Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidan adalah salah satu tenaga ahli dalam menangani kondisi-kondisi dalam

kehamilan sekaligus mendeteksi komplikasi yang ada. Dalam upaya mendeteksi kelainan

yang mungkin ada, pengetahuan yang menyeluruh tentang ruang lingkup kondisi yang

normal mutlak dibutuhkan. Pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi yang sering

muncul memampukan bidan mendeteksi komplikasi yang mungkin ada sehingga dapat

memulai proses diagnosis banding dan konsultasi dokter sedini mungkin begitu indikasi

suatu masalah muncul.


Ada beberapa komplikasi minor yang sering muncul yang masih dapat ditangani

secara mandiri dalam ruang lingkup praktik bidan. Komplikasi tersebut antara lain :

infeksi saluran kemih terisolasi, anemia defisiensi besi, diabetes kehamilan, dan

gangguan hipertensi ringan. Kondisi atau komplikasi lain yang dapat didiagnosis atau

ditangani langsung oleh bidan meliputi infeksi vagina, penyakit menular seksual, dan

ketidaknyamanan umum dalam kehamilan.


Kondisi dan komplikasi yang dibahas pada makalah ini adalah anemia dalam

kehamilan dan hiperemesis gravidarum dimana kondisi atau komplikasi tersebut dapat

ditangani sendiri oleh bidan tetapi perlu dikonsultasikan ke dokter/kolaborasi dengan

dokter, atau perlu dirujuk untuk mendapat penatalaksanaan medis. Bidan memainkan

salah satu peran di atas baik sejak awal, setelah hasil pemeriksaan laboratorium

diperoleh, atau ketika masalah menjadi semakin buruk. Ruang lingkup perawatan

kebidanan yang dapat diberikan akan bergantung pada lingkungan bidan dalam

1|Page
melakukan praktik, pengalaman serta pendidikannya dan hubungan kolaborasi yang

dibangun dengan dokter konsultan serta kesepakatan praktek klinis yang berlaku.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud anemia dalam kehamilan ?
2. Apa penyebab anemia dalam kehamilan ?
3. Apa saja factor risiko wanita yang dapat terkena anemia dalam kehamilan ?
4. Bagaimana pengaruh anemia dalam kehamilan ?
5. Apa saja tanda dan gejala wanita hamil yang terkena anemia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan anemia dalam kehamilan berdasarkan jenisnya ?
7. Apa yang dimaksud hyperemesis gravidarum ?
8. Apa penyebab terjadinya hyperemesis gravidarum ?
9. Apa saja tanda dan gejala wanita hamil yang menderita hyperemesis gravidarum ?
10. Bagaimana penatalaksanaan hyperemesis gravidarum ?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun agar para pembaca mengetahui mengenai komplikasi pada

kehamilan meliputi anemia dan hyperemesis dalam kehamilan antara lain :


1. pengertian anemia dalam kehamilan
2. Penyebab anemia dalam kehamilan
3. factor risiko wanita yang dapat terkena anemia dalam kehamilan
4. Bagaimana pengaruh anemia dalam kehamilan
5. Apa saja tanda dan gejala wanita hamil yang terkena anemia
6. Bagaimana penatalaksanaan anemia dalam kehamilan berdasarkan jenisnya
7. pengertian hyperemesis gravidarum
8. Apa penyebab terjadinya hyperemesis gravidarum
9. Apa saja tanda dan gejala wanita hamil yang menderita hyperemesis gravidarum,

serta
10. Bagaimana penatalaksanaan hyperemesis gravidarum

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau

hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut

berbanding sebagi berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan

dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung

yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia

cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah.

Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada

3|Page
perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit

dibandingkan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah

mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan

antara 32 sampai 36 minggu. (Wiknjosastro, 2005).


