari sekelompok kecil
kelompok biasanya besar (≥ 25 orang) siswa sehingga ada kecenderungan untuk
o Perencanaan kelompok kelas membutuhkan mendorong berbagi secara personal dan
perhatian untuk menawarkan berbagai keterikana emosional pada topik antar
kegiatan dan media pembelajaran serta anggota kelompok.
penawaran berbagai kesempatan bagi siswa o Pembentukan kelompok melibatkan
berhubungan dengan isi dan fokus dari penyaringan anggota, informed consent dan
kelompok modal dari siswa.
o Tantangan umum bagi konselor dalam o Suatu kelompok yang dibentuk belum tentu
Keanggotaan Kelompok Kelas Keanggotaan Kelompok Konseling
memimpin kelas adalah menemukan cara sesuai bagi seluruh siswa
untuk masuk ke dalam kelompok yang o Merencanakan kelompok dengan memilih
sudah ada sehingga menekankan pada anggota dengan hati-hati, bekerja sama
penentuan norma dan aturan mencapai tujuan spesifik, dan saat tercapai,
o Konselor perlu menemukan cara agar mengakhirinya akan menghindarkan kita
seluruh minat siswa bisa tertangkap dan dari kecenderungan masalah untuk
waspada dalam menemukan isi, materi, dan mengarahkan kelompok membahasa banyak
cara kerja yang menerima berbagai masalah.
keunikan, perbedaan minat dan latar o Kelompok yang terpilih akan tetap memiliki
belakang dari siswa dalam kelompok. perbedaan dibawa ke dalam kelompok,
o Hal yang dapay membantu konselor adalah maka perencanaan juga harus membahas
dengan melakukan diskusi dengan guru perbedaan antar anggota gaya belajar dan
kelas (wali kelas) dan meminta agar guru berpartisipasi yang unik.
berbagai pengetahuannya mengenai
dinamika kelompok, titik masalah, dan
strategi mengelola perilaku yang sulit.

Isu perbedaan dalam kelompok selalu muncul pada interaksi siswa, interaksi
guru-siswa, dan hubungan sekolah-masyarakat. Kelompok kelas dengan
kenggotaan yang berbeda memiliki potensi untuk menawarkan kesatuan yang
kaya akan perspektif ke dalam proses pembelajaran. Membuat tempat yang aman
untuk setiap anggota kelompok merupakan tugas pemimpin. Direkomendasikan
untuk mengajukan pertanyaan berikut ketikan merencanakan keanggotaan
kelompok:
1. Bagaimana susunan dukungan berkontribusi pada siswa ketika karakteristik
individu mungkin membawa anggota pada perasaan didiamkan atau
didominasi oleh yang lain?
2. Siapa yang akan menyediakan cermin bagi anggota lain dalam kelompok?
Dan siapa yang akan menyediakan jendela?
3. Bagaimana saya bisa yakin bahwa jendela tidak berdiri sendiri dalam
kelompok?
4. Siapa yang akan mendukung kontribusi pada anggota yang datang pada
kelompok tanpa budaya yang sama dengan komunitas sekolah?
5. Cara lain apa yang dapat mengenalkan jendela dan cermin pada seluruh siswa
dalam kelompok?
Jarak perkembangan pada siswa akan muncul dalam profesi konseling
utamanya pada program konseling di sekolah dasar, sekolah menengah dan
sekolah sekunder. Disarankan bagi konselor untuk merancang sesi kelas dalam
pandangan distribusi kurva standar. Merancang kelas yang mencoba
mempertemukan level perkembangan kognitif yang luas lebih bisa berhasil. Jelas
di sini perlu ditekankan bahwa konselor sekolah harus menanggapi secara serius
perbedaan perkembangan yang ada. Perencanaan kelompok juga
mempertimbangkan etika partisipasi. Karena keanggotaan dalam konseling
kelompok merupakan undangan dari pemimpin dan partisipasi sukarela, isu
mengenai informed consent dan persetujuan anggota adalah relevan untuk
didiskusikan.
Konselor sekolah harus melaksanakan komunikasi efektif antara dirinya
dengan pihak lainnya. Komunikasi akan menghindarkan kinerja kita dari
kesalahpahaman dan membantu membentuk hubungan kolaboratif. Dalam hal ini,
paling penting untuk memperhatikan isu kerahasiaan. Pada umumnya, pengelola
sekolah perlu mengetahui apa yang terjadi di kelas, di organisasinya dan pada
daerahnya sehingga dapat memastikan pada orang tua dan wali bahwa setiap
kegiatan berada di bawah supervisi. Berbaagi metode dapat digunakan dalam
menginformasikan mengenai kegiatan kelompok pada pengelola, orang tua dan
wali serta remaja yang kita layani.

B. Mengembangkan dan Menulis Rencana Kelompok


Istilah rencana pelajaran juga digunakan dalam rencana kelompok, makna
paling sederhana, rencana untuk kelompok. Pelajaran adalah komponen
instruksional pembelajaran dan rencana pelajaran adalah garis besar tertulis dari
tujuan pembelajaran dan sasaran serta bagaimana tujuan dan sasaran akan
dilaksanakan dalam kelompok. Tujuan umumnya merujuk pada apa yang
digarapkan pemimpin kelompok akan diperoleh anggota sebagai keuntungan dari
pengalaman berada dalam kelompok. Tujuan memberikan arah dan rencana
jangka panjang untuk grup. Sasaran biasanya merujuk pada hal yang lebih
spesifik, instruksi jangka pendek mengenai harapan kelompok. Sementara tujuan
kelompok mengacu pada apa yang pemimpin harapkan untuk dicapai dari waktu
ke waktu setelah beberapa sesi kelompok, sasaran kelompok cenderung berfokus
sempit, mengacu pada hasil yang diinginkan dari sesi tertentu dalam kelompok.
Berikut adalah perbandingan antara tujuan dan sasaran dalam kelompok kelas dan
kelompok konseling.
Tabel 2. Perbandingan tujuan dan sasaran kelompok kelas vs konseling
Kelompok Kelas Kelompok Konseling
o Tujuan cenderung didasarkan pada fokus o Tujuan dan sasaran biasanya dikembangkan
dari konten kurikuler ketimbang kebutuhan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan
spesifik individu anggota kelompok umum atau kekhawatiran yang dimiliki oleh
o Dalam kerja kelompok kelas, tujuan adalah individu untuk siapa kelompok
pernyataan hasil yang mengarahkan direncanakan.
intervensi spesifik yang akan digunakan o Juga dapat direncanakan untuk memenuhi
dalam setiap sesi kelompok kebutuhan kurikuler atau belajar tertentu
o Penting menjaga fleksibilitas berkaitan yang diidentifikasi di sekolah atau
dengan bagaimana tujuan kurikuler dan kabupaten yang komprehensif program
tujuan kelompok ditentukan serta sekolah
bagaimana penerapannya. Tujuan kelompok o Konselor membutuhkan pelatihan kelompok
kelas harus menangani kebutuhan tertentu dalam menentukan tujuan dan sasaran
dari suatu kelas tertentu pada titik waktu dalam kelompok kerja. Pelatihan tersebut
tertentu. membutuhkan kompleksitas kognitif yang
o Terdapat kemungkinan bahwa kebutuhan kuat, kemampuan berpikir abstrak, dan
individu siswa dipenuhi oleh kurikulum mereka memiliki ketertarikan implicit serta
kelompok kelas mungkin daya tarik dengan komunikasi
o Siswa dapat dan harus didorong serta interpersonal sebagai sarana menuju
diberikan kesempatan untuk memberikan wawasan intrapersonal
masukan ke dalam apa yang mereka pelajari
dan bagaimana itu relevan (atau tidak)
dengan dirinya, termasuk guru, orang tua
dan administrator sekolah.

Selanjutnya, penting untuk memikirkan tingkat kompleksitas yang


diinginkan dari pembelajaran yang akan dibahas dalam tujuan yang telah Anda
rencanakan untuk kelompok. Pertama, dengan Tujuan Pendidikan Taksonomi
Bloom (Bloom, 1956), adalah kerangka yang mengidentifikasikan enam tingkatan
pembelajaran yang dapat tergabung dalam berbagai tugas pembelajaran, sehingga
dikenal sebagai pencapaian pembelajaran kompleks:
1. Pengetahuan, mengacu pada proses mencari tahu, menemukan, dan
mengingat informasi.
2. Pemahaman, mengacu pada pengembangan pengetahuan, menangkap
makna dan menginterpretasi informasi yang ada
3. Aplikasi, mengacu pada pemanfaatan informasi, misalnya penerapan
format atau langkah
4. Analisis, mengacu pada membongkar informasi dan memeriksa
hubungan dan tema yang terletak dalam informasi tersebut
5. Sintesis, mengacu pada penerapan secara kreatif atau berbeda mengenai
suatu informasi, atau menempatkan informasi bersama-sama dalam
suatu cara yang baru
6. Evaluasi mengacu pada mengajak siswa agar menjadi pemakai informasi
yang bersifat kritis dengan memberi penilaian dan mendukung ide-ide
dengan alasan
Taksonomi Bloom menawarkan suatu cara berpikir yang sangat bermanfaat
mengenai urutan tujuan pembelajaran sehingga tiap pelajaran dibangun
berdasarkan pembelajaran sebelumnya dan memungkinkan memperkaya dan
memperdalam ruang lingkup dalam proses pembelajaran.
Kedua, dengan model interdependensi positif dan akuntabilitas individu.
Ketergantungan positif mengacu pada suatu tugas pembelajaran di mana kinerja
kelompok disorot dan prestasi individu merupakan fungsi dari seberapa baik
kelompok bekerja. Saling ketergantungan positif dapat difasilitasi dengan
mengharuskan siswa untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang berorientasi
pada keberhasilan kelompok kolektif. Akuntabilitas individua, di sisi lain,
difokuskan pada kinerja dan prestasi individu atau bukan pada tujuan atau kinerja
kolektif kelompok. Memfasilitasi akuntabilitas individu dalam konseling dan
kelompok kelas dengan mendorong penetapan tujuan perorangan, mengajak siswa
untuk mempertimbangkan apa yang mereka pikir akan relevan dengan topik atau
tugas tertentu. Fokus pada akuntabilitas individu dan kelompok yang saling
bergantung patut dipertimbangkan, karena hal ini berfokus pada interpersonal dan
intrapersonal yang merupakan inti dari fungsi sosial yang tepat.
Ketiga, berdasarkan jenis pengalaman belajar. Cohen dan Smith (1976)
mengidentifikasi tiga jenis intervensi yang biasanya digunakan dalam kelompok:
konseptual, pengalaman, dan struktural. Selain itu, terdapat juga aplikasi personal
yang mengacu pada sejauh mana siswa dapat menghubungkan materi kedalam
keyakinan, perasaan, dan pengalaman mereka sendiri. Pengembangan rencana
kelompok yang mengacu pada model ini disarankan karena menawarkan
kesempatan yang luas dan bertekstur untuk belajar dalam kelompok.
Mengembangkan dan menulis rencana kelompok perlu membahas mengenai
bagaimana pemimpin sengaja dapat memfasilitasi konstruksi makna dengan
bekerja menggunakan model mental dan pembelajaran spiral. Model mental
(mental model) adalah representasi kognitif yang terbentuk dari informasi dan
pengalaman yang ada serta menjadi refrensi berpikir dan beralasan. Model mental
memberikan dasar mengenai makna yang terbentuk dari pengalaman dan
informasi tersebut. Sedangkan, pembelajaran spiral menunjukkan bahwa
pembelajaran dapat diberikan secara berulang, sehingga merangsang dan
melibatkan para siswa dalam cara yang sedikit berbeda dengan paparan masing-
masing, memberikan siswa dengan banyak kesempatan untuk membuat makna
dan belajar tentang materi.

