Melihat kondisi saat ini, terdapat krisis karakter kecerdasan sosial pada
beberapa anak, yang dapat mengarah pada kesulitan dalam berinteraksi dan
memahami lingkungan sosial mereka. Pemahaman mendalam tentang krisis karakter
kecerdasan sosial melibatkan pengidentifikasian tantangan utama dan penyediaan
solusi yang sesuai. Dalam subbab ini, kita akan membahas beberapa penyebab krisis
karakter kecerdasan sosial, indikator krisis, dan langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mengatasi masalah ini.
Kurangnya pengawasan dari orang tua juga menyebabkan anak untuk bebas
menonton tayangan yang ada di televisi maupun internet. Salah satu tayangan yang
sering dilihat oleh anak, yaitu tayangan yang mengandung kekerasan. Laporan dari
Biro Kesehatan Publik dan Institut Kesehatan Mental Nasional, mengatakan bahwa
menonton tindak kekerasan di televisi mengakibatkan perilaku agresif pada sebagian
anak (Borba, 2008: 102). Pengaruh buruk lingkungan sosial juga menjadi penghalang
tumbuhnya karakter kontrol diri pada anak. Anak akan menghabiskan waktu dengan
teman dan pengasuh, sehingga memberi dampak yang besar, terutama jika anak dan
orang tua tidak cukup dekat. Semakin banyak pengaruh buruk lingkungan sosial anak,
semakin tinggi pula anak belajar hal yang buruk dari lingkungan tersebut (Borba,
2008: 99). Apabila anak banyak melihat peristiwa yang terdapat tindak kejam dan hal-
hal negatif baik dari keluarga, lingkungan sosial, maupun televisi, anak akan berpikir
bahwa hal-hal tersebut baik dan patut ditiru, anak semakin jarang melihat perilaku-
perilaku yang baik yang sesungguhnya patut ditiru. Dengan demikian hendaknya
orang tua dan lingkungan sosial tidak hanya mengajarkan anak mengetahui dan
merasakan hal yang baik dan benar, tetapi juga mengajarkan mereka bertindak benar
(Borba, 2008: 103).
BAB III
Mengembangkan Karakter Kecerdasan Sosial
Kontrol diri merupakan kemampuan yang kompleks, yang melibatkan berbagai aspek,
antara lain:
Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk memahami dan menilai situasi, serta
membuat keputusan yang tepat.Kemampuan afektif, yaitu kemampuan untuk
memahami dan mengelola emosi.
Kemampuan perilaku, yaitu kemampuan untuk mengontrol perilaku secara sadar.
Kontrol diri dapat dipelajari dan dikembangkan sejak usia dini. Orang tua dan guru
dapat berperan penting dalam mengembangkan kontrol diri anak-anak. Berikut ini
adalah beberapa cara untuk mengembangkan kontrol diri.Memberikan contoh yang
baikOrang tua dan guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak dalam hal
pengendalian diri. Mereka harus menunjukkan bagaimana cara mengendalikan emosi
dan perilaku dengan baik.Membantu anak untuk memahami emosinyaAnak-anak
perlu belajar untuk memahami emosinya sendiri. Orang tua dan guru dapat membantu
anak-anak untuk mengenali emosinya, serta cara untuk mengelola emosi tersebut
secara sehat.Memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatihAnak-anak perlu
diberikan kesempatan untuk berlatih mengendalikan emosi dan perilakunya. Orang
tua dan guru dapat memberikan berbagai kesempatan bagi anak untuk berlatih,
misalnya dengan memberikan tugas atau tanggung jawab.Kontrol diri merupakan
kemampuan yang penting bagi setiap orang. Orang yang memiliki kontrol diri yang
baik dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik, baik dalam kehidupan pribadi,
sosial, maupun profesional.
B. Penyebab Krisis Kecerdasan Sosial
Krisis kecerdasan sosial merupakan kondisi di mana masyarakat mengalami
penurunan kemampuan dalam memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang
lain, serta membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Krisis ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : Faktor keluarga.Keluarga merupakan
lingkungan pertama dan terpenting bagi anak untuk belajar dan mengembangkan
kecerdasan sosialnya. Jika keluarga tidak memberikan contoh yang baik dalam hal
pengendalian diri, empati, komunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan, maka anak
akan sulit untuk mengembangkan karakter kecerdasan sosialnya.
Faktor lingkungan.Lingkungan sosial juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan
kecerdasan sosial seseorang. Lingkungan yang kondusif dan mendukung akan
membantu seseorang untuk mengembangkan kecerdasan sosialnya. Sebaliknya,
lingkungan yang tidak kondusif dan tidak mendukung dapat menghambat
perkembangan kecerdasan sosial seseorang.
Faktor media.Media, seperti televisi, internet, dan video game, juga dapat
berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan sosial seseorang. Media yang
menampilkan kekerasan, perilaku agresif, dan perilaku negatif lainnya dapat
berdampak negatif terhadap perkembangan kecerdasan sosial seseorang.
Faktor pendidikan.Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam
mengembangkan kecerdasan sosial seseorang. Namun, pada kenyataannya,
pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya menekankan pentingnya kecerdasan
sosial. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab krisis kecerdasan sosial di
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh dampak dari krisis kecerdasan
sosial:Peningkatan perilaku agresif dan kekerasan Krisis kecerdasan sosial dapat
menyebabkan peningkatan perilaku agresif dan kekerasan, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.Peningkatan konflik dan perselisihanKrisis
kecerdasan sosial juga dapat menyebabkan peningkatan konflik dan perselisihan, baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.Peningkatan kesulitan dalam
membangun hubungan yang positif.Krisis kecerdasan sosial dapat menyebabkan
kesulitan dalam membangun hubungan yang positif dengan orang lain, baik dalam
kehidupan pribadi, sosial, maupun profesional.Untuk mengatasi krisis kecerdasan
sosial, diperlukan upaya dari berbagai pihak, antara lain:Keluarga harus menjadi
contoh yang baik bagi anak-anak dalam hal pengendalian diri, empati, komunikasi,
kerja sama, dan kepemimpinan.Lingkungan sosial harus kondusif dan mendukung
bagi perkembangan kecerdasan sosial seseorang.Media harus menampilkan konten
yang positif dan mendidik, serta menghindari konten yang menampilkan kekerasan,
perilaku agresif, dan perilaku negatif lainnya.Pendidikan harus menekankan
pentingnya kecerdasan sosial, serta memberikan pelatihan dan bimbingan kepada
siswa untuk mengembangkan kecerdasan sosialnya.
Menumbuhkan karakter kecerdasan sosial pada anak usia 10-12 tahun melibatkan
serangkaian langkah yang mendukung perkembangan keterampilan sosial, empati, dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat
diambil:Pendidikan Empati: Ajarkan anak untuk memahami perasaan dan pengalaman
orang lain.Libatkan mereka dalam diskusi tentang kehidupan orang lain dan bagaimana
tindakan mereka dapat memengaruhi perasaan orang lain.Keterampilan Komunikasi
Efektif:Latih anak dalam keterampilan mendengarkan aktif dan berbicara dengan
jelas.Dorong mereka untuk mempraktikkan komunikasi positif, seperti memberikan
pujian dan mengungkapkan perasaan secara terbuka.Pengembangan Keterampilan
Kooperatif:Berikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok atau proyek bersama.Latih mereka untuk bekerja sama, mendengarkan
pendapat teman sejawat, dan mencapai tujuan bersama.Pembelajaran Konflik Resolusi:
Ajarkan anak cara menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan adil.Latih
mereka dalam mengidentifikasi solusi yang memuaskan semua pihak.Pendekatan
Permainan Peran:Gunakan permainan peran untuk membantu anak memahami perspektif
orang lain dan mengembangkan empati.Beri mereka kesempatan untuk mengambil peran
yang berbeda dalam situasi-situasi sosial.Model Positif dari Orang Dewasa:Tunjukkan
perilaku sosial yang diinginkan melalui contoh positif.Diskusikan nilai-nilai sosial dan
etika dengan anak untuk membentuk pemahaman mereka tentang norma-norma
sosial.Pelatihan Keterampilan Asertivitas:Latih anak untuk menyatakan pendapat dan
kebutuhan mereka dengan cara yang tegas namun hormat.Ajarkan mereka untuk
mengatasi tekanan teman sebaya dan membuat keputusan yang baik.Libatkan dalam
Kegiatan Sosial:Dukung partisipasi anak dalam kegiatan sosial di sekolah, klub, atau
komunitas.Hal ini dapat membantu mereka membangun jaringan sosial dan memperluas
lingkaran pertemanan.Diskusi Keluarga tentang Nilai-Nilai:Selenggarakan diskusi
keluarga tentang nilai-nilai, etika, dan norma-norma sosial yang diinginkan.Ajak anak
untuk berbagi pengalaman dan pemahaman mereka tentang kecerdasan sosial.Bimbingan
Orang Tua dan Guru:Kolaborasi antara orang tua dan guru sangat penting.Dapatkan
umpan balik tentang perkembangan sosial anak dan kerjasama untuk mengatasi tantangan
yang mungkin muncul.Dengan memberikan perhatian dan bimbingan yang konsisten, kita
dapat membantu anak usia 10-12 tahun untuk mengembangkan kecerdasan sosial yang
kuat, membentuk karakter positif, dan menjadi individu yang berkontribusi positif
dalam masyarakat
BAB V
Model Pembelajaran Project Based Learning
Guru melaksanakan arahan dalam proses paparan proyek serta merefleksi dan
menyimpulkan apa yang diperoleh dari pengamatan terhadap anak.
Prehistoric period
Speech Although its inception is unknown, our ancestors’ use of sophisticated speech began
at least 100,000 years ago if not much earlier. Design Early humans invented design by
decorating utilitarian objects such as tools, clothing and pottery, and art by making objects
for no purpose other than personal expression, including carved figurines, jewelry, and cave
wall paintings. The earliest found artifacts are from 500,000 years ago. Metallurgy Mining of
ores and smelting began with copper at least 7,500 years ago, probably about the time that
writing was beginning, but there are no written records of the practice. Bronze, an alloy of
copper and tin or arsenic, came into use about 6,000 years ago, and iron a little more than
3,000 years ago. Metal would become essential for communication technology in the current
era, necessary for tools to carve woodblocks, for casting type slugs for printing presses, and
for the manufacture of everything from printing presses to electronic devices following the
Industrial Revolution.
Meskipun permulaannya tidak diketahui, penggunaan pidato canggih nenek moyang kita
dimulai setidaknya 100.000 tahun yang lalu jika tidak jauh lebih awal. Manusia purba
menemukan desain dengan mendekorasi benda-benda utilitarian seperti alat, pakaian dan
tembikar, dan seni dengan membuat benda-benda tanpa tujuan selain ekspresi pribadi,
termasuk patung-patung berukir, perhiasan, dan lukisan dinding gua. Artefak yang paling
awal ditemukan berasal dari 500.000 tahun yang lalu. Metalurgi Penambangan bijih dan
peleburan dimulai dengan tembaga setidaknya 7.500 tahun yang lalu, mungkin sekitar waktu
penulisan dimulai, tetapi tidak ada catatan tertulis tentang praktik tersebut. Perunggu,
paduan tembaga dan timah atau arsenik, mulai digunakan sekitar 6.000 tahun yang lalu,
dan besi sedikit lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Logam akan menjadi penting untuk
teknologi komunikasi di era saat ini, diperlukan untuk alat untuk mengukir balok kayu, untuk
casting jenis siput untuk mesin cetak, dan untuk pembuatan segala sesuatu mulai dari mesin
cetak hingga perangkat elektronik setelah Revolusi Industri.
Penyiaran
Radio dan televisi keduanya ditemukan pada awal abad ke-20.
Elektronik
Transistor dan papan sirkuit terpadu membuat elektronik ringkas menjadi mungkin, yang
yang mengarah ke berbagai macam konsumen yang terjangkau terjangkau, mulai dari TV
dan sistem audio hingga radio portabel dan pemutar musik.
Kelompok 4 :