Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D DENGAN POST OPERASI BENIGNE


PROSTAT HYPERPLASIA DI RUANG DAHLIA RSU X

Dokumentasi Keperawatan

Oleh:

Yudha Fauza W (P17320317060)


Wahyu Darmansyah (P17320317063)
Atik Darwati (P17320317071)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmatdan karunia-Nya sehingga makalah tentang Benigna Prostat Hiperplasia ini dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
inibisa diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan statistik RSU X dari tahun 2011 mengalami peningkatan, ditemukan
antara 50 sampai 75 mengalami penyakit Benigna Prostat Hipertropi dari keseluruhan.

B. Tujuan Laporan kasus


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah memberikan penulisan dalam melakukan
Asuhan Keperawatan pada pasien BPH.
2. Tujuan Khusus Laporan Khusus
Melakukan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan pada klien BPH Post Operasi Open
Prostatektomy.
BAB II

TINJAUAN TORITIS

A. Pengertian
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat
membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi
sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat,
tetapi kelenjar-kelenjar periuretra lah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah
banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul
surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat,
tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah
RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari
50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius
(Marilynn, E.D, 2000 : 671).

Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan
aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal 671).

Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).

Benigna Prostat hiperplasia adalah keadaan kondisi patologis yang paling umum pada pria
lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan untuk intervensi medis pada pria di
atas usia 50 tahun (Wijaya. A & Putri. Y, 2013).

B. Faktor Resiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya testis yang fungsional
sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai studi terakhir ditemukan hubungan positif
antara BPH dengan riwayat BPH dalam keluarga, kurangnya aktifitas fisik, diet rendah serat,
konsumsi daging merah, obesitas, sindrom metabolik, inflamasi kronik pada prostat,
danpenyakit jantung.
C. Faktor Pencetus
- Kompensasi
- Dekompensasi
- Retensi urinze
- Inkontinensia paradoksa

D. Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hipeplasia prostat dapat menimbulkan
komplikasi sebagai berikut :
1. Inkontinensia paradoks
2. Batu kandung kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Plelonefritis
6. Retensi urin akut atau kronik
7. Refluks vesiko – ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal ginjal

E. Etiologi

Beberapa yang diduga sebagi penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah

1. Teori dihidrotestosteron dan proses aging (penuaan)


2. Tidak seimbang antara estrogen – testosterone
3. Interaksi sel stoma dan sel epitel,
4. Kematian sel apoptosis
5. Sel stem (Purnomo. B, 2011).

F. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari benigna prostat hyperplasia sebagai berikut: dapat dikelompokan menjadi
3 derajat yaitu: derajat 1 ringan: skor 0-7, 2 sedang: skor 8-19, 3 derajat: skor 2035. Keadaan
ini menyebabkan tekanan intravesikal, oleh klien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah (Wijaya. A, 2013 & Purnomo. B, 2011).
G. Patofisiologi
Gangguan ini terjadi umumnya terjadi pada usia diatas 50 thn kelenjar prostat membesar dgn
bentuk adenoma terbesar mendesak jaringan prostat ke uretra sampai ke vesica urinaria
mengakibatkan kesulitan buang air besar karena air kemih keluar hanya sedikit danmenyisakan
urin dalam kandung kemih (Jitowiyono, 2012).
 Klasifikasi BPH
Menurut Sjamsuhidajat et al (2010), derajat berat hiperplasia prostat berdasarkan gambaran
klinis dapat dilihat sebagai berikut:

1. Derajat I : Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, sisa urin < 50 cc
2. Derajat II : Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa urin 50-100 cc
3. Derajat III: Batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa urin > 100 cc
4. Derajat IV: Batas atas prostat tidak dapat diraba, retensi urin total

H. Pathway F. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Sjamsuhidajat (2013), pemeriksaan penunjang dari BPH yang dapat dilakukan sebagai
berikut: Pemeriksaan colok dubur (Recta toudher), Laboratorium, Pengukuran derajat berat
obstruks, Pemriksaan lain.

I. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan
pemeriksaan: 1. Laboratorium Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin 2. Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal
buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans
Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,
tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan
jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4.
Prostatektomi Parineal Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

J. Penatalaksaan medis dan keperawatan


Menurut Sjamsuhidajat (2013), pembagian besar prostat digunakan derajat I-IV untuk
menentukan cara penanganan benigna prostat hyperplasia dan dapat juga dengan tindakan
invasive minimal dengan Transurethral Microwave Thermoterapy (TUMT),
Thransurethral Ultrasuond Guided Laser Prostatectomy (TULIP), Thransurethral Ballon
Dilatation (TUBD), Open Prostatectomy.
 Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2000)
a. Mandi air hangat
b. Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul.
c. enghindari minuman beralkohol
d. Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari.
e. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera, fisisk, pembedahan (NANDA, 2012).
2. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan keterbatasan lingkungan,
peralatan terapi (NANDA, 2012).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya masukan mikroorganise, prosedur invasive,
trauma (Doenges, 2000).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D Umur 60 Tahun
Dengan POST OPERASI BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA
Di RUANG DAHLIA RSU X

Tgl masuk : 20 - 11 -2010


Tgl pengkajian : 23 – 11 -2010
No. RM : 24 33 90
Ruangan : DAHLIA
Dx. Medis : POST OP BPH

Pengkajian
Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pasar Tais Seluma

Penanggung jawab.:
Nama : Ny. A
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hub. Dengan klien : Istri

Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Klien mengeluh susah buang air kecil (BAK)
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk ke RSU X , pada tanggal 20 – 11 – 2010 Dengan keluhan susah BAK. Pada
saat di lakukan pengkajian pada tanggal 23 - 11 – 2010 Klien telah di lakukan operasi
tampak lemah terbaring di tempat tidur, tampak gelisah, dengan nilai GCS (E = 4, V = 5,
M = 6). Klien mengatakan nyeri pada bagian suprapubis dengan skala nyeri 3, seperti
tertusuk – tusuk, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, bila posisi tubuh nya
terlentang, klien terpasang kateter, terpasang infus pada tangan sebelah kiri dengan RL
%20 tetes /menit, terpasang alat monitor.
TTV : TD : 150/80 mmHg RR : 21 x/i
N : 84 x/I S : 36,9oC
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sudah mengalami susah BAK lebih kurang 2 minggu sebelum
dilakukan operasi. Klien mengatakan pada saat ia ingin BAK lama dan kencing yang
dikeluar kan sedikit – sedikit, serta terasa perih. Klien mengatakan dulu ia pernah merokok
selama +/- 20 tahun. Namun, semenjak sakit klien berhenti merokok. sebelum di operasi
klien di rawat di ruangan seruni. Serta klien memiliki riwayat hipertensi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
seperti klien pada saat ini ataupun penyakit menular lain nya
Kebiasaan Sehari – hari
Kebiasaan
No. Dirumah Dirumah sakit
Sehari – hari

Nutrisi :
1.
Makan
Frekuensi
2 – 3 x /hari 3 x /hari
Jenis makanan
Nasi, lauk pauk, Makanan cair
sayuran
Minum
Frekuensi
8 – 9 gelas/hari 3 x/hari (150 cc)
Jenis minum
Air putih Air putih

Eliminasi :
2.
BAB
1 x/hari 1 x/hari
Frekuensi
Kuning Kuning
Warna
Lembek Lembek
Konsistensi
Khas Khas
Bau
BAK
Frekuensi
2 – 3 x/hari Terpasang kateter
Warna
Kuning kemerahan Kuning kemerahan
Bau
Khas Sedikit amis
Jumlah
50 – 100 cc/hari Tidak terukur
3.
Istirahat tidur :
Kebiasaan tidur
6 – 7 jam/hari 4 – 5 jam/hari
Gangguan tidur -
Memakai Ya Ya
selimut + bantal Selimut (ya), bantal (tidak)

4. Personal hygiene
Mandi 2 x/hari Di lap
Cuci rambut 2 x/minggu -
5.
Aktifitas Klien dapat Klien hanya melakukan aktifitas hanya di
beraktifitas secara tempat tidur dan di bantu oleh keluarga
mandiri atau perawat

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 150/80 mmHg P : 21 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,9 oC
Kepala
 Inspeksi : distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mata
 Inspeksi : anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Hidung
 Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
 Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran
 Palpasi : tidak ada lesi dan pembengkakan
Mulut
 Inspeksi : bentuk simetris, sianosis ( - ), kering.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
 Inspeksi : bentuk simetris, pembengkakan vena jugularis ( - )
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Toraks
 Inspeksi : bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya
 Palpasi : Pergerakan dinding dada sama
 Perkusi : Bunyi paru resonan
 Alkultasi : Bunyi paru vesikuler
Abdomen
 Inspeksi : ada penonjolan pada daerah supra pubik terpasang selang drainase di sebalah
kanan abdomen
 Akultasi : bising usus 16x/ menit,
 Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
 Perkusi : tympani
Genetalia
 Inspeksi : terpasang kateter spool blase
 Palpasi : adanya nyeri tekan
Ekstremitas Atas
 Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang Infus RL 20 tts/m
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas Bawah
 Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Data psikologi
Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan

Data sosial
Hubunga keluarga dan klien baIk, terlihat dari istri dan anak – anak klien, yang selalu menunggu
klien.

