Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah
kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi
yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, akibat kekurangan konsumsi atau
gangguan absorpsi. Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia
dan diderita lebih dari 600 juta orang. Anemia lebih banyak terjadi di negara sedang
berkembang dibandingkan negara yang sudah maju. Dari perkiraan populasi 3.800
juta orang (36% ) di negara sedang berkembang menderita anemia (Arisman, 2010).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja
khususnya remaja putri. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kekurangan
zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral)
(Badriah, 2011). Pada remaja putri, kebutuhan besi meningkat karena mengalami
menstruasi/haid berkala yang mengeluarkan sejumlah zat besi setiap bulan.
Peningkatan kebutuhan jumlah total volume darah ini seringkali tidak diikuti
dengan konsumsi zat besi yang adekuat, apalagi saat menginjak usia remaja putri
cenderung ingin memiliki tubuh yang lebih langsing, sehingga sering melakukan
berbagai usaha, di antaranya adalah melakukan diet ketat (Almatsier, 2010).
Penyebab anemia antara lain : defisiensi asupan gizi dari makanan ( zat besi,
asam folat, protein, vitamin C, vitamin A, seng, dan vitamin B12), adanya zat
penghambat penyerapan besi yang berasal dari makanan, penyakit infeksi,
malabsorbsi, dan pendarahan juga dipengaruhi oleh faktor biologis seperti
menstruasi, tiap bulan, kehamilan, melahirkan dan masa nifas (Prayitno dan
Fadhilah, 2012).
Remaja merupakan siklus kedua dalam kehidupan setiap individu.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini ditandai oleh perubahan fisik dan
psikologis (WHO, 2011b). Perubahan fisik dari anak-anak menuju remaja ditandai
dengan bertambahnya masa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh dan
terjadinya perubahan hormonal (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Secara psikologis
remaja mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan

1
2

pergaulan, dan tanggung jawab yang dihadapinya (Istiany dan Rusilanti, 2013), ini
berarti masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa.
Dari segi kesehatan, remaja sering dianggap kelompok usia yang dianggap sehat-
sehat saja, padahal kenyataannya tidak demikian. Adanya pertumbuhan sosial dan
pola kehidupan di masyarakat mempengaruhi jenis penyakit pada remaja (Soekatri
et al.,2011).
Kekurangan zat besi (Fe) dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal sebagai anemia gizi besi (AGB). Remaja putri lebih
rawan terhadap anemia dibandingkan dengan laki-laki. Terdapat kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan Fe (zat besi) yaitu rendahnya tingkat penyerapan Fe dalam
tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Sumber Fe hewani
mencapai 10-20%. Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya. Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin
yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-
nonhem. Makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi terutama Fe non-
heme adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012).
Mikronutrien termasuk vitamin dan mineral yang membantu tubuh dalam
produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang sangat penting untuk pertumbuhan
normal, perkembangan, dan fungsi tubuh. World Health Organitation (WHO)
berpendapat bahwa mikronutrien besi, iodium, zink, asam folat, dan vitamin A
adalah yang paling penting untuk kesehatan ibu dan anak. Namun, kekurangan dari
nutrisi yang sama adalah yang paling umum di kalangan remaja putri dan berkaitan
dengan peningkatan risiko konsekuensi yang merugikan seperti anemia selama
kehamilan dan kematian ibu, kelahiran prematur dan/atau bayi berat lahir rendah,
cacat lahir, peningkatan mortalitas dan kesehatan optimal dan perkembangan
kognitif (Nguyen et al., 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008 mengungkapkan
prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri (15-19 tahun) sebesar 26,5%
dan wanita usia subur sebesar 26,9%. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Prevalensi anemia pada wanita di
Indonesia sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia
3

umur 5 –14 tahun sebesar 26,4% dan remaja putri umur 15 - 25 tahun sebesar
18,4%.

Menurut penelitian yang dilakukan Tadete et al., (2012) rendahnya tingkat


penyerapan zat besi di dalam tubuh merupakan kesulitan utama untuk memenuhi
kebutuhan zat besi terutama sumber zat besi dari nabati yang hanya diserap 1-2%.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
(seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan
penyerapan zat besi semakin rendah (Muchtadi, 2009).
Anemia besi akan disertai dengan perkembangan jiwa, motorik, serta
perilaku yang lebih buruk pada anak kecil, dan keletihan serta fungsi kognitif yang
lebih buruk pada remaja. Defisiensi besi non-anemia harus ditangani, karena
defisiensi ini meningkatkan risiko terjadinya anemia defisiensi besi pada laju
pertumbuhan yang cepat dan awal haid. Kebutuhan zat besi meningkat selama masa
remaja untuk memenuhi pertumbuhan dan kehilangan zat besi yang tidak dapat
dihindari. Zat besi akan hilang dalam saluran pencernaan, kulit, dan urine serta dari
darah menstruasi pada perempuan. Kebutuhan zat besi yang diabsorpsi pada remaja
perempuan diperkirakan sekitar 1,15 mg/hari. Remaja perempuan mengkonsumsi
besi sekitar 11 mg/hari sehingga beresiko mengalami defisiensi zat besi (Sharlin
dan Edelstein, 2014).
Salah satu cara untuk menanggulangi anemia zat besi tersebut adalah
dengan pemberian tablet besi karena asupan makanan besi heme masih kurang
4

(Casey et al., 2013). Namun menurut beberapa penelitian suplementasi Fe saja tidak
dapat meningkatkan kadar hemoglobin, untuk itu suplementasi Fe perlu ditambah
dengan mikronutrient lain. Oleh karena itu diperlukannya suplementasi besi
ditambah dengan mikronutrient lain seperti vitamin A, asam folat, vitamin C,
riboflavin, seng dan vitamin B12. Hasil penelitian Khan et al., (2012) di Bangladesh
suplementasi Fe dan asam folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada anemia
remaja putri. Pada penelitian yang dilakukan Casey et al (2011) dengan pemberian
suplemen besi dan asam folat per minggu pada anemia remaja putri akan
mengurangi prevalensi anemia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) menyatakan bahwa dosis
pemberian suplemen tablet besi adalah 65 mg satu kali per hari selama satu bulan
sedangkan menurut penelitian Khan et al., (2012) menyatakan bahwa dosis
suplementasi tablet besi diberikan satu kali per minggu dan dua kali per minggu
selama 2-3 bulan. Pemberian suplementasi tablet besi diteruskan selama 2-3 bulan
untuk mengisi cadangan besi di dalam tubuh. Oleh karena itu pemberian
suplementasi tablet besi dan asam folat dapat digunakan untuk memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat (Gupta et al., 2014).
Cara pemberian suplemen tablet besi dan asam folat mingguan digunakan
untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi besi harian yang dianggap kurang
5

efektif karena eritrosit dapat bertahan selama 4-5 hari yang mengakibatkan
berkurangnya efek samping dari tablet besi yang tidak enak dan kebutuhan besi
pada subjek meningkat sedangkan pemberian suplementasi tablet besi dua kali per
minggu karena setiap hari sekitar 25 ml eritrosit harus di ganti sehingga
membutuhkan 25 mg besi tetapi hanya 1 mg/hari yang dapat diabsorpsi dari
makanan sedangkan 24 mg diambil dari daur ulang besi dan cadangan besi
(Zulaicha, 2008). Laju perubahan hemoglobin dari awal sampai akhir intervensi
ditemukan hasil pemberian suplemen tablet besi dan asam folat dua kali per minggu
relatif lebih meningkat dibandingkan dengan satu kali per minggu (Gupta et al.,
2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suplementasi tablet besi dan asam folat terhadap kadar
hemoglobin pada remaja putri dengan anemia.
1. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan gizi dan dietetic terstandar pada pasien atau klien
yang mengalami penyakit anemia pada remaja putri.
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengamatan ini adalah untuk mempelajari
penatalaksanaan diet pasien pada remaja putri yang menderita anemia.
Tujuan Khusus
Mengkaji data antropometri dan menentukan status gizi pasien
b. Melakukan assessment terhadap data biokimia berupa hasil
laboratorium dan tanda-tanda klinis/fisik.
c. Melakukan assessment riwayat makan dengan melakukan food
recall 24 jam atau food frequency dan lembar FFQ.

d. Melakukan assessment personal pasien yaitu adanya riwayat


penyakit tertentu yang menyebabkan turunnya berat badan,adanya
pantangan makanan tertentu.
e. Menentukan diagnosis gizi berdasarkan hasil assessment yang telah
dilakukan sesua i dengan kondisi pasien.
Menghitung kebutuhan gizi pasien.
f. Mengevaluasi tingkat konsumsi,tingkat kecukupan energi dan
protein dan tingkat konsumsi protein,lemak,dan karbohidrat.

g. Monitoring perubahan sesuai dengan anjuran diet yang diberikan.


BAB II

Tinjauan Pustaka
Anemia
A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit ( sel darah merah) atau kadar Hb
dalam darah kurang dari normal. Penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti perdaharan
hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin
B12, cacingan leukemia ( kanker darah putih), penyakit kronis, dan sebagainya (Adriani,
2012)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah daripada
normal. Pada pria kadar hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dan eritrosit 4,5-5,5 jt/.
Sedangkan pada wanita , hemoglobin normal adalah 12-16 gr%, dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/.
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya
di seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh
dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang
rendah dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 ( ). Yang harus diingat
adalah nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan zat besi, akan tetapi
berguna untuk mengetahui berat ringannya anemia.
Pada orang sehat, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah
bertugas untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan mineral ke otak dank
e jaringan tubuh lain. Amenia terjadi bila jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau
jumlah Hb dalam darah merah berkurang. Dengan berkurangnya Hb atau ataupun darah
merah, tentunya kemampuan sel darah untuk membawa oksigen keseluruh tubuh berkurang.
Akibatnya tubuh juga kurang mendapat pasokan, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat
lelah.

B . Etiologi
Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan
dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak
menyadarinya. Bahkan ketika tahupun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele.
Remaja putri mudah terserang anemia karena:
a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit., dibandingkan dengan
makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan.
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di eksresi, khususnya melalui
feses.
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg/ hari,
sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Jenis anemia yang paling sering timbul adalah kekurangan zat besi, yang terjadi bila kita
kehilangan banyak darah dari tubuh (baik karena perdarahan luka ataupun menstrusi),
atupun makanan yang kita konsumsi kurang mengandung zat besi. Infeksi cacing tambang,
malaria ataupun disentri juga bisa menyebabkan kekurangan darah yang parah. Ada
beberapa tahap sampai tubuh kita kekurangan zat besi. Mula-mula, simpanan zat besi dalam
tubuh menurun. Dengan menurunnya zat besi, produksi hemoglobin dan sel darah merah
berkurang (Adriani, 2012).
Selain zat besi masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan
remaja Apalstic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah tidak dapat
menjelaskan tugasnya. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau
obat tertentu. Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel
darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya.
Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan sepert talasemia atau sickle cell
anemia. Pada kasus lain misalnya reaksi atau infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah
merah dirusak sendiri oleh antibody di dalam tubuh.
Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi
dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit
malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan yang kurang tentang anemia
zat besi.

C. Patofisiologi

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang
terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

D. Tanda dan gejala


Penderita dengan anemia dapat terganggu kegiatan sehari-hari. Adapun gejala yang
sering muncul yang sering timbul antar lain pusing, lemah, letih, lelah, dan lesu (Guntoro
Utamadi, PKBI). Guntoro juga menambahkan, kadang kala anemia tidak menimbulkan
gejala yang jelas seperti mudah lelah bila berolahraga, sulit konsentrasi, dan mudah lupa.
Pada umumnya seseorang mulai curiga akan adanya anemia bila keadaan sudah makin
parah, sehingga gejalanya kelihatan lebih jelas, seperti kulit pucat, jantung berdebar-debar,
pusing, mudah kehabisan napas ketika naik tangga, atau olahraga ( karena jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh).
Anemia pada remaja dapat berdampak pada penurunannya produktivitas kerja
ataupun kemampuan akademis sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi.
Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit.
Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya produksi energy dan akumulasi laktat
dalamm otot (Moore, 1997).

E.Dampak anemia
Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun
kemampuan akademis disekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi.
Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit.
Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya produksi energy dan akumulasi laktat dalam
otot (Adriani, 2012)
Mencegah anemia bagi remaja putri menjadi sangat penting, karena nantinya wanita
yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko, yaitu:
a. Abortus
b. Melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
c. Mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik ataupun karena tidak mampu meneran.
d. Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian.
Anemia (kurang darah:Hb <12 gr%) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia, maka akan
menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita
anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg).
Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kemaatian baik ibu maupun bayi pada proses
persalinan.

F. Komplikasi
Komplikasi dari anemiapun beraneka ragam, misalnya;gagal jantung kongesif
(karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban
kerja jantung meningkat), parestasia, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan
pembentukan heme (pigmen pembentuk warna merah pada darah yang mengandung zat
besi), penyakit infeksi kuman, thalasemia (kurang cepatnya pembuatan satu rantai/unsure
pembentuk hemoglobin), kelainan jantung, rematoid, kecelakaan hebat, meningitis,
gangguan system imun, dan sebagainya (Reksodiputro,2004). Pada anemia yang berat dapat
juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi
zat besi seperti anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, dan stomatitis/sariawan di lidah dan
di mulut ( Price, 1995).

G. Upaya pencegahan
a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, dan tempe). Perlu kta perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih
mudah diserap daripada yang terdapat pada sayuran atau makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi.
b. Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi, misalnya; jambu, jeruk tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter untuk
dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
Menurut DeMaeyer (1995), pencegahan adanya anemia defesiensi zat besi dapat dilakukaan
dengan empat pendekatan dasar yaitu sebagai berikut :
a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran, berwarna hijau,
dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah)
yang baru.
b. Pemberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan
menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji
(fast food) dapat mempengaruhi pola makann remaja (Khomsan,2003). Makanan siap saji
umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan siap saji
mengandung lemak jenuh, kolesterol, daan natrium yang tinggi.
Recall

waktu masakan bahan B(gr) E(kkal) P(gr) L(gr) KH(gr) Vit.C(mg) Fe(mg)
pagi nasi putih nasi putih 100 180 3 0.3 39.8 0 0.4
telur ceplok telur ayam ras 60 92.4 7.44 6.48 0.42 0 1.8
minyak 2.5 22.25 0 2.5 0 0 0
teh hangat gula 13 51.22 0 0 12.22 0 0.013

siang nasi putih nasi putih 200 360 6 0.6 79.6 0 0.8
tempe goreng tempe goreng 50 168 10 14 3.9 0 1.5
sayur bening bayam 25 4 0.225 0.1 0.725 10.25 0.875
labu kuning 50 25.5 0.85 0.25 5 1 0.35
kacang panjang 25 7.75 0.575 0.025 1.325 11.5 0.15
es teh manis gula 13 51.22 0 0 12.22 0 0.013

malam nasi goreng nasi putih 150 270 4.5 0.45 59.7 0 0.6
sawi 25 7 0.575 0.075 1 25.5 0.725
kol 25 7.25 0.35 0.05 1.325 12.5 0.125
minyak 2.5 22.25 0 2.5 0 0 0
tahu goreng tahu 100 80 10.9 4.7 0.8 0 3.4
tepung tepung 20 66.6 1.8 0.2 15.44 0 0.26
minyak goreng 5 44.5 0 5 0 0 0
kopi gula 26 102.44 0 0 24.44 0 0.026
Jumlah 1562.38 46.215 37.23 257.915 60.75 11.037
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Klien
Nama : Karina
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 41 kg
Keluhan : cepat lelah, mata berkunang-kunang, cepat merasa pusing,
lemas, dan kurang nafsu makan

B. Skrining Gizi
SKRINING GIZI Ya Tidak
1. Perubahan BB 
2. Nafsu makan kurang 
3. Kesulitan mengunyah / menelan 
4. Mual & muntah 
5. Diare / konstipasi 
6. Alergi / intoleransi zat gizi 
7. Diet khusus 
8. Enteral / parenteral 
9. Serum albumin rendah 
10. Status gizi Normal 
Kesimpulan : Karina mengalami penurunan nafsu makan dan status gizi

Karina tidak normal dibuktikan dengan IMT = 17,75 / 2 (kurus


tingkat ringan).
C. Nutrition Assesment

Antropometri - Berat badan : 41 kg


- Tinggi Badan :152 cm
- BBI = 0,9 x (152-100)
= 46,8 kg
41
- IMT 1,52 m2 = 17,75 / 2 (kurus tingkat ringan)

- Hb = 10 g/dl (rendah)
- Ht = 30% (rendah)
- Saturasi transferin = 15% (rendah)
Biokimia - Serum ferritin = 90 µg/l (rendah)
- Glukosa darah = 90 mg/dl (normal)
- Kolesterol total = 140 mg/dl (normal)
- Eritrosit = 4 jt/ml (rendah)
- TD = 90/60 mmHg
- skelera mata tampak pucat

- Suhu = 370C
- Sering Mengantuk
- Cepat lelah
Klinis/Fisik
- Mata berkunang-kunang
- Cepat merasa pusing
- Lemas
- Kurang nafsu makan

Dietary History Karina selalu meminum kopi. Karina kerap kali tidak
/ Riwayat sempat sarapan, dan untuk menghemat Karina hanya
Makan menmgkonsumsi lauk nabati.
Pagi : Nasi putih(1P)+telur ceplok(1P)+teh
hangat
Siang : Nasicputih(2P)+tempe
goreng(1P)+sayur bening bayam,waluh
Malam : & kacang panjang(1P)+es teh manis

Nasi goreng(11/2P)+tahu goreng


tepung(1P)+kopi(2 gelas)
Aktifitas Fisik -
D. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
- Kekurangan Intake Mineral (NI-51.1) disebabkan oleh pola makan yang salah,
serta kurangnya pengetahuan mengenai hal yang berkaitan dengan masalah gizi,
ditandai dengan kurangnya asupan protein sebesar 77,6% dan lemak sebesar
70,3%.
2. Domain Klinis
- Berat Badan Kurang (NC-3.1) disebabkan oleh pola makan yang salah
dibuktikan dengan IMT = 17,75 kg/m2.
3. Domain Behavior
- Kekeliruan Pola Makan (NB-1.5) disebabkan kurangnya pengetahuan
mengenai topik atau masalah yang berkaitan dengan gizi dibuktikan dengan
minum teh disetiap makan dan terlalu sering mengkonsumsi kopi.
- Ketidak sesuaian Dalam Pemilihan Makanan (NB-1.7) disebabkan oleh persepsi
bahwa ekonomi yang terbatas menghalangi pemilihan makanan yang baik
dibuktikan dengan jarang mengkonsumsi lauk hewani dan hanya mengkonsumsi
lauk nabati untuk menghemat biaya.
E. Intervensi Gizi
1. Tujuan Diet :
a. Jangka pendek :
- Menaikan berat badan hingga mencapai IMT normal
- Memperbaiki asupan Fe/zat besi
b. Jangka panjang :
- Memperbaiki pola makan Karina menjadi pola makan yang baik dan
seimbang.
2. Jenis Diet : Tinggi Fe/zat besi (TKTP)
3. Perhitungan zat gizi
4. Syarat Diet
a. Tinggi Energi
b. Tinggi Protein
c. Cukup mineral dan Vitamin
d. Mudah dicerna
e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
f. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari.
5. Bentuk Makanan
Makanan biasa dan mudah dicerna
6. Frekuensi
3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan
7. Rute
Makanan dan minuman oral
8. Edukasi Gizi :
a. Topik : Gizi Seimbang Untuk Anemia
b. Sasaran : Karina
c. Waktu : ±30 menit
d. Peraga : food model/leaflet
e. Bentuk edukasi : ceramah, diskudi dan Tanya jawab
f. Materi : - Gizi Seimbang Untuk Menyembuhkan Anemia
- Pola Makan Yang Baik dan Benar
- Bahaya Anemia
- Cara Mencegah Anemia
F. Monitoring and Evaluation
1. Karina bisa atau tidak menerima anjuran menu.
2. Kadar hb Karina sudah atau belum mengalami kenaikan.
3. Karina masih atau sudah tidak terkena anemia.
4. Berat badan Karina sudah atau belum mengalami kenaikan.
5. Pola makan Karina sudah atau belum seimbang
Anjuran Menu
Waktu Masakan Bahan B(Gr) E(Kkal) P(Gr) L(Gr) KH(Gr) Vit.C(Mg) Fe(Mg)
Pagi nasi goreng nasi 100 180 3 0.3 39.8 0 0.4
kol 25 7 0.575 0.075 1 25.5 0.725
sawi 25 7.25 0.35 0.05 1.325 12.5 0.125
tahu lapis tahu 50 40 5.45 2.35 0.4 0 1.7
bayam bayam 25 4 0.225 0.1 0.725 10.25 0.875
telur ceplok telur ayam ras 60 92.4 7.44 6.48 0.42 0 1.8
air
buah pisang uli 25 33.5 0.275 0.125 8.875 0.75 0.225
Snack pisang gula pisang kepok 75 81.75 0.6 0 19.725 0.675 0.375
merah gula merah 20 73.6 0 0 18.4 0 5.2
santan 25 30.5 0.5 2.5 1.9 0.5 0.025
siang nasi nasi 100 180 3 0.3 39.8 0 0.4
kakap bakar ikan kakap 100 92 20 0.7 0 0 1
tabur wijen kecap 10 7.1 0.57 0.13 0.9 0 0.57
tempe goreng tempe goreng 25 84 5 7 1.95 0 0.75
sayur bening daun katuk 25 14.75 1.6 0.25 2.475 41 0.85
kacang 25 7.75 0.575 0.025 1.325 11.5 0.15
panjang
jagung muda 25 8.75 0.55 0.025 1.85 2 0.125
buah jeruk manis 100 45 0.9 0.2 11.2 49 0.4
snack banana pisang raja 50 60 0.6 0.1 15.9 5 0.4
smoothie
jeruk manis 50 22.5 0.45 0.1 5.6 24.5 0.2
yoghurt 25 13 0.825 0.625 1 0 0.025
malam nasi nasi 100 180 3 0.3 39.8 0 0.4
ayam goreng ayam ras 50 149 9.1 12.5 0 0 0.75
minyak 5 44.5 0 5 0 0 0
sup tahu tahu 50 40 5.45 2.35 0.4 0 1.7
sayuran wortel 50 18 0.5 0.3 3.95 9 0.5
jamur 50 10.5 1.9 0.3 0.45 2.5 0.85
buah pepaya 100 46 0.5 0 12.2 78 1.7
Jumlah 1572.85 72.935 42.185 231.37 272.675 22.22

Anda mungkin juga menyukai