PENDAHULUAN
1
2
pergaulan, dan tanggung jawab yang dihadapinya (Istiany dan Rusilanti, 2013), ini
berarti masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa.
Dari segi kesehatan, remaja sering dianggap kelompok usia yang dianggap sehat-
sehat saja, padahal kenyataannya tidak demikian. Adanya pertumbuhan sosial dan
pola kehidupan di masyarakat mempengaruhi jenis penyakit pada remaja (Soekatri
et al.,2011).
Kekurangan zat besi (Fe) dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal sebagai anemia gizi besi (AGB). Remaja putri lebih
rawan terhadap anemia dibandingkan dengan laki-laki. Terdapat kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan Fe (zat besi) yaitu rendahnya tingkat penyerapan Fe dalam
tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Sumber Fe hewani
mencapai 10-20%. Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya. Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin
yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-
nonhem. Makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi terutama Fe non-
heme adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012).
Mikronutrien termasuk vitamin dan mineral yang membantu tubuh dalam
produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang sangat penting untuk pertumbuhan
normal, perkembangan, dan fungsi tubuh. World Health Organitation (WHO)
berpendapat bahwa mikronutrien besi, iodium, zink, asam folat, dan vitamin A
adalah yang paling penting untuk kesehatan ibu dan anak. Namun, kekurangan dari
nutrisi yang sama adalah yang paling umum di kalangan remaja putri dan berkaitan
dengan peningkatan risiko konsekuensi yang merugikan seperti anemia selama
kehamilan dan kematian ibu, kelahiran prematur dan/atau bayi berat lahir rendah,
cacat lahir, peningkatan mortalitas dan kesehatan optimal dan perkembangan
kognitif (Nguyen et al., 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008 mengungkapkan
prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri (15-19 tahun) sebesar 26,5%
dan wanita usia subur sebesar 26,9%. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Prevalensi anemia pada wanita di
Indonesia sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia
3
umur 5 –14 tahun sebesar 26,4% dan remaja putri umur 15 - 25 tahun sebesar
18,4%.
(Casey et al., 2013). Namun menurut beberapa penelitian suplementasi Fe saja tidak
dapat meningkatkan kadar hemoglobin, untuk itu suplementasi Fe perlu ditambah
dengan mikronutrient lain. Oleh karena itu diperlukannya suplementasi besi
ditambah dengan mikronutrient lain seperti vitamin A, asam folat, vitamin C,
riboflavin, seng dan vitamin B12. Hasil penelitian Khan et al., (2012) di Bangladesh
suplementasi Fe dan asam folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada anemia
remaja putri. Pada penelitian yang dilakukan Casey et al (2011) dengan pemberian
suplemen besi dan asam folat per minggu pada anemia remaja putri akan
mengurangi prevalensi anemia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) menyatakan bahwa dosis
pemberian suplemen tablet besi adalah 65 mg satu kali per hari selama satu bulan
sedangkan menurut penelitian Khan et al., (2012) menyatakan bahwa dosis
suplementasi tablet besi diberikan satu kali per minggu dan dua kali per minggu
selama 2-3 bulan. Pemberian suplementasi tablet besi diteruskan selama 2-3 bulan
untuk mengisi cadangan besi di dalam tubuh. Oleh karena itu pemberian
suplementasi tablet besi dan asam folat dapat digunakan untuk memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat (Gupta et al., 2014).
Cara pemberian suplemen tablet besi dan asam folat mingguan digunakan
untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi besi harian yang dianggap kurang
5
efektif karena eritrosit dapat bertahan selama 4-5 hari yang mengakibatkan
berkurangnya efek samping dari tablet besi yang tidak enak dan kebutuhan besi
pada subjek meningkat sedangkan pemberian suplementasi tablet besi dua kali per
minggu karena setiap hari sekitar 25 ml eritrosit harus di ganti sehingga
membutuhkan 25 mg besi tetapi hanya 1 mg/hari yang dapat diabsorpsi dari
makanan sedangkan 24 mg diambil dari daur ulang besi dan cadangan besi
(Zulaicha, 2008). Laju perubahan hemoglobin dari awal sampai akhir intervensi
ditemukan hasil pemberian suplemen tablet besi dan asam folat dua kali per minggu
relatif lebih meningkat dibandingkan dengan satu kali per minggu (Gupta et al.,
2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suplementasi tablet besi dan asam folat terhadap kadar
hemoglobin pada remaja putri dengan anemia.
1. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan gizi dan dietetic terstandar pada pasien atau klien
yang mengalami penyakit anemia pada remaja putri.
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengamatan ini adalah untuk mempelajari
penatalaksanaan diet pasien pada remaja putri yang menderita anemia.
Tujuan Khusus
Mengkaji data antropometri dan menentukan status gizi pasien
b. Melakukan assessment terhadap data biokimia berupa hasil
laboratorium dan tanda-tanda klinis/fisik.
c. Melakukan assessment riwayat makan dengan melakukan food
recall 24 jam atau food frequency dan lembar FFQ.
Tinjauan Pustaka
Anemia
A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit ( sel darah merah) atau kadar Hb
dalam darah kurang dari normal. Penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti perdaharan
hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin
B12, cacingan leukemia ( kanker darah putih), penyakit kronis, dan sebagainya (Adriani,
2012)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah daripada
normal. Pada pria kadar hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dan eritrosit 4,5-5,5 jt/.
Sedangkan pada wanita , hemoglobin normal adalah 12-16 gr%, dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/.
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya
di seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh
dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang
rendah dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 ( ). Yang harus diingat
adalah nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan zat besi, akan tetapi
berguna untuk mengetahui berat ringannya anemia.
Pada orang sehat, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah
bertugas untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan mineral ke otak dank
e jaringan tubuh lain. Amenia terjadi bila jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau
jumlah Hb dalam darah merah berkurang. Dengan berkurangnya Hb atau ataupun darah
merah, tentunya kemampuan sel darah untuk membawa oksigen keseluruh tubuh berkurang.
Akibatnya tubuh juga kurang mendapat pasokan, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat
lelah.
B . Etiologi
Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan
dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak tahu atau tidak
menyadarinya. Bahkan ketika tahupun masih menganggap anemia sebagai masalah sepele.
Remaja putri mudah terserang anemia karena:
a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit., dibandingkan dengan
makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan.
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di eksresi, khususnya melalui
feses.
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg/ hari,
sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Jenis anemia yang paling sering timbul adalah kekurangan zat besi, yang terjadi bila kita
kehilangan banyak darah dari tubuh (baik karena perdarahan luka ataupun menstrusi),
atupun makanan yang kita konsumsi kurang mengandung zat besi. Infeksi cacing tambang,
malaria ataupun disentri juga bisa menyebabkan kekurangan darah yang parah. Ada
beberapa tahap sampai tubuh kita kekurangan zat besi. Mula-mula, simpanan zat besi dalam
tubuh menurun. Dengan menurunnya zat besi, produksi hemoglobin dan sel darah merah
berkurang (Adriani, 2012).
Selain zat besi masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan
remaja Apalstic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah tidak dapat
menjelaskan tugasnya. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau
obat tertentu. Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel
darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya.
Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan sepert talasemia atau sickle cell
anemia. Pada kasus lain misalnya reaksi atau infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah
merah dirusak sendiri oleh antibody di dalam tubuh.
Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi
dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit
malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan yang kurang tentang anemia
zat besi.
C. Patofisiologi
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang
terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
E.Dampak anemia
Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ataupun
kemampuan akademis disekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi.
Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit.
Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya produksi energy dan akumulasi laktat dalam
otot (Adriani, 2012)
Mencegah anemia bagi remaja putri menjadi sangat penting, karena nantinya wanita
yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko, yaitu:
a. Abortus
b. Melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
c. Mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik ataupun karena tidak mampu meneran.
d. Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian.
Anemia (kurang darah:Hb <12 gr%) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia, maka akan
menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita
anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg).
Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kemaatian baik ibu maupun bayi pada proses
persalinan.
F. Komplikasi
Komplikasi dari anemiapun beraneka ragam, misalnya;gagal jantung kongesif
(karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban
kerja jantung meningkat), parestasia, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan
pembentukan heme (pigmen pembentuk warna merah pada darah yang mengandung zat
besi), penyakit infeksi kuman, thalasemia (kurang cepatnya pembuatan satu rantai/unsure
pembentuk hemoglobin), kelainan jantung, rematoid, kecelakaan hebat, meningitis,
gangguan system imun, dan sebagainya (Reksodiputro,2004). Pada anemia yang berat dapat
juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi
zat besi seperti anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, dan stomatitis/sariawan di lidah dan
di mulut ( Price, 1995).
G. Upaya pencegahan
a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, dan tempe). Perlu kta perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih
mudah diserap daripada yang terdapat pada sayuran atau makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi.
b. Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi, misalnya; jambu, jeruk tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter untuk
dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
Menurut DeMaeyer (1995), pencegahan adanya anemia defesiensi zat besi dapat dilakukaan
dengan empat pendekatan dasar yaitu sebagai berikut :
a. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran, berwarna hijau,
dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah)
yang baru.
b. Pemberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan
menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji
(fast food) dapat mempengaruhi pola makann remaja (Khomsan,2003). Makanan siap saji
umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan siap saji
mengandung lemak jenuh, kolesterol, daan natrium yang tinggi.
Recall
waktu masakan bahan B(gr) E(kkal) P(gr) L(gr) KH(gr) Vit.C(mg) Fe(mg)
pagi nasi putih nasi putih 100 180 3 0.3 39.8 0 0.4
telur ceplok telur ayam ras 60 92.4 7.44 6.48 0.42 0 1.8
minyak 2.5 22.25 0 2.5 0 0 0
teh hangat gula 13 51.22 0 0 12.22 0 0.013
siang nasi putih nasi putih 200 360 6 0.6 79.6 0 0.8
tempe goreng tempe goreng 50 168 10 14 3.9 0 1.5
sayur bening bayam 25 4 0.225 0.1 0.725 10.25 0.875
labu kuning 50 25.5 0.85 0.25 5 1 0.35
kacang panjang 25 7.75 0.575 0.025 1.325 11.5 0.15
es teh manis gula 13 51.22 0 0 12.22 0 0.013
malam nasi goreng nasi putih 150 270 4.5 0.45 59.7 0 0.6
sawi 25 7 0.575 0.075 1 25.5 0.725
kol 25 7.25 0.35 0.05 1.325 12.5 0.125
minyak 2.5 22.25 0 2.5 0 0 0
tahu goreng tahu 100 80 10.9 4.7 0.8 0 3.4
tepung tepung 20 66.6 1.8 0.2 15.44 0 0.26
minyak goreng 5 44.5 0 5 0 0 0
kopi gula 26 102.44 0 0 24.44 0 0.026
Jumlah 1562.38 46.215 37.23 257.915 60.75 11.037
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Klien
Nama : Karina
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 41 kg
Keluhan : cepat lelah, mata berkunang-kunang, cepat merasa pusing,
lemas, dan kurang nafsu makan
B. Skrining Gizi
SKRINING GIZI Ya Tidak
1. Perubahan BB
2. Nafsu makan kurang
3. Kesulitan mengunyah / menelan
4. Mual & muntah
5. Diare / konstipasi
6. Alergi / intoleransi zat gizi
7. Diet khusus
8. Enteral / parenteral
9. Serum albumin rendah
10. Status gizi Normal
Kesimpulan : Karina mengalami penurunan nafsu makan dan status gizi
- Hb = 10 g/dl (rendah)
- Ht = 30% (rendah)
- Saturasi transferin = 15% (rendah)
Biokimia - Serum ferritin = 90 µg/l (rendah)
- Glukosa darah = 90 mg/dl (normal)
- Kolesterol total = 140 mg/dl (normal)
- Eritrosit = 4 jt/ml (rendah)
- TD = 90/60 mmHg
- skelera mata tampak pucat
- Suhu = 370C
- Sering Mengantuk
- Cepat lelah
Klinis/Fisik
- Mata berkunang-kunang
- Cepat merasa pusing
- Lemas
- Kurang nafsu makan
Dietary History Karina selalu meminum kopi. Karina kerap kali tidak
/ Riwayat sempat sarapan, dan untuk menghemat Karina hanya
Makan menmgkonsumsi lauk nabati.
Pagi : Nasi putih(1P)+telur ceplok(1P)+teh
hangat
Siang : Nasicputih(2P)+tempe
goreng(1P)+sayur bening bayam,waluh
Malam : & kacang panjang(1P)+es teh manis