Data spiritual
Klien beragama islam, klien dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratoriun
 Hb : 15,3 mg/dl ( 13,4 mg/dl)
 Leukosit : 10.000 (4000-10.000)
 BSN : 98 mg/dl ( 140 mg/dl)
 2 jam pp : 200
 BUN : 21 mg/dl (10 – 20)
 Serum Creatinin : 0,7 mg/dl (0,6 – 1,3)
 Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2 mmol/l)
 Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l)
 Albumin : 3,4 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)
 SGOT : 21 U/L
 SGPT : 12 U/L
 Bilirubin Direk : 0,14
 Bilirubin Total : 0,32

Terapi
 Cefotaxime 2 x 1 (1gr)
 Transamin 2 x 1 ampul (IV)
 Remopain 2 x 1 ampul (Drip)

Analisa data
Nama : Tn.D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
NO Data Senjang Etiologi Masalah
Prostatektomi
DS : klien mengatakan nyeri pada bagian
1 Nyeri akut
yang dioperasi
Insisis luka
DO : klien tampak meringis

 Ekrpresi tampak gelisah


 Skala nyeri 3 Peradangan
 TD 150/80 mmHg
 S 36,9 oC
 Klien banyak keringat
Serotanin

Tachikardi

Merangsang
neuroeseptor
Kompensasi

Hipotalamus

Nyeri

2 Gangguan pemenuhan
DS : klien mengatakan susah tidur Nyeri kebutuhan istirahat tidur

DO : klien tampak gelisah

 Klien tampak lemah RAS


 Klien tidur ± 4-5 jam/hari
 TTV TD 150/80 mmHg
Terjaga
N 84 x/m

P 21 x/m
Gangguan
S 36,9 OC
istirahat tidur

DS : klien mengatakan susah bergerak di Gangguan Aktivitas


3 Prostatektomi
tempat tidur

DO : klien tampak lemah


Pemasangan
kateterisasi
 Klien tampak dibantu oleh
keluarga dan perawat setiap melakukan
aktivitas
Kesulitan untuk
bergerak

Gangguan
aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
Tgl Tgl
NO Diagnosa keperawatan Paraf Paraf
ditemukan teratasi
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur 23 – 11 –
1
pembedahan (prostatektomi)dan kateterisasi 2010

2
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat 23 – 11 –
tidur berhubungan dengan nyeri 2010

Gangguan Aktivitas berhubungan dengan 23 – 11 –


3
kelemahan tubuh 2010

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
Tujuan dan kriteria
NO Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1.Kaji lokasi, intensitas 1.Untuk mengetahui keadaan
1
perawatan 3 x 24 jam nyeri nyeri
gangguan rasa nyaman :
nyeri dapat berkurang / 2. Lakukan teknik relaksasi 2. untuk mengurangi rasa nyeri
hilang dengan kriteria : dan distraksi dan mengalihkan rasa nyeri
 Klien tidak 3.Pertahankan patensi dan 3.Menurunkan resiko distensi /
meringis lagi sistem kateterisasi spasme kandung kemih.
 Klien tidak
gelisah lagi 4.Berikan informasi yang 3.Menurunkan iritasi dengan
akurat tentang kateter, mempertahankan aliran cairan
 Skala nyeri 1
drainase dan spasme konstan kemukosa kandung
 TD stabil kandung kemih. kemih

4.Lakukan perawatan luka 4.Mencegah terjadinya infeksi


post operasi prostatektomi. dan mempercepat proses
penyembuhan

Setelah dilakukan 1.Lakukan pengkajian 1.Mengetahui penyebab


2. perawatan 3 x 24 jam gangguan tidur pasien gangguan tidur
gangguan pemenuhan
istirahat tidur dapat 2.Bantu klien mencari 2.memberikan kenyamanan saat
teratasi dengan kriteria posisi yang nyaman di tidur
hasil : tempat tidur.
3.Meningkatkan kualitas tidur
- pasien dapat istirahat 3.Berikan lingkungan yang
dengan tenang aman dan nyaman 4.untuk mengurangi nyeri dan
mencegah infeksi pada luka post
- pasien tidak gelisah 4.Kolaborasi pemberian operasi
lagi obat analgetik dan
antibiotik
- tidur 7-8 jam / hari.

Setelah dilakukan 1.Evaluasi respon pasien


3. perawatan 3 x 24 jam 1.Menetapkan
terhadap aktifitas.
intoleransi aktivitas kemampuan/kebutuhan pasien
dapat teratasi dengan 2.Berikan nutrisi yang dan memudahkan pilihan
kriteria hasil : adekuat. intervensi.

- klien tidak lemah lagi


3.Berikan dorongan untuk 2.Untuk mendapatkan energi
melakukan yang cukup
- adanya peningkatan aktifitas/perawatan diri
toleransi terhadap
aktivitas
bertahap jika dapat 3.Kemajuan aktifitas bertahap
ditoleransi. mencegah peningkatan kerja
jantung.
4.Berikan bantuan sesuai
kebutuhan. 4.Memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan
5. lakukan rom pasif mendorong kemandirian dalam
melakukan aktifitas.

5. menghindari kekakuan otot


dah hipertropi

TINDAKAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan Keperawatan
Nama : Tn. D Ruangan : DAHLIA
Umur : 60 Tahun No. MR : 49009
Tanggal
NO
dan Implementasi Respon hasil Paraf
DX
Waktu
1 23 – 11-
 Mengkaji nyeri pasien
P : prostatektomi
08.00 WIB (lokasi, intensitas )
Q : nyeri tajam, kuat

R : bagian suprapubis

S : skala nyeri 4

T : waktu menggerakan
tubuh

 Pasien
 Melakukan pengkajian mengungkapkan keluhan
2
gangguan tidur pasien tentang gangguan
tidurnya
 Mengevaluasi respon klian  Klian hanya bisa
3
terhadap aktifitas bergerak ditempaat tidur

2  Klien lebih
 Membantu klien menentukan
nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
setengah duduk

24 – 11 –  Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 2010 bersih dan tidak ada
post operasi
09.00 WIB benda-benda infeksi

 Nyeri berkurang,
2
tidak ada alergi
 Berkolaborasi pemberian obat
antibiotic dan analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp

 Memberikan klien makanan


yang mengandung banyak energi  Energy klien
3
1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu
 Mengkaji nyeri pasien  Skala nyeri : 4.
3 25-11-10  Mengevaluasi respon pasien  Klien hanya bisa
terhadap aktifitas. bergerak ditempat tidur.

 Klien lebih
 Membantu klien membuat
2 nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
sebagian duduk

 Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi

 Nyeri berkurang,
tidak ada alergi

 Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan
2 analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain2X1 amp

 Memberikan klien makanan


yang mengandung banyak energi  Energy klien
3
1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu

1 26-11-10  Mengkaji nyeri pasien  Skala nyeri : 3


 Mengevaluasi respon pasien  Klien hanya bisa
terhadap aktifitas. bergerak ditempat tidur.
3

 Luka terlihat
 Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi

 Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan  Nyeri berkurang
2 analgetik : dan tidak ada alergi
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp

 Memberikan klien makanan


yang mengandung banyak energi  Energy klien
3
1. Roti yang lembut terpenuhi
2. Susu
Evaluasi Keperawatan
EVALUASI SUMATIF
Nama : Tn. D Ruangan : DAHLIA
Umur : 63 Tahun No. MR : 490057
No Hari dan
Catatan Perkembangan Paraf
DX Tanggal
S : klian mengatakan masih merasa nyeri

O : skala nyeri 3
1 26 -11- 2010
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
S : kllien mengatakan tidurnya sudah nyaman

Klien mengatakan sudah banyak istirahat

O : klien tidak gelisah lagi

2 26- 11 -2010 Klien masih tampak lemah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi tetap dilanjutkan

S : klien mengatakan hanya bisa bergerak


ditempat tidur

O : klien masih tampak lemah

3 26 – 11 – 2010 Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga


dan perawat

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan). Edisi
6. Jakarta: EGC.

Djuantoro, D. 2011 Case Files: Ilmu Badah (Terjemahan). Edisi 3. Tangerang Selatan: Karisma
Publishing Group.

Doenges, E. M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC.

Jitowiyono, S. 2011. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Edisi 2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Muttaqin, A & Sari, K. 2009. asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, Aplikasi. Jakarta:
salemba Medika.

NANDA. 2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: EGC.

Purnomo, B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto.

Sjamsuhidajat, R. 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Wijaya, S. A. & Putri, M. Y. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa, Teori,
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai