Oleh :
(2013730009)
Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan Salam kami panjatkan bagi Nabi Besar
kita Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti kegiatan IKAKOM 2 kami sebagai
Mahasiswa di tuntut agar bisa memahami dan menerapkan ilmu tersebut dalam praktik
kedokteran nanti setelah menyelesaikan masa pendidikan di bangku perkuliahan.
Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Kedokteran Kerja, yang dijelaskan
cara melakukan diagnosis penyakit akibat kerja, faktor risiko yang dihadapi pekerja, bahaya
potensial akibat jenis pekerjaan yang dilakukan, serta K3 ( Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) dengan jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai kriteria pekerjaannya.
Adapun, unsur yang harus diperhatikan saat mengamati pada tempat kerja ialah :
faktor 1) Personal: meliputi, faktor usia, masa kerja, pendidikan, Indeks masa tubuh, faktor
kesehatan,perilaku 2) Equipment meliputi, alat yang digunakan yang dapat menyebabkan
kecelakaan dalam kerja 3) Material penggunaan bahan baku yang berbahaya 4) Environment
merupakan dampak dari lingkungan ; faktor fisik, kimawi, ergonomic, biologis, psikososial.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
sendiri dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa
setiap pekerjaan memiliki risiko dan potensi bahaya. Bahwa penting sekali dalam melakukan
pekerjaan diperhatikan aspek-aspek yang dapat melindungi diri sehingga tidak membawa
dampak penyakit dimasa mendatang sehingga proktuvitas dapat terganggu dan biaya untuk
berobat / perawatan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari tempat kita bekerja.
.
Penulis
Tangerang Selatan, Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Dan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek
kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja
harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan
kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal
dalam perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit,
stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja
meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri
arsitektur tempat kerja lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik,
sirkulasi udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress.
Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu panas, terlalu
dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas dan terlalu
dingin menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Panas
bukan hanya dalam pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara,
munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang
lain.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu ditanggulangi secara
baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot, rasa lelah yang
merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan.
Diketahuinya status kesehatan, gambaran karakteristik pekerjaan dan postur kerja serta
1.1.2.Tujuan Khusus
a) Diketahuinya gambaran besaran pengaruh postur kerja pasien yang diambil terhadap
penyakit terkait kerja.
c) Diketahuinya status secara umum pasien untuk evaluasi dan analisa pekerjaan untuk
dihubungkan dengan penyakit akibat kerja.
e) Mendapatkan penilaian dari universitas sebagai tugas akhir stase IKAKOM II dalam
rangka menjalankan kepaniteraan stase IKAKOM II
1.2 Manfaat
a) Mengetahui status pasien yang dipilih sebagai subjek analisa, dan mengetahui kondisi
kesehatan terakhir pasien
b) Dapat melatih dan mempelajari lebih jauh tentang penyakit akibat kerja, dan cara
menganalisa hazard hazard yang dapat memperberat penyakit.
c) Dapat dijadikan sebagai rujukan subjektif untuk penelitian, plant survey, maupun work
survey lainnya.
d) Data dan hasil analisa dapat dijadikan rujukan untuk bahan evaluasi
perusahaaan dan
fasilitas kesehatan terkait untuk nantinya dijadikan pertimbangan program faskes.
e) Tinjauan pustaka dapat dijadikan referensi bagi pengelola perusahaan dan pembaca untuk
mengevaluasi faktor resiko terkait dalam perusahaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
1. Definisi
Ergonomi berasal bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yakni Ergon yang berarti
kerja dan Nomos yang berarti hukum alam dan bisa didefinisikan sebagai rangkaian sistem
maupun studi dari aspek-aspek manusia dengan lingkungan pekerjaannya yang ditinjau
secara saintis dalam berbagai macam bidang seperti anatomikal, fisiologikal, psikologikal,
10
teknikal, tempat bekerja, dan desain . Ergonomi juga dikaitkan dalam kesehatan sebagai
Science of Working dimana hal ini membahas tentang optimalisasi kerja tanpa menurunkan
7
kualitas kesehatan bagi pekerjanya .
2. Prinsip Ergonomi
Fokus dari ergonomi terletak pada interaksi antara manusia, lingkungan, dan alat yang
digunakannya, serta berlaku sebaliknya. Fungsi dasar dari ergonomi pada prinsipnya adalah
memberikan kenyamanan kerja dengan memanfaatkan analisis faktor-faktor yang ada
padainteraksi tersebut yang direkayasakan supaya memenuhi optimalisasi kerja tanpa
7
menurunkan kualitas kesehatan dari pekerja . Sebagai contoh, kursi didesain dengan sandaran
punggung untuk memberikan kenyamanan pada saat duduk dan memberikan kesempatan
relaksasi yang lebih besar pada otot di daerah punggung atas dan bawah.
Dalam pelaksanaannya, ergonomi diciptakan secara bertahap, menilik dari faktor faktor yang
ada pada pekerjaan yang akan dikerjakan. Sistematika tersebut melingkupi beberapa proses,
yakni :
1. Analisis : digunakan dalam menilai tingkat baik atau buruknya sistem dan organisasi kerja
terhadap performa dari sang pekerja. Hal ini merupakan hasil dari integrasi antara
sistem kerja yang diterapkan terhadap alat-alat dan properti kerja yang digunakan.
2. Design : digunakan dalam menilai seberapa bermanfaat hubungan antara pekerja dan
performanya terhadap alat-alat dan properti yang digunakannya.
3. Integrasi : digunakan dalam menilai seberapa besar pengaruh alat-alat dan properti yang
1
digunakan terhadap organisasi kerja dan sistem yang digunakan .
Ergonomi pada dasarnya mempunyai beberapa tujuan, yang dimana tujuan ini merupakan
hasil dari rangkaian keselarasan faktor faktor yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pelaku kerja melalui upaya pencegahan
cidera dan gangguan yang ditimbulkan dari pekerjaan, menurunkan beban kerja secara
9
fisik dan psikis, dan mengupayakan promosi kesehatan dalam bekerja .
2. Meningkatkan Kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak social, mengelola
dan mengkoordinir pekerjaan secara tepat guna, dan meningkatkan jaminan social baik
9
selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif
B. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah Railway pada ergonomi kerja, maka
dibutuhkan pengetahuan terlebih dahulu terhadap faktor yang paling penting, yakni faktor
operator kerja, bagaimana sebuah alat dan lingkungan kerja yang dibangun dan dibentuk
sesuai dengan kebutuhan manusia dan memenuhi kriteria keterbatasan dan kapasitas dari
manusia, sehingga alat dan lingkungan kerja yang dibangun menjadi tepat guna dan
8
mendukung pekerjaan .
a. Sistem Rangka
Sistem rangka mempunyai beberapa fungsi yakni memberikan gambaran bentuk dasar
tubuh, sebagai alat gerak Pasif, tempat menempelnya otot sebagai sarana pembentukan gerak,
pelindung jaringan dan organ lunak serta vital, sarana penyimpan mineral, sebagai tempat
8
hemopoiesis, penahan kompresi beban, dan pembentuk artikulasi gerakan tubuh . Rangka
manusia terdiri dari 206 tulang, yang terbentuk dari sel-sel osteosit, osteoblast, dan
5
osteoklas . Matriks tulang sebesar 30 persen terbentuk dari bahan-bahan organik seperti
kolagen, dan proteoglikan, dan 70 persennya terbentuk dari endapan garam-garam mineral
seperti kalsium, fosfat, natrium, kalium karbonat, dan magnesium, fungsi dari matriks lunak
adalah sebagai penghubung antar tulang dan sekaligus memudahkan mobilitas sendi,
sementara matriks keras pada tulang berguna untuk menahan beban, baik beban yang
diciptakan dari luar tubuh.Sistem rangka terdiri dari bagian ekstremitas atas dan bagian
ekstremitas bawah, dan lengkung kaki
Hubungan antar tulang diperkuat dengan adanya jaringan penghubung berupa tendon,
ligamentum, dan fascia. Matriksnya terdiri dari serat kolagen dan serabut elastis. Didalamnya
10
terdapat sendi yang berfungsi sebagai batas penggerak tulang . Terdapat 3 kategorikal
10
sumbu sendi yang terdapat pada sistematika rangka manusia . Yakni :
1) Sendi 1 sumbu :
a)Hinge Joints : yakni sendi yang bergerak tegak lurus searah panjang tulang.
b)Pivot Joints : yakni sendi yang bergerak selaras dengan panjang tulang saja.
2) Sendi 2 sumbu :
b) Saddle Joints : Permukaan sendi berbentuk pelana, bentuk permukaan sendi yang
satu cembung dan yang satu lagi cekung.
c) Plane Joints : Sistematik sendi tidak mempunyai ujung saling adu jadi hanya
memungkinkan gerakan saling bergeser antar 2 sumbu.
3) Sendi 3 Sumbu :
a) Ball and socket joints : sendi yang gerakannya mencakup lebih dari
setengah
kepala sendi dan memiliki 3 sumbu gerakan.
b. Sistem Otot
Terdapat 2 jenis serat otot, yakni serat otot kerja cepat, dan serat otot kerja lambat.
Kontraksi serat otot cepat ditunjukkan untuk optimalisasi gerakan yang kuat namun sebentar
dan tidak untuk jangka waktu lama. Sebaliknya terdapat serat otot kerja lambat ditunjukkan
untuk beban kerja yang lebih lama.Otot mempunyai beberapa sumber energi untuk bekerja,
yakni hasil pemecahan senyawa fosfat, ion kalsium, dan oksigen untuk sumber energy secara
aerobik.
Dalam implementasi ke pekerjaan, pekerjaan dinamis jauh lebih baik dari pekerjaan
statis, karena pekerjaan statis membuat supply darah nantinya lambat laun akan berkurang ke
daerah kerja lokal otot, yang dimana lama kelamaan asam laktat akan banyak terbentuk dan
10
akhirnya otot mudah merasa lelah walaupun dalam periode yang sebentar . Sebaliknya
pekerjaan dinamis akan mengoptimalisasi mitokondria dan supply oksigen sehinggapekerjaan
yang dilakukan bisa lebih bertahan lama dan timbunan asam laktat bisa disintesis ulang
8
menjadi karbondioksida dan H2O .
C. Gangguan Muskuloskeletal
1. Definisi
Gangguan muskuloskeletal terkait kerja adalah sebuah kondisi cedera atau gangguan
yang terjadi pada salah satu, sebagian, atau seluruh bagian tubuh yang termasuk dalam sistem
muskuloskeletal, berupa gangguan pada otot, sendi, tulang, tendon, ligamen, pembuluh darah,
dan jaringan disekitarnya, yang disebabkan karena paparan dari bahan-bahan berbahaya
9
maupun paparan dari faktor resiko yang ada disekitar . Banyak hal yang dapat menjadi faktor
resiko terciptanya gangguan muskuloskeletal, dalam faktor pekerjaan, hal ini bisa disebabkan
karena gerakan repetisi yang berlebihan, postur yang kurang baik, beban kerja berlebih,
vibrasi, lingkungan kerja yangkurang baik, dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk seperti
merokok dan jarang berolah raga.
2. Faktor Resiko
a. Faktor Pekerjaan
1) Postur kerja
a) Postur Netral
Adalah postur dimana posisi dari sistem muskuloskeletal pada tubuh sesuai
padastruktur yang sewajarnya sesuai dengan keterbatasan gerak bagian tubuh tersebut, tanpa
ada beban berlebihan yang menyebabkan adanya kontraksi berlebihan pada otot terkait, dan
tidak ada resiko penekanan pada jaringan dibawahnya sehingga tidak terlalu berisiko besar
8,9
untuk menyebabkan terjadinya gangguan muskuloskeletal .
b) Postur Janggal
Yaitu kondisi dimana postur tubuh secara signifikan berada pada posisi menyimpang
dari postur normal, dan melebihi batas toleransi keterbatasan gerakan tubuh, sehingga
memungkinkan terjadinya suatu cedera, kontraksi berlebihan pada otot, dan penindihan
jaringan yang bisa menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Postur janggal akan
menyebabkan energi yang dikeluarkan untuk melakukan suatu pekerjaan menjadi bertambah,
akibatnya efektivitas kerja akan berkurang dan akan menimbulkan tekanan berlebihan pada
organ-organ muskuloskeletal. Hal ini jika dilakukan secara berkepanjangan akan
7
meningkatkan resiko kerusakan pada organ tubuh yang mengalami tekanan berlebihan .
Berikut beberapa penjabaran tentang postur janggal pada beberapa bagian tubuh :
3
(1) Postur janggal pada Punggung, terdapat 3 jenis postur janggal pada Punggung , yang
dimana jika dilakukan terusmenerus secara berlebihan akan mengakibatkan gangguan
muskuloskeletal, yakni :
o
Kondisi dimana rentang posisi punggung dan dada berada pada jarak > 20 . Terhadap garis
vertical
Kondisi dimana kondisi punggung memutar ke kanan maupun kekiri secara berlebihan, baik
dalam kondisi membungkuk, duduk, maupun berdiri.
Kondisi dimana terdapat deviasi bidang median tubuh secara berlebihan dari garis vertikal
kekiri maupun kekanan baik pada posisi duduk maupun berdiri.
Postur janggal yang beresiko pada tangan terbagi antara posisi gerakan dan
pegangan,pada postur janggal pada tangan, posisi tangan dengan fleksi, dan ekstensi lebih
o
dari 45 , termasuk postur janggal, dan deviasi pergelangan tangan yang lebih dari 10 detik
dianggap postur janggal. Sementara pegangan dengan tipe overlap grip, pinch grip, dan
19
power grip, dianggap postur janggal .
Postur janggal pada bahu dan lengan atas
Postur janggal yang beresiko pada bahu adalah
o
jika lengan atas membentuk sudut >45 terhadap bahu, kearah samping, depan maupun
belakang selama lebih dari 10 detik dengan angkatan beban berat.
Postur janggal pada lengan bawah
Postur janggal yang beresiko adalah jika lengan bawah
o o
membentuk sudut 90 dalam waktu yang sangat lama, atau membentuk sudut >135 dan
melakukan repetisi pekerjaan walaupun dengan beban yang ringan, dengan posisi telapak
7
terbuka maupun telungkup .
Postur janggal pada kaki; Terdapat 3 jenis postur janggal pada kaki, yang jika dilakukan
dalam waktu lama dengan tekanan ekstremitas atas yang berlebihan dapat meningkatkan
8
resiko gangguan muskuloskeletal .
(a) Berdiri Pada satu kaki : Posisi tubuh, dimana tumpuan beban dari tubuh hanya
tertahan pada satu kaki saja.
(b) Jongkok : Posisi dimana terjadinya fleksi maksimal pada daerah lutut dan paha,
dimana bagian perut menempel sebagian maupun sepenuhnya pada paha.
o
(c) Berlutut: Posisi dimana salah satu kaki fleksi membentuk sudut 90 , dan kaki
yang lainnya fleksi dengan tumpuan lutut, dimana lutut menyentuh lantai dan
tumpuan tubuh bertumpu pada telapak kaki dan lutut kaki.
Postur janggal pada leher: Terdapat 3 postur janggal pada leher, yakni jika menengadah atau
o
menundukkan kepala dengan sudut lebih dari 20 dan menolehkan kepala kekiri maupun
8
kekanan .
Postur statis Postur statis adalah kondisi dimana posisi tubuh tidak banyak bergerak
8
dan hanya sebagian kecil saja yang aktif bergerak . Postur statis jika dilakukan dalam waktu
lama akan mengakibatkan kontraksi otot pada daerah lokal yang bekerja terus menerus
mudah lelah, dan mudah tertimbunnya asam laktat di daerah yang bergerak tersebut,
sementara itu jaringan didalamnya akan mengalami paparan tekanan yang bersifat
10
berkelanjutan sehingga dapat terjadi cedera atau gangguan muskuloskeletal .
c) Postur dinamis
Postur dinamis adalah kondisi dimana sebagian besar anggota gerak tubuh bergerak secara
aktif dan tidak monoton. Beberapa contoh postur dinamis yakni, berjalan, melompat,menarik,
8
dan mendorong . Postur dinamis relatif menggunakan energi yang lebih besar, namun kerja
otot bersifat lebih menyeluruh daripada postur statis.
BAB III
BEKERJA
Adapun topik yang penulis pilih dalam pengerjaan tugas Sistem Kedokteran Komunitas II
adalah mengenai “Kedokteran Kerja” yang membahas Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
(PAK) Khususnya dalam bidang ergonomi, Pencegahan PAK dalam bidang ergonomi,
Kegiatan Penunjang dalam pencegahan PAK dalam bidang ergonomi dan Pengendalian
Dalam tugas ini penulis melakukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja kepada pekerja
pedagang ketoprak. Subjek analisa bekerja sehari-hari sebagai spedagang ketoprak. Dalam
sehari beliaubisa bekerja selama 9 jam. Beliau bekerja setiap hari dari senin sampai minggu:
Pekerjaan yang dilakukan beliau tidak pernah lepas dari posisi berdiri lama serta gerakan
mengulek. Jika pelanggan sedang sepi maka beliau mencuci alat makan yang kotordan
panjang, celana panjang, dan sendal jepit.Pada saat bekerja perlu juga diperhatikan adalah
optimalisasi postur, dan sesekali debu dan asap rokok juga bisa menjadi salah satu hazard
postur janggal, terlebih postur bahu dan punggung merupakan postur fisiologis yang masih
dapat ditoleransi, yang menjadi masalah adalah waktu yang dijalani selama memakai postur
tersebut, dan postur janggal pada tangan. Hal ini terjadi terus menerus dan ter-repetisi setiap
Hampir Selama 20 tahun terpapar dengan pekerjaan seperti ini, beliau menyatakan
telah berulang – ulang kali mengalami nyeri persendian dan kesemutan, keluhan ini biasanya
terjadi pada pinggang dan punggung berupa nyeri, siku hingga pergelangan tangan berupa
nyeri, jari jari tangan berupa kesemutan. Hal ini belum pernah dia dapatkan selama tidak
bekerja sebagai pedagang makanan, jadi kemungkinan besar keluhan yang dialami oleh
beliau sebagai subjek analisa, didapat dari pekerjaannya, dan kurangnya pemahaman beliau
Saat jam 04:00 pagi beliau pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk dagangan
menggoreng tahu, menggorek kerupuk serta bawang goreng. Selama 1 jam lebih
akan membuat ketoprak. Pertama tama beliau akan mengulek cabe dan garam,
terulek dengan baik beliau menambahkan bahan lain seperti lontong; tahu; bihun;
dan kerupuk lalu diakhiri dengan menuangkan kecap secukupnya. Beliau melakukan
gerakan mengulek dengan postur berdiri yang sedikit membungkuk dan dalam
3. Bahaya potensial :
Waktu Kegiatan
3. Bahaya Potensial
a. Fisik : panas matahari
b. Kimia : asap rokok, debu
c. Suara : Tuli sensorineural karena bising jalanan dan klakson
d. Biologis :-
e. Ergonomi : posisi berdiri dan badan membungkuk yang terlalu
lama serta posisi tangan yang tertekuk untuk mengulek
f. Psikososial : rasa jenuh dan stress karena pekerjaan yang monoton
4. Risiko kecelakaan kerja
- Kecelakaan lalu lintas
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan pernapasan
- Gangguan pendengaran
- Kejenuhan dan stress
IV. Pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisik (secara umum)
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg (normal)
- Frekuensi Nadi : 80 kali/menit (normal)
- Frekuensi Nafas : 18 kali/menit (normal)
- Suhu : 36,40 C (normal)
3. Keadaan gizi
- Berat Badan : 56 Kg
- Tinggi Badan : 160 cm
- BMI : BB (kg)/ TB(m)2
56/(1.6)2 = 21,8
Kesan : Gizi normal
2. Pemeriksaan Klinis :
• Kepala :normocepal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
rontok.
• Mata :konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya (+/+), pupil
isokor.
• Hidung :septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-.
• Telinga :bentuk normotia, serumen -/-, otorhea -/-.
• Mulut :mukosa bibir lembab (+), lidah kotor (-), tremor (-), stomatitis (-),
sianosis (-), perdarahan gusi (-).
• Leher :pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
• Paru
normochest, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-).
vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
• Jantung
ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sinistra.
BJ I dan II murni reguler, gallop (-), murmur (-).
• Abdomen
bising usus (+) normal.nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan limpa tidak teraba.
• Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.
V. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Laboratorium Rutin : tidak dilakukan pemeriksaan
(darah, urine, feces rutin)
b. Laboratorium Khusus : tidak dilakukan pemeriksaan
(kimia darah)
c. Pemeriksaan Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
(Rontgen, USG)
d. Pemeriksaan Non- Lab : tidak dilakukan pemeriksaan
(Audiometri, Spirometri)
Diagnosa Kerja :
IX. Prognosa
1. Ad Vitam : Ad Bonam (menyangkut kehidupan)
Ad Sanasionam : Ad Bonam (menyangkut kesembuhan)
Ad Fungsionam : Ad Bonam (menyangkut fungsional)
pekerja untuk memakai APD yang baik saat bekerja, lebih hati-hati dan teliti dalam
bekerja.
Pencegahan Primer
Memperbaiki postur kerja serta memakai korset punggung dan wrist band pada
tangan, memperbanyak istirahat saat kerja, dan melakukan kegiatan dinamis supaya
terjadi stretching pada punggung dan meminimalkan postur janggal yang bisa
A. Kesimpulan
Kecelakaan yang mungkin sering terjadi bisa mengakibatkan pergelangan
tangan dan punggung sakit karena terlalu lama mengulek serta postur tubuh berdiri
statis sambil membungkuk. Butuh posisi yang ergonomi untuk melakukan kegiatan
agar pekerjaan tersebut tidak merugikan.
B. Saran
Butuh istirahat selama 2 hari dalam seminggu. Untuk mengatasi pergelangan
tangan serta punggung pemakaian wrist band untuk tangan dan pemakaian korset
untuk punggung.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2013 FKM Undip.
Agius, R., Seathon, A., (2005) Practical occupational medicine,
nd
2 Ed. Hodder Arnold Books.
rd
3. Bridger, R, S. (2009) Introduction of Ergonomics 3 Edition. CRC Press.
London.
Buckup, K. (2004) Clinical test for musculoskeletal System : Examination,
Signs, Phenomena. Thieme Publisher.
Calvo, A. (2010) Evaluation of Work-Related
muskuloskeletal disorder risk of
4. Departemen Kesehatan RI. (2010) Laporan Riset Kesehatan Dasar. Litbang Depkes RI.
th
5. Guyton, R. Hall, J. (2010) Textbook of Medical Physiology 12 Edition. Saunders Elsevier
Publishing.
6. Health and Safety Laboratory. (2008) The ergonomic toolkit. HSE Crown Publisher.