Tabel 3. Menulis Rencana Kelompok


Kerangka Penulisan Menulis Tujuan dan Sasaran
Dasar Pemikiran
Rencana Kelompok Kelompok
Penulisan rencana kelompok Dasar pemikiran kelompok Menulis tujuan harus dimulai
dapat ditulis dalam format mengacu pada alasan dengan siswa sebagai subjek,
Rencana Unit/Keseluruhan keberadaan kelompok. Ketika yang dikondisikan secara
yang menguraikan apa yang tujuan kelompok sesuai positif karena mereka yang
akan terjadi pada kelompok dengan komponen kurikuler diharapkan untuk mencapainya
dari waktu ke waktu dan sekolah atau kabupaten serta kalimat tertulis lengkap.
Rencana Pelajaran/Sesi perkembangan rencana Selanjutnya, sasaran harus
menguraikan apa yang akan konseling sekolah, rencana ditulis dalam bahasa yang
terjadi setiap minggu atau biasanya dirujuk dalam sebuah spesifik, terukur, realistik, dan
setiap sesi kelompok. Akan pernyataan rasional. Dasar memberi kesempatan dan
ada sejumlah rencana pemikiran mungkin beberapa batasan yang tepat mengenai
pelajaran atau sesi di setiap kalimat yang menunjukkan seting dan sumber daya. Jika
unit masalah yang memunculkan tujuan dan sasaran ditulis
kebutuhan untuk kelompok dengan jelas dalam
dan penjelasan tentang terminologi yang konkrit dan
bagaimana kelompok ini behavioral maka, akan lebih
dimaksudkan untuk mengatasi mudah bagi strategi
masalah tersebut. perncanaan menyadari
pencapaiannya.

C. Merencanakan Implementasi
1. Menulis Rencana Impelementasi
a. Menggunakan pendekatan berurutan untuk menulis rencana
implementasi , mulai dengan pengenalan topik sebagai
pendahuluan
b. Mencakup deskripsi tugas-tugas kelompok, proses / kegiatan, atau
latihan yang akan digunakan untuk mengawali tujuan pembelajaran
dalam setiap sesi
c. Memuat cara-cara yang dipergunakan untuk menutup setiap sesi
kelompok
2. Penggunaan Kegiatan dalam Kelompok
Berikut akan ditampilkan bagaimana penggunaan kegiatan dalam kegiatan
kelompok di sekolah.

Tabel 4. Penggunaan kegiatan kelompok


Membuat
Pengolahan Pengaturan waktu
Pemilihan Kegiatan Kegiatan
Pertanyaan kegiatan
Bermakna
Kegiatan yang Luckner dan Nadler Kees dan Jacobs Tingkat resiko adalah
direkomendasikan: (1997) memberikan (1990) menyediakan salah satu yang perlu
boneka, musik, kegiatan saran untuk Struktur yang dipertimbangkan
artistik, latihan menulis pemimpin digunakan dalam dalam memberi
atau gerakan, seni, kelompok agar memproses pelayanan kelompok
kerajinan, dan membaca. dapat memfasilitasi pertanyaan dalam terutama pada anak-
Kegiatan harus sesuai kelompok: kelompok: anak dan remaja.
dengan tujuan, sasaran, • Framing • Proses Latihan Pemimpin kelompok
dan susunan kelompok. • Large Group diri sendiri perlu untuk
Perlu perhatian khusus Discussion • Refleksikan memperkirakan secara
pada kemampuan • Journal Writing pengalaman akurat berapa lama
kognitif, bahasa, dan and written • Refleksikan kegiatan berlangsung.
sosial anggota, Activity Sheets Bagaimana
pemahaman budaya dan • Dyas or Small Pengalaman yang
pengalaman siswa serta Group Mempengaruhi
masyarakat di mana • lsolation Proses Grup
mereka berada. Videotaping • Berpindah ke
• Proses Observers level Pengolahan
yang Lebih
Personal
• Transfer
pembelajaran

3. Perencanaan untuk perkembangan, kelas terkait dan kebutuhan khususs


Guru harus waspada dan responsif dengan berbagai kemampuan, prestasi,
dan perilaku dalam urutan terbaik untuk memenuhi kebutuhan semua orang di
kelas. Hal ini juga berlaku bagi konselor sekolah; kita harus mengembangkan
kesadaran diri tentang siswa dalam kelompok, dan merencanakan implementasi
responsif terhadap masing-masing kelompok spesifik. Salah satu aspek yang
paling sulit dari perencanaan untuk kelompok adalah untuk menentukan instruksi
yang paling tepat. Karena di dalamnya termasuk memastikan bahwa konten yang
inklusif terhadap variasi budaya diwakili dalam kelompok dan instruksi yang
sejalan dengan perkembangan kognitif dan mental yang dibutuhkan siswa. Dalam
perencanaan kelompok dengan anak berkebutuhan khusus konselor harus
mewaspadai kelompok yang heterogen. Konselor sekolah harus memberikan
kesempatan dalam kelompok anak-anak dengan kebutuhan pada kognitif, fisik,
dan emosional/psikologis termasuk juga melihat bahwa masuknya anak-anak
dengan kebutuhan khusus menyediakan kesempatan bagi siswa lain dalam
kelompok. Namun, inklusi yang memadai tidak terjadi tanpa perencanaan yang
matang.
4. Menolong tahap kelompok
Penyediaan kerangka model untuk mengantisipasi kelompok berkembang
dari waktu ke waktu dan harus dipertimbangkan ketika membangun rencana
pelajaran kelompok atau sesi. Kerangka model akan membantu untuk
mempertimbangkan dinamika kelompok yang terkait dengan berbagai tahap atau
fase perkembangan kelompok dalam rencana tiap minggu. Selain itu juga,
membantu dengan mengantisipasi tanggapan anggota kelompok dan kemungkinan
tantangan yang mungkin timbul.
5. Perbedaan implementasi rencana kelas dan konseling
Perbedaan-perbedaan ini di ada pada konten dari kelompok, cara-cara
pengelolaan kelompok (misalnya, rencana pelaksanaan), dan juga struktur
kelompok.

D. Mendesain Asesmen
1. Jenis hasil pengukuran
a. Hasil proximsal yaitu tanda dan gejala sasaran yang berhubungan erat dengan
intervensi tertentu, dalam hal ini tujuan kelompok
b. Hasil/pengukuran distal yaitu hasil yang lebih luas hubungannya dengan
intervensi, contoh hasil distal yaitu meliputi mobilitas, role performance, dan
kepuasan hidup. Diperoleh melalui nilai raport, nilai kehadiran vandalisme,
kegiatan referal, kerjasama orangtua, kehadiran guru, tes yang terstandar,
keaktifan dalam kegiatan ekstra kurikuler dan sosial kemasyarakatan, serta
data tentang pendidikan lanjutan atau menggunakan skala. Pengukuran distal
ini perlu disertai dengan pengukuran proksimal
c. Pengukuran self-report: Siswa bisa memberikan respon secara verbal
terhadap masalah-masalah baik secara pribadi, dalam diskusi kelompok, atau
dengan berpartisipasi dalam wawancara singkat mengenai apa yang telah
mereka pelajari. Siswa juga dapat menunjukkannya dalam bentuk tulisan,
misalnya menugaskan mereka secara berkelompok untuk menulis essay,
laporan, atau dengan melaksanakan Asesmen obyektif, misalnya kuesioner,
checklist, tes, atau kuis.
d. Assessment by others: Guru dan konselor seringkali diminta untuk membuat
data mengenai hasil belajar siswa. Kegiatan Asesmenseperti ini lebih
berfokus pada indikator perilaku sukses, yaitu menunjukkan keterampilan
tertentu, karena perilaku yang lebih bisa diamati oleh orang lain.
2. Memilih pengukuran yang tepat
Keefektifan perencanaan Asesmen bisa terjadi ketika kriteria khususnya
benar-benar jelas Berikut akan ditampilkan cara-cara yang dapat dipergunakan
untuk melakukan pengukuruan yang tepat berdasarkan aspek tujuan.

