Dokumentasi Keperawatan
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmatdan karunia-Nya sehingga makalah tentang Benigna Prostat Hiperplasia ini dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
inibisa diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan statistik RSU X dari tahun 2011 mengalami peningkatan, ditemukan
antara 50 sampai 75 mengalami penyakit Benigna Prostat Hipertropi dari keseluruhan.
TINJAUAN TORITIS
A. Pengertian
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat
membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi
sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat,
tetapi kelenjar-kelenjar periuretra lah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah
banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul
surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat,
tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah
RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari
50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius
(Marilynn, E.D, 2000 : 671).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan
aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal 671).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).
Benigna Prostat hiperplasia adalah keadaan kondisi patologis yang paling umum pada pria
lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan untuk intervensi medis pada pria di
atas usia 50 tahun (Wijaya. A & Putri. Y, 2013).
B. Faktor Resiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya testis yang fungsional
sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai studi terakhir ditemukan hubungan positif
antara BPH dengan riwayat BPH dalam keluarga, kurangnya aktifitas fisik, diet rendah serat,
konsumsi daging merah, obesitas, sindrom metabolik, inflamasi kronik pada prostat,
danpenyakit jantung.
C. Faktor Pencetus
- Kompensasi
- Dekompensasi
- Retensi urinze
- Inkontinensia paradoksa
D. Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hipeplasia prostat dapat menimbulkan
komplikasi sebagai berikut :
1. Inkontinensia paradoks
2. Batu kandung kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Plelonefritis
6. Retensi urin akut atau kronik
7. Refluks vesiko – ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal ginjal
E. Etiologi
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari benigna prostat hyperplasia sebagai berikut: dapat dikelompokan menjadi
3 derajat yaitu: derajat 1 ringan: skor 0-7, 2 sedang: skor 8-19, 3 derajat: skor 2035. Keadaan
ini menyebabkan tekanan intravesikal, oleh klien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah (Wijaya. A, 2013 & Purnomo. B, 2011).
G. Patofisiologi
Gangguan ini terjadi umumnya terjadi pada usia diatas 50 thn kelenjar prostat membesar dgn
bentuk adenoma terbesar mendesak jaringan prostat ke uretra sampai ke vesica urinaria
mengakibatkan kesulitan buang air besar karena air kemih keluar hanya sedikit danmenyisakan
urin dalam kandung kemih (Jitowiyono, 2012).
Klasifikasi BPH
Menurut Sjamsuhidajat et al (2010), derajat berat hiperplasia prostat berdasarkan gambaran
klinis dapat dilihat sebagai berikut:
1. Derajat I : Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, sisa urin < 50 cc
2. Derajat II : Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa urin 50-100 cc
3. Derajat III: Batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa urin > 100 cc
4. Derajat IV: Batas atas prostat tidak dapat diraba, retensi urin total
I. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan
pemeriksaan: 1. Laboratorium Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin 2. Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal
buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans
Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,
tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan
jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4.
Prostatektomi Parineal Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera, fisisk, pembedahan (NANDA, 2012).
2. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan keterbatasan lingkungan,
peralatan terapi (NANDA, 2012).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya masukan mikroorganise, prosedur invasive,
trauma (Doenges, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D Umur 60 Tahun
Dengan POST OPERASI BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA
Di RUANG DAHLIA RSU X
Pengkajian
Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pasar Tais Seluma
Penanggung jawab.:
Nama : Ny. A
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hub. Dengan klien : Istri
Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Klien mengeluh susah buang air kecil (BAK)
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk ke RSU X , pada tanggal 20 – 11 – 2010 Dengan keluhan susah BAK. Pada
saat di lakukan pengkajian pada tanggal 23 - 11 – 2010 Klien telah di lakukan operasi
tampak lemah terbaring di tempat tidur, tampak gelisah, dengan nilai GCS (E = 4, V = 5,
M = 6). Klien mengatakan nyeri pada bagian suprapubis dengan skala nyeri 3, seperti
tertusuk – tusuk, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, bila posisi tubuh nya
terlentang, klien terpasang kateter, terpasang infus pada tangan sebelah kiri dengan RL
%20 tetes /menit, terpasang alat monitor.
TTV : TD : 150/80 mmHg RR : 21 x/i
N : 84 x/I S : 36,9oC
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sudah mengalami susah BAK lebih kurang 2 minggu sebelum
dilakukan operasi. Klien mengatakan pada saat ia ingin BAK lama dan kencing yang
dikeluar kan sedikit – sedikit, serta terasa perih. Klien mengatakan dulu ia pernah merokok
selama +/- 20 tahun. Namun, semenjak sakit klien berhenti merokok. sebelum di operasi
klien di rawat di ruangan seruni. Serta klien memiliki riwayat hipertensi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
seperti klien pada saat ini ataupun penyakit menular lain nya
Kebiasaan Sehari – hari
Kebiasaan
No. Dirumah Dirumah sakit
Sehari – hari
Nutrisi :
1.
Makan
Frekuensi
2 – 3 x /hari 3 x /hari
Jenis makanan
Nasi, lauk pauk, Makanan cair
sayuran
Minum
Frekuensi
8 – 9 gelas/hari 3 x/hari (150 cc)
Jenis minum
Air putih Air putih
Eliminasi :
2.
BAB
1 x/hari 1 x/hari
Frekuensi
Kuning Kuning
Warna
Lembek Lembek
Konsistensi
Khas Khas
Bau
BAK
Frekuensi
2 – 3 x/hari Terpasang kateter
Warna
Kuning kemerahan Kuning kemerahan
Bau
Khas Sedikit amis
Jumlah
50 – 100 cc/hari Tidak terukur
3.
Istirahat tidur :
Kebiasaan tidur
6 – 7 jam/hari 4 – 5 jam/hari
Gangguan tidur -
Memakai Ya Ya
selimut + bantal Selimut (ya), bantal (tidak)
4. Personal hygiene
Mandi 2 x/hari Di lap
Cuci rambut 2 x/minggu -
5.
Aktifitas Klien dapat Klien hanya melakukan aktifitas hanya di
beraktifitas secara tempat tidur dan di bantu oleh keluarga
mandiri atau perawat
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 150/80 mmHg P : 21 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,9 oC
Kepala
Inspeksi : distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi : anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran
Palpasi : tidak ada lesi dan pembengkakan
Mulut
Inspeksi : bentuk simetris, sianosis ( - ), kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : bentuk simetris, pembengkakan vena jugularis ( - )
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Toraks
Inspeksi : bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya
Palpasi : Pergerakan dinding dada sama
Perkusi : Bunyi paru resonan
Alkultasi : Bunyi paru vesikuler
Abdomen
Inspeksi : ada penonjolan pada daerah supra pubik terpasang selang drainase di sebalah
kanan abdomen
Akultasi : bising usus 16x/ menit,
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Perkusi : tympani
Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter spool blase
Palpasi : adanya nyeri tekan
Ekstremitas Atas
Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang Infus RL 20 tts/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas Bawah
Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Data psikologi
Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
Data sosial
Hubunga keluarga dan klien baIk, terlihat dari istri dan anak – anak klien, yang selalu menunggu
klien.
Data spiritual
Klien beragama islam, klien dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratoriun
Hb : 15,3 mg/dl ( 13,4 mg/dl)
Leukosit : 10.000 (4000-10.000)
BSN : 98 mg/dl ( 140 mg/dl)
2 jam pp : 200
BUN : 21 mg/dl (10 – 20)
Serum Creatinin : 0,7 mg/dl (0,6 – 1,3)
Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2 mmol/l)
Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l)
Albumin : 3,4 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)
SGOT : 21 U/L
SGPT : 12 U/L
Bilirubin Direk : 0,14
Bilirubin Total : 0,32
Terapi
Cefotaxime 2 x 1 (1gr)
Transamin 2 x 1 ampul (IV)
Remopain 2 x 1 ampul (Drip)
Analisa data
Nama : Tn.D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
NO Data Senjang Etiologi Masalah
Prostatektomi
DS : klien mengatakan nyeri pada bagian
1 Nyeri akut
yang dioperasi
Insisis luka
DO : klien tampak meringis
Tachikardi
Merangsang
neuroeseptor
Kompensasi
Hipotalamus
Nyeri
2 Gangguan pemenuhan
DS : klien mengatakan susah tidur Nyeri kebutuhan istirahat tidur
P 21 x/m
Gangguan
S 36,9 OC
istirahat tidur
Gangguan
aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
Tgl Tgl
NO Diagnosa keperawatan Paraf Paraf
ditemukan teratasi
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur 23 – 11 –
1
pembedahan (prostatektomi)dan kateterisasi 2010
2
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat 23 – 11 –
tidur berhubungan dengan nyeri 2010
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.D No.Rm : 24 33 90
Umur : 60 Th Ruangan : DAHLIA
Tujuan dan kriteria
NO Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1.Kaji lokasi, intensitas 1.Untuk mengetahui keadaan
1
perawatan 3 x 24 jam nyeri nyeri
gangguan rasa nyaman :
nyeri dapat berkurang / 2. Lakukan teknik relaksasi 2. untuk mengurangi rasa nyeri
hilang dengan kriteria : dan distraksi dan mengalihkan rasa nyeri
Klien tidak 3.Pertahankan patensi dan 3.Menurunkan resiko distensi /
meringis lagi sistem kateterisasi spasme kandung kemih.
Klien tidak
gelisah lagi 4.Berikan informasi yang 3.Menurunkan iritasi dengan
akurat tentang kateter, mempertahankan aliran cairan
Skala nyeri 1
drainase dan spasme konstan kemukosa kandung
TD stabil kandung kemih. kemih
TINDAKAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan Keperawatan
Nama : Tn. D Ruangan : DAHLIA
Umur : 60 Tahun No. MR : 49009
Tanggal
NO
dan Implementasi Respon hasil Paraf
DX
Waktu
1 23 – 11-
Mengkaji nyeri pasien
P : prostatektomi
08.00 WIB (lokasi, intensitas )
Q : nyeri tajam, kuat
R : bagian suprapubis
S : skala nyeri 4
T : waktu menggerakan
tubuh
Pasien
Melakukan pengkajian mengungkapkan keluhan
2
gangguan tidur pasien tentang gangguan
tidurnya
Mengevaluasi respon klian Klian hanya bisa
3
terhadap aktifitas bergerak ditempaat tidur
2 Klien lebih
Membantu klien menentukan
nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
setengah duduk
24 – 11 – Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 2010 bersih dan tidak ada
post operasi
09.00 WIB benda-benda infeksi
Nyeri berkurang,
2
tidak ada alergi
Berkolaborasi pemberian obat
antibiotic dan analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp
Klien lebih
Membantu klien membuat
2 nyaman bila posisinya
posisi yang nyaman ditempat tidur
sebagian duduk
Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
Nyeri berkurang,
tidak ada alergi
Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan
2 analgetik :
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain2X1 amp
Luka terlihat
Melakukan perawatan luka
1 bersih dan tidak ada
post operasi
benda-benda infeksi
Berkolaborasi dalam
pemberian obat antibiotic dan Nyeri berkurang
2 analgetik : dan tidak ada alergi
1. Cefotaxin 2X1 gr
2. Remopain 2X1 amp
O : skala nyeri 3
1 26 -11- 2010
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S : kllien mengatakan tidurnya sudah nyaman
P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan). Edisi
6. Jakarta: EGC.
Djuantoro, D. 2011 Case Files: Ilmu Badah (Terjemahan). Edisi 3. Tangerang Selatan: Karisma
Publishing Group.
Jitowiyono, S. 2011. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Edisi 2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, A & Sari, K. 2009. asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, Aplikasi. Jakarta:
salemba Medika.
Wijaya, S. A. & Putri, M. Y. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa, Teori,
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.