Seorang wanita hamil memiliki Hb kurang dari 10g/100ml barulah disebut

menderita anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 10

dan 12 g/100ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi anemia

fisiologik atau pseudoanemia. (Wiknjosastro, 2005)

Etiologi

Menurut Mochtar, 1998. Penyebab anemia pada umumnya adalah :

1. Kurang gizi (malnitrisi)

2. Kurang zat besi dalam diet

3. Malabsorbsi

4. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain.

5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

Masalah

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

4|Page
Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin,

plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan

tambahan sekitar 2-3 mg besi / hari.

Faktor - faktor risiko

Wanita yang mengandung yang tidak dapat makan dengan baik karena masalah

loyo atau muntah.


Wanita dengan kehamilan kembar
Selang masa kehamilan yang terlalu rapat.
makanan yang kurang baik, kekurangan berbagai jenis vitamin. Wanita yang tidak
mengambil zat besi dengan cukup adalah lebih mudah mendapat Anemia.
Merokok dan minum alkohol berlebihan
Penggunaan obat-obat antikonvulsi.

Tanda - tanda dan gejala

 Merasa letih, lemah anggota badan dan sering pingsan.

 Lelah dan mengantuk

 Lidah luka

 Kesukaran bernafas/sesak nafas

 Loyo/lemas

 Mengalami debaran (palpitasi) - degupan jantung yang cepat

 Sakit kepala dan pening

 Mudah lupa dan konsentrasi sering terganggu

 Mual dan muntah serta nafsu makan turun atau anoreksia

Pada pemeriksaan fisik :

 Kelihatan pucat dan pada pemeriksaan konjungtiva tampak pucat.

5|Page
 Mukosa, gusi, kuku jari pucat.

Pengaruh anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam

kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit dapat timbul

akibat anemia, seperti :

 Abortus

 Partus prematurus

 Partus lama karena inertia uteri

 Perdarahan postpartum karena atonia uteri

 Syok

 Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum

 Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100ml dapat

menyebabkan dekompansasi kordis.

Pengaruh anemia bagi hasil konsepsi, seperti :

 Kematian mudigah

 Kematian perinatal

 Prematuritas

 Dapat terjadi cacat bawaan

 Cadangan besi kurang

Jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu

dan anak. (Wiknjosastro, 2005)

6|Page
Pembagian anemia dalam kehamilan

a. Anemia defisiensi besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

pengobatannya yaitu pemenuhan keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan

dalam laktasi dan yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a. Pengobatan oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60mg/hari dapat menaikkan kadar Hb

sebanyak 1 gr%/bulan.saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60mg besi dan

50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.

b. Pengobatan melalui suntikan baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan

zat besi per oral,dan adanya gangguan penyerapan, untuk penyakit saluran pencernaan

atau masa kehamilannya tua. Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering

pusing,mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Sachli,dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9 – 10 gr% : Anemia ringan

7|Page
3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.

Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta 500 mg

lagi digunakan untuk meningkatkan masa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg

lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori

akan menghasilkan sekitar 8- 10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500

kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan

perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga

kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.

Diagnosis

Diagnosis anemia defisisensi yang berat tidak sulit karena ditandai cirri-ciri yang

khas bagi defisiensi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang ringan tidak

selalau menubjukkan cirri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan

normokrom. Hal itu dapat disebabkan defisisensi besi dapat berdampingan dengan

defisiensi asam folik yang terakhir menyebabkan anemia megaloblastik yang sifatanya

makrositer dan hiperkrom. Anemia ganda demikian lazim disebut anemia dimorpis, yang

dapat dibuktikan dengan kurva Price Jones. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah:

a. Kadar besi serum rendah


b. Daya ikat serum tinggi
c. Protoforpirin eritrosit tinggi
d. Tidak ditemukan hemosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang

8|Page
Pengobatan percobaan (terapia ex juvantibus) dengan besi dapat pula dipakai untuk

membuntikan defisisensi besi jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb dan besi

serum naik sedang daya ikat besi serum dan protoforpirin eritrosit turunmaka anemia itu pasti

disebabkan kekurangan besi.

Apabila pada pemeriksaan kehamilan Hb kurang dari 10 gr/100 ml, maka dapat dianggap

menderita anemia defisiensi zat besi. Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os.

Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 md sehari, seperti sulfat ferrosus atau

glukonas ferrosus. Terapi parental baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per

os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilan sudah tua.

Besi parental diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskulus dapat disuntikkan dektran besi

(imferon) atau sorbitol besi (Jectofer). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita dapat

merasa nyeri ditempat suntikan. Juga secara intravena perlahan-lahan besi dapat diberikan,

seperti ferrum oksidumsakkaratum (Ferrigen, Ferrivenin< Proferrin, Vitis), sodium diferat

(Farronascin) dan dekstran besi (imferon). Akhir-akhir ini Imferon banyak pula diberikan denagn

infuse dalam dosis total antara 1000-2000 mg unsure bes sekaligus, dengan hasil yang

menimbulkan efek sampingan, namun apabila ada idikasi yang tepat, cara ini dapat

dipertanggungjawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dibandingkan dengan tranfusi darah.

Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang walau Hb nya

kurang dari 6 gr/1000 ml apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia

selama persalinan yang segera harus dibrikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa,

walaupun tidak lebih dari 1000 ml.

Pencegahan

9|Page
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi

sulfas ferosus atau glukomas ferosus, cukup satu tablet sehari. Selain itu wanita di nasehatkan

pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral

serta vitamin. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 μg asam folat

untuk profilaksis anemia.

c. Anemia megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folik (fteroylglutamic acid),

jarang sekali karena defisiensi B12 (cynocobalamin).

Diagnosis

Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblas atau

promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan

hiperkrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Seringkali anemia sifatnya

normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi asam folik sering

berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan.

Perubahan – perubahan dalam leukopoesis, seperti metamielosit datia dan sel batabg datia

yang kadang – kadang disertai vakuolisasi, dan hipersegmentasi granulosit, terjadi lebih dini

pada defisiensi asam folik dan vitamin B12, bahkan belum terdapat megaloblastosis. Ciri – ciri

merupakan petunjuk yang kuat bagi defisiensi asal folik dan vitamin B12, Juga pemeriksaan

asam formimino – glutamik dalam air kencing (Figlu-test) dapat membantu dalam diagnosis.

Kadar asam folik tidak dapat dipakai sebagai diagnostikum.


10 | P a g e
Diagnosis pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan (absorption test) dan

percobaan pengeluaran (clearance test) asam folik. Pengobatan percobaan dengan asam folik

dapat pula menyokong diagnosis ; naiknya jumlah retikulosit dan kadar Hb menunjukkan

defisiensi asam folik.

Pada anemia dimorfis gambaran darah yang mula – mula normositer dan normokrom,

setelah pemberian asam folik, jelas berubah menjadi mikrositer dan hipokrom karena defisiensi

asam folik sudah dikoreksi, akan tetapi defisiensi besi belum.

Pengobatan

Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-sama

dengan asam folik diberikan pula zat besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg

sehari. Jika perlu asam folik diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama. Apabila anemia

megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , maka penderita harus diobati dengan

vitamin B12 , baik per os maupun parental.

Karena anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat dan kadang –

kadang degil sifatnya, maka tranfusi darah kadang – kadang diperlukan apabila tidak cukup

waktu karena kehamilan dekat aterm, atau apabila pengobatan dengan berbagai obat penambah

darah bisa bisa tidak berhasil.

Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah – daerah dengan

frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak

berhasil, maka besi harus ditambah dengan asam folik.

Prognosis

11 | P a g e
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik.

Pengobatan dengan asam folik hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas

dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan

timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak, keperluan akan asam folik jauh

berkurang. Sebaliknya, anemia pernisiosa memerlukan pengobatan terus – menerus, juga diluar

kehamilan. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat yang tidak diobati mempunyai

prognosis kurang baik, Angka kematian bagi ibu mendekati 50 % dan bagi anak 90%s

d. Anemia hipoblastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu

membuat sel-sel darah baru.

Ciri-cirinya :

 Darah tepi menunjukan gambaran normosister dan normokrom

 Tidak ditemukan cirri-ciri defisiensi besi, asam folik atau vitamin B12

 Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia erithropoesis

yang nyata

 Pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi

hasil

Etiologi

Etiologi anemia hipoblastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui

dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan.

Dalam hal yang terakhirnanemianya dianggap hanya sebagai komplikasi dalam

kehamilan.

12 | P a g e
Pengobatan

Karena obat-obatan penambah darah tidak berhasil, maka satu-satunya cara untuk

memperbaiki keadaan penderita ialah transfuse darah, yang sering perlu diulang sampai

beberapa kali. Biasanya anemia hipoblastik karena kehamilan , apabila wanita dengan

selamat mencapai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan-

kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia hipoblastik lagi.

e. Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

menjadi hamil, apabila dia hamil, maka anemianya akan menjadi sangat berat. Sebaliknya

mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang

sebelumnya tidak menderita anemia.

Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:

a. Golongan yang disebabkan oleh factor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis,

eliptositosis, anemia hemoliitik herediter, thalassemia, anemia sel sabit,

hemoglohemopatia C,D, G, H, I dan paraxymal nocturnal haemoglobinuria.


b. Golongan yang disebabkan oleh factor ekstrakorpuskuler, seperti pada infeksi

(malaria, sepsis dll), keracunan arsenikum, neorsphenamin, timah, sulfonamide,

kinin, paraquin, pimaquin, nitropuraquin, leukemia, penyakit hodgin, limfosarkoma,

penyakit hati dan lain-lain.

13 | P a g e
Ciri-cirinya :

Gejala-gejalanya yang lazim dijumpai seperti anemia, hemoglobinemia,

hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperobilinuria dan sterkobilin lebih banyak dalam

faeses. Disamping itu terdapat pula sebagai tanda regenerasi darah seperti retikulositosis

dan normoblastemia, serta hyperplasia erithropoesis dalam sumsum tulang. Pada

hemolisis yang berlangsung lama di jumpai pembesaran limfe dan anemia hemolitik yang

herediter kadang-kadang disertai kelainan roentegenologis pada tengkorak dan tulang-

tulan lain.

Pengobatan

Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan

beratnya. Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil. Transfuse darah yang kadang-

kadang diulang beberapa kali diperlukan pada anemia berat untuk meringankan

penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia janin. Splenektomi dianjurkan

pada anemia hemolitik bawaan dalam trimester II atau III. Pada anemia hemolitik yang

diperoleh harus dicari penyebabnya. Sebab-sebab itu harus disingkirkan, misalnya

pemberian obat-obatan yang dapat menyebabkan kelumpuhan sumsum tulang harus

dihentikan.

e. Anemia-anemia lainnya

Seorang wanita yang menderita anemia misalnya berbagai jenis anemia hemolitik

herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit

ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat

menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh
14 | P a g e
tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas serta bagi anak dalam

kandungan.

Pengobatan

Pengobatan ditujukan kepada sebab pokok anemianya, seperti antibiotika untuk

infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis, obat cacing, dan sebagainya.

B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM

a. PENGERTIAN

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama hamil Muntah yang

membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum di alami oleh wanita

hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal (> 10 X sehari) dan berlangsung selama TM

I kehamilan serta menyebabkan pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum

menjadi buruk.

Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi,

hyperemesis gravidarum dapat terjadi di tiap trimester, biasanya diawali pada trimester pertama

dan menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan bervariasi. Peneyebab utamanya belum

diketahui, tetapi kemungkinan merupakan gabungan antara perubahan hormonal dan factor

psikis. Kondisis ini perlu dibedakan dari penyakit lain spt kolesistitis pancreatitis, hepatitis dan

penyakit gondok. Ptialisme, peningkatan produksi kelenjar ludah yang berlebihan, dihubungkan

dengan maul dan muntah berat selama kehamilan. Pada kondisi ini, wanita tidak mampu
15 | P a g e
menelan saliva dan selama hamil terus menerus mengeluarkan satu hingga dua liter ludah per

hari.

b. PENYEBAB

Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi beberapa faktor

predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor adaptasi dan hormonal

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis

gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil

dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil

molahidatidosa.

Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen

dan HCG, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang

dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis itu.

2. Faktor Psikologis

Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas.

Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,

keretakan hubungan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian

hiperemesis gravidarum

3. Faktor alergi

Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan villi chorealis yang masuk

kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian

hiperemesis gravidarum.
16 | P a g e
c. GEJALA KLINIK

Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah

yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk

bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif.

Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat:

1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama

 Muntah berlangsung terus

 Makan berkurang

 Berat badan menurun

 Kulit dehidrasi-tonusnya lemah

 Nyeri di daerah epigastrium

 Tekanan darah turun dan nadi meningkat

 Lidah kering

 Mata tampak cekung

2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua

 Penderita tampak lebih lemah

 Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah

kering dan kotor

 Tekanan darah turun dan nadi meningkat

 Berat badan makin turun

 Mata ikterik

17 | P a g e
 Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, bau aseton dalam urin

meningkat

 Terjadinya gangguan buang air basar

 Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis

 Nafas berbau aseton

3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga

 Muntah berkurang

 Keadaan umum wanita hamil makin menurun, tekanan darah turun, nadi

meningkat, dan suhu naik, keadaan dehidrasi makin jelas

 Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus

 Gangguan kesadaran dalam bentuk: samnolen sampai koma, komplikasi susunan

saraf pusat (ensefalopati Wernicke), nistagmus-perubahan arah bola mata, diplopia-

gambar tampak ganda, perubahan mental.

d. DIAGNOSIS

Menetapkan hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan, muntah

berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.

Muntah yang terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh

kembang janin dalam kandungan dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu, hiperemesis

gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.

Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan berkonsultasi

dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung.
18 | P a g e
Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai

penyakit.

e. PENGOBATAN

Tindakan awal yang perlu segera dilakukan adalah sbb :

1. Pasang infuse untuk memberi larutan dextrose 5 % (apabila wanita tsb menderita

diabetes, maka konsultasi dengan dokter diperlukan sebelum larutan diberikan). Dengan

kecepatan aliran 200ml/jam untuk liter yang pertama, larutan yang diberikan akan

membantu mengganti cairan yang hilang.


2. Mempuasakan wanita (NPO) atau meminimalkan asupan cairan peroral selama

beberapa jam akan member waktu yang cukup bagi lambung untuk beristirahat.
3. Obat anti muntah yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Prometazin (phenergan) 25 mg melalu intra vena atau supositoria
b. Klorpromazin (thorazine) melalui supositoria 25 – 50 ml setiap 6-8 jam

atau melalui IM 25-50 mg setiap 3-4 jam.


c. Proklorperazin (compazine) 10 mg IM atau 2,5-10 mg IV setiap 3-4 jam

atau 25 mg supositoria 2 kali sehari.


d. Metoklopramid (reglan) 10 mg PO 4 kali sehari (jangan dikombinasikan

dengan penotiazin diatas sehubungan dengan efek ekstra pyramidal yang mungkin

timbul)
e. Metilprednisolon 16 mg 3 kali sehari selama 3 hari, kemudian dikurangi

secara bertahap selama 2 minggu (untuk hiperemesis yang membandel)


4. Setelah beberapa jam, tawarkan minuman peroral sedikit demi sedikit. Apabila

mual dan muntah muncul lagi, minta wanita tersebut puasa, apabila wanita tersebut

menoleransikan cairan, tambahkan cairan sedikit demi sedikit.


5. Lakukan pemeriksaan sampel urine untuk mendeteksi keton.
6. Begitu keton tidak ada lagi dalam urine, kaji status maternal untuk rumatan.

19 | P a g e
Beberapa wanita mampu menoleransi penghentian intra vena dan dilajudkan dengan

pemberian makana dan minuman peroral tanpa ada masalah berarti. Akan tetapi, umumnya mual

dan muntah akan menetap. Apabila wanita tidak dapat menoleransi makan dan minuman peroral

setelah pemberian cairan intravena, obat anti mual dan cairan oral secara progresif, bidan harus

konsultasi doker untuk evaluasi dan penatalaksanaan lebih lanjut. Terapi medis yang diberikan

bukan hanya anti muntah saja, tetapi juga sedative. Wanita tersebut kemudian akan

dipertahankan mengkomsumsi obat anti muntah selama diperlukan untuk meningkatkan asupna

nutris yang adekuat. Pada kasus yang kuat, penanganan selanjutnya kemungkinan membutuhkan

pemberian nutrisi parentral total melalui intravena.

Berbagai pengaruh yang bersifat tidak fisiologi juga harus dipertimbangkan. Apabila

ternyata wanita mampu mempunyai riwayat depresi, jika kehamilan membuatnya sangat

tertekan, jika ia mempunyai riwayat gangguan pola makan, atau jika ia tidak memberikan

tanggapan yang baik terhadap pentalaksanaan medis awal, maka wanita tersebut perlu konseling

psikologi dan sosiologi. Penting diketehui bahwa hiperemesis dapat berkembang menjadi kronis

selama kehamilan dan dapat menjadi sumber distress yang signifikan pada keluarga. Hal ini

dapat mengganggu wanita dalam perannya sebagai orang tua dan dalam melakukan

tanggungjawab yang lain. Selain itu, juga menjadi beban financial, terutama juga wanita tersebut

tidak bekerja. Dalam hal ini dukungan moral sangat dibutuhkan bagi wanita dan keluarganya.

Menghentikan kehamilan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi

kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk

melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung

diantaranya:
20 | P a g e
a. Gangguan kejiwaan

 Delirium

 Apatis, samnolen sampai koma

 Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernicke

b. Gangguan penglihatan

 Perdarahan retina

 Kemunduran penglihatan

c. Gangguan faal

 Hati dalam bentuk ikterus

 Ginjal dalam bentuk anuria

 Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat

 Tekanan darah menurun

Dengan memperhatikan keadaan tersebut gugur kandung dapat dipertimbangkan pada

hiperemesis gravidarum.

21 | P a g e
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Diantara sekian banyak komplikasi dalam kehamilan, antara lain yang sering ditemukan

adalah anemia dan hyperemesis gravidarum. Seorang wanita hamil memiliki Hb kurang dari

10g/100ml barulah disebut menderita anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil

dengan Hb antara 10 dan 12 g/100ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi

anemia fisiologik atau pseudoanemia. Sedangkan Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan

muntah berlebihan selama hamil Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning

sickness normal yang umum di alami oleh wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah

normal (> 10 X sehari) dan berlangsung selama TM I kehamilan serta menyebabkan pekerjaan

sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Masing-masing komplikasi ini

mempengaruhi kehamilan sehingga menyebabkan kehamilan menjadi keluardari batas fisiologis,

oleh karene itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk menatalaksana komplikasi ini

baik dengan mandiri, kolaborasi maupun rujukan untuk penanganan yang lebih baik.

b. SARAN

Diharapkan bagi para pembaca yang memiliki minat kuat terhadap kasus-kasus

kebidanan yang secara umum berisiko tinggi atau terhadap komplikasi tertentu, materi yang

dijelaskan dalam makalah ini akan bermanfaat meningkatkan ilmu pengetahuan para pembaca
22 | P a g e
dan terhadap pelayanan yang diberikan pada semua wanita dan klien lainnya dari berbagai

kalangan.

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai