Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu kedokteran di era modern telah membuat banyak orang takjub.
Betapa telah demikian maju dan canggihnya metode-metode pengobatan di masa kini. Namun
kemajuan ilmu kedokteran yang kita saksikan sekarang tidak muncul begitu saja namun melalui
proses intelektual yang sangat panjang. Mulai dari masa prasejarah, masa peradaban-peradaban
kuno dunia, abad pertengahan, hingga era modern saat ini proses intelektual tersebut tidak
pernah berhenti dan selalu berkembang.
Banyak orang mengira bahwa kemajuan ilmu kedokteran saat ini adalah murni kontribusi
dari peradaban Barat, padahal kemajuan yang dicapai bangsa Barat kini tidak bisa dilepaskan
dari sumbangsih peradaban Islam. Pada abad pertengahan bahkan kejayaan Islam mengilhami
gerakan renaisans di Barat yang saat itu tengah mengalami abad kegelapan. Bangsa Barat yang
pada masa itu mengalami kebodohan dan penuh mitos menjadi melek ilmu pengetahuan setelah
berkenalan dengan peradababan Islam. Tidak terkecuali di bidang kedokteran, yang mana
kemajuan ilmu kedokteran yang berkembang saat ini banyak diilhami dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Al-Razi dan Ibnu Sina.
Untuk itu penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai kontribusi Islam
dalam ilmu kedokteran.

2.2. Rumusan Permasalahan


1. Bagaimana perkembangan Islam dan kedokteran?
2. Apa saja cabang ilmu yang berkembang dalam kedokteran?
3. Bagaimana pandangan muslim terhadap penelitian mutakhir mengenai stemcell?

2.3. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mendeskripsikan perkembangan Islam dan kedokteran.
2. Menyebutkan cabang ilmu yang berkembang dalam kedokteran.
3. Memaparkan pandangan muslim terhadap penelitian mutakhir mengenai stemcell.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Islam dan Kedokteran


Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu
kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah berkembang pesat di Timur Tengah.
Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut. Periode pertama dimulai
dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa
Arab. Pada masa ini, sarjana dari Suriah dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan
literatur dari Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Adalah Khalifah Al-Ma’mun dari dinasti
Abbasyiah yang mendorong para sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur
penting ke dalam bahasa Arab.
Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 M
membuahkan hasil. Pada abad ke-9 hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu
pesat. Sejumlah rumah sakit besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, rumah sakit tak hanya
berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat
membina ilmu bagi para dokter baru.
Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran menghasilkan ilmu medis baru. Era
kejayaan peradaban Islam telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia
kedokteran, hingga sekarang. Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah
sekolah Jindi Shapur. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan
sistematik. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti
Ar-Razi, Al-Zahrawi. Ibnu-Sina, Ibnu Rushd, Ibnu Al Nafis, dan Ibnu Maimon.
Al-Razi dikenal di Barat dengan nama Razes. Nama lengkapnya Abu-Bakr Mohammaed
Ibn Zakaria. Al-Razes adalah dokter istana Pangeran Abu Shaleh Al-Mansur. Ia lalu pindah ke
Baghdad dan menjadi dokter kepala di Rumah Sakit Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Salah
satu buku kedokteran yang dihasilkan Al-Razi adalah “Al Mansuri”. Ia menyoroti tiga aspek
penting dalam kedokteran, antara lain, kesehatan public, pengobatan preventif, dan perawatan
penyakit khusus.
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia
merupakan alhli bedah terkemuka di Arab. Dia menjadi dokter istana pada masa khalifah Abdel

2
Rahman III. Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul : “Al-Tastif Liman
Ajiz’an Al-Ta’lif”—ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Al-Zahrawi
menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin
untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak.
Dokter muslim yang lainnya yaitu Ibnu Sina atau Avicenna. Salah satu karyanya yang
berhasil ditulis adalah Al-Qanon fi Al-tibb. Kitab itu menjadi ensiklopedia kesehatan dan
kedokteran. Hingga abad ke-17. Kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.
Tokoh kedokteran Islam yang lainnya adalah Ibnu Rush atau Averroes. Kontribusinya
dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya yang berjudul “Al-Kulliyat fi Al-Tibb”. Buku
ini berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul “Al-Taisir” mengupas
praktik-praktik kedokteran.
Beberapa nama dokter muslim terkemuka yang juga mengembangkan ilmu kedokteran
antara lain Ibnu wafid Al-Lakhm, Ibnu Tufalis, dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi
tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika. Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang
dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan
mengalami kemunduran, seiring runtunya era kejayaan Islam di abad pertengahan.

2.2. Perkembangan Cabang Ilmu Kedokteran

a. Ilmu Bedah
Ilmu bedah sebenarnya telah lama dikenal di Sumeria, Akadia, Mesir, dan Babilonia
lama. Tabib-tabib bangsa Sumeria dan Mesir terkenal pandai menjahit bekas pembedahan, baik
pengerjaannya dan tidak kasar bekasnya. Menurut berita papirus (tulisan dalam lembaran
papirus ), orang-orang mesir yang berpenyakit dalam dan sukar untuk diobati datang kepada
seorang tabib ahli bedah. Pada umumnya orang mesir menganggap tabib itu memiliki ilmu sihir
pemati rasa, padahal sesungguhnya tabib-tabib itu mengenal anaestheticum, yaitu obat pemati
rasa yang disebut taftah, ada berupa minuman dan ada yang berupa tablet, yang akan membuat
pasien mati rasa pada saat dibedah.
Pada awalnya untuk merapatkan bekas belahan pisau, tabib-tabib ahli bedah Sumeria dan
Akadia menggunakan jahitan gigi semut gurun. Caranya, seorang tabib memegang seekor semut
gurun berkepala persegi dari jenis yang tidak beracun, lalu seorang pembantu tabib merapatkan

3
luka dengan hati-hati . semut itu digigitkan pada tepian luka, lalu badan semut dipatahkan dari
kepalanyasehingga kepala semut itu mengunci.dalam bedah besar di perluka sekitar 100 semut.
berabad-abad kemudian, orang-orang Mesir menemukan penemuan baru,seorang tabib istana
fir’aun, Batufu menggunakan sepitan logam pengganti igitan semut itu,kedua ujungnya diikat
erat-erat. Cara ini lalu diikuti tabib-tabib lainnya.

b. Taftah
Pembuatan taftah dan qadafa itu sangat di rahasiakan, hanya seorang tabib kepercayaan
istana fir’aun yang mengetahui pembuatan dan bahan ramuannya. Ilmu pembiusan dengan taftah
ini hilang dibawa mati oleh seorang ahlinya.
Tatkala ajaran agama Nasrani Sauliah masuk ke Mesir, taftah itu di anggap embusan iblis
yang telah di nyatakan dalam lembaran sejarah Mesir bahwa pembiusan taftah itu cabang ilmu
sihir dan dalam maklumat itu ditentukan penyakit-penyakit yang boleh diobati atau dibedah serta
penyakit-penyakit yang tidak boleh dibedah.
Penemu benang jahitan yang khusus untuk luka bedah adalah tabib-tabib Muslim dari
lembaga kedokteran di Baitul Hikmah Baghdad, lalu dikembangkan ke Iskandariah, Haran , dan
syahran ( syihran ). Pada perkembangan kedokteran islam , terkenalah seorang ahli bedah
bernama az-Zahrawi. Metode bedahnya berkembang di seluruh negeri-negeri Arab, Persia, india,
turki, Sisilia, Andalusia, dan akhir perkembangan itu di Inggris dan Prancis. Kitab-kitab az-
Zahrawi telah banyak diterjemahkan dalam berbagai bahsa Eropa. Sesungguhnya ilmu bedah
jaman modern sekarang ini merupakan kelanjutan pengembangan ilmu bedah az-Zahrawi.

c. Kedokteran Mata
Ilmu pengobatan mata tertua dalam dunia kedokteran Islam berasal dari Ali ibnu Isa. Ia
menyempurnakan metode kedokteran Yunani kemudian menambahkannya. Ia banyak
menemukan pengetahuan baru tentang mata. Ali ibnu Isa adalah orang Baghdad, ia disebut Yesu
hay dalam lidah Eropa. Ilmu mata di Eropa bermula dari Ali bin isa, Ammar, dan al- Haitami.
Ali al- hassan al- Haitami (343 H) berasal dari Bashrah, ia disebut al-Hazen oleh orang Eropa.
Al-haitami pun bukan hanya tabib mata, tetapi ia juga penemu teori pembiasan.
Teori penglihatan menutut ibnu al-Haitami, ditulis di Mesir pada awal pertengahan abad
ke-11. Diagram dua bola mata yang terlihat dari atas ini menggambarkan prinsip tunika dan

4
cairan humor serta saraf optik yang menghubungkan bola mata dengan otak. Di eropa al-Hazen
diakui sebagi Bapak kaca Mata dan Bapak Kedokteran Mata. Pada zaman al-Haitami terdapat
lebih kurang 80 orang tabib ahli mata, hanya yang terpandai adalah al-Haitami.yang
ketabibannya di lanjutkan oleh Kamaluddin. Ia meninggal pada tahun 698 H.

d. Apoteker
Ada seorang apoteker muslim membuat sebuah kebun tanaman obat di Cadiz, disana
terdapat tanaman obat setempat, dan tanaman obat luar negeri. Diantara apoteker terkenal dalam
sejarah kedokteran adalah abu Mansur Muwaqaf, lahir di Hirah pada 353 H. Kitab karangannya
tentang obat-obatan ditulis dalam bahasa Persia, diantaranya Asas-i-syifa ,yang memuat dasar
ilmu perobatan dari persia, Arab, india dan Yunani
Apoteker terkenal lainnya adalah Masawaih al Mardini dari baghdad, dan Ibnu wafid dari
Andalusi yang menyusun kitab obat-obatan, ada untuk pengobatan khusus dan ada untuk
pengobatan umum. Selain itu ada apoteker lainnya, yaitu ibnu al-baithari. Selain tabib hewan, ia
juga seorang apoteker.Ia menulis kitab peraturan cara pemberian obat.
Banyak obat hasil ramuan apoteker muslim diadopsi oleh apoteker Eropa, Begitu juga
istilah-istilahnya. Diantara racikan tersebut adalah obat cair Rab, yaitu campuran air buah-
buahan dengan madu, kemudian Gulaf (air mawar dalam bahasa Persia), yaitu obat yang baunya
sedap, di Eropa disebut julep. Ada lagi syarab, yaitu obat bercampur madu, di Eropa menjadi
sirup.
Sedangkan istilah-istilah apoteker muslim yang berasal dari bahasa arab dan Persia dan
berkembang di eropa dan kemudian diadopsi, antara lain : kafur menjadi camphor; pad zahr
menjadi bezoar; al-ghul menjadi alcohol; al-kimia menjadi al-chemy; ambar menjadi
amber,dan sebagainya.

e. Kedokteran Gigi
Pada awalnya kedokteran gigi mulai berkembang ketika ada beberapa orang belia Athena
datang untuk mengkaji kedokteran gigi ke mesir. Alat –alat kedokteran gigi di Baghdad lebih
lengkap dari pada alat-alat kedokteran gigi di Yunani. Di Baghdad terdapat kursi khusus duduk
pasien gigi yang dapat diatur, alat kelengkapan terdiri atas lebih kurang 48 batang aus berupa
tang, penggirik, alat kayy gigi, dan alat bedah rahang.

5
Tabib- tabib gigi muslim tersebar di Baghdad Istafahan, damsyik, Iskandariah sampai
qurthubah. Pada zaman kekuasaan bani Saldsyuk terdapat beberapa tabib ahli gigi seperti :
Ahmad Barah, Sarah Nilami, Shahibuddin kirkuk, Abdullah bin muhammad,Adif Hanah, dan
Jalaludin al-farjani.

f. Khitan
Khitan pada awalnya adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as pada lebih
kurang tahun 2000 sebelum Masehi. Pada masa sebelum Nabi SAW, tidak semua bangsa Arab
samiah berkhitan, baik laki-laki maupun perempuan. Pada saat itu khitan hanya di lakukan oleh
keturunan Nabi ismail a.s. ketika islam berkembang, khitan berlaku bagi semua bangsa pemeluk
agama islam.

g. Bekam dan Fashid


Sesungguhnya bekam dan fashid telah di kenanl bangsa-bangsa purba sejak kerajaan
Sumeria berdiri, lalu berkembang di Babilonia, Mesir, Saba dan Persia. Bekam dan fashid tidak
sembarang dilakukan , tapi hanya pada pembekuan atau penyumbatan.

h. Kedokteran Kandungan dan Kebidanan


Jika seorang perempuan Sinzi hendak melahirkan, ia pergi ke hutan ditemani seorang
dukun perempuan. Alat pemotong yang digunakan terbuat dari kayu tipis, tulang atau batu. Ilmu
kebidanan dan ilmu penyakit kandungan tertua ditemukan di Sumeria Mesir. Pada zaman
pemerintahan Fir’aun tutan Amun di Mesir, telah ada sekolah semacam pendidikan bidan. Thibb
kebidanan yang termasyhur terdapat di Haran, Baghdad, dan Jundi Syahpur.
Alat-alat kebidanan pada masa Islam boleh dikatakan lengkap; alat pembersih rahim al-
Qurits (berkembang menjadi kuret/kiret), kursi Fazz untuk memeriksa kandungan, zamah alat
pemeriksa janin, Nafir yaitu corong dengar, berbagai alat kait untuk mengeluarkan janin yang
telah mati di dalam, uthin yaitu tang halus besar untuk mengeluarkan janin yang sukar
keluar,alat-alat bedah kandungan ,dan lain-lain.

6
i. Al-Kayy
Pengobatan al-kayy yaitu pengobatan penancapan besi membara pada titik sakit,
ditemukan pada zaman kedokteran Mesir sampai zaman perkembangan Islam. Pada zaman Nabi
SAW , al-kayy masih tetap digunakan seperti dalam pengobatan pagutan ular, binatang kala, dan
sejenisnya. Pengobatan al-kayy pada zaman Nabi SAW adalah seorang sahabat Nabi yaitu Abu
Thalhah r.a. karena terapi al-kayy itu dapat mencacatkan tubuh sampai seumur hidup, Rasulullah
SAW tidak menyukainya.
Awasin al-kayy (avasinolog) adalah ilmu al-kayy modern yang dikembangkan oleh dokter-
dokter sekarang, Metode Awasin al-kayy digunakan berdasarkan ilmu kedokteran modern yang
berkembang tinggi seperti sekarang ini. Ilmu ini bukan pengobatan alternatif. Awasin al-kayy
siap berkolaborasi dengan pengobatan konvensionalyang berkembang saat ini. Pada prinsipnya
mengisi ruang kosong biomedik yang ada sekarang sehingga penyembuhan pasien lebih cepat,
efektif, efisien. Dalam metode awasin al-kayy terdapat cara mendiagnosa, rasah (ramuan obat ) ,
dan terapi. Pada masa ditemukan alat suntikan, awasin al-kayy di lengkapi pula dengan Aus
Annadlal (needle; jarum suntik)

j. Ilmu Lasah
Dasar-dasar ilmu lasah modern telah berkembang di Sumeria, Mesir, Persia, Hindustan,
dan china 1500 tahun sebelum lahir Nabi Isa a.s.
Di babilonia terdapat berbagai macam lasah, antara lain:
Tab Asbha, semacam akupresur
Qushda, semacam ilmu urut
Shaksurr, cara menggoyangkan syaraf
Qarghah, cara menggerak-gerakan bagian tubuh yang mengalami lemah layuh,dan
Esla, caramemperbaiki terkilir,retak,patah tulang dan semacamnya.
Alat- alat yang digunakan antara lain : meja periksa, alat penggantung, alat penggantung kaki,
alat pembalut, berbagai macam bidai, alat penarik bertali.

k. Alat Suntikan
Penemu alat suntikan adalah tabib-tabib bangsa Turki dari Istanbul, antara lain: Abu
Bakar yang berasal dari kampung Jaks, sebuah tempat dekat kota Istanbul.

7
l. Pengobatan Islam, Rumah Sakit, Dan Kualifikasi
Kontributor besar Islam dalam sejarah dunia kedokteran adalah pendirian rumah sakit
yang dibiayai oleh uang zakat. Ada bukti-bukti bahwa rumah sakit ini berdiri pada abad ke-8 dan
dengan segera menyebar ke seluruh dunia Islam.
Rumah sakit-rumah sakit ini tidak hanya merawat mereka yang membutuhkan, namun
juga mengirim para dokter dan bidan ke daerah-daerah yang miskin dan padat penduduk, serta
memberikan tempat bagi para dokter dan staff rumah sakit untuk melakukan penelitian dan
eksperimen. Tiap rumah sakit memiliki spesialisasinya sendiri, seperti rumah sakit khusus lepra,
orang cacat, dan mereka yang renta.
Sistem pendidikan dokter tersusun dengan sangat baik, biasanya menggunakan sistem
tutoring sebagai basis, dan dengan banyaknya dokter spesialis terkenal di berbagai daerah
membuat perjalanan para murid dari satu kota ke kota lain tidak sia-sia karena mereka belajar
dari yang terbaik. Sebagai tambahan, para dokter Islam sangat cermat dengan catatan mereka,
sebagian karena catatan mereka akan digunakan untuk menyebarkan ilmu, namun juga dijadikan
barang bukti kalau-kalau mereka dituduh melakukan malpraktek.

m. Kedokteran Hewan
Pada kira-kira 200 tahun sebelum Masehi, dasar ilmu kedokteran hewan di kenal di
Akadia dan Mesir. Pada saat itu ada beberapa jenis hewan yang bisa diobati, yaitu hewan-hewan
penjelmaan dewa-dewa. Dokter hewan muslim yang terbesar ialah Ibnu al-baithar,(576-646 H).
Seorang ahli pembuat obat herbal dan tabib istana. Ia juga tabib hewan yang termahsyur
sehingga namanya diabadikan dalam pemberian gelar “ ibnu Baithari; bapak kedokteran hewan”.

2.3. Penelitian Mutakhir dalam Kedokteran


Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ada penemuan baru di bidang
kedokteran yaitu stemcell sedangkan definisi stemcell itu sendiri adalah sel induk yang dapat
berdeferensial atau dapat merubah diri menjadi berbagai sel sesuai dengan lingkungan, bisa
berubah-ubah menjadi sel otot, sel endokrin, ephitel, dan lain-lain kemudian berkembang lagi
menjadi stemcell.

8
Stemcell dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat janin, darah,
dan sumsum tulang belakang. Sedangkan menurut sumber lain stemcell yaitu suatu sel yang
belum matang atau belum berdeferensiasi (berubah) menjadi sel atau jaringan tertentu. Dalam
bahasa indonesia, stemcell disebut sebagai sel punca atau sel induk. Sedangkan dalam bahasa
kedokteran, stemcell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah menjadi satu jenis sel),
multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat berubah menjadi
jaringan apapun). Dengan kemampuan ini, stemcell dapat menyembuhkan sel-sel tubuh yang
rusak atau hilang karena penyakit yang berat dengan cara beregenerasi menjadi organ atau
jaringan yang rusak tersebut.
Islam sebagai agama yang berdasarkan pada moral dan etika yang tinggi tentu saja tidak
dapat melepaskan diri dari perbedaan pandangan tersebut. Berdasarkan cara pengambilannya
jelas bahwa stemcell sangat bertentangan dengan moral dan etika karena untuk mengambil itu
harus merusak dan membunuh embrio (jabang bayi) pada stemcell embrio. Oleh karena itu
tindakan ini adalah tindakan pembunuhan. Allah subahanahu wataala berfirman yang artinya,
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi." (QS. Al Maidah : 32)
Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya.
Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia
seluruhnya, karena seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang
berarti juga membunuh keturunannya.
Allah subahanahu wataala juga berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui

9
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS. Al
Isra :33)
Tindakan pembunuhan embrio disebut abortus. Tindakan abortus dapat dikategorikan
sebagai penodaan terhadap kesucian manusia itu sendiri. Diperbolehkan abortus jika benar-benar
dalam keadaan darurat. Sesuai dengan kaidah hukum islam bahwa sesuatu yang diperbolehkan
karena darurat itu harus diukur dengan kadar kedaruratannya. Batas kedaruratannya disini hanya
ada satu yaitu apabila janin dibiarkan akan mengancam kehidupan si ibu karena ibu merupakan
pangkal kehidupan janin dan janin sebagai far' (cabang).
Dari sini dapat diketahui bahwa stemcell yang menggunakan stemcell embrio bisa
dilakukan apabila ada ibu yang secara darurat melakukan aborsi karena jika tidak aborsi maka
dikhawatirkan akan mengancam kehidupan si ibu. Hal ini tidak asal-asalan melakukan aborsi
tetapi hal itu memang benar-benar merupakan darurat yang pasti bukan sekedar dugaan dan telah
diamati oleh dokter dengan pemeriksaan yang cermat dan tidak gegabah dengan tinjauan dari
berbagai aspek yang terkait. Maka dari itu, stemcell embrio dapat dilakukan. Pendapat pemuka
agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha tentang penggunaan sel punca yang diambil
dari embrio manusia untuk terapi pengobatan adalah terlarang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Jika masa kejayaan Islam adalah masa kemajuan intelektual dan ilmu pengetahuan, serta
sosial dan pilosofi, maka kontribusi terbesar Islam kepada dunia yang dibuat pada masa itu
adalah kedokteran. Para ilmuwan Islam mengumpulkan berbagai macam informasi dalam jumlah
yang luar biasa, serta menambahkan hasil pengamatan sendiri, mengembangkan tekhnik dan
prosedur yang kelak akan menjadi basis dari kedokteran modern. Dalam sejarah medis dunia,
kedokteran Islam menonjol sebagai sebuah periode kemajuan paling luar biasa sebelum
tekhnologi modern abad ke-20.

3.2. Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis memberikan
beberapa saran, untuk penulis dan para pembaca lainnya bahwa kajian Islam dan Kedokteran
dapat menjadi penambah khazanah wawasan pengetahuan serta dapat dijadikan bahan kajian
yang lebih mendalam di masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ruslan, Heri. 2010. Khazanah, Menelisik Warisan Peradaban Islam. Jakarta: Republika.

Yamani, Jafar K. 2005. Kedokteran Islam. Bandung: Dzikira.

http://www.delemonspiritual.com/2015/07/hukum-stem-cell-dalam-islam.html

12

Anda mungkin juga menyukai