THANATOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan perubahan yang terjadi setelah
kematian.
Warna Livide (merah keunguan) terdapat pada bagian tubuh terbawah sesuai posisi korban
saat mati, merupakan proses Hypostatik ( Terkumpulnya darah ) oleh karena adanya daya tarik
bumi.
Dari Lebam Mayat dapat ditentukan :
a. Kepastian mati.
b. Posisi waktu mati.
c. Saat kematian.
d. Penyebab kematian.
e. Perkiraan cara kematian
Mulai timbul 15 sampai 30 menit setelah kematian tergantung kondisi korban ( penyakit darah
seperti anemia, perdarahan dll ) Lebam mayat akan lengkap pada 6-10 jam setelah kematian
artinya lebam mayat lengkap bila ditekan tidak hilang.
Pada kasus asphyxia ( tergantung atau terjerat ) dan proses kematian yang cepat lebam mayat
akan luas dan warna-nya lebih gelap oleh karena adanya aktivitas fibrinolysine dan peningkatan
CO2.
Pada keracunan Cyanida (CN) ---- Warna lebam mayat merah terang bata (hanya 30-45%
kasus)
Sedangkan pada keracunan Carbon Mono Oksida (CO) ---- Warna lebam mayat merah terang.
Pada daerah dingin/setelah mayat dimasukkan kependingin lebam mayat
juga berwarna merah terang.
Pada beberapa kasus (tergantung) pembuluh darah pada lebam dapat pecah sehingga terbentuk
bintik-bintik perdarahan oleh karena adanya pembendungan.
Perlu dibedakan antara resapan darah ( memar ) dan lebam mayat, oleh karena resapan darah
diakibatkan pukulan yang warnanya hamper sama dengan lebam mayat.
Membedakan Lebam Mayat pada keracunan CO, CN serta pada mayat yang didinginkan :
Keracunan CO : Oleh karena terbentuknya HbCO2 dan Myoglobine CO – warna merah
sampai pada otot. Pada saat otot dipotong dan diserap dengan spon atau disiram, warna
merah tidak hilang.
Keracunan CN : terbentuk ikatan Cytochrom CN – HbO2 banyak beredar dalam
pembuluh darah, bila otot dipotong dan di serap dengan spon atau disiram , warna akan
berkurang atau menghilang.
Pendinginan : Oleh karena HbO2 tidak dapat terurai. Bila mayat didiamkan, warna
menjadi biasa lagi.
Pada keracunan CN, hanya 30-40 % kasus yang berwarna merah oleh karena keracunan
CN lebih banyak bersifat digestif, penyerapannya sedikit demi sedikit. Pada keracunan
melalui inhalasi ( dihirup ) keracunan akan cepat dan banyak, sehingga CN dalam
darah naik dengan cepat dan terjadi manifest warna merah terang.
KAKU MAYAT = RIGOR MORTIS
Setelah kematian otot akan mengalami relaksasi sehingga menjadi sangat lemah, kemudian
otot akan mengalami kekakuan, namun kekakuan ini baru tampak setelah 2 jam pasca kematian
dan kaku mayat menjadi lengkap ( terjadi pada seluruh tubuh ) antara 10-12 jam kemudian
bertahan selama 12 jam kemudian baru mengalami relaksasii kembali.
Proses terjadi kaku mayat dimulai pada otot-otot kecil daerah muka ( otot kelopak mata )
dilanjutkan ke otot-otot besar dan kaku mayat juga terjadi pada otot-otot polos seperti Cutis
anserina ( kaku otot bulu rambut ), keluarnya sperma, partus post mortal, dll.
___|_________________|______________________|_____________________|______________________|_______MEMBUSUK__________
a. Cadaveric Spasme
Proses terjadinya seperti pada kaku mayat namun tanpa melewati fase relaksasi, lebih
banyak terjadi ada otot dengan koordinasi baik ( Jari tangan ) dapat terjadi juga pada
seluruh tubuh, apabila intensitasnya besar ( Kaku sangat kuat ).
Biasanya ditemukan orang yang mengalami stres hebat sebelum kematian (pada stres
ATP cepat menghilang).
b. Heat Stiffening
Terjadi pada luka bakar Oleh karena proses koagulasi protein jaringan.
c. Cold Stiffening
Oleh karena adanya pembekuan dari cairan tubuh dan sendi.
Bila dihangatkan cairan akan mencair, terjadi kaku mayat seperti biasanya tapi proses lebih
cepat.
Kaku mayat pada bayi juga terjadi, hanya berlangsung cepat, cepat muncul dan cepat hilang.
Akibat adanya perbedaan suhu tubuh dengan suhu disekelilingnya, penurunannya menurut kurve
signoid, mula2 lambat, cepat lalu melambat kembali.
Keadaan yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu tubuh :
- Kondisi tubuh gemuk lebih lama terjadi penurunan suhu tubuh.
- Pakaian tebal lebih lama terjadi.
- Suhu pada saat mati tinggi ( demam ) lebih lama terjadi.
- Suhu sekeliling tinggi (padang pasir ) lebih lama terjadi.
-Kelembaban tinggi dan aliran udara lambat terjadi lebih lama
Rata – rata penurunan suhu tubuh pada daerah tropis adalah Satu Derajat Celcius Perjam.
Cara pengukuran yang paling baik, adalah pengukuran suhu rectal (anus) dengan menggunakan
temperatur digital khusus. Temperatur dimasukan ke rektal dengan sedalam 3 inchi dan
pengukuran dilakukan setiap 3 menit.
PEMBUSUKAN
Degradasi dari lemak, protein, KH oleh bakteri-bakteri terutama oleh bakteri Clostridium
Welchii sehingga terbentuk skatol, indol, H2S, CO2, H2O, alkohol, dll.
Untuk terjadinya perlu beberapa faktor :
Bakteri .
Air.
Udara.
Suhu optimal.
Terlihat pertama - tama pada daerah kanan bawah (tempat usus paling dekat kulit mulai 24-36
jam pasca kematian )
Kecepatan pembusukan menurut Casper , perbandingan antara :
Udara : Air : Dalam tanah = 1 : 2 : 8
Pada pembusukan lanjut sering terlihat adanya Bulae ( cairan pada bawah jaringan kulit) harus
dibedakan bulae oleh karena luka bakar
ADIPOCERE :
-Terjadi karena adanya hidrogenisasi dari lemak tubuh (penyabunan).
Kondisi yang memungkinkan terjadinya adipocere :
Udara suhu rendah.
Kelembaban tinggi.
Banyak lemak.
Aliran udara rendah.
Waktu lama.
-Adipocere dalam forensik sangat penting karena luka2 yang telah terbentuk tetap dalam bentuk
semula, demikian pula dengan organ2 dalam.
-Banyak terjadi pada anak2 bayi.
Cukup sulit karena tidak ada tanda2 kematian yang dapat digunakan sebagai patokan saat
kematian. Lebam Mayat, Kaku Mayat, waktunya sangat bervariatif, kisaran (range) terlalu
panjang, demikian pula urutan2 kejadiannya sering overlapping.
Pengukuran suhu mayat sesungguhnya patokan yang baik disandingkan dengan LM / KM,
karena mempunyai ukuran2 yang banyak (setiap 3 menit diukur) dan objektif. Namun ada
kesulitan2 yaitu mempertahankan kondisi lingkungan sesuai keadaan waktu hidup.
Oleh karena itu untuk memperkirakan saat kematian perlu dikumpulkan data sebanyak2nya
(LM, KM, AM, dll), yang kemudian di formulasikan untuk menentukan saat kematian.
Beberapa patokan lain yang sering digunakan untuk melengkapi data dalam memperkirakan saat
kematian adalah :
1. Keadaan isi lambung, lambung baru kosong setelah makan 3-4 jam, dalam waktu ½-
1jam masih berupa bolus/makanan setengah tercerna . Tapi keadaan ini dipengaruhi oleh
jenis makanan, keadaan motilitas lambung dan enzim2 pencernakan, kondisi mental
seseorang, dll.
2. Pertumbuhan rambut, jengot/ kumis, dapat membantu bila diketahui saat terakhir
bercukur. Pertumbuhan rambut 0,4 mm/hari (diperiksa 24 jam pertama pasca mati ).
3. Kekeringan pada kornea, bila kornea terpapar kekeringan terjadi (+/-) 6 jam pasca mati.
4. Metode entomologik. Banyak variasi/jenis serangga sehingga sulit digunakan, pada
umumnya bila larva ada umur kematian sudah (3-4 hari). Untuk Eropa sikitar (8-14
hari).
5. Secara laboratoris – pemeriksaan zat2 tertentu, seperti :
Peningkatan kadar K+, laktat, P, urea, glukosa dalam serum.
Peningkatan AS, laktat, NPN, kosentrasi asam amino dalam LCS
pada 15 jam pertama pasca mati
Pemeriksaan kadar K+ dalam vitrous Humour, cukup akurat untuk 24 jam-100 jam
pasca mati.
6. Pemeriksaan panjang jenggot/kumis sebaiknya dicukur dulu.
7. Penentuan waktu kematian dengan pengukuran kadar K+ dalam vitrous Humour dengan
standard error (+/-) 5 jam. Dengan penelitian yang paling baru ternyata banyak faktor
pengaruh seperti temperature.
Di udara terbuka tergantung kondisi sekeliling korban, ada tidaknya binatang/serangga memakan
serangga sekeletoniasi dapat terjadi 1-3 bulan , setelah 7 bulan bau tulang sudah mulai hilang.
Pada kasus terkubur :
Sampai 19 bulan = tulang masih utuh.
Sampai 39 bulan = kerusakan berat pada collum vertebralus ( Ruas tl. Belakang )
Sampai 46 bulan = rusak distal ulna dan fibula.
Sampai 61 bulan = rusak tulang panjang, iga, collum Vertebralis.
Sampai 75 bulan = rusak berat iga, collum Vertebralis, tulang panjang
Sampai 82 bulan = distal dan proximal humerus rusak.
-- 0 --
BAB II
TRAUMATOLOGI
a. Makroskopis
1) Pada luka terbuka baru :
a) Tampak merah, terdapat perdarahan.
b) Setelah 12-24 jam terbentuk krusta merah.
2-3 hari krusta warna kecoklatan.
4-7 hari terjadi epitilasi
Sembuh setelah 10-14 hari (tergantung dari luasnya luka)
c) Pada memar, mula2 warna merah
1-2 hari = kebiruan.
2-4 hari = biru kehitaman/coklat.
5-7 hari = warna kehijauan.
Lebih dari 7 hari = kuning normal.
Luka yang terinfeksi reaksi radangnya tampak secara kasat mata setelah 36 jam yaitu
membengkak terdapat pus/ nanah.
b. Mikroskopis
Dapat dengan 3 cara :
1) Secara Histologik
2) Secara Histokimia
3) Secara Biokimia
1) Secara Histologik :
a) 8-12 jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang PMN +++,
MN +
b) 16-24 jam : PMN >, MN >>. Sebukan tampak pada zona tertentu (perifier)
dari luka, sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik.
c) 2 - 4 hari : tampak sebukan sel2 fibrobiast dan mulai terjadi epitelisasi.
d) 4-8 hari : terjadi neovaskviarisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.
2) Secara Histokimia :
yang dideteksi adalah enzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka), seperti : ATP-
ASE, ESTRASE, AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE, ALKALI.
PHOSPHATASE. Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar2 zat tersebut diatas
meningkat terus sesuai dengan umur luka.
Secara sistematik peningkatan kadar tersebut :
5.ALK PHOSPHATASE
4.ACID PHOSPHATASE
3.AMINO PEPTIDASE
2.ESTRASE
1.ATP. ASE
0 1 2 4 6 8 10 12
WAKTU (JAM)
3) Secara Biokimia :
Dimaksud disini adalah pemeriksaan kadar seretonin dan histamin. Kadar
serotonin mulai meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan Histamin
mulai meningkat 10-20 menit setelah luka.
3. Perlukaan.
Memar
Benda tumpul Luka lecet L.tekan, L.geser, L.regang
Luka robek
Luka Tusuk
Luka Benda tajam Luka Iris
Luka Bacok
4. Memar.
Pecahnya pembuluh kapiler di kulit/bawah kulit, sel2 darah tampak menyebuk ke
jaringan sekitarnya, bedakan dengan Lebam Mayat, pada memar bila disayat dan
diusap/disiram, darah tidak terkikis. Pada Lebam.Mayat darah terkikis karena tidak darah
meresap dalam jaringan hanya ada di pembuluh darah.
Tandanya daerah memar membengkak, warna kebiruan; warna dapat berubah tergantung
dari lamanya memar terjadi (merah, biru, hijau, kuning) sehingga dapat diketahui umur
luka.
Patofisiologi.
Dapat mengakibatkan gangguan aliran darah, shock, konfusion dan kadang2 kematian.
Merupakan media tubuhnya kuman2. Pada daerah jaringan longgar, memar menjadi
lebih luas.
Kepentingan forensik.
Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membentuk cetak
negatif (Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan. Lokasi dapat menentukan arah
kekerasan/tanda2 perlawanan.
Memar pada punggung tangan perlawanan.
Memar pada leher pencekikan.
Memar pada pantat penganiayaan
5. Luka lecet.
Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane.
Patofisiologi :
Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh epidermis
kena akan merupakan Port De Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka tampak
adanya serum dan Lymphosit.
Kepentingan Dalam Forensik :
* Merupakan indikasi adanya kekerasan.
* Dapat memperkirakan benda penyebab, jejas kuku, gantung, bekas gigitan.
* Dapat menentukan arah kekerasan – luka Luka geser.
Penting membedakan Luka robek/regang dengan luka tajam di daerah kepala, keduanya
hampir sama hanya pada Luka robek tepi luka tidak rata, akar rambut tidak
terpotong, dan terdapat jembatan jaringan.
Adalah kel. Tubuh yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda tajam/1/2 tajam, alat
berujung runcing sehingga kontinuitas jaringan rusak atau terputus. Benda2 tersebut dapat
berupa : pisau, golok, bayonet, pecahan kaca, atau benda keras lain berujung runcing.
Bentuk dan ukuran luka hanya dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk benda
penyebab ok. Banyak faktor yang mempengaruhi bentuk luka, antara lain :
1. Arah benda masuk.
2. Elasitas jaringan.
3. Gerakan senjata waktu ditarik keluar.
4. Gerakan tubuh sendiri.
Beberapa patokan pada luka tusuk ok pisau :
1. Lembar luka : merupakan lembar maksimal, benda penyebab yang masuk.
2. Dalam luka : merupakan panjang minimal benda yang masuk dalam tubuh.
3. Bila kedua sudut tajam : pisau yang digunakan dapat bermata satu atau dua tergantung
arah masuk.
4. Bila satu sudut tajam, lainnya tumpul : dapat dipastikan ok pisau mata satu.
Cara kematian :
Dapat beberapa cara :
1. Pembunuhan
2. Bunuh diri
3. Kecelakaan.
Tiap cara mempunyai ciri tersendiri pada bunuh diri, misalnya : korban memilih daerah
jantung dan perut. Biasanya melepaskan pakaian dulu, luka percobaan (tentative wound)
dapat ada/tidak dan kadang-kadang pisau masih tergengam erat ok cadaveric spasm.
Pada pembunuhan : luka2 dapat banyak dan tersebar (belakang/depan tubuh) terutama
daerah punggung dan dada, bila ada luka tusuk di daerah punggung, dapat dipastikan
bukan bunuh diri. Sering ditemukan luka2 perlawanan pada tangan.
Pada luka tusuk, bila ditemukan lecet pada tepi luka, kemungkinan ok benda setengah
tajam.
Arah saluran luka dapat pula membantu memperkirakan cara kematian, saluran luka dari
bawah ke atas lebih banyak/sering terjadi akibat pembunuhan, sementara arah luka dari
atas ke bawah dapat terjadi baik ok bunuh diri atau pembunuhan.
Pada kecelakaan, tempat luka dapat dimana saja, pada luka lantas misalnya luka2 paling
sering pada daerah muka dan dada akibat badan terbentur kaca mobil.
LUKA IRIS :
Adalah luka yang disebabkan oleh benda yang mempunyai sisi tajam dan digeserkan
pada permukaan tubuh dengan tekanan yang cukup kuat, ciri2 dari luka iris adalah :
1. Tepi luka rata.
2. Bagian2 jaringan kulit dan otot terpotong rata.
3. Sudut luka tajam dan jumlahnya dapat banyak tergantung jumlah gesekan.
4. Dalam luka lebih pendek dibandingkan dengan lebar/panjang luka.
5. Bentuk luka tergantung arah irisan terhadap garis lange.
Cara perlukaan dapat ok bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan seperti pada luka tusuk
demikian pula masing2 ciri-cirinya.
Luka iris bunuh diri sering pada daerah leher dan pergelangan tangan, perhatikan
kemiringan luka iris dengan kebiasaan korban (kidal/biasa).
LUKA BACOK :
Luka yang disebabkan oleh benda relatif besar, bermata tajam/ 1/2 tajamyang dikenakan
ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga besar. Senjata yang dapat
digunakan : golok, kampak, celurit, pedang, dll.
Ciri-ciri luka bacok :
Luka bacok mempunyai ciri yang hampir sama dengan luka iris, perbedaannya luka
bacok dibuat dengan tekanan dan tenaga besar sehingga luka yang timbul sangat hebat,
sekitar luka sering ditemukan memar, jaringan tulang dibawahnya ikut terluka bahkan
dapat terpotong.
Cara kematian luka bacok ini hampir dipastikan ok pembunuhan, sasaran bacokan
biasanya pada kepala, bahu, leher dan anggota gerak atas mengingat waktu membacok
cenderung ayunan dari atas ke bawah.
Mekanisme kematian :
Mekanisme kematian pada luka ok kekerasan tajam dapat dibedakan :
1. Langsung = perdarahan, kerusakan organ dalam, emboli (terpotong pem.besar), shock
(nevrogenik, volumik).
2. Tidak langsung = infeksi.
LUKA ROBEK :
Luka yang disebabkan kekerasan benda tumpul yang terjadi dengan hebat, biasanya pada
laka lantas (terlintas ban). Disini luka tampak tidak beraturan, kulit dan otot dapat
terlepas dari ikatannya dengan tulang dan tergulung keluar. Luka jenis ini banyak terjadi
pada daerah anggota gerak.
LUKA TEMBAK :
Apabila ditemukan kasus luka tembak, maka dokter harus turut menentukan beberapa hal
:
1. Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak.
2. Mana luka tembak masuk (LTN)/mana luka tembak keluar (LTK), berapa jumlahnya.
3. Jenis dan kaliber senjata.
4. Arah peluru masuk.
5. Saluran luka.
6. Posisi korban (perkiraan).
7. Jarak tembakan.
8. Sebab kematian.
9. Cara kematian.
Senjata Api (Senpi)
Pembagian secara garis besar :
PENDEK/ RIFLIED REVOLVER =PUTARAN KIRI
GENGAM PISTOL = PUTARAN KANAN
SENPI
Full Choke (0,02 – 0,04 inch)
SMOOTH BORE Half Choke (< 0,02 inch)
PANJANG Full Cylinder
Otomotis
RIFLIED Semi Otomatis
Tidak Otomatis
REFLIED : adalah laras beralur, gunanya untuk mendapatkan effek gyroskopik, peluru
berjalan dengan berputar sehingga stabil. Pada revolver arah alur ke kiri, pada pistol arah alur
ke kanan, jumlah alur tergantung dari pabrik pembuat (4-7).
SMOOTH BORE : adalah larak yang tidak beralur, banyak digunakan pada senjata untuk
berburu, jumlah anak peluru banyak. Bentuk Choke dimaksud agar anak peluru pada waktu
keluar laras tidak terlalu tersebar.
Full Choke, perbedaan diameter antara pangkal laras dan muara laras antara 0,02 – 0,04 inch,
sedangkan pada Full Choke perbedaan tersebut kurang/ = 0,02 inch.
Perbedaan antara Revolver dan Pistol :
REVOLVER PISTOL
Peluru tersimpan dalam silinder Dalam magazine
Setelah penembakan selongsong tetap Peluru terlempar ke luar.
pada silinder.
Peluru mempunyai Rim Peluru mempunyai grove/alur
Alur ke kiti. Alur ke kanan
Digunakan oleh Polisi standard (kal : Standard angkatan perang (kal : 45)
38)
LUKA TEMBAK :
Untuk menentukan apakah suatu luka merupakan luka tembak, maka perlu diketahui apa
yang terjadi. Bila sebuah peluru ditembakkan dan keluar dari laras, yaitu :
1. Anak peluru.
2. Gas panas/api.
3. Asap/jelaga.
4. Sisa mesiu yang tidak habis terbakar.
Tiap2 komponen ini mempunyai effek dan menimbulkan ciri tersendiri apabila mengenai
tubuh.
1. ANAK PELURU :
Anak peluru yang menembus kulit akan membentuk lubang luka yang dapat berbentuk bulat
atau lonjong tergantung dari arah peluru masuk atau dapat tidak teratur tergantung bentuk
peluru pada waktu masuk dan jenis jaringan.
Lubang luka mempunyai diameter lebih kecil dari anak peluru ok adanya elasitas jaringan,
selain lubang luka oleh karena adanya putaran peluru maka terjadi pula geseran sehingga
terbentuk luka lecet yang disebut klim lecet.
Apabila anak peluru masuk pada daerah yang ketebalan jaringan tipis dan dibawahnya
terdapat tulang pipih (daerah pelipis) maka lubang luka tidak bulat tapi bentuknya tidak
beraturan (bintang) ok adanya tahanan tulang yang mengakibatkan gas kembali keluar.
Selain klim lecet pada LTM. Disekitar lubang terdapat pula klim kesat, yang terbentuk ok
adanya sisa2 lemak/kotoran pada anak peluru yang menempel disekitar/tepi luka, adanya
klim kesat ini merupakan tanda yang pasti bahwa luka tembak tersebut merupakan LTM.
2. GAS PANAS/API
Gas panas/api akan menimbulkan luka bakar pada kulit (warna kemerahan) atau pada daerah
berambut, rambut akan mengeriting dan daerah ini disebut klim api. Effek gas panas ini baru
terlihat bila jarak tembakan kurang dari 15 cm.
3. ASAP/JELAGA
Efeknya terlihat pada kulit berupa warna kehitaman yang mudah terhapus. Daerah ini
dinamakan klim jelaga. Effek ini dapat terjadi bila jarak tembakan kurang dari 25 cm.
4. SISA MESIU
Butir2 mesiu baik yang telah terbakar atau tidak terbakar pada waktu peluru lepas, juga akan
ikut keluar laras. Butir2 ini akan menyebabkan timbulnya gambaran bintik2 disekitar lubang
luka yang diakibatkan tertanamnya bintik2 pipi pada epidermis dan dermis, gambaran ini
tidak hilang bila dicuci dan disebut klim tato. Klim tato berbentuk bila penembakan pada
jarak (+/-) 60 cm.
CARA KEMATIAN :
15 Cara kematian pada LT dapat disebabkan oleh bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan. Pada
bunuh diri daerah sasaran adalah kepala dan leher, pada kepala paling banyak adalah pelipis,
mulut, dahi. Sedangkan pada leher adalah daerah bawah mulut. Penting adalah arah saluran luka,
pada bunuh diri arahnya cenderung dari bawah ke atas menginggat kemudahan waktu memegang
dan menarik pelatuk. Jarak tembakan, biasanya tempel atau tembakan jarak dekat, sering
ditemukan cadaveric spasme.
16
17 Pada pembunuhan, tempat luka tembak dapat dimana saja dan biasanya tunggal.
18 Pada kesimpulan luka tembak perlu dicantumkan kaliber peluru, jumlah alur dan arah alur
(kalau peluru ditemukan). Tapi tidak boleh menyebutkan jenis senjata (pistol/revolver/senjata
panjang) karena yang membentuk adalah ahli balistik).
19 Bila mayat telah membusuk untuk membedakan LTM/LTK dengan memeriksa pecahan2
tulang.
20 Ciri khas LTM : klim kesat dan ada jaringan yang hilang, bila luka dirapatkan tidak kembali
menyatu.
Ciri khas LTK : tidak ada jaringan yang hilang, kecuali bila ada tulang2 yang lepas atau
peluru kecepatan tinggi.
21 Dalam kesimpulan luka tembak, perlu disebutkan ukuran peluru, berat, arah dan jumlah alur
(bila masih mungkin).
22 Jejas laras : terjadi selain akibat panas laras, juga akibat dorongan kulit keluar yang tertekan
oleh gas. Nampak lebih jelas pada permukaan kulit yang dasarnya terdapat tulang = tulang
pelipis.
LUKA BAKAR :
Untuk melihat berat ringan suatu luka bakar maka perlu ditentukan derajat dan luas luka
bakar.
Derajat luka bakar :
A. Epidermal Burn
Derajat 1 : erythema
Derajat 2 : vesikel dengan ciri :
Banyak albumin dan chior.
PMN
Sekitar merah.
Intra epidemal (bila dipecahkan dasarnya terdapat bintik perdarahan)
B. Dermal Burn :
1. Derajat 3 : kerusakan pada lap. Cuticula kulit warna kehitaman, ujung2 syaraf
terkena rasa sakit (penyembuhan dengan sikatrik).
Derajat 4 : seluruh lap. Kulit terkena, warna kuning kecoklatan, syaraf sudah
rusak sakit kurang. Dalam beberapa hari timbul jaringan necrotik dan nanah
sembuh dengan deformitas sikatrik.
C. Deep Burn :
2. Derajat 5 : mengenai seluruh lap. Kulit dan otot, terjadi koagulasi protein
(albumin otot) – pugilistik.
3. Derajat 6 : seluruh jaringan kulit, otot dan tulang mengarang – nampak pada
beberapa bagian jaringan pecah2 menyerupai L. tajam (disini tidak ada darah).
Mengenai luas luka bakar :
Digunakan rumus 9 (Evans)
Extremitas atas : 9%
Extremitas bawah : 18%
Badan bagian depan : 18%
Badan bagian belakang : 18%
Kepada : 9%
Leher : 1%
Genital : 1%
Luas luka bakar lebih penting dibandingkan derajat luka. Epidemal burn yang melebihi
1/3 bagian tubuh fatal. Kematian bila luas LB > 50%, pada anak2 lebih sensitif lagi. Luka
bakar der2 pada anggota gerak cacat oleh krn jaringan sikatrik.
Faktor lain yang turut berpengaruh :
1. Derajat luka bakar/luas LB.
2. Derajat panas benda penyebab.
3. Lamanya terpapar
4. Umur
5. Jenis kelamin.
Luka bakar pada daerah kepala, badan, perut bagian bawah, genital lebih berbahaya dari
tempat lain.
Sebab Kematian :
1. Cepat : keracunan CO (30-80%)
b shock – neurogenik
luka2 lain akibat tertindih/tertimpa benda keras
2. Lambat : sepsis hypostastik pneumoni
hyponatremia
renal failure, dll.
Masa kritis I-------III.
2 Pemeriksaan Mayat :
1. Darah berwarna merah terang
2. Pada sal pernafasan ditemukan jelaga selaput lendir warna kemerahan dan dapat
ditemukan pula busa halus
3. Tulang tenggkorak sering telah terbuka atau dapat ditemukan pseudo epidural
hematom.
4. Paru2 odema, jantung penuh berisi darah
5. Dapat ditemukan pula oedema laryng.
6. Bila korban sempat hidup dalam jangka waktu beberapa hari, sering dijumpai :
a. Radang paru2
b. Degenerasi sel parenkim hati.
c. Tubular nekrosis akut.
d. Ullerasi lambung/duodenum.
3 Pemeriksaan Toksikologi :
Penting adalah kadar CO - > 10% dalam darah orang tersebut masih hidup waktu
terbakar, sebaliknya kadar CO (-)/sedikit belum tentu orang tersebut sudah mati waktu
terbakar. Dapat terjadi pada kematian yang cepat (ledakan, oedema laring, kadar CO
sekell <<).
Pemeriksaan meliputi :
1. Resistensi Alat Tes
1-2 tetes darah + 5 ml air + 5 tetes NAOH 10%
1-2 tetes darah kontrol + 5 ml air = 5775 NAOH 10%
lihat perubahan warna
2. Mikrodilusi.
3. Gas Chromatografie.
LUKA LISTRIK :
Dikenal 2 jenis arus listrik, yaitu AC (Altenating Current) dan DC (Direct Current),
dikatakan AC lebih berbahaya dari DC.
Dikenal istilah Voltage (V), yaitu tegangan listrik untuk ruma tangga 220 volt, tahanan
(R) kemampuan benda untuk menyalurkan listrik (kayu R<<, logam R>>). dan Ampere
(I).
Kuat arus dikatakan I dan R > berperan dalam mengakibatkan GG pada tubuh manusia
dibandingkan V. Hubungan ketiga bagian itu tercakup dalam rumus :
V volt
V = I.R I= (Ampere = )
R OHM
Jumlah minimal (I) yang mematikan adalah : 65 MA di RT (2A s/d 10A).
Tubuh manusia merupakan penghantar listrik yang buruk pada telapak tangan dan kaki
kering 1.000.000-2.000.000 OHM. Makin tipis kulit makin turun tahanannya (pipi,
paha bag dalam, lipat ketiak) berkisar 500 OHM sampai 1000 OHM. Pada keadaan yang
basah maka tahanan turun hanya berkisar 200 OHM sampai 300 OHM saja. (rata2
tahanan kulit (+/-) 100.000 OHM).
Volt tidak menentukan banyak sebagai penyebab kematian. Dilaporkan bahwa orang
kontak dengan listrik 2.500 volt ternyata masih dapat hidup setelah dilakukan resusitasi
20 menit, sebaliknya pada keadaan basah listrik 50 volt dapat mematikan.
Akibat arus listrik pada tubuh manusia :
Ada 2 jenis akibat yang ditimbulkan listrik :
Merupakan istilah yang dipakai pada forensik untuk keadaan anoksia jaringan tubuh yang
disebabkan oleh hal2 mekanis sifatnya.
Anoxia sendiri adalah keadaan gangguan/penurunan pemasukan O2 ke dalam darah
disertai dengan pemupukan CO2. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan
sel, terutama otak dan jantung (dalam waktu 10 menit terjadi anoksia jaringan tersebut
rusak permanent).
Anoxia sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
gantung
jerat
Mekanik bekap Asphyxia
Sendak
traumatik
Anoxia (Hypoksia)
Sirkulatorik (Shock)
Biologik/klinik Anemik (Keracunan CO)
Histotosik (Keracunan. CN)
Mengenai tenggelam, ada perbedaan pendapat di kalangan para pakar, satu pihak
memasukkan dalam asphyxia. Yang lainnya tidak setuju, oleh karena mekanisme
kematian pada tenggelam lebih kompleks dan agak berbeda.
Gejala Asphyxia :
1. Penurunan kadar O2 darah pernafasan >>, lendir >> + udara busa, tyspnoe.
2. Peningkatan kadar CO2 darah merangsang pusat pernafasan dan SSP konulsi.
3. Terminasi perangsangan menghilang, apnoe
Tergantung pada besar hambatan, gejala sudah dapat timbul dalam 2-4 menit.
Secara klinis gejala ini dibagi menjadi 3 stadium :
(1) Stad I : pernafasan dalam dan cepat, tekanan darah dan nadi cepat.
(2) Stad II : pernafasan mulai sulit, muka kongestitif, vena2 leher terbendung, tekanan
darah naik, tachy cardi.
(3) Stad III : hilang kesadaran, kejang2, pernafasan irregular, tekanan darah turun,
pernafasan berhenti.
Penegakan Diagnosa :
Berdasarkan mekanisme pokok pd asphyxia yaitu perbendungan dan penurunan O2,
peningkatan CO2. Selain tentunya tanda2 yang ditimbulkan oleh penyebab asphyxia.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan (tidak khas untuk asphyxia dapat timbul padang
kejang2/epilepsi) :
1. Venal terbendung, pada penyekatan misalnya n\muka menjadi sembab, pelebaran
pembuluh selaput bola mata/kelopak mata, lebar luas dan warna gelap.
2. Peningkatan kadar CO2 dan penurunan kadar O2 tardivs spot, cyanosis.
3. Tanda-tanda lain = kekerasan pada leher, mulut pada kasus2 gantung, jerat, sekap.
Benda asing pada sal udara sobek. Tanda kekerasan pada dada pada traumatik
asphyxia.
Cara Kematian :
Dapat oleh karena bunuh diri (gantung diri), kecelakaan (anak bayi muka tertutup bantal,
tersedak) atau oleh karena pembunuhan (cekik, penjeratan). Penting diketahui keadaan
TKP.
Mekanisme Kematian :
1. Anoksia otak = terjepit aliran darah ke otak.
2. Gangguan pernafasan = saluran nafas terjepit/tersumbat.
3. Vagal Reflek = akibat tekanan darah leher.
4. Patahnya tulang leher = terutama terjadi pada hukuman gantung (Judicial Hanging)
Pemeriksaan Bedah Mayat :
I. Pemeriksaan Luar :
Lebam luas dan gelap. Pada muka dan ujung2 jari, kaki sianosis muka, bibir
dan ujung jari.
Mata menonjol, petechia pada kelopak, bola mata (disebabkan pembuluh
darah).
Lidah dapat keluar/tidak, tergantung posisi tali. Diatas rawan lidah, lidah
tidak terjulur. Dibawah rawan lidah, lidah dapat terjulur.
Sperma dapat keluar/tidak.
Tanda2 kekerasan sesuai dengan penyebab.
II. Pemeriksaan Dalam :
Darah tampak cair dan gelap.
Perbendungan pada semua organ.
Jantung kanan tampak terengang dan penuh darah yang cairsedangkan bagian
kiri kosong.
Trachea dan laring penuh busa dan pelebaran pembuluh darah.
Paru2 sembab, bila diiris, spontan keluar darah cair dan busa.
Tardiev spot pada serosa, mata, epigiotis, paru2 dan jantung.
Derajat perbendungan tergantung lamanya pergulatan untuk hidup (mulai asphyxia
mati) makin cepat tanda kurang jelas.
Tardiev spot bukan tanda yang pathognomik untuk asphyxia, dapat timbul pada semua
keadaan yang menimbulkan hypoksemia.
Pada asphyxia darah dapat cair tergantung dari lama pergulatan hidup pada proses
yang lama ada mekanisme dimana terbentuk trombus akibatnya tubuh mengeluarkan
fibrinolysin >>, akibatnya darah cair; bila proses mati cepat, maka tidak terbentuk
tromous, fibrinolysin << darah normal.
Tardiev spot pada pengantungan dapat tidak timbul bila mekanisme mati ischemia bukan
asphyxia, yaitu pada gantung typikal.
MATI TERGANTUNG :
Ā᠀᠀᠀Ԙ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ ᠀ Ā᠀ ᠀᠀᠀ ᠀ˉ᠀ⴖ᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀Ë᠀᠀᠀᠀᠀ Ǜ⅌᠀ᣯ᠀᠀ ᠀᠀᠀Պ᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀ ℒ᠀᠀᠀᠀᠀᠀
᠀ ᠀᠀᠀ ᠀ ᠀᠀
᠀
᠀᠀᠀᠀ ᠀ ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ᏼ᠀᠀ ᠀᠀Κὧ᠀᠀᠀ Ҏ᠀᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀ ᠀ ᠀ ᠀ ᠀ ᗣ᠀᠀ ᠀᠀᠀᠀CC᠀ᕜЉЉЉЉЉЉЉЉåǣf
᠀t᠀¯᠀¿᠀ÉⷳÓ᠀ò᠀᠀ ᠀᠀᠀㐂㐂 ᠀ö᠀÷᠀ @᠀᠀$@᠀Έ@᠀ǿ᠀᠀ ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ǿ᠀᠀ǿ᠀ÿȀ᠀ÿ᠀ÿȀ᠀ÿ᠀᠀᠀ Ȁ᠀ԃԄԄ
᠀ *᠀x᠀᠀᠀᠀ ᠀ ᠀ ᠀᠀᠀ ᠀ ᠀᠀᠀ ᠀᠀ ᠀ ᠀᠀᠀ ȁԀąĂ᠀Ԃ᠀ ᠀ ᠀ ᠀ ᠀᠀᠀᠀ Ȁ᠀ȄȂȂ᠀*᠀x᠀᠀᠀᠀ ᠀ ᠀ ᠀᠀᠀ ȁԀ᠀ ᠀ ᠀᠀ ᠀᠀ ᠀᠀ ᠀᠀᠀
ȀԏȂЂȃ᠀ ᠀ ¬᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀ ᠀ ᠀ ᠀ ᠀᠀ ȀԄԃ᠀ȃᏼ᠀@᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀Ȁ؋ЅȄ᠀.᠀ `⧀᠀ā᠀᠀ ᠀᠀᠀ ᠀ ᠀᠀ ȀԄԃ᠀ȃᏼᏼ B
᠀᠀᠀ ᠀ ᠀ ᠀ ᠀᠀ ᠀᠀᠀ ᠀᠀∀ Ѐ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ȀԀ$᠀Ò⬀᠀ЀЀ᠀᠀$᠀Ò⬀᠀᠀᠀ჰĀ᠀᠀᠀᠀᠀᠀0ööȀ᠀᠀Qჰ
ď␈P᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀Ѐ᠀᠀᠀᠀Ѐ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀Ā᠀Ȁ᠀̀Ѐ᠀Ѐ᠀Ԁ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀
᠀᠀ǽ᠀P᠀
᠀᠀᠀᠀᠀᠀᐀᠀ᔀ᠀ᘀ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ᴀ᠀Ḁ᠀ἀ∀─
∀─ ⠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀Ⰰ᠀ⴀ᠀᠀᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀ ᠀᠀᠀
᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀᠀0 Penyebab kematian disini ada 3 macam :
1. Patahnya tulang leher dan kerusakan pada batang otak.
2. Hambatan jalan nafas, pembuluh darah.
3. Cardiac Arrest (vagal reflek)
Add 1 :
Patahnya tulang leher sering terjadi pada “judicial hanging”. Biasanya ruas yang patah C2-3. Hal
ini disebabkan pada “judicial hanging” simpul terletak tepat di belakang kepala dan beban
(tubuh) jatuh secara tegak lurus lurus. Gantung jenis ini dikenal : Gantung Typikal. Kematian
cepat terjadi, namun kadang2 ditemui jantung masih berdenyut sampai 10-15 menit. Tanda2
perbendungan sering tidak ditemukan, saluran nafas dan A. corotis mengalami kerusakan.
Add 2 :
Kematian jenis ini sering ditemui pada mati gantung diri atau menyerupai gantung diri (gantung
atipikal). Mekanisme yang sering cerebral iskemi, obstruksi jalan nafas, cardiac arrest.
Hambatan pada leher ini sudah dapat membendung Arteri Carotis dengan tekanan yang besarnya
hanya 3,5 kg, bila tekanan 16 kg maka Ateri Vertebralis akan tersumbat.
Hambatan saluran nafas dapat terjadi akibat patahnya tulang rawan Hyoid atau Thyroid atau
dapat juga oleh karena lidah tertarik ke belakang.
Pemeriksaan mayat :
Kelainan pada mayat tergantung pada keadaan ikatan pada leher. Bila hanya jalan nafas
yang tersumbat dan vena2 leher, sedangkan pemb arteri tidak tersumbat, maka akan
terlihat tanda2 perbendungan pada daerah muka (pelebaran dan petechia, muka sembab).
Sebaliknya bila pemb arteri turut terjepit, muka menjadi pucat.
Jejas jerat mula2 pucat dan anemis. Tapi akan berubah setelah korban mati menjadi
kehitaman dan perabaan seperti kertas permanen. Bila korban banyak menggerakkan
leher sebelum kematian, maka pada tepis jejas nampak ada vesikel dan memar atau
perdarahan. Adanya vesikel ini menunjukkan sekaligus bahwa korban masih hidup waktu
tergantung. Jejas jerat juga memberikan gambaran benda penyebab.
PENJERATAN :
Berbeda dengan tergantung pada penjeratan tekanan pada leher bukan ditimbulkan oleh
beban tubuh korban melainkan tekanan/kekuatan dari luar (pelaku/pembunuh).
Penjeratan lebih banyak merupakan kasus pembunuhan dibandingkan dengan kasus
bunuh diri.
Kekuatan tekanan biasanya besar sehingga tanda2 perbendungan pada daerah muka
cukup hebat. Jejas jerat letaknya lebih rendah dari tergantung dan posisinya biasanya
mendatar (sering berada pada rawan tyhroid atau dibawahnya). Pada daerah leher, sering
ditemukan luka lecet akan kuku korban sewaktu berusaha untuk melepaskan jeratan.
Pada penjeratan tulang tyhroid atau tyhroid sering ditemukan patah terutama pada
superior cornu.
Cara kematian pada mati tergantung :
BUNUH DIRI DIBUNUH
0 TKP : Terkunci dari dalam Dari luar
Tempat tersembunyi Dapat dimana saja
TKP bersih/rapi Sering acak-acakan
Suicide note (+) Suicide note (-)
1 Posisi Korban >< tali :
Jarak ke lantai pendek. Cenderung tinggi
Jarak simpul ke paru2 jauh Jarak cenderung pendek/dekat
Simpul hidup Dapat hidup/mati
Jumlah lilitan cenderung . 1 Dapat satu/lebih
2 Korban :
Tidak ada luka2 Tanda2 kekerasan
Tanda intra vital (+) Tanda intra vital (-)
Jerat sejalan mendatar juga dapat terjadi pada gantung diri, yaitu bila korban tergantung
tidak penuh (kaki tidak tergantung/partial).
Mekanisme utama mati tergantung adalah ischemia otak oleh karena aliran darah
tersumbat, mekanisme kedua baru asphyxia.
Tekanan yang diperlukan untuk membuat sumbatan pada organ2 di leher :
0 Sumbatan vena : 2 kg
1 Sumbatan A. carotis : 5 kg
2 Sumbatan Trachea : 15 kg
3 Sumbatan A. vertebralis : 30 kg
Komplikasi yang sering terjadi pada kasus gantung diri yang tergolong adalah :
Pneumonia dan “Hypoxia Brain Damage”.
TENGGELAM :
Tenggelam adalah asphyxia yang disebabkan oleh karena adanya cairan dalam
saluran pernafasan yang masuk melalui hidung/mulut. Tenggelam dapat seluruh tubuh
masuk dalam air atau hanya sebagian.
Perubahan2 yang terjadi pada waktu tenggelam :
Khas : cairan berbusa keluar dari mulut yang liat (sukar untuk dihapus), bedakan dengan
busa pada asphyxia biasa yang mudah dihapus. “Fine Froth” (busa liat) ini diakibatkan
mekanisme pada saluran pernafasan yang terangsang oleh air sehingga excudat (lendir)
pernafasan menjadi banyak yang tercampur dengan udara paru.
Paru tampak kongesti, terdapat petechia pleura visceralis.
Tidak khas : Tanda2 perbendungan pada alat dalam, Darah cair warna kebiruan, Diudisi
jantung, dll.
Diagnosa : penting pada kasus tenggelam untuk menentukan apakah seseorang masih
hidup/sudah mati pada waktu tenggelam. Pada kasus mati karena tenggelam terdapat
tanda2 sebagai berikut :
Fine froth, cutis anserina, washer woman hand.
Petechia (dalam hal tenggelam bercak paltauf)
Perbendungan pada paru dan alat dalam.
Ditemukan aspirat pada saluran nafas dan paru berupa : diatome, ganggang2, kristal2
sesuai dengan tempat tenggelam.
Perubahan kimia darah.
Selain itu dapat pula ditemukan :
Lumpur/kotoran pada sal nafas dan,
Lambung, usus halus.
Tanda ini tidak spesifik karena lumpur/kotoran dapat masuk secara pasif.
PEMERIKSAAN DIATOME :
0 Diatome adalah algae bersel satu, bentuk dapat macam2, pemeriksaan dapat dengan cara :
1. Sediaan langsung dari getah paru.
2. Destruksi dengan asam kuat.
3. Sediaan histologi tanpa pewarnaan dan menggunakan mikro dark field.
1 Pro dan kontra mengenai kesahihan dari diatome dalam paru, oleh karena katanya
diatome dapat pula ditemukan pada orang hidup melalui minuman atau makanan pada waktu
menelan (demikian pula kedalaman > 25 m, diatome dapat masuk alv secara pasif). Sangat sahih
bila ditemukan diatome pada tulang.
2 Mekanisme kematian :
0 GG. Elektrolit :
0 Airtausar : hypotonus dibandingkan dengan cairan darah, air dari paru2 teserap
darah = haemodilusi, kadar elektrolit << (NA, Cl, Mg) akibatnya K + sel terserap
dalam darah = otot jantung kekurangan K + fibrilasi ventrikel.
1 Air laut : hypertonus, cairan darah terserap ke paru2. Paru2 menjadi oedem, cairan
darah haemokonsentasi – 99. Pernafasan (asphyxia)
Sudah dapat terjadi < 60 menit. Kematian pada tenggelam air tawar > cepat terjadi
di bandingkan pada air laut karena cepatnya terjadi fibrilasi ventrikel.
1 Laryngospasme Akibat rangsang dingin dari air.
2 Vagal reflek Rangsang air yang masuk ke oesophagus atau sal nafas
reflek vagus, henti jantung.
3 Hydrocaution kolaps sirkulasi dengan sebab tidak jelas.
4 Hypothermia penurunan suhu yang mendadak.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 2-3 menit saja.
3 Penentuan diagnosis kematian :
1. Tanda/gejala
Tidak khas : perbendungan, darah cair, kebiruan, dintasi jantung, lumpur PD, TR dan
GIT.
Khas : petechia pada pleura viseralis (bercak pactauf), cairan berbusa pada bronchus,
laryng, paru2 kongesti.
2. Histologi
A. Menurut Toreh, jaringan paru dilihat gambaran nueoli dengan menggunakan
impregnasi perak.
Stad 1 : dinding alv berkerut sampai sebesar kapiler (N = 2-3X> lebar).
Stad 2 : dinding alv > kecil lagi, kapiler tertarik sehingga sering pecah.
Stad 3 : distensi septum > hebat, kapiler tinggal setipis benang. Terdapat ruptur
inika septum yang komplit.
Stad 4 : batas peregangan septum sudah dilampaui terdapat ruptur yang multipie
dengan ujung2 septum yang putus menebal.
B. Pemeriksaan diatome : simetri radial (banyak dikut) dan simetri vertal (banyak
ditawar)
3. Pemeriksaan kimia darah :
A. Penentuan ion CL dari darah ventr kiri dan kanan pada air tawar CL turun sampai
17 Me/ pada jantung kiri, sebaliknya meningkat pada tenggelam di air laut.
Penggunaan ion CL hanya pada 24 jam pertama, sebab setelah itu kadar akan
turun dengan sendirinya. Pemeriksaan dapat juga menggunakan ion Na, K dan
CO.
B. Spitz : perubahan aktifitas2 enzym2 (peroksidase, aldolase, sitokrom oxidase) dari
homogenat jantung dan paru2.
Pembagian kasus tengelam :
1. Wet drowning (asin/tawar).
2. Dry drowning (mod vagar reflek/laryngo spasme)
3. Secondary drowning (sempat tertolong).
BAB IV
VISUM ET REPERTUM
1. PENGERTIAN:
a. Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter.
b. Atas pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang bukti berupa tubuh manusia (mati /
hidup), bagian dari tubuh manusia.
c. Memuat hasil pemeriksaan dan kesimpulan
d. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak berwajib.
e. Digunakan untuk kepentingan peradilan.
2. LANDASAN HUKUM :
a. Lembaran negara No. 350 Thn. 1937
b. KUHAP Pasal 179 kewajiban sebagai saksi ahli.
c. KUHAP Pasal 133 penyidik dapat meminta ket. ahli.
Istilah Visum Et Repertum tidak tercantum pada KUHAP yang ada adalah Keterangan Ahli,
keterangan ahli dapat tertulis atau lisan, ( Penjelasan pasal 186 KUHAP “ Keterangan Ahli
dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh Penyidik atau Penuntut Umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu
menerima jabatan atau pekerjaan ).
Berdasarkan hal tersebut Visum et Repertum merupakan keterangan ahli baik untuk bagian
pemberitaan maupun kesimpulan sehingga secara keseluruhan VeR menurut KUHAP merupakan
alat bukti sah.
Beda dengan Lembaran Negara No. 350/1937 = bagian dari VeR yang merupakan alat
bukti sah hanyalah bagian Pemberitaan.
(LN. 350/1937 : VeR merupakan alat bukti yang sah sepanjang apa yang dilihat dan
ditemukan oleh Dokter).
Catatan :
Alat Bukti (Pasal 184)
Segala macam formalitas yang digunakan untuk membuktikan suatu tindak pidana.
VER
KORBAN
Obati
Izin pasien
Kasus ttt
Berikan langsung Menggunakan data Rekam Medik
VER berdasarkan Rekam medik
Tubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh penyidik, namun
tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian –bagian yang tersangkut
tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti.
d. Kesimpulan
Memuat pendapat dokter tentang sebab/akibat dari hal-hal yang ditemukan.
e. Penutup
Berisi penegasan bahwa Ver ini dibuat berdasarkan sumpah jabatan dan dibuat dengan
sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.
5. JENIS VER
Korban
*Luka : Seketika, Sementara, Lanjutan
Orang hidup *Kejahatan Seksual
*Psikiatri
Pelaku
6. VER PSIKIATRI :
Dapat diminta oleh hakim dengan masa obsevasi 5 bulan (L.N. 1966 No : 3 – Psl 8)
Diminta oleh penyidik dengan observasi selama 4 minggu (PERMENKES RI), PP MENKES RI
tahun 1970 Bab III Pasal 11-23.
7. VER SEMENTARA :
Diterbitkan apabila Polisi meminta segera sementara korban perlu perawatan/observasi.
Ver lanjutan dibuat bila korban mati , sembuh atau pindah rawat/pulang paksa.