Tabel 5. Pengukuran berdasarkan tujuan


Mengukur tujuan
Mengukur tujuan kognitif Mengkur tujuan behavioral
afektif
1) Menggunakan assessment self- Self-report dan observasi Melibatkan siswa dalam
report baik verbal maupun adalah sumber informasi kegiatan role playing atau
tertulis terbaik berkaitan dengan mengobservasi kegiatan
2) Monitoring terhadap partisipasi perasaan, motivasi, dan siswa di kelas, tempat
siswa dalam diskusi kelompok, sikap siswa. bermain, atau di aula
observasi, serta melakukan atau
berpartisipasi dalam sebuah
proyek atau laporan

3. Kebijaksaan perbedaan dalam asessmen


Pada setiap Asesmen selalu timbul persoalan bias dan keadilan, baik dalam
tata cara pelaksanaan Asesmen maupun penggunaan informasi assessment.
Asesmen yang sarat peraturan mempunyai efek yang bagus terhadap prestasi
siswa karena pengertian Asesmen sendiri sangat beragam. Ketika hasil
Asesmentidak dapat menjelaskan konsep, berarti tujuan kelompok belum tercapai,
sehingga dibutuhkan penambahan waktu dan instruksi (Sternberg, 2007). Hasil
Asesmenbisa akurat jika instrumennya valid dan reliabel. Kedua variabel hal
tersebut saling berkaitan dan mengingatkan kita bahwa Asesmenharus
dilaksanakan dengan aman dan transparan, yaitu semua siswa mempunyai
kesempatan yang sama (meskipun mungkin ada yang tidak sama), untuk belajar
dan menunjukkan hasil belajarnya. Pemimpin kelompok juga perlu
memperhatikan jika ada anggota kelompok yang termarginalkan.

4. Etika dan tanggung jawab dalam asesmen


Kode etik profesional kita telah memberikan pedoman bagi pekerjaan
konselor dalm melakukan asesmen. Salah satunya adalah mengenai anonimitas
dan kerahasiaan hasil pengukuran terhadap anggota yang harus dijamin. Asesmen
data harus dilakukan dengan metode-metode yang melindungi privasi keluarga
dan siswa. Tanggung jawab asesmen berkenaan dengan penggunaan hasil.
Asesmen menyediakan feedback bagi usaha-usaha perencanaan mendatang. Data
asesmen memberikan manfaat yang besar bila digunakan untuk tujuan-tujuan
instruksional kelompok lebih jauh. Sharing mengenai hasil asesmen dengan siswa
juga dapat membantu merefleksikan kemampuan belajarnya, dan membuat
mereka merasa menjadi bagian dari sebuah proses pembelajaran. Sharing juga
dapat dilakukan dengan orang tua, guru atau administrasi sekolah, Konselor
sekolah biasanya mempublikasikan informasi assessment melalui surat, laporan
semester/tahunan, serta rapat wali murid. Jangan lupa untuk selalu memperhatikan
bahwa laporan apapun yang diberikan kepada publik (orangtua, guru, dan tenaga
administrasi), harus senantiasa terjaga kerahasiaannya
2. MENGARAHKAN
E. Pembuatan Keputusan Pemimpin Lewat Posisi Filosofi yang Jelas
1. Kepemimpinan otoritatif
Kehadiran konselor dalam kelompok menetapkan bagaimana kelompok
akan berfungsi untuk bagaimana jadinya kelompok nanti. Berbagai cara di mana
pemimpin kelompok berinteraksi dan berhubungan dengan anggota kelompok
membentuk norma dalam kelompok. Otoriter dan otoritatif jelas berbeda, otoritatif
menggambarkan pendekatan berorientasi pendidikan dimana pemimpin
bertanggung jawab dan mengendalikan kelompok, namun dengan cara yang adil,
hangat, dan penuh perhatian.
2. Filiosofi kedisiplinan
Kedisiplinan diartikan sebagai batas yang membantu siswa tetap aman
berjalan dalam kegiatan atau kondisi yang sulit agar siswa tidak terjatuh dalam
kesalahan dan mengetahui mana yang dapat atau boleh dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Konselor perlu memberikan batasan pada siswa dalam
melaksanakan kegiatan kelompok untuk membantu siswa tetap berada pada jalur
yang benar.
3. Pendekatan Kepemimpinan dalam Konseling dan Kelas

Tabel 6. Persamaan dan perbedaan kepemimpinan konseling vs kelas


Aspek Kelompok Kelas vs Kelompok Konseling
Persamaan Skema perkembangan yang sama
Pemimpin kelompok perlu berhati-hati dan penuh rencana berkenaan dengan
struktur kelompok dan dinamikanya
Hasil menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan sosial
Konteks pelaksaan kelompok yang sama-sama di lakukan di sekolah
Perbedaan Berbeda dalam tujuan dan sasaran
Jumlah anggota
Cara pencapaian tujuan dan sasaran
Bagaimana pemimpin memfasilitasi kelompok
Kelompok kelas membutuhkan struktur dan pengarahan yang lebih tinggi daripada
kelompok konseling dalam pelaksanaannya
Berbeda dalam penggunaan kegiatan terstruktur

F. Dasar – Dasar dalam Memimpin


Keterampilan Konseling Dasar Untuk Kerja Kelompok

1. Iklim Kelompok
Iklim kelompok mengacu pada kondisi kelompok yang memfasilitasi (atau
tidak) pertumbuhan, belajar, dan perubahan. Seperti keamanan, tantangan, resiko,
kekompakan, empati, dan kepedulian. Dalam iklim kelompok terdapat zona
pertumbuhan yang terjadi ketika norma-norma dalam kelompok mendorong dan
mendukung interaksi yang tepat antara anggota dan pengambilan risiko.
Keterampilan dasar kepemimpinan kelompok seperti refleksi, parafrase,
immediacy, menggeser dan memotong fokus, serta konfrontasi dapat digunakan
oleh pemimpin kelompok untuk mengelola kecemasan anggota kelompok dan
memfasilitasi mengambil risiko yang sehat dalam kelompok. Terdapat pula
kohesivitas yang berkembang dari hubungan interpersonal yang sehat di antara
anggota kelompok dan ketika anggota memiliki rasa kesamaan hubungan dengan
tujuan kelompok. Pemimpin kelompok dapat memfasilitasi kohesi kelompok
dengan menggunakan keterampilan konseling dasar misalnya, parafrase, refleksi,
dan probing pertanyaan.
2. Memperhatikan (caring)
Cara melaksanakan kegiatan yang memberi perhatian di dalam kelompok
adalah: a) Jelaskan secara terbuka mengenai pentingnya bentuk perhatian dalam
kelompok; b) Memberikan scaffolding dan memperhatikan keterlibatan siswa; c)
Rencanakan kelompok Anda di sekitar topik yang menarik dan relevan dengan
kehidupan siswa dalam kelompok untuk merangsang pemikiran yang berarti dan
percakapan serta minat untuk berkomunikasi antar anggota; d) Membantu anggota
kelompok merefleksi diri tentang upaya mereka sendiri dan pengalaman
kepedulian (Henderson, 1996); e) Menyadari cara dalam menunjukkan perhatian
pada siswa dalam kelompok termasuk bahasa dan nada yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan kelompok; f) Pemimpin bertanggung jawab untuk
memantau kelompok selalu mengintervensi interaksi yang menyakitkan atau tidak
menghormati dalam kelompok.
3. Norma dan Aturan Kelompok
Tabel 7. Penentuan norma dan aturan dalam kelompok
Menentukan peraturan Menegakkan peraturan
 Aturan mewakili ide-ide, nilai-nilai, dan 1) Cueing adalah mengarahkan pada perilaku
kepentingan mereka. yang tepat dengan menyatakan kembali
 Siswa perlu merasa memiliki dan pengarahan, memberi tanda-tanda non
bertanggung jawab terhadap aturan tersebut verbal, menawarkan pengingat, dan berdiri
 Aturan dapat ditentukan dengan sebelumnya lebih dekat
melakukan diskusi dengan siswa untuk 2) Redirection yang dapat dilakukan delam
menanyakan iklim seperti apa yang ingin enam cara:
dimiliki a) hentikan hal yg terjadi dalam
 Bahasa dalam aturan harus menggunakan kelompok dan/atau individu;
istilah yang afirmatif, positif dan b) perhatikan penyertaan dan
mempertimbangkan batasan yang ada pengecualian;
 Peraturan yang disampaikan ataupun tidak c) tarik perhatian pada aturan
harus dipatuhi dan diawasi ketat oleh kelompok yg harus ditegakkan;
pemimpin kelompok d) tunjukkan situasi yang menjadi
 Menetukan aturan berdasarkan rasa saling bagian dari peraturan;
menghormati satu sama lain e) arahkan siswa pada perilaku yg
tepat dan teruskan;
 Aturan yang telah dinamai dapat
f) perkuat perilaku yg tepat segera
didokumentasi sebagai pengingat aturan
setelah pengarahan ulang
 Peraturan dapat diubah dan disesuaikan
sesuai dengan tujuan kelompok dan struktur
kelompok
 Peraturan juga harus sesuai dengan usia,
komunikasi, perkembangan dan kemampuan
sosial siswa
4. Strategi dalam Memulai kelompok
a. Membangkitkan perhatian dan minat, Pemimpin kelompok perlu
meningkatkan perhatian dan minat siswa. Utamanya siswa yang
tidak memilik motivasi untuk mengikuti kegiatan kelompok.
Pemimpin perlu mengembangkan kreativitas untuk
memperhatikan isyarat dari siswa dan membangun kebiasaan
dalam kelompok agar kelompok tahu kapan harus memulai
sesuatu. Pemimpin dapat memberikan pernyataan atau
pertanyaan yang tepat namun provokatif. Dapat pula dilakukan
dengan memutar musik, membaca esai singkat, dan menonton
film pendek
b. Menciptakan peta pembelajaran, Pemimpin kelompok biasanya
menawarkan peta pembelajaran di awal kelompok atau ketika
memperkenalkan konsep atau ide-ide baru.
c. Menawarkan instruksi, pemimpin perlu untuk menawarkan
instruksi lanjutan pada siswa saat pemberian tugas. Diawali
dengan menghilangkan kecemasan siswa yang menjadikannya
ingin segera mengerjakan tugas. Tahapan perkembangan dan
gaya belajar perlu diperhatikan dalam memberikan instruksi.
d. Scaffolding, merupakan tumpuan sementara yang disusun untuk
mendukung individu dalam melakukan sesuatu. Scaffolding
hanya diberikan saat dibutuhkan oleh siswa untuk mendukung
siswa dalam proses pembelajaran.
5. Mengelola proses dan isi
a. Jenis dan level intervensi
 Jenis intervensi adalah cara meminta siswa untuk terikat dengan
materi kelompok.
 Tingkat intervensi menunjukkan siapa yang akan diberikan
intervensi oleh pemimpin kelompok.
 Intensitas intervensi adalah dampak intervensi khusus kelompok
dalam upaya menstimulasi sensitivitas, emosi, dan pemikiran
anggota.
Tabel 8. Jenis, tingkat dan intensitas
Jenis intervensi Tingkat intervensi Intensitas intervensi
Konseptual Intrapersonal Low ↔ High
eksperiensial Interpersonal
Struktural kelompok

b. Menggunakan proses untuk memfasilitasi isi


- Kapan harus mengubah fokus, perubahan fokus harus diputuskan
dari isi ke proses dinamika (dan mengallihkan kembali) harus
dilakukan dengan bijaksana, selalu dengan mempertimbangkan
tujuan kelompok
- Mengubah fokus dapat dilakukan dengan keterampilan dasar
konseling seperti pharaphrasing, summarizing, questioning,
keterampilan memotong, dan immediacy. Menggunakan proses
kelompok untuk memfasilitasi isi memerlukan pengambilan resiko
tertentu dalam bagian kelompok.
6. Tips mengelola kelompok yang terdistraksi
- Pahami diri dengan tidak menciptakan pengalihan bagi diri sendiri
- Pastikan untuk menyediakan instruksi yang jelas dan pengenalan
materi dalam waktu yang tepat
- Miliki rencana bagaimana anda akan mengelola transisi dan
penjagaan aliran dalam kelompok
- Tegas dalam pembicaraan individual maupun privasi selama
pelaksanaan kelompok
- Jadilah fleksibel
- Memiliki withitness yaitu, memiliki kehadiran yang nyata di kelas
dengan mengawasi dan memonitoring keberadaan dalam kelompok.
3. MERESPON
G. Merespon Masalah – Masalah dalam Kelompok
Prinsip-prinsip umum merespon masalah dalam kelompok
- respon terhadap masalah dalam kelompok harus mengikuti model
ini: hentikan perilaku menyimpang, pertahankan kepemimpinan,
hargailah semua orang di dalam ruangan, dan kemudian kembalilah
pada tugas sesegera mungkin
- Abaikan perilaku yang memang dapat diabaikan; responlah terhadap
perilaku yang memang memerlukan respon
- Reaktivitas dan kemarahan yang tidak sesuai dapat meningkatkan
tegangan, ketidakpatuhan dan gangguan; ketenangan akan
melahirkan suasana yang tenang pula.
- Berbicaralah dengan jelas, secara otoritatif, dan selalu menghargai
- Jadilah sekonsisten mungkin; namun, akuilah bahwa tidak semua
peserta didik akan atau harus diberi intervensi yang sama sedangkan
peserta didik lainnya mungkin memerlukan jenis intervensi lainnya.
- Hampir semua kontak dengan peserta didik terkait perilaku yang
tidak diinginkan haruslah bersifat individu dan pribadi; dan semua
kontak harus menghargai. Hindarilah situasi di mana peserta didik
merasa malu di depan rekan-rekan sebayanya.
- Dalam kebanyakan kasus, intervensi harus fokus pada perilaku yang
sedang terjadi daripada perilaku yang telah berlalu.
- Berbicaralah kepada peserta didik daripada berbicara tentang peserta
didik
- Tidak boleh menerima adanya toleransi: ketika aturan dan
ekspekstasi ada, tidak boleh lagi ada toleransi
- Ulangi lagi mulai dari penafsiran makna tentang perilaku yang
tampak, khususnya pada saat perilaku tersebut bermasalah. Fokuslah
pada tindakan nyata yang dapat diamati. (jika sebuah intervensi yang
fokus pada penafsiran terbukti, pembahasan ini haruslah terjadi
setelah mengurangi tingkat kesulitan, ketika setiap orang sudah bisa
tenang, dan terutama dalam sebuah pertemuan individu di luar
kelompok).
- Kapanpun jika memungkinkan, gunakan pesan-saya. Sebuah pesan-
saya menawarkan sebuah komunikasi langsung tentang masalah dan
efek dari masalah tersebut terhadap yang lainnya
H. Membahas Masalah Di Luar Kelompok
1. Membuat Kontrak
Kontrak adalah perjanjian lisan dan/atau tertulis mengenai ekspektasi
perilaku yang dinegosiasikan antara siswa dan pemimpin kelompok. kontrak
sering berfungsi sebagai media untuk menetapkan tujuan individu dan bergantung
pada motivasi intrinsik, konsekuensi yang wajar, dan / atau hukuman untuk
membentuk perilaku yang diinginkan.
Cara melakukan drafting kontrak
1) Memulai Kontrak dilakukan dengan memposisikan diri sebagai
seseorang yang berada di sisi siswa yang mencoba untuk menghilangkan
masalah
2) Mengidentifikasi Masalah dilakukan dengan menawarkan gambaran
yang jelas dari perilaku dan menunjukkan perilaku namun, tidak
menyalahkan atau menunjukkan bagaimana anda terpengaruhi oleh
perilaku. Pemimpin dapat mengundang siswa untuk mengomentari
pengamatan atau perspektifnya.
3) Penetapan Tujuan, membuat rencana bagaimana mengelola masalah
dengan cara yang lebih konstruktif. Cara yang baik adalah dengan
berbicara tentang apa yang akan berbeda di masa depan jika perilaku
bermasalah tidak ada
4) Hubungkan harapan dan garis bawahi kemungkinan, dapat
dilakukan lewat diskusi atau pemberian daftar konsekuensi perilaku
yang bermasalah. Pemberian kemungkinan dapat menggunakan
beberapa penghargaan seperti konsekuensi sebagai cara memotivasi
kepatuhan pada kontrak, disarankan untuk menghindari bantuan
eksternal atau konsekuensi tidak logis jika memungkinkan.
5) Mendokumentasikan kontrak, Kontrak tertulis harus mencakup
komponen-komponen:
 Ada tujuan yang diharapkan bahwa siswa melakukan penghapusan
perilaku
 Ada cara tertentu di mana pemimpin atau guru akan mendukung siswa
 Ada konsekuensi untuk perilaku patuh, serta setiap penguatan untuk
perubahan perilaku yang diinginkan, apabila dikenali;
 Ada rencana untuk menilai kembali syarat-syarat kontrak, dan
 Menyertakan tanda tangan dari semua pihak yang terlibat

2. Memberlakukan Time-Out
Time out adalah strategi Pengurangan perilaku yang dirancang untuk
menghapus lingkungan siswa yang memperkuat perilaku yang tidak diinginkan.
Jenis-jenis Time Out ada dua yaitu time out pengecualian (exclusionary) dan time
out tanpa pengecualian (nonexclusionary). Macam-macam time out pengecualian
(exclusionary) adalah:
 Contingent observation time-out merupakan prosedur time-out dimana
siswa tersebut dipindahkan ke sela-sela kegiatan, tetapi tidak
meninggalkan ruangan sama sekali. Dia mampu berpartisipasi dengan
menonton kegiatan atau kelompok.
 Isolation time-out, siswa dikeluarkan dari lingkungan yang
memperkuat dan tidak dapat mengamati aktivitas kelompok yang
sedang berlangsung karena ia diminta untuk berpaling dari kelompok
itu.
 Seclusion time-out, versi yang lebih ekstrim dari time-out, melibatkan
penghapusan fisik dari ruangan. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk
berada dalam ruang yang aman tapi terpisah untuk jangka waktu
tertentu.
Time out tanpa pengecualian adalah pemberian time out tanpa
mengeluarkan siswa dari lingkungan yang memberi penguatan namun, hanya
menarik perhatian atau bentuk penguatan yang ada.
3. De-eskalasi
De-eskalasi dimulai dengan memperhatikan tanda-tanda peringatan dini dan
bertindak secepatnya. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang siswa
menjadi tidak terkendali adalah adanya penolakan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan atau diskusi, kekerasan, komentar keras atau tidak pantas, kemarahan,
kecemasan, agitasi atau gangguan, dan ancaman verbal kepada orang lain.
Langkah dalam melakukan ekskalasi adalah:
1) Asesmen: De-eskalasi dimulai dengan melakukan penilaian individu dan
situasi. Penilaian ini dimulai dengan review situasi afektif, perilaku, dan
kognitif siswa itu. Tujuannya adalah untuk membuat determinasi tentang
sejauh mana siswa dapat mengatur diri sendiri di berbagai situasi.
2) Membangun raport dan hubungan: Membangun koneksi langsung
dengan siswa yang out-of-control sangat penting dilakukan. Melakukan
hubungan baik mendukung siswa dan akan membantu membangun rasa
kepercayaan pada Anda sebagai hal yang diperlukan untuk membantu
pengendalian demi kepentingan siswa.
3) Mengidentifikasi masalah: Ketika Anda mendengarkan siswa
mengartikulasikan persepsi nya, pekerjaan Anda adalah fokus pada
mencoba mengidentifikasi apa sebenarnya yang menyebakan gangguan.
4) Memperhatikan kebutuhan afektif: terkadang dibutuhkan terapi
tambahan bagi anggota kelompok atau siswa, pemimpin perlu
menghindari untuk memasukkan siswa pada kelompok yang tidak bisa
dipantau oleh pemimpin
5) Bergerak dengan pemecahan: membantu siswa perlahan-lahan bergerak
melalui situasi yang ada dan juga semua yang dihasilkan dari kejadian.
Diperlukan keterampilan immediacy
6) Tindak lanjut: memerlukan pemantauan konsekuensi yang terjadi
sebagai pengulangan kejadian dan memantau siswa untuk menghindari
ledakan di masa depan, termasuk bekerja dengan guru dan administrator
untuk memastikan bahwa dukungan yang tepat berada pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai