Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengabdian West Science

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

Pelatihan Teknik Guided Imagery Terhadap Masyarakat


Gn.Sindur yang Mengalami Agoraphobia dan Manajemen
Mengatasi Kecemasan Untuk Pasca Pandemi
Veno Dwi Krisnanda1, Suhfi Albab2.
1
Universitas Indraprasta PGRI, 2Universitas Indraprasta PGRI,
*Corresponding author
E-mail: veenwow@gmail.com (Veno Dwi Krisnanda)*

Article History: Abstract: Pandemi berpotensi memunculkan rasa


Received: Desember 2022 cemas, stress, dan ketakutan di kalangan
Revised: Desember 2022 masyarakat. Respon masyarakat dalam menyikapi
Accepted: Desember 2022 pandemik adalah mereka merasakan ketegangan,
kecemasan, dan kepanikan serta gejala psikosomatis
dampak agoraphobia antara lain takut akan
transportasi umum, ruang terbuka, ketakutan akan
ruang tertutup hingga panic buying . Guide imagery
adalah satu teknik distraksi yg bisa dipakai untuk
mengurangi permasalahan psikologis seperti stress
dan kecemasan. Kegiatan pengabdian masyarakat
merupakan suatu upaya melakukan pelatihan agar
dapat menjadikan menejemen dalam mengatasi
kecemasan. Tujuan dari kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah melatih manajemen guide
imagery dalam upaya mengatasi kecemasan pada
kelompok masyarakat Ds. Pabuaran Gn. Sindur.

Keywords: Kecemasan, Guide Imagery, Agoraphobia

Pendahuluan
Pandemi Covid-19 memunculkan masalah fisik dan ekonomi yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Banyak masyarakat yang menderita karena ketidak
pastian, ketakutan akan tertular, tekanan koral, kesedihan, dan perasaan kesepian.
Muncul kekhawatiran untuk mengatasi kecemasan serta dampak yang muncul pada
jangka panjang. Diperlukan adanya dukungan untuk membantu masyarakat dalam
menemukan keberanian untuk melangkah dan beradaptasi di tengah krisis.
Pencegahan terhadap penyebaran virus Covid-19 menjadi tantangan bagi banyak
pihak. Tingginya kasus penyebaran virus, belum adanya penanganan berupa
pengobatan yang kentara untuk penyembuhan pasien, ditambah dengan berita hoaks
tentang vaksinasi mengakibatkan pandemi Covid-19 sebagai “perfect storm” yang bisa
menaikkan tekanan emosional seseorang. Masyarakat akan mengalami kecemasan
dengan gejala ketakutan dan khawatir ketika sering mendapatkan informasi-
informasi dari media massa semakin wabah Covid-19 yang semakin meningkat.

Pandemi Covid-19 berpotensi memunculkan rasa takut, stres, dan cemas di


kalangan masyarakat. Dalam sebuah penelitian menjelaskan bahwa respon

https://wnj.westscience-press.com/index.php/jpws

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

masyarakat dalam menyikapi pandemi adalah mereka merasakan ketegangan,


kecemasan, dan kepanikan serta gejala psikosomatis lainnya. Hasil survei dari studi
psikososial masyarakat Indonesia di tengah pandemi covid-19, yang melibatkan 8.031
responden yang berasal dari 34 provinsi yang ada di Indonesia menunjukkan hasil
bahwa lebih dari 50% responden mengalami kecemasan, dengan kategori cemas dan
sangat cemas. Gejala kecemasan yang muncul dari dampak kondisi pandemi ini juga
dapat menyebabkan stres berlebihan yang dapat mengganggu fungsi sosial seseorang
dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari bahkan akan menghambat produktif
masyarakat. Masalah yang tidak ditangani dengan baik, cemas berlebih akan rentan
menimbulkan gejala penyakit, termasuk di antaranya gejala Covid-19. Tidak bisa
dipungkiri bahwa dalam situasi seperti ini, merupakan hal yang berpotensi untuk
menjadi kondisi yang dapat menimbulkan kecemasan dan dapat menimbulkan efek
pada kondisi fisiknya dengan gejala jantung berdegup dengan kencang dan tubuh
terasa lemas. Cara sederhana dan efektif untuk mengelola gejala kecemasan atau
stres adalah melalui teknik relaksasi. Menurut Black dan Martassarin seperti
dikutip oleh Deswita et al( 2014:111), guided imagery merupakan suatu teknik
relaksasi non-farmakologis yang bermanfaat untuk menurunkan kecemasan,
kontraksi otot, dan memfasilitasi tidur. Guided Imagery adalah teknik relaksasi yang
mudah dan sederhana yang dapat membantu mengatasi stres dengan cepat dan
mudah dan mengurangi ketegangan di tubuh. Teknik ini dapat membantu
untuk lebih mengakses hikmat batin seseorang (Prabu, 2015:56). Penelitian
Kalsum et al (2012), menunjukkan bahwa teknik guide imagery dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia usia 20-25.

Menerapkan guide imagery pada anak atau remaja harus menggunakan contoh
konkret sehari-hari yang bisa dipahami, misalnya membayangkan mereka
sedang bermain layang-layang, menikmati makan es krim yang lezat. Ketika saat
keadaannya takut terhadap sesuatu dapat diajarkan seolah-olah mereka memiliki
kekuatan seperti superman, ksatria baja hitam, yang mampu mengatasi rasa
takutnya (Triantoro, 2004:82). Selain itu pengaturan posisi yang nyaman pada
klien merupakan hal penting dalam membantu klien membayangkan imajinasinya.
Dengan suara yang lembut, klien dibawa menuju tempat spesial dalam imajinasi
mereka (misalnya ke pantai pasir putih, air terjun, taman bunga, dan pegunungan).
Luísand Kolcaba (2009), menjelaskan guided imagery membantu melawan pikiran
yang kaku, otomatis, dan putus asa. Pengertian ini membantu memperkuat harga diri
dan transendensi pribadi. Harga diri dan transendensi memberikan kontribusi
pada pengalaman yang lebih positif. Imajinasi menciptakan jembatan antara
pikiran dan tubuh, menghubungkan persepsi, emosi, dan respons psikologis,

8

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

fisiologis, dan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan


Pelatihan Teknik Guide Imagery Terhadap Masyarakat Gn.Sindur Yang Mengalami
Agoraphobia Dan Manajemen Mengatasi Kecemasan Untuk Pasca Pandemi.

Metode
Anggota kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan terdiri dari
anggota dan tim. Anggota tim terdiri dari satu dosen dan 2 mahasiswa. Anggota tim
bertugas dalam melakukan mengurus perijinan dan menjadi pemateri, anggota dosen
tim bertugas melakukan koordinasi dengan Kelompok dalam pelaksanaan kegiatan,
dan anggota mahasiswa bertugas menjadi fasilitator dalam proses pelaksanaan
kegiatan meliputi pengkajian tentang kecemasan, melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital dan memfasilitasi dalam kegiatan demonstrasi. Kegiatan dilaksanakan
melalui penyampaian materi secara langsung di Balai Desa Pabuaran Gn. Sindur pada
hari Jum’at, 21 Oktober 2022. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat terdiri dari
3 tahapan, pengukuran kecemasan sebelum dilakukan guide imagery, pelaksanaan
terapi guide imagery dan pengukuran kecemasan setelah dilakukan guide imagery.

Pengukuran Kecemasan Sebelum dilakukan guide Imagery

Pengukuran kecemasan pertama dilakukan sebelum Kelompok diberikan


Pelatihan guide imagery. Kelompok akan diberikan lembar skala kuesioner yang
berjumlah 14 pertanyaan. Kelompok akan diberikan waktu selama 15 menit untuk
mengisi kuesioner.

Pemberian Terapi Guide Imagery

Pelaksanaan terapi guide imagery dilakukan setelah Kelompok dikaji tingkat


kecemasannya. Prosedur terapi guide imagery dilakukan selama 20 menit dengan
menggunakan media audio music relaksasi dari Youtube yang berupa music dan
suara alam. Kelompok dianjurkan memilih posisi yang nyaman dengan cara duduk
bersandar dalam kondisi rileks dan mata terpejam, melihat video dan expressive
writing.

Pelatihan menejemen dalam mengatasi kecemasan

Pelatihan manajemen dalam mengatasi kecemasan ini dilakukan oleh


masyarakat dalam mengatasi kecemasan-kecemasan yang sering muncul dalam
kehidupan sehari hari dan memberikan efek mandiri kepada masyarakat agar
memudahkan dalam mengatasi kecemasan yang di hadapi dan mengurangi
kecemasan.

9

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

Hasil
Pengabdian masyarakat dilakukan pada beberapa kelompok yang ada di Desa
Bugangan. Adapun karakteristik Kelompok digambarkan pada table 1.

Tabel 1. karakter pada kelompok di Desa Pabuaran Gn. Sindur

No Karakteristik F %
1 Jenis kelamin
Laki-laki 2 8%
Perempuan 22 92%
jumlah 24 100%
2 Pekerjaan
Wiraswasta 15 61%
Ibu Rumah Tangga 3 13%
Swasta 3 13%
Pelajar 3 13%
Jumlah 24 100%
3 Pendidikan
SD 0 0%
SMP 8 33%

SMA 15 63%

Perguruan Tinggi 1 4%
Jumlah 24 100%

Kecemasan kelompok sebelum dilakukan Guide Imagery

Kecemasan Kelompok sebelum dilakukan guidade imagery dilakukan dengan


menggunakan skala kuesioner. Hasil gambaran kecemasan sebelum guidade imagery
ditampilkan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kecemasan Kelompok sebelum dilakukan guidade imagery

Gambaran Kecemasan Frekuensi (f) %

Tidak ada Kecemasan 2 8

Kecemasan Ringan 9 38

Kecemasan Sedang 12 50

Kecemasan Berat 1 4

10

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

Kecemasan Sangat Berat (Parah) 0 0

Jumlah 24 100%

Kecemasan Kelompok sebelum dilakukan terapi guidade Imagery menunjukkan


bahwa separo atau 12 Kelompok memiliki kecemasan tingkat sedang (50%).
Kecemasan di sebabkan oleh banyak hal. Penyebab cemas antara lain adanya
perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman
traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana alam, adanya frustasi
akibat kegagalan memenuhi kebutuhan fisiologis (kebutuhan dasar) dan adanya
ancaman pada konsep diri, sehingga perlu suatu tindakan keperawatan untuk
mengatasi terjadinya kecemasan pada pasien. Genaro et al (2020) menjelaskan bahwa
kecemasan di masa pandemi Covid-19 bisa ditimbulkan baik karena respons
kekebalan terhadap virus itu sendiri, atau akibat stres psikologis karena physical
distancing, imbas psikologis berdasarkan oleh penyakit baru yang parah & berpotensi
fatal, kekhawatiran menulari orang lain, dan adanya pandangan negatif dari
masyarakat.

Perasaan cemas yang muncul selama masa pandemi Covid-19 merupakan hal
yang banyak dirasakan masyarakat. Kecemasan tersebut muncul karena adanya
kekhawatiran terhadap masa mendatang, dan biasanya disertai dengan gejala fisik
seperti gugup, tegang, berusaha menghindar, berdebar-debar, dan berkeringat atas
ancaman tertular Covid-19ataupun risiko kegagalan usaha serta kerugian secara
moril dan materiil di masa pandemi Covid-19. Kecemasan biasanya terjadi pada
situasi yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang, seperti risiko tertular Covid-
19sehingga seseorang akan berusaha sebaik mungkin untuk hal-hal yang dapat
dikendalikannya agar meminimalisir kerugian. Masyarakat akan berupaya untuk
mencari informasi tentang pencegahan agar tidak tertular Covid-19, membatasi
interaksi dengan orang lain, serta membatasi aktivitas rumah.

Therapy Guide Imagery

Proses pemberian terapi guidade imagery dilaksanakan selama 20 menit. Proses


pelaksanaannya digambarkan pada gambar 1.

11

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

Gambar 1. Therapy Guide Imagery

Guided imagery adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu


dengan imajinasi terarah dalam upaya mengurangi stres. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa teknik guided imagery mampu menurunkan tingkat kecemasan
pasien dengan insomnia usia 20-25. Setelah dilakukan teknik guide imagery diperoleh
81% subjek penelitian mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 19% subjek
penelitian tingkat kecemasannya tetap. Teknik imajinasi terbimbing merupakan
suatu proses di mana corteks visual otak akan memproses imajinasi yang mempunyai
hubungan kuat dengan sistem syaraf otonom, yang mengontrol gerakan involunter.

Tabel 3. Kecemasan Kelompok setelah dilakukan Guide Imagery

Gambaran Kecemasan Frekuensi (f) %

Tidak ada Kecemasan 6 8

Kecemasan Ringan 13 55

Kecemasan Sedang 5 33

Kecemasan Berat 0 4

Kecemasan Sangat Berat (Parah) 0 0

Jumlah 24 100%

Gambaran Kecemasan Kelompok setelah diberikan terapi guidade imagery


Sebagian besar berada pada kecemasan tingkat ringan sejumlah 13 orang (55%).
Gambaran kecemasan Kelompok sebelum dan sesudah dilakukan gudade imagery
menunjukkan penurunan dari yang sebelumnya menunjukkan Sebagian Kelompok

12

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

mengalami kecemasan sedang sebesar (50%). Guide Imagery sangat berpengaruh


terhadap penurunan kecemasan. Ada hubungan khusus antara imajinasi dan
kecemasan, di mana imajinasi mental menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk
mengendalikan gejala kecemasan fisiologis dan psikologis guided imagery
mengajarkan untuk fokus pada imajinasi positif yang dapat menimbulkan keadaan
yang rileks. Cara kerja Guide imagery adalah dengan terfokus pada pengalaman yang
menyenangkan serta dengan nafas yang tetap teratur. Sebuah penelitian
menunjukkan hasil bahwa tahapan guided imagery melibatkan identifikasi sumber
permasalahan dengan pencatatan diri setelah mendengarkan musik dalam keadaan
rileks dan mata terpejam tahapan berikutnya, membangun bayangan-bayangan
positif dengan guided imagery yang dilakukan setiap harinya. Penggunaan musik
dengan irama yang pelan dan konsisten akan semakin meningkatkan efektivitas
guided imagery dalam merubah keadaan; yakni menurunkan rasa sakit dan
meningkatkan aktivitas fokus. Pada pelaksanaan guided imagery, responden diminta
untuk seolah-olah dapat melihat, mendengar, mencium, meraba serta merasakan
pengalaman menyenangkan yang pernah dialaminya. Dalam hal ini terjadi proses
interaksi antara pusat-pusat intelektual di otak yang mampu mengakibatkan
perubahan psikomotor. Imajinasi terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan nafas
dalam karena dalam melakukan relaksasi imajinasi terbimbing tidak hanya mengatur
pola nafas yang dapat merangsang saraf parasimpatis menghambat sistem pusat
simpatis untuk mengendalikan denyut jantung sehingga menyebabkan tubuh
menjadi rilek, teknik imajinasi terbimbing juga membentuk suatu bayangan yang
indah yang dapat diterima sebagai rangsang berbagai panca indera, sehingga
ketegangan akan dikeluarkan dan tubuh akan menjadi rileks dan nyaman .
Treatment
Mekanisme terjadinya penurunan tingkat kecemasan siswa selama guided
imagery dimulai dengan mengajak responden untuk mengungkapkan masalah/ hal
yang sering mengganggu, kemudian bersama dibahas dalam proses konseling
kelompok pada masyarakat Pabuaran. Setelahnya responden akan diberikan ruangan
yang nyaman dan tenang lalu dipandu untuk merelaksasikan diri responden dan
mengosongkan pikiran. Responden diminta untuk memposisikan diri di posisi
yang membuat responden nyaman lalu menutup mata. Team PKM akan memandu
responden untuk merasakan rasa rileks dengan nafas dalam dan memberi
arahan untuk mengimajinasikan hal-hal yang disukai responden dalam
memberikan rasa nyaman dan rileks. Responden diminta untuk tetap menjaga
pola nafasnya agar tetap rileks dan merasa nyaman. Peneliti memberikan motivasi
melalui proses membayangkan sesuatu yang disukai responden, Setelah diberikan

13

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

guide imagery responden diminta untuk mengungkapkan perasaan dan kesannya


setelah diberikan treatment.
Dalam beberapa pertemuan dan pelaksanaan yang dilakukan berikut
beberapa ungkapan verbatim siswa setelah diberikan teknik guided imagery:
“saya merasa lebih rileks setelah melaksanakan perjalanan imajinasi”.“berada dalam
perjalanan imajinasi saya merasa tenang dan menikmati suasana santai”.
Selanjutnya ungkapan verbatim Responden setelah diberikan teknik
guided imagery dengan tambahan musik:
“perasaan saya kali ini terasa lebih nyata karena ada tambahan musik, jadi imajinasi yang saya
lakukan sedikit lebih terasa”.“dibandingkan dengan yang pertama suasana pantainya yang
sekarang lebih terasa”.

Pelaksanaan 2 treatment akhir Beberapa responden masyarakat diminta


untuk mengimajinasikan sendiri berbagai tempat yang bisa membuat ia nyaman,
dan meminta mereka menceritakan pengalamannya. Berikut ungkapan verbatim
beberapa siswa:

“merasakan suasana pagi hari di pantai bersalju. Sekarang saya merasa lebih tenang dan
rileks”.“saya membayangkan saya berada di kebun teh, menikmati suasana kebun, berlarian
dan memetik daun teh. Saya merasa senang”.“saya menikmati suasana laut dan sedang berada
di atas kapal yang tidak tahu arah. Tetapi saya bersama dengan rombongan-rombongan
lain di kapal. Perasaan saya sekarang senang”.“saya terbayangkan berada disebuah pantai
yang jika airnya dipegang mengeluarkan cahaya. Saya merasa sangat senang berada
ditempat tersebut. Saya pergi bersama dengan adek saya”.

Jika dilihat responden dapat merasa kembali rileks dan merasa senang
saat berada dalam kondisi ternyaman mereka. Serta pengalaman-pengalaman
menyenangkan yang mereka rasakan membuat kondisi mereka menjadi lebih baik.

Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan dengan
Pendidikan Kesehatan dan teknik gudade imagery dalam upaya mengatasi kecemasan
Kelompok di masa pandemi Covid-19 di Desa Bugangan menunjukkan hasil bahwa
kecemasan Kelompok mengalami penurunan setelah dilakukan guidade imagery. Guide
imagery dapat diterapkan sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat
diajarkan Kelompok ke masyarakat agar masyarakat lebih mandiri dan dapat
menurunkan kecemasan yang sedang di hadapi.

14

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

Daftar Referensi
McGill, I., Glenn, J. K., & Brockbank, A. (2014). The action learning handbook: Powerful
techniques for education, professional development and training. New York, NY:
Routledge Falmer.
J. R. Peteet, “COVID-19 Anxiety,” J. Relig. Health, vol. 59, no. 5, pp. 2203–2204, 2020,
doi: 10.1007/s10943-020-01041-4. [2] L. Croll, A. Kurzweil, L. Hasanaj, L.
Serrano, and L. J. Balcer, “The psychosocial implications of COVID-19 for a
neurology program in a pandemic epicenter,”
J. Neurol. Sci., no. January, 2020. [3] L. Shanahan et al., “Emotional Distress in Young
Adults during the COVID-19 Pandemic: Evidence of Risk and Resilience from
a Longitudinal Cohort Study,” Psychol. Med., 2020, doi:
10.1017/S003329172000241X.
A. R. Aristawati, N. Pratitis, A. Putri, and K. Amirudin, “Manajemen Stres Untuk
Menurunkan Kecemasan Saat Pandemi Covid-19,” Semin. Nas. Konsorium
Untag Tahun 2020, pp. 47–54, 2020.
Milkhatun, A. Ari, F. Rizal, A. Karimah, D. A. Juce, and G. Fansuri, “Efforts to reduces
samarinda community anxiety in pandemic times with a guided imagery
approach,” Pros. Semin. Nas. Pengabdi. Masy. Peduli Masy., vol. 1, no.
September, pp. 117–122, 2021.
L. Fitria and I. Ifdil, “Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid -19,” J. Educ. J.
Pendidik. Indones., vol. 6, no. 1, p. 1, 2020, doi: 10.29210/120202592.
L. Hanum, D. P. Daengsari, and C. N. Kemala, “Penerapan Manajemen Stres
Berkelompok dalam Menurunkan Stres pada Lanjut Usia Berpenyakit Kronis,”
J. Psikol., vol. 43, no. 1, p. 42, 2016, doi: 10.22146/jpsi.11501.
S. Endriyani, H. D. L. Damanik, and M. Pastari, “Upaya Mengatasi Kecemasan
Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19,” J. Pengabdi. Kepeda Masy.
Membangun Negeri, vol. 5, no. 1, pp. 172–183, 2021.
S. Sanadgol, M. Firouzkouhi, M. Badakhsh, A. Abdollahimohammad, and A.
Shahraki-Vahed, “Effect of guided imagery training on death anxiety of nurses
at COVID-19 intensive care units: A quasi-experimental study,”
Neuropsychiatr. i Neuropsychol., vol. 15, no. 3, pp. 83–88, 2021, doi:
10.5114/NAN.2020.101290.
M. Necho, M. Tsehay, M. Birkie, G. Biset, and E. Tadesse, “Prevalence of anxiety,
depression, and psychological distress among the general population during
the COVID-19 pandemic: A systematic review and meta-analysis,” Int. J. Soc.
Psychiatry, vol. 67, no. 7, pp. 892–906, 2021, doi: 10.1177/00207640211003121.
M. Gennaro, R. De Lorenzo, C. Conte, and S. Poletti, “Anxiety and depression in
COVID-19 survivors : Role of inflammatory and clinical predictors,” Brain.
Behav. Immun., no. January, 2020.
D. Vibriyanti, “Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan Di Tengah
Pandemi Covid-19,” J. Kependud. Indones., vol. 2902, p. 69, 2020, doi:
10.14203/jki.v0i0.550.

15

Vol. 01, No. 01, Desember, 2022, pp. 07-16

D. Aprianto, S. P. Kristiyawati, and S. E. C. Purnomo, “PADA PASIEN PRE OPERASI


Dino Aprianto *).,” Edukasi Pre Operasi, 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai