Anda di halaman 1dari 35

Materi Pokok :

STRUKTUR BAJA II / 2 SKS / MODUL 1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UNIVERSITAS HASANUDDIN

2011
PENGANTAR

Selamat jumpa kembali dalam mata kuliah Struktur Baja II. Modul ajar ini
adalah merupakan modul ajar untuk Mata Kuliah Struktur Baja 2 yang pertama
dalam perkuliahan ini, yang menjelaskan tentang Perencanaan Gading-gading
Kap.
Mempelajari modul ajar ini disediakan waktu dalam 4 pertemuan, yaitu
pertemuan 2,3,4 dan 5 (Tatap muka = 400 menit dan Praktek/TUgas Besar = 1200
menit).
Modul ajar ini dilengkapi dengan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP),
aktivitas mahasiswa, contoh, dan latihan.
Demikianlah disampaikan kepada anda yang tetap berkeinginan untuk
berprestasi, demi tercapainya cita-citamu. Selamat belajar, semoga sukses, dan
selamat bertemu kembali pada perkuliahan Struktur Baja II.

Penulis,

Ir. Abdul Rachman, MT.

Modul 1 1
Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) :

PERENCANAAN GADING-GADING KAP

Mata kuliah : Struktur Baja 2


Semester / SKS : 6 / 2 SKS
Materi Pokok : Perencanaan Gading-gading Kap
Alokasi Waktu : 5 pertemuan (pertemuan 2,3,4,5)
Standar Kompetensi : Mampu mengkonstruksi gading-gading kap suatu
bangunan industri.
Kompetensi Dasar :
1) Mampu memilih bentuk rangka kuda-kuda
2) Mampu mendimensi gording
3) Mampu menghitung gaya-gaya batang
4) Mampu menentukan ukuran profil yang akan dipakai
5) Mampu mengkontrol berat kuda-kuda
6) Mampu memeriksa ada tidaknya lendutan
7) Mampu merencanakan titik buhul
8) Mampu menggambar rangka kuda-kuda
Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mampu mengkonstruksi gading-gading kap
suatu bangunan industri.
Tahap Pembelajaran :
Fase I. Prakondisi :
1) Metode Pembelajaran yang digunakan ialah :
a. Ceramah
b. Diskusi dan Tanya jawab
c. Aktivitas (penyelesaian masalah)
d. Latihan
2) Sumber belajar
a. Modul Ajar 6
b. Tabel Profil Konstruksi Baja

Modul 1 2
c. PPBBI
d. Peraturan Muatan Indonesia
Fase II. Prosedur Pembelajaran
1) Menjelaskan langkah-langkah mengkonstruksi gading-gading kap
2) Menjelaskan bentuk-bentuk rangka atap
3) Menjelaskan cara mendimensi gording
4) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)
5) Menjelaskan cara menghitung beban dan gaya batang
6) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)
7) Menjelaskan cara mendimensi setiap batang dari rangka kuda-kuda
8) Menjelaskan cara mengkontrol berat rangka atap
9) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)
10) Menjelaskan cara memeriksa ada tidaknya lendutan
11) Menjelaskan perhitungan titik buhul
12) Menjelaskan cara menggambar kuda-kuda
13) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)
14) Latihan
15) Formatif 6 dilaksanakan pada akhir Pertemuan 5.
Fase III. Materi Pembelajaran
Materi pokok : Perencanaan Gading-gading Kap
Materi pokok ini akan dibahas dengan menggunakan modul ajar 1, Tabel
Profil Konstruksi Baja, PPBBI, dan Peraturan Muatan Indonesia.
Fase IV. Proses Evaluasi
1) Domain kognitif
2) Instrument yang digunakan ialah tes esay
3) Standar : menguasai materi perkuliahan minimum 70 %.

Modul 1 3
Kembali saya ucapkan selamat datang bagi Anda yang berkeinginan
mempelajari modul ini. Modul ini adalah modul pertama dari 3 modul yang ada
pada mata kuliah Struktur Baja 2, yang membahas topik Langkah-langkah
Perencanaan Rangka Atap Bangunan Industri.
Rangka atap terdiri dari batang-batang yang membentuk rangka yang merupakan
batang atas, batang bawah, batang vertikal, dan batang horizontal yang tumpu di
atas kolom atau di atas dinding. Dan yang terakhir di atas rangka atap adalah
penutup atap yang terbuat dari seng, aluminium, asbes gelombang, genteng dan
lain sebagainya. Untuk memudahkan pemahaman Anda, Anda dapat
memperhatikan rangka atap rumah yang Anda tempati sekarang. Ternyata
terbantu bukan ?
Untuk mempelajari modul ini Anda sudah harus memahami dengan baik
mekanika teknik mengenai perhitungan gaya-gaya batang dengan Cremona atau
Ritter, supaya dapat menghitung gaya-gaya batang yang timbul pada setiap
batang dalam suatu rangka atap (kuda-kuda).
Di dalam modul ini, Anda difokuskan mempelajari hanya di dalam 1 (satu)
kegiatan belajar, yaitu :

Kegiatan Belajar : Langkah-Langkah Perencanaan Rangka AtapBangunan


Industri

Standar Kompetensi :
Setelah tuntas mempelajari modul ini, Anda mampu mengkonstruksi
gading-gading kap suatu bangunan industri.

Modul 1 4
1. Pendahuluan

Dalam perencanaan rangka atap suatu bangunan harus mempertimbangkan


beberapa aspek seperti : bentang yang diperlukan, bahan atap yang digunakan,
fungsi bangunan, dan lain sebagainya. Hal ini sangat diperlukan agar dapat
memperhitungkan semua beban-beban yang mungkin ada pada suatu rangka atap .
Beban – beban yang dimaksudkan antara lain : berat sendiri atap, gording, rangka
atap, dan ikatan angin. Di samping itu masih ada beban yang lain seperti angin,
air hujan, dan beban hidup yang harus diperhitungkan.
Dalam kegiatan belajar ini Anda dapat mempelajari lebih mendalam
mengenai :
Langkah-langkah Perencanaan Rangka Atap Bangunan Industri

Kompetensi Dasar :
Setelah selesai kegiatan belajar ini, Anda dapat menerapkan langkah-
langkah perencanaan rangka atap untuk bangunan industri.

2. Uraian
Langkah-langkah perencanaan rangka atap untuk bangunan industri tidak
jauh berbeda dari perencanaan rangka atap bangunan gedung pada umumnya.
Yang membedakan perencanaan rangka atap untuk bangunan industri dengan
rangka atap untuk bangunan yang lain, antara lain : bentuk rangka atap, lebar
rangka atap, dan pada bangunan industri biasanya terdapat balok keran (crane
girder).

Modul 1 5
Langkah-langkah perencanaan rangka atap untuk bangunan industri yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1) Merencanakan Bentuk Rangka Atap


Untuk bangunan industri biasanya digunakan bentuk rangka atap yang
sesuai dengan lebar bangunan. Pada umumnya, lebar bangunan industri lebih
besar bila dibandingkan dari lebar bangunan tempat tinggal. Maka untuk
bangunan industri biasanya digunakan bentuk rangka atap sebagai berikut :

(a) Bentuk Rangka Atap 6 Panel Diagonal Menurun

Gambar 1. Bentuk Rangka Atap 6 Panel Diagonal Menurun

Bentuk ini disebut 6 panel karena batang bawah terdiri dari 6 batang, dan
bentuk ini disebut juga rangka atap diagonal menurun. Bentuk rangka atap ini
biasanya digunakan untuk bangunan industri dengan lebar bangunan sekitar 24
meter.

(b) Bentuk Rangka Atap 6 Panel Diagonal Menaik

Gambar 2. Bentuk Rangka Atap 6 Panel Diagonal Menaik

Modul 1 6
Bentuk ini berbeda dengan bentuk rangka atap gambar (a) di atas, karena
perbedaan diagonalnya. Gambar (a) diagonalnya menurun, sedangkan gambar (b)
diagonalnya menaik

(c) Bentuk Rangka Atap Polencieau

Gambar 3. Bentuk Rangka Atap Polencieau

Bentuk rangka atap ini ditinggikan dibagian tengah pada batang


horizontal. Bentuk rangka atap ini biasanya digunakan untuk bangunan yang
lebarnya sekitar 30 meter.

(d) Bentuk Rangka Atap Gergaji

Gambar 4. Bentuk Rangka Atap Gergaji

Bentuk rangka atap ini disebut atap gergaji, karena bentuknya mirip
seperti mata gergaji. Bentuk rangka atap ini digunakan untuk atap bangunan
industri dengan lebar bangunan yang lebih dari 30 meter.

Modul 1 7
2) Menghitung Panjang Batang Yang Membentuk Rangka Atap

Gambar 5. Menentukan Notasi Batang

Sesuai dengan bentuk yang dipilih misalnya bentuk rangka atap 6 panel
diagonal menurun, maka selanjutnya berikanlah nomor – nomor dari setiap batang
secara berurutan, yaitu :
Batang bawah : b1, b2, b3, b’3, b’2, b’1
Batang atas : a1, a2, a3, a’3, a’2, a’1
Batang Vertikal : v1,v2, v3, v’3, v’2, v’1
Batang diagonal : d1, d2, d3, d’3, d’2, d’1
dengan demikian, anda akan lebih cepat menghitung panjang masing - masing
batang.

3) Mendimensi Gording

Gambar 6. Letak Gording Pada Rangka Atap

Modul 1 8
Untuk gording biasanya digunakan profil [. Jarak gording dipengaruhi
oleh jenis penutup atap yang akan digunakan pada bangunan itu. Untuk atap seng,
asbes gelombang, dan aluminium, jarak gordingnya harus diperhatikan supaya
penutup atap dapat memikul beban tertentu ditengah bentang.
Untuk mendimensi gording harus diperhitungkan beban-beban berikut :
a) Berat sendiri gording, biasanya ditaksir sekitar 10 – 20 kg/m’
b) Muatan atap, tergantung dari penutup atap
c) Tekanan angin, tergantung dari kemiringan atap
d) Muatan hidup, biasanya 100 kg di tengah bentang

Catatan : Kalau atapnya dari genteng, maka masukkan berat usuk/reng ke


perhitungan, demikian juga halnya kalau pakali plafond. Tetapi yang Anda bahas
ini adalah bangunan industri, menurut Anda cocok pakai plafond ?
Selanjutnya, hitunglah gaya ekstrim kombinasi pembebanan akibat berat
sendiri dan beban tak terduga, dan kombinasi pembebanan akibat berat sendiri dan
angin. Seterusnya Anda dapat mencari dimensi gording dari Tabel Profil.
Sedangkan yang terakhir, Anda kontrol dimensi gording tersebut terhadap berat
sendiri dan terhadap pelendutan.

4) Menghitung Beban-beban
Beban-beban yang diperhitungkan adalah :
(a) Beban–beban mati, yang terdiri dari :
 Berat sendiri rangka atap
 Berat sendiri gording
 Berat sendiri penutup atap
 Berat sendiri ikatan angin
 Berat sendiri lintasan keran
(b) Beban angin
Dalam perhitungan, beban angin selalu tegak lurus terhadap bidang atap.
Beban ini diperhitungkan sebagai beban terpusat ke rangka atap yang bekerja di
titik-titik buhul batang tepi atas.

Modul 1 9
Gambar 7. Beban Angin Datang dan Pergi

Beban angin dihitung dengan rumus :


Angin datang (W1) = C . q . A
Angin pergi (W2) = C.q.A
Keterangan :
C = koefisien tergantung dari kemiringan atap
q = tekanan angin
W1 dan W2 = gaya akibat angin
A = luas atap yang menjadi dasar perhitungan
5) Menghitung Gaya-gaya Batang
Gaya–gaya batang yang dihitung adalah :
(a) Gaya batang akibat beban mati :
 Tentukan reaksi-reaksi tumpuan
 Selesaikan dengan cara Cremona atau cara Ritter
 Buat daftar gaya-gaya batang akibat berat sendiri
(b) Hitung gaya batang akibat angin kiri
(c) Hitung gaya batang akibat angin kanan
Angin kiri dan angin kanan tetap Anda selesaikan dengan cara Cremona
(d) Buatlah daftar gaya-gaya batang dan kombinasi gaya ekstrim yang
menentukan.

Modul 1 10
6) Mendimensi Profil Batang Rangka Atap
Karena gaya maksimum (Pmax) sudah diketahui, maka akan dapat dihitung
Imin. Untuk mutu baja tertentu misalnya BJ 37. Berdasarkan Imin perlu (cm4), Anda
sudah dapat memilih profil dari tabel profil. Untuk batang atas, batang bawah,
batang vertikal, dan batang diagonal. Kemudian lakukan kontrol terhadap batang
yang sudah Anda pilih, apakah aman atau tidak.

7) Kontrol Berat Sendiri Rangka Atap


Berat sendiri rangka atap terdiri dari :
(a) Berat total profil-profil batang
(b) Berat ikatan–ikatan, seperti pelat buhul, pelat koppel sekitar 20%

8) Kontrol Terhadap Penurunan


Secara umum, untuk rangka batang ditetapkan besar penurunan maximum
1
 l (Silakan Anda lihat PPBBI 1983, halaman 155).
360

9) Perhitungan Titik Buhul


Perhitungan titik buhul yang dimaksudkan adalah : apakah sambungan
dengan menggunakan baut atau las.

10) Membuat Gambar Kerja Dan Detail


Buatlah gambar kerja dengan selengkap mungkin, yang disertai dengan
gambar detail.

Modul 1 11
Contoh 1. Merencanakan Gording
Data Perencanaan :

Diketahui : Bentuk rangka atap seperti gambar di atas.


Jarak antar kolom = 4,00 meter
Tinggi Kolom = 4,00 meter
Kemiringan atap  = 300
Bahan Atap dari asbes gelombang + perlengkapan = 17 kg/m
Dinding terbuka
Tekanan angin 80 kg/m2
Diminta : Rencanakanlah gordingnya dengan memakai profil baja [ NP
Perencanaan :
1) Perhitungan batang-batang :
(a) Perhitungan panjang batang bawah :
b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b’6 = b’5 = b’4 = b’3 = b’2 = b’1 = 1,50 meter
(b) Perhitungkan panjang batang atas :
b1 1,50
a1    1,73 meter
cos 30  0,866

a1 = a2 = a3 = a4 = a5 = a6 = a’6 = a’5 = a’4 = a’3 = a’2 = a’1 = 1,73 meter


(c) Perhitungkan panjang batang vertikal :
v1 = v’1 = 1,50 tg30 = 0,87 meter

Modul 1 12
v 2 = v’2 = 3,00 tg30 = 1,73 meter
v 3 = v’3 = 4,50 tg30 = 2,60 meter
v 4 = v’4 = 6,00 tg30 = 3,46 meter
v 5 = v’5 = 7,50 tg30 = 4,33 meter
v 6 = v’6 = 9,00 tg30 = 5,19 meter
(d) Perhitungan panjang batang diagonal :

d1  d '1  v1  b2  1,73 meter


2 2

2 2
d 2  d ' 2  v2  b3  2,29 meter

2 2
d 3  d '3  v3  b4  3,00 meter

2 2
d 4  d '4  v4  b5  3,37 meter

2 2
d 5  d '5  v5  b6  4,58 meter

2) Dimensi Gording

(a) Berat Sendiri


Berat Gording (taksir) = 10,60 kg/m
Muatan atap = 17 kg/m2 x 1,73 x 1 = 29,41 kg/m
Q = 40,01 kg/m

Qx = Q sin30 = 20,01 kg/m


Qy = Q cos30 = 34,65 kg/m

Modul 1 13
(b) Beban tak terduga (P = 100 kg)
Px = P.sin30 = 100 x 0,5 = 50 kg
Py = P.cos30 = 100 x 0,866 = 86,60 kg

(c) Beban angin (menurut peraturan Muatan NI – 8)


Atap tanpa dinding,  = 30, maka C = + 0,8 dan –0,4
W1 angin datang = C. a . q
= 0,8 x 1,73 x 80 = 110,72 kg/m
= 1,107 kg/cm
W2 angin pergi = C. a . q
= –0,4 x 1,73 x 80 = –55,36 kg/m (hisap)

Tapi dalam hal ini, Wy = 1,107 kg/cm dan Wx = 0 karena arah angin tegak
lurus ke atap.

(d) Perhitungan momen


Kombinasi pembebanan akibat berat sendiri dan beban tak terduga :
1 1
M x   Qx  l 2   Px  l
8 4
1 1
Mx   20,02  4 2   50  4
8 4
M x  40,02  50  90,02 kg m

M x  9002 kg cm

1 1
My   Q y  l 2   Py  l
8 4
1 1
My   34,65  4 2   86,60  4
8 4
M y  69,30  86,60  155,70 kg m
M y  15570 kg cm

Kombinasi pembebanan akibat berat sendiri dan angin :

Modul 1 14
1
Mx   Qx  l 2  Wx dimana Wx = 0
8
1
Mx   20,01  4 2
8
M x  40,02 kg m

M x  4002 kg cm

 Qy  Wy   l 2
1
My 
8
1
My    34,65  110,72   4 2
8
M y  290,74 kg m

M y  29074 kg cm

Untuk gording [ NP diperkirakan bahwa Wx = 5Wy. Karena beban


sementara, maka tegangan izin ditambah 30%.

Berdasarkan kombinasi berat sendiri dan beban tak terduga adalah


sebagai berikut :
5 M x  M y
Wx 
1,3  

5   9020  15570
Wx 
1,3  1600
Wx  29,12 cm3

Berdasarkan kombinasi berat sendiri dan angin :


5 M x  M y
Wx 

5   4002   29074
Wx 
1600
Wx  30,67 cm3

Dari hasil perhitungan di atas, bahwa yang menentukan untuk dimensi


gording adalah :
Wx = 30,67 cm3

Modul 1 15
Pilihlah profil [ dari tabel profil baja akan didapat profil [ NP 100.50.6
Dari tabel diperoleh :
Wx = 41,20 cm3
Wy = 8,49 cm3
q = 10,6 cm3
Ix = 206 cm4
Iy = 29,3 cm4

1) Kontrol Dimensi Gording


a) Kontrol terhadap Berat Sendiri
Berat Sendiri Gording (ditambah 5%) = 11,13 kg/m
Muatan atap = 17 kg/m2 x 1,73 x 1 = 29,41 kg/m
Q = 40,54 kg/m
Qx = Q sin30 = 20,27 kg/m
Qy = Q cos30 = 35,11 kg/m

1 1
M x   Qx  l 2   Px  l
8 4
1 1
Mx   20,27  4 2   50  4
8 4
M x  40,54  50  90,54 kg m

M x  9054 kg cm

1 1
My   Q y  l 2   Py  l
8 4
1 1
My   35,11  4 2   86,60  4
8 4
M y  70,22  86,60  156,82 kg m

M y  15682 kg cm
Mx My
  1,3   kg/cm2
W y net Wx net

Modul 1 16
9054 15682
  1,3  1600 kg/cm2
 8,49   0,5  41,20   0,5
2132,86  761,26  2080 kg/cm2
2894,12  2080 kg/cm2

b) Kontrol terhadap pelendutan


 Syarat batas pelendutan :
1
f max  l cm
360
1
f max   400 cm
360
f max  1,11 cm

 Tinjau pelendutan akibat berat sendiri :


Q  40,54

Qx  Q  sin   20,27 kg/m

Q y  Q  cos   35,10 kg/m


Maka :
Qx  20,27 kg/m = 0,202 kg/cm

Q y  35,10 kg/m = 0,351 kg/cm

5  Qx  l 4
f xa  cm
384  E  I y

5  0,202  400 4
f xa  cm
384   2,1  10 6   29,3
f xa  1,09 cm

5  Qy  l 4
f ya  cm
384  E  I x

Modul 1 17
5  0,351  400 4
f ya  cm
384   2,1 10 6   206
f ya  0,27 cm

 Tinjau akibat beban tak terduga


P  sin   l 3
f xb  cm
48  E  I y

100  sin 30  4003


f xb  cm
48   2,1  10 6   29,3
f xb  1,08 cm

P  cos   l 3
f yb  cm
48  E  I x

100  cos 30  400 3


f yb  cm
48   2,1 10 6   206
f yb  0, 25 cm

 Tinjau akibat beban angin


f xc  0 cm

5 W y  l 4
f yc  cm dimana Wy = 1,107 kg/cm (angin datang)
384  E  I x

5  1,107  400 4
f yc  cm
 
384  2,1  10 6  206
f yc  0,85 cm
Pelendutan maksimum adalah kombinasi berat sendiri dan beban tak
terduga :

fx tot  f xa  f xb

fx tot  1,09  1,08 cm

fx tot  2,17 cm

Modul 1 18
fy tot  f ya  f yb

fy tot  0,27  0,25 cm


fy tot  0,52 cm

f   f x tot  2   f y tot  2

f   2,17  2   0,52 
2

f  2,23 cm

Ternyata : f = 2,23 cm > f max = 1,11 cm

Dengan demikian Gording [ 10 tidak dapat digunakan karena :


 Tidak memenuhi syarat terhadap kontrol akibat berat sendiri
 Tidak memenuhi syarat terhadap kontrol pelendutan

Lalu bagaimana ?
Di dalam hal ini profil gording harus di perbesar lagi supaya
memenuhi syarat terhadap berat sendiri dan pelendutan yang
diizinkan.
Untuk itu coba lagi profil yang lebih besar dimensinya, yaitu :
[ NP 160.65.7,5
Dengan data dari tabel profil :
Wx = 116 cm3
Wy = 18,3 cm3
q = 18,8 kg/m
Ix = 925 cm4
Iy = 85,3 cm4
2) Kontrol Dimensi Gording
a) Kontrol terhadap Berat Sendiri
Berat Sendiri Gording (ditambah 5%) = 19,74 kg/m
Muatan atap = 17 kg/m2 x 1,73 x 1 = 29,41 kg/m
Q = 49,15 kg/m

Modul 1 19
Qx = Q sin30 = 24,58 kg/m
Qy = Q cos30 = 42,57 kg/m

1 1
M x   Qx  l 2   Px  l
8 4
1 1
Mx   24,58  4 2   50  4
8 4
M x  49,16  50  99,16 kg m

M x  9916 kg cm

1 1
My   Q y  l 2   Py  l
8 4
1 1
My   35,11  4 2   86,60  4
8 4
M y  85,14  86,60  171,74 kg m

M y  17174 kg cm

Mx My
  1,3   kg/cm2
W y net Wx net

9916 17174
  1,3  1600  kg/cm2
18,3   0,5 116    0,5

1379,66  2080 kg/cm2

b) Kontrol terhadap pelendutan


 Syarat batas pelendutan :
1
f max  l cm
360
1
f max   400 cm
360
f max  1,11 cm

Modul 1 20
 Tinjau pelendutan akibat berat sendiri :
Q  49,15 kg/m
Qx  Q  sin   49,15  0,5  24,575  0,245 kg/cm

Q y  Q  cos   49,15  0,866  42,56  0,425 kg/cm

5  Qx  l 4
f xa  cm
384  E  I y

5  0,245  400 4
f xa  cm
384   2,1 10 6   85,3
f xa  0,45 cm

5  Qy  l 4
f ya  cm
384  E  I x

5  0,425  400 4
f ya  cm
 
384  2,1  10 6  925
f ya  0,07 cm

 Tinjau akibat beban tak terduga


P  sin   l 3
f xb  cm
48  E  I y

100  sin 30  4003


f xb  cm
48   2,110 6   85,3
f xb  0,35 cm

Modul 1 21
P  cos   l 3
f yb  cm
48  E  I x

100  cos 30  4003


f yb  cm
48   2,1  10 6   925
f yb  0,05 cm

 Tinjau akibat beban angin


f xc  0 cm (angin tegak lurus keatap)

5 W y  l 4
f yc  cm dimana Wy = 1,107 kg/cm (angin datang)
384  E  I x

5  1,107  400 4
f yc  cm
384   2,1  106   925
f yc  0,18 cm

Berdasarkan 3 tinjauan yang dilakukan diatas, maka jelas terlihat


bahwa pelendutan maksimum adalah kombinasi berat sendiri dan
beban tak terduga, yaitu :

fx tot  f xa  f xb

fx tot  0,45  0,35 cm

fx tot  0,80 cm

fy tot  f ya  f yb

fy tot  0,07  0,05 cm


fy tot  0,12 cm

Modul 1 22
f   f x tot  2   f y tot  2

f   0,80 2   0,12 
2

f  0,80 cm
Ternyata : f = 0,80 cm < f max = 1,11 cm

Dengan demikian : Gording [ NP 160.65.7,5 dapat dipergunakan.

Contoh 2 : Cara Menghitung Gaya Batang Rangka Atap Akibat Berat


Sendiri

Perhatikan kembali Gambar dan data perencanaan yang ada pada contoh 1 di atas.

Modul 1 23
Anda harus mengetahui dulu bahwa :
Taksiran berat sendiri rangka atap (g) yaitu :
g = (L – 2) s/d (L + 5) dikalikan dengan (L x b)
dimana :
L = Bentang Kuda-kuda
b = Jarak antara Kapspant

Maka : g = 16 s/d 23 di kali (18)(4)


G = 1152 kg/m2 s/d 1656 kg/m2
Taksiran ini merupakan berat rangka atap keseluruhan.
Didalam soal ini, kita cukup menghitung dari gording ke gording yang lainnya.
Perhatikan arsiran yang lebih kecil : 4 x 1,73 m.

Maka gaya akibat berat sendiri (P1) adalah :


Untuk P1 :
Berat sendiri gording : (13 gording x 4 m x 18,8 kg/m) : 6 = 162,93 Kg
Berat sendiri kuda-kuda: 4 x 1,73 x (L+5) = 159,16 Kg
Berat sendiri atap : 4 x 1,73 x 17 kg/m2 = 117,64 Kg
Berat ikatan angin : 30 % x 159,16 = 47,74 Kg
Berat Plafon : tidak usah di pasang = 0 Kg

Modul 1 24
P1 = 487,47 Kg
Besarnya gaya : P0 = ½ x P1 = ½ x 487,47 Kg
P0 = 243,73 Kg

Gaya P1 dan P0 sudah diketahui berarti Anda sudah dapat melanjutkannya


menentukan gaya-gaya batang dengan cara Cremona, dengan terlebih dahulu
menentukan reaksi-reaksi tumpuan.

Modul 1 25
Contoh 3 : Cara Menghitung Gaya –gaya Batang Rangka Atap Akibat Angin

Tetap memperhatikan gambar dan data perencanaan yang ada pada contoh 1.

Gaya batang akibat angin ada 2, yaitu :


1) Angin kiri ( angin datang = tekan )
2) Angin kanan ( Angin pergi = hisap )

Angin datang (tekan) :


W1 = C . q . A
dimana :
C = koefisien kemiringan atap (lihat PMI 1970)
q = desakan angin = 80 Kg/m2
A = luas atap yang menerima beban

W1 = + 0,8 x 80 kg/m2 (4 x 1,73) = 442,88 kg


W½ = 442,88 / 2 = 221,44 kg
Cara melihat harga C di PMI 1970
Perhatikan data perencanaan, yaitu :
- Kemiringan atap  = 30
- Dinding terbuka berarti tanpa dinding

Modul 1 26
karena itu Anda lihat hal. 21 PMI 1970, pasal 4.3 (3) yaitu :
Untuk  = 30  C = +0,8 dan 0,4.

Kita Lanjutkan Ya !
Angin pergi (hisap)

W2 = C.q.A = – 0,4 x 80 (4x1,73)


= – 221,44 Kg
W2/2 = – 221,44 /2 = – 110,72Kg.

Dengan demikian, untuk menghitung gaya batang akibat angin, Anda


harus dua kali menghitungnya dengan Cremona, yaitu angin kiri dan angin kanan.
Kalau tumpuan merupakan sendi-sendi dan batang tarik tidak ada, maka
Cremona akibat angin cukup dihitung satu kali. Tetapi kalau tumpuan sendi-roll,
maka Cremona akibat angin kiri tidak sama dengan Cremona akibat angin kanan.

Modul 1 27
Contoh 4 : Mendimensi Kuda – kuda

Andaikan untuk batang bawah, Anda mendapat perhitungan dari cara Cremona
yang sudah Anda buat, seperti berikut :
Pmax = 5800 kg (gaya tarik, beban sementara)
Pmax = 3200 kg (gaya tarik, beban tetap)
bs 5800
  1,30
bt 3200
Berarti yang menentukan adalah beban sementara, dengan tegangan izin baja
dinaikkan sebesar 30 %, yaitu dari 1600 kg/cm2 menjadi 2080 kg/cm2
Dimensi batang tarik :
P 5800
F   2,78 cm 2
 2080
Dipakai profil siku rangkap, maka untuk satu profil, F perlu = 2,78 / 2 = 1,39 cm2

Fnetto = Fbruto, karena sambungan profil kepada pelat buhul memakai alat
penyambung las, bukan baut.
Coba profil 2∟ 20.20.4
Dari tabel di peroleh F = 1,45 cm2
Maka Ftot = 2 x 1,45 cm2 = 2,90 cm2 > 2,78 cm2
Dengan demikian, dimensi batang bawah diseragamkan yaitu profil siku 2∟
20.20.4

Aktivitas 1.1

Modul 1 28
1. Data Perencanaan :

Diketahui bentuk rangka atap seperti gambar di atas.


Jarak portal rangka kuda-kuda = 4,00 m
Tinggi kolom = 3,50 m
Kemiringan atap  = 300
Atap terbuat dari seng BWG 28 = 10 kg/m2
Tekanan Angin = 60 kg/m2
Mutu Baja Bj 37

Diminta : Rencanakanlah gordingnya dari profil [ NP


2. Data Perencanaan tetap soal no.1

Diminta : Hitunglah gaya batang akibat berat sendiri.

3. Kesimpulan

Modul 1 29
Untuk merencanakam rangka atap atau lazim disebut gading-gading kap
suatu bangunan harus mengikuti langkah-langkah perencanaan yang baik, supaya
segala faktor-faktor yang mungkin memberikan beban kepada bangunan dapat
diperhitungkan, sehingga hasil rencana akan dapat dipertanggung jawabkan
kekokohannya. Mulai dari menentukan bentuk rangka atap, mendimensi gording,
menghitung beban dan gaya-gaya batang, serta mendimensi profil yang akan
digunakan. Dan setiap dimensi profil yang sudah dipilih harus dikontrol.

4. Latihan Kegiatan Belajar


Pilihlah salah satu Jawaban yang paling benar dengan cara melingkari atau
membuat tanda X pada salah satu alternatif Jawaban a, b, c, atau d.

1 Beban angin pada perencanaan rangka atap suatu bangunan ditentukan


oleh .....
a. Jenis penutup atap
b. Kemiringan atap
c. Panjang kuda-kuda
d. Lebar kuda-kuda

2 Pada batang atas suatu kuda-kuda diperoleh gaya batang maksimum 4459
kg, maka luas penampang profil Bj 37 untuk batang atas tersebut
adalah .............
a. 5,57 cm2
b. 3,78 cm2
c. 2,57 cm2
d. 2,78 cm2

3 Pada batang bawah dari suatu kuda-kuda diperoleh gaya batang maksimum
4459 kg (tarik dan beban sementara), maka luas penampang profil yang
digunakan adalah ......

Modul 1 30
a. 2,14 cm2
b. 3,14 cm2
c. 4,28 cm2
d. 6,28 cm2

4 Untuk soal no 3, kalau profil yang digunakan adalah 2 baja siku sama kaki,
maka dimensi profilnya ialah .....
a. 2 ∟ 25.25.5
b. 2 ∟ 15.15.4
c. 2 ∟ 20.20.3
d. 2 ∟ 25.25.3

5 Sebuah gording yang sudah dipilih dimensinya harus dikontrol kembali


apakah memenuhi syarat atau tidak. Pengontrolan harus memenuhi syarat
terhadap .........
a. Beban tak terduga dan beban angin
b. Berat sendiri dan beban tak terduga
c. Berat sendiri, beban tak terduga dan angin kiri
d. Akibat beban sendiri, beban tak terduga, dan beban angin.

Periksalah Jawaban Anda Dengan Kunci Jawaban yang tersedia di bagian D


Yang berada dibagian belakang modul ini.

Modul 1 31
Anda telah mempelajari modul ini dengan tuntas. Anda telah memiliki

pemahaman yang mendalam tentang Perencanaan Rangka Atap Bangunan

Industri. Anda sekarang telah dapat menerapkan langkah-langkah perencanaan

rangka atap untuk bangunan industri sesuai dengan Peraturan Muatan Indonesia

1970 N.I – 18 dan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.

Modul 1 32
Lihat di Buku Induk ya..... !

Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi


Baja II Jilid 1. Jakarta : Delta Teknik Group.

Pasaribu, Patar M. (1994). Intisari Kuliah Konstruksi Baja II. Medan: Percetakan
UHN.

Peraturan Muatan Indonesia 1970 NI – 18. Bandung : Yayasan Lembaga


Penyelidikan Masalah Bangunan

Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung :


Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Potma, A.P. dan De Vries, JE. (1988). Konstruksi Baja Teori Perhitungan dan
Pelaksanaan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Modul 1 33
Modul 1 34

Anda mungkin juga menyukai