Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS AKHIR

“Perasaan Insecure pada Remaja Pengguna Media Sosial”


Mata Kuliah: Psikologi Timur (PG 403 D)
Dosen Pengampu : Emmanuel Satyo Yuwono, S.Psi., M.Hum.

Ana Fitriani
802019126

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun laporan tugas akhir yang berjudul "Perasaan Insecure
pada Remaja Pengguna Media Sosial" Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Timur. Selain itu laporan tugas akhir ini
memiliki tujuan untuk menambah wawasan berkaitan tentang topik yang sudah diambil bagi
para pembaca dan juga penulis. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu memberikan sebagian pengetahuannya sehingga mampu menyelesaikan laporan
ini. Penulis menyadari penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis nantikan untuk penyempurnaan laporan
ini. 

Akhir penulis berharap semoga laporan ini dapat memberi inspirasi dan manfaat bagi
para pembaca.
PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
yang berlangsung dari usia 12 hingga 18 tahun (Jaworska & MacQueen, 2015). Masa remaja
sering terjadi bersamaan dengan pubertas, dimana banyak terjadi perubahan pada tubuh
(Jaworska & MacQueen, 2015; Virk & Singh, 2020). Berdasarkan tahap perkembangan
psikososial Erik Erikson, pada periode ini, remaja dihadapkan untuk mencari jati diri mereka
(Audrey et al., 2020). Untuk menemukan jati dirinya, mereka melalui krisis dimana berbagai
hal tentang dirinya dipertanyakan seperti diri ideal mereka, pekerjaan masa depan mereka,
dan identitas seksual mereka (Audrey et al., 2020). Oleh karena itu, remaja rentan terhadap
pengaruh eksternal seperti keluarga, teman sebaya, budaya, teknologi komunikasi, dan situs
jejaring sosial (Audrey et al., 2020; Upreti, 2017).
Saat ini, media sosial telah memberikan kemudahan dan kesenangan yang signifikan,
dengan menggunakan media sosial orang dapat dengan mudah dan efektif terhubung, terlibat,
dan berbagi video dengan orang lain (Daryus et al., 2022). Media sosial juga disebut sebagai
tempat menemukan jati diri, memperluas pertemanan dan jaringan, mengembangkan
keterampilan di bidang kegemaran, berkomunikasi, mencari informasi dan bertukar
pendapat serta ide (Valentina et al., 2022). Media sosial memungkinkan seseorang untuk
menyebarkan atau mengunggah apapun di laman pribadi media sosialnya masing-masing
(Pancarani, 2021). Entah suasana hatinya, tempat yang mereka sukai, hobi, minat dan lain-
lain. Media sosial sudah seperti bagian dari hidup para remaja, baik untuk keperluan
pendidikan, mendapatkan berita terkini, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, jika digunakan
secara berlebihan dapat membuat ketergantungan yang sulit diubah oleh penggunanya, serta
mengurangi rasa kepercayaan diri. Menurut penelitian, 88% orang kerap kali
membandingkan kehidupannya dengan orang lain yang biasa mereka lihat dari media sosial.
Hal ini dapat menyebabkan rasa percaya diri berkurang dan berpikiran negatif tentang dirinya
sendiri. Intensitas penggunaan media sosial yang berlebih sangat mempengaruhi kurangnya
kepercayaan diri remaja, gambaran sempurna pada media sosial membuat remaja sering
bahkan setiap hari merasa tidak puas dan khawatir dengan dirinya.
Insecurity atau insecure merupakan perasaan yang wajar pada manusia. Namun,
insecure harus tetap diatasi karena remaja yang kurang memiliki rasa percaya diri dapat
menghambat perkembangan mereka. Selain itu juga ditemukan bahwa pada mulanya media
sosial dapat dianggap memiliki dampak yang sangat besar terhadap insecurity remaja. Media
sosial juga dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap diri sendiri terutama bagi remaja.
Insecure tidak bertumbuh hanya karena faktor eksternal. Diperlukannya sikap menerima
identitas diri yang tentunya dapat mengatasi rasa insecure tersebut. Mirisnya, perasaan
insecure merupakan perasaan yang kerap kali dirasakan para remaja. Kejadian yang kerap
dijumpai di kehidupan sehari-hari antara lain mengenai penampilan, bentuk tubuh, perbedaan
warna kulit, bahkan kemampuan setiap individu. Ketika remaja membiarkan perasaan
insecure tersebut dan tidak menindaklanjuti dengan tegas, maka hal ini dapat membahayakan
kejiwaan dan mental.
GAGASAN

1. Solusi
Solusi yang diberikan adalah dengan pemberian edukasi kepada remaja agar
terhindar dari masalah insecurity karena penggunaan media sosial. Edukasi ini bisa
diberikan melalui media sosial melalui konten-konten atau melalui kampanye yang
dilakukan secara langsung atau tatap muka. Edukasi secara tatap muka dilakukan dengan
dialog seperti konseling, dimana nantinya remaja dapat berdialog dengan orang-orang
yang mengikuti edukasi tersebut. Mengenai apa yang disampaikan adalah insecure tidak
bisa dihilangkan, tetapi dapat dialihkan. Jadikan perasaan insecure sebagai motivasi untuk
mengembangkan diri dan gunakanlah media sosial dengan bijak.
Mengadopsi dari konsep Consumer Path in throughout the Five A’s untuk proses
komunikasi (Valentina et al., 2022). 5 tahapan yaitu awareness, appeal, ask, action,
advocate ini digunakan untuk menjangkau dan meningkatkan edukasi masalah insecurity
dikalangan remaja, antara lain:
a) Awareness, pada tahap ini adalah saat mereka menyadari dan mengetahui apa itu
insecure, serta apa sebab-akibat yang akan mereka alami jika tidak diatasi.
b) Appeal, membuat remaja tertarik dan berminat untuk menjadikan insecure sebagai
motivasi, bukan sebagai penghambat diri mereka untuk berkembang.
c) Ask, remaja sudah ingin tahu lebih dalam tentang cara mengatasi rasa insecure dan
mereka yakin mereka mau melakukan cara dan solusi yang mereka dapat untuk
meminimalisir rasa insecure.
d) Action, dimana mereka mau ikut melakukan komunikasi, berkomitmen terhadap
proses, dan menerapkan motivasi yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.
e) Advocate, pada tahap ini remaja merekomendasikan kepada orang di sekitar mereka
untuk menjadikan insecure sebagai motivasi agar dapat mengembangkan diri mereka
karena mereka sudah merasakan dampak dan manfaatnya.

2. Langkah-langkah
Hal yang bisa dilakukan terkait dengan permasalahan insecure pada remaja adalah
dengan kandha-takon yang meliputi:
1. Dinamika mawas diri pengalaman mencandra rasanya sendiri dengan cara
mencandra rasanya orang lain di dalam rasanya sendiri. Bagaimana Nyawang
karep untuk nyocokaken raos sami awakipun piyambak (raos ungkul-ungkulane
raos meri pambegan, rumaos leres, raos kosok wangsul) dengan raos tiyang sanes
(raos ungkulungkulane raos meri pambegan, rumaos leres, raos kosok wangsul)
mengenai semat, drajat, kramat yang sifatnya sewenang-wenang. Caranya dengan
memilah-milah yang mana kondisi rasanya sendiri dengan yang mana kondisi
rasanya orang lain dengan membenarkan kesesuaian dan kecocokan adanya
peristiwa dengan alur sebab dan kejadiannya (sebab kedadosan). Ketika raos
saminya sudah bisa dipahami dan dirasakan, kemudian bisa menerima keadaan
tersebut dengan sepenuh hati yang tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain
(saiki, kene ngene yo gelem). Dalah hal ini remaja harus menyadari dan mengerti
apa itu insecure, dan mengetau sebab-akibat ketika mengalami perasaan ini.
Remaja diajak untuk menerima keadaan diri, dengan menjadikan rasa insecure
sebagai motivasi untuk berkembang.
2. Dinamika mawas diri pengalaman mencandra gagasan rasa pikirannya sendiri.
Bagaimana nyawang karep pada gagasan rasa pikiran sendiri yang tidak nyata
(ilusi masa silam bentuknya raos getun dengan cathetan tatunya dan kecemplung
gagasan cilaka getun, dan delusi masa depan yang bentuknya raos sumelang
dengan kecemplung gagasan cilaka magang dengan cara nyocokaken raos pada
kondisi pikirannya yang nyata saat ini dengan sepenuh hati menerima keadaan
yang tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem).
Kemudian, remaja harus sudah dapat menerima dirinya, ia mampu untuk
mensyukuri apa yang sudah diberi Tuhan padanya, ia diajak untuk jangan terpaku
pada masa lalu dan jangan khawatir mengenai masa depan.

Tujuannya adalah untuk membantu individu dalam menangani permasalahan


emosional dan secara praktik agar dirinya bisa menjalani kehidupan lebih bahagia,
lebih sehat dan lebih memuaskan (Kholik & Himam, 2015). Utamanya dalam
berdamai dengan masa lalu dengan memahami rasa yang selalu memfokuskannya
pada kondisi pikirannya “yang nyata” saat ini dan bisa menerima keadaan dengan
sepenuh hati (bersyukur) tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain saiki, kene
ngene yo gelem.
KESIMPULAN

Perasaan insecure merupakan perasaan yang kerap kali dirasakan para remaja.
Penggunaan media sosial secara terus-menerus kerap kali membuat remaja membandingkan
kehidupannya dengan orang lain yang biasa mereka lihat dari media social. Kejadian yang
kerap dijumpai di kehidupan sehari-hari antara lain mengenai penampilan, bentuk tubuh,
perbedaan warna kulit, bahkan kemampuan setiap individu. Ketika remaja membiarkan
perasaan insecure tersebut dan tidak menindaklanjuti dengan tegas, maka hal ini dapat
membahayakan kejiwaan dan mental.

Oleh karena itu solusi yang ditawarkan adalah dengan memberikan edukasi dan
“mawas diri” yang dicapai dengan kandha-takon. Tujuannya adalah untuk membantu remaja
dalam menangani permasalahan emosional dan secara praktik agar dirinya bisa menjalani
kehidupan lebih bahagia, lebih sehat dan lebih memuaskan. Remaja diajak untuk berdamai
dengan masa lalu dengan memahami rasa yang selalu memfokuskannya pada kondisi
pikirannya “yang nyata” saat ini dan bisa menerima keadaan dengan sepenuh hati (bersyukur)
tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain saiki, kene ngene yo gelem. Waktu untuk
merealisasikannya adalah kurang lebih satu minggu sampai remaja mampu untuk menyadari
raga (raos ning raga),pikiran (raos ning karep), dan menyadari rasanya sendiri (raos ning
raos).

Dengan adanya gagasan ini melalui kandha-takon, masyarakat mampu membuka


dirinya melalui sebuah dialog interpersonal berupa sharing antar peserta yang tidak jauh
berbeda dengan konseling kelompok dan dialog intrapersonal berupa perenungan pribadi atau
introspeksi. Dalam kandha-takon ini tidak ada guru murid, yang berarti setiap orang bisa
menjadi guru sekaligus murid bagi dirinya sendiri, sehingga siapapun dapat menggunakan
metode ini untuk mengatasi masalah yang ada dalam diri individu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Audrey, M., Satyadarma, M., & Subroto, U. (2020). The Correlation Between Self-Esteem
and Body Image: A Study on Female Adolescent Instagram Users. In Advances in Social
Science, Education and Humanities Research (pp. 610–614).
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201209.094
Daryus, A., Ahmad, R., & Dada, M. (2022). The Factors Influencing the Popularity of
TikTok among Generation Z: A Quantitative Study in Yogyakarta, Indonesia. Electronic
Journal of Business and Management, 7(1), 2550–1380.
Jaworska, N., & MacQueen, G. (2015). Adolescence as a unique developmental period.
Journal of Psychiatry and Neuroscience, 40(5), 291–293.
https://doi.org/10.1503/jpn.150268
Kholik, A., & Himam, F. (2015). Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng
Suryomentaram. Gadjah Mada Journal of Psychology, 1(2), 120–134.
Pancarani, I. A. (2021). Pengaruh Media Sosial terhadap Rasa Insecure dan Kepercayaan Diri
pada Remaja. Kumparan.Com. https://kumparan.com/irischauna/pengaruh-media-sosial-
terhadap-rasa-insecure-dan-kepercayaan-diri-pada-remaja-1uzNPZUbjdN/1
Upreti, R. (2017). Identity Construction: An Important Issue Among Adolescents. IOSR
Journal of Humanities and Social Science, 22(06), 54–57. https://doi.org/10.9790/0837-
2206105457
Valentina, A., Putri, G. L., Valiani, & Putri, O. H. (2022). KOMUNIKASI VISUAL UNTUK
EDUKASI INSECURITY PADA REMAJA PEREMPUAN YANG DIAKIBATKAN
OLEH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL. Jurnal Bahasa Rupa, 05(02), 237–245.
Virk, A., & Singh, P. (2020). A study on relationship between body-image and self-esteem
among medical undergraduate students. In International Journal Of Community
Medicine And Public Health (Vol. 7, Issue 2, p. 636). academia.edu.
https://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20200441

Anda mungkin juga menyukai