Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Namun di samping
itu, setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajban di bidang kesehatan.
Untuk itu, pemerintah memiliki sejumlah tanggung jawab yang harus
dilaksanakannya, yang meliputi tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk
memberdayakan dan mendorong peran akif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian desa dan kelurahan siaga aktif?


2. Apa latar belakang munculnya desa siaga aktif?
3. Apa itu pelayanan kesehatan dasar?
4. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM?
5. Apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?
6. Apa saja Kriteria desa dan kelurahan siaga aktif?
7. Apa itu pengertian SPMKK?
8. Apa saja tujuan SPMKK?
9. Apa saja sasaran SPMKK?
10. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan?
11. Prinsip-prinsip apa saja yang diterapkan dalam SPMKK?
12. Bagaimana strategi SPMKK?
13. Apa saja komponen SPMKK?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desa dan kelurahan siaga aktif.
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya desa siaga aktif.
3. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan dasar.
4. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM.
5. Untuk mengetahui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
6. Untuk mengetahui kriteria desa dan kelurahan siaga aktif.
7. Untuk mengetahui pengertian SPMKK.
8. Untuk mengetahui tujuan SPMKK.
9. Untuk mengetahui sasaran SPMKK.
10. Untuk mengetahui faktor-faktor yang perlu di perhatikan.
11. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang di terapkan dalam SPMKK.
12. Untuk mengetahui strategi SPMKK.
13. Untuk mengetahui komponen SPMKK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Desa Siaga aktif


2.1.1 Latar Belakang Desa Siaga Aktif
Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 adalah “Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.” Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan 8
arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah mewujudkan bangsa
yang berdaya saing.
Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, salah satunya arah yang
ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia, yang
ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Unsur-unsur
penting bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan
pertumbuhan ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan pada hakikatnya
adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia yang bekualitas, yang
selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat
kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Oleh sebab
itu, pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan harus
diarahkan kepada beberapa hal prioritas.
Pembangunan kesehatan juga tidak lepas dari komitmen Indonesia sebagai
warga masyarakat dunia untuk ikut meralisasikan tercapainya Millenium
Development Goals (MDGS). Dalam MDGS tersebut, kesehatan dapat dikatakan
sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya
berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak
langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah
memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit
lainnya, serta melestarikan lingkungan hidup.
Berkaitan dengan hal tersebut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan
3
harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang
berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Namun di samping itu,
setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajban di bidang kesehatan.
Untuk itu, pemerintah memiliki sejumlah tanggung jawab yang harus
dilaksanakannya, yang meliputi tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah juga bertanggung jawab
untuk memberdayakan dan mendorong peran akif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya urusan pemerintahan yang menjadi
urusan wajib Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota.
Salah satu dari antara sejumlah urusan wajib tersebut adalah penanganan bidang
kesehatan. Dengan demikian, jelas bahwa pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota. Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kota harus berperan aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat desa
dan kelurahan di wilayahnya, agar target cakupan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dapat dicapai.
Namun demikian, berperan aktif bukan berarti bekerja sendiri. Bagaimana
pun, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Pusat memiliki juga tanggung jawab dan perannya
dalam menyukseskan pembangunan kesehatan masyarakat desan dan kelurahan.
Bahkan tidak hanya pihak pemerintah, pihak-pihak lain pun, yaitu organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, serta para pengambil keputusan dan pemangku
keperntingan lain, besar perannya dalam mendukung keberhasilan pembangunan
kesehatan masyarakat desa dan kelurahan.
Bertolak dari kesadaran di ats, maka disusunlah pedoman umum
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif sebagai acuan untuk kesamaan
pemahaman bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka akselerasi program

4
pengembangan desa siaga guna mencapai target desa dan kelurahan siaga aktif
pada tahun 2015.
Dengan kesamaan pemahaman diharapkan akan terjadi sinkronasi dan
kerjasama yang baik dalam rangka mengupayakan tercapainya desa dan kelurahan
sehat, kecamatan sehat, kabupaten/kota sehat, provinsi sehat, dan Indonesia sehat.

2.1.2 Dasar Hukum Desa Siaga Aktif


Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan dengan mengacu
kepada peraturan perundang – undangan sebagai berikut :
1. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang Wabah
Penyakit Menular.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintahan Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten atau Kota.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Gubernur Selaku Wakil Pemerintah di
Daerah.
12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara.

5
13. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang
Penyelenggaraan Kabupaten atau Kota Sehat.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemeruntah Kabupaten atau Kota kepala Desa.
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan Profil Desa atau Kelurahan.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa atau Kelurahan.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota kepada Lurah.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaen atau Kota.
25. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyyat Nomor 25
Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri.
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.

6
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten
atau Kota.
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tenang Sistem
Kesehatan Nasional.
30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/II/2010 tentang
Penetapan Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat.

2.1.3 Pengertian Desa dan kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga
yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa
atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang :
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
atau sarana kesehatan yang ada diwilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan
Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau
sarana kesehatan lainnya.
b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan Melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak gizi,
lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau keluarga Siaga Aktif
memiliki komponen :
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong
upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2.1.4 Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur
– unsur yang harus dipenuhi, yaitu :
7
a. Kepedulian pemerintah desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
desa dan kelurahan siaga aktif yang tercemin dari keberadaan dan keaktifan
forum desa dan kelurahan.
b. Keberadaan kader pemberdayaan masyarakat atau kader teknis desa dan
kelurahan siaga aktif.
c. Kemudahan akses masyarakat terhadap peayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan.
1. Survailans berbasis masyarakan.
2. Penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan.
3. Penyehatan lingkungan.
e. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk mengembangan desa
dan keluarga siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan
serta dari masyarakat dan dunia usaha.
f. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di desa dan kelurahan siaga aktif.
g. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan desa dan keluarga siaga aktif.
h. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.

2.1.5 Pelayanan atau Kegiatan Desa Siaga


a. Survailans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan
dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan
direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di
poskesdes.
b. Perencanaan Partisipatif : Perencanaan Partisipatif dilaksanakan melalui survei
mawas diri (SDM) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SDM,
desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa
siaga menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
c. Mobilisasi sumber daya masyarakat : melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai denga kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional
8
poskesdes. Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya
masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable).
d. Kegiatan Khusus : Desa Siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain – lain. Dalam mengembangkan
kegiatan khusu ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak
puskesmas.
e. Monitoring kerja : monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian
dari survailans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi kartu kesehatan keluarga
untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian
pengurus desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari kartu
kesehatan keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
f. Manajemen keuangan : desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS – 2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai
dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah
direview oleh dewan kesehatan desa, kepala desa, fasilitator dan puskesmas.
Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus
dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.

2.1.6 Pelayanan Kesehatan Dasar


Pelayanan kesehatan bagi masyarakat didesa siaga aktif atau kelurahan siaga
aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan
masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya disukung oleh sarana – saran kesehatan yang
ada seperti puskesmas pembantu (Pustu), puskesmas, dan rumah sakit.
Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk – pentunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan
tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa:
a. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil.
b. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui.
c. Pelayanan kesehatan untuk anak.
d. Penemuan dan penanganan penderita penyakit.
9
2.1.7 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM
yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis
masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan
penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga
kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjukan teknis dari Kementerian
Kesehatan. Kegiatan – kegiatannya berupa :
a. Pengalaman dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak,
gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat.
b. Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon
cepat.
c. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan.
d. Pelaporan kematian.
Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya – upaya
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan
kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari
kementerian kesehatan. Kegiatan – kegiatannya berupa :
a. Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi.
b. Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat
bencana dan mencegah faktor – faktor penyebab masalah.
c. Bantuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih,
jamban, pembuangan sampah /limbah, dan lain – lain) di tempat pengungsian.
d. Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah.
e. Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.
Penyehatan lingkungan adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman
agar terhindar dari penyakit dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari kementerian kesehatan. Kegiatan –
kegiatannya berupa :
a. Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar.
b. Bantuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih,
jamban, pembuangan sampah dan limbah, dan lain – lain).
10
c. Bantuan/fasilitas upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

2.1.8 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Masyarakat di desa atau kelurahan siaga aktif wajib melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga.
Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana
pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS
harus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan – tatanan institusi pendidikan,
tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan.

2.2 Konsep Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK)


2.2.1 Pengertian SPMKK
Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) adalah suatu Micro
system dari macro system organisasi pelayanan kesehatan dan proses manajerial
untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat dan bidan di rumah sakit dan
puskesmas. SPMKK adalah proses sistem mikro yang mendukung dan
meningkatkan kemampuan kinerja klinis perawat dan bidan secara profesional,
dengan memperhatikan etika aspek legal yang akan meningkatkan budaya kerja,
sehingga diharapkan dapat bermanfaat secara makro dalam pelayanan kesehatan
masyarakat baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

2.2.2 Tujuan SPMKK :


a. Dapat meningkatkan kepatuhan penggunaan standar dalam melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
b. Dapat meingkatkan kemampuan manajerial pelayanan keperawatan dan
kebidanan.
c. Meningkatkan pelayanan monitoring kerja berdasarkan indikator kinerja yang
di sepakati.
d. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan kebidanan.
11
e. Meningkatkan kepuasaan pasien.

2.2.3 Sasaran SPMKK


a. Perawat dan bidan pelaksana, serta menajer lini pertama (first line manager)
yaitu : kepala ruangan dan wakil di rumah sakit, perawat dan bidan sebagai
penganggung jawab program di puskesmas serta pimpinan keperawatan dan
kebidanan disarana pelayanan kesehatan lainnya.
b. Pimpinan disarana kesehatan, direktur, kepala sidang/ kepala seksi, kepala
instalasi dan supervisor rumah sakit), kepala puskesmas, dan kepala sarana
pelayanan kesehatan lainnya.

2.2.4 Faktor–Faktor yang Perlu Diperhatikan


a. Peraturan dan kebijakan, dikaitkan dgn system penghargaan, dikaitkan dgn
proses registrasi ulang.
b. Anggaran.
c. Sistem Informasi, Data Dasar, Up-dating, Pengembangan jaringan.
d. PPNI & IBI, Penyebaran Informasi.
e. Manajemen SDM, Pelatihan, Jalur/tangga karir, Penilaian Kinerja, Deskripsi
Kerja.
f. Ketrampilan, Pelatihan ketrampilan manajemen.
g. Jaminan Mutu (Quality Assurance), Standar, Standar Prosedur Operasional,
Akreditasi.
h. Alokasi Waktu yg dilegitimasi, Peorangan, Diskusi Kelompok.
i. Sistem Manajemen & Kepemimpinan : Rencana Kegiatan, Monitoring, Sistem
Kinerja, Sistem Organisasi.

2.2.5 Prinsip–Prinsip yang Diterapkan Dalam SPMKK


a. Komitmen
Janji atau tanggunga jawab, hal ini dapat diartikan bahwa setiap orang/ pihak
institusi yang berkomitmen terhadap komitmen ini sangat diperlukan mulai
dari tingkat pimpinan/ pengambil keputusan di pemerintahan kabupaten/ kota,
dinas kesehatan kabupaten/ kota, rumah sakit, puskesmas, IBI, PPNI, dan
institusi lain yang terkait dengan pelaksanaan PMK. Komitmen ini merupakan
salah satu komponen yang dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
12
b. Kualitas
Dengan meningkatkan kualitas tenaga perawat dan bidan diharapkan akan
tercermin dalam kinerja sehari –hari di tempat kerja. Peningkatan kinerja
perawat dan bidan akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan menjadi
lebih baik sehingga akan memperbaiki okra pelayanan keperawatan dan
kebidanan di sarana pelayanan kesehatan.
c. Kerja Tim
SPMKK tidak ditunjukkan kepada perawat dan bidan tetapi juga mendorong
adanya kerjasama ( team work ) antar tenaga kesehatan ( perawat, bidan,
dokter dan tenaga kesehatan lainnya ). Kerjasama tim merupakan salah satu
penentu keberhasilan pelayanan kesehatan.
d. Pembelajaran Berlanjut
Di dalam penerapan SPMKK memberi kondisi terjadinya pembelajaran
berkelanjutan yang memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dapat mengikuti perkembangan
IPTEK.
e. Efektif dan Efisien
Dengan menerapkan SPMKK maka perawat dan bidan dapat bekerja secara
efektif dan efisien karena mereka bekerja sesuai dengan standard dan uraian
tugas serta diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang dapat meminimalkan
kesalahan – kesalahan dalam pekerjaan.

2.2.6 Strategi SPMKK :


a. Membangun komitmen
Membangun komitmen ditempatkan pada tempat yang pertama, pada strategi
penerapan SPMKK karena komitmen semua pihak sangat penting untuk ranah
selanjutnya.
b. Melibatkan Stakeholde
Setelah memeperoelh komitmen, keterlibatan stakeholder diharapkan dapat
memberikan dukungan baik moril maupun materil untuk keberhasilan
penerapan SPMKK.

13
c. Mengelola sumberdaya
Denagan adanya komitmen yang kuat dari para stakeholder diharapakan
pengelolaan SDM, sumber dana dan fasilitas dapat di tingkatkan untuk
memoptimalkan keberhasilan SPMKK.
d. Profesionalisme
Pengelataan SPMKK perlu dilaksanakan secara profesional didasarkan pada
evidence dan perencanaan yang matang serta di implementasikan secara
sungguh–sungguh berdasar pada pedoman pelaksanaan SPMKK, standar
profesi, SOP keperawatan dan kebidanan, serta pedoman pelayanan kesehatan
lainnya.
e. Desentralisasi
Dalam rangka otonomi daerah SPMKK dapat dikembangkan sesuai dengan
kondisi daerah. Namun tetap berpedoman pada pedoman yang ditetapkan.

2.2.7 Komponen SPMKK


a. Standard ( SOP )
Standard meliputi standar profesi, standar operasional prosedur ( SOP ) dan
pedoman pedoman yang digunakan oleh perawat dan bidan disarana pelayanan
kesehatan. Standar dalam SPKK meliputi :
- Standar dokumentasi yang meliputi :
 Tersedia alur pelayanan yang jelas.
 Tersedia prosedur kerja/ Protap
 Tersedia surat keputusan limpah wewenang yang jelas
 Register pelayanan tertulis lengkap
 Dokumentasi keperawatan DAR dibuat untuk semua pasien
 Semua administrasi tertulis sesuai format yang disepakati
- Standar manajemen yang meliputi :
 Job deskripsi penanggugjawab klinik keperawatan
 Presentasi dalam refleksi diskusi kasus terjadwal
 Monitoring dokumentasi, kepuasaan pelanggan, dan kinerja kilinis.
 Coaching sebagai tindak lanjut hasil monev dan peningkatan kineja klinik.

14
b. Deskripsi pekerjaan ( uraian tugas )
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggung jawab yang
dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dpat menunjukkan jenis dan spesifikasi
pekerjaan sehingga dapat menunjukkan perbedaan antara set pekerjaan yang
satu dengan yang lainnya.
c. Refleksi diskusi kasus
RDK adlah suau metode dalam merfleksikan pengalaman klinis perawat dan
bidan yang mengacu pada pemahaman standar.
d. Indikator kinerja atau indikator kinerja klinis
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu.
e. Sistem monitoring
Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis terhdp indikator
kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan secara periodik untuk
memperoleh informasi sejauh mana kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti
kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat,
secara gotong-royong.
Sedangkan, untuk menjadi perawat yang professional yang berlandaskan mutu
standar maka di butuhkan sebuah monitoring kinerja dalam melakukan asuhan
keperawatan. SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi pelayanan
kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006).

3.2 Saran
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit, pengetahuan dan diskusi
kelompok kami. Semoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Sekretaris Jenderal Kementrian
Kesehatan RI.
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMKK. 2003. Konsep SPMKK.
Tim Badan PPSDM Kesehatan. 2013. Kebijakan dalam Pembangunan Kesehatan di
Indonesia.
http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dan-kegiatan-pokok-desa-siaga

17

Anda mungkin juga menyukai