Disusun Oleh :
Pengolahan Data Singlebeam Echosounder, Multibeam Echosounder, dan Side Scan Sonar
untuk Pemetaan Dasar Laut
disusun oleh:
Sri Windari
(10/298000/TK/36510)
(09/280191/TK/34670)
Laporan ini dibuat sebagai hasil Kerja Praktek di PT. PAGEO UTAMA yang dilaksanakan pada
Tanggal : 22 Januari 2014 – 22 Februari 2014
Anggota Anggota
Mengetahui,
Laporan ini dibuat sebagai hasil Kerja Praktek di PT. PAGEO UTAMA yang dilaksanakan pada
Tanggal : 22 Januari 2014 – 22 Februari 2014
Dosen Pembimbing
Kerja Praktek,
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Teknik Geodesi UGM,
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufik, petunjuk, serta hidayah-
Nya, sehingga laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan. Kerja Praktek dengan judul
“Pengolahan Data Singlebeam Echosounder, Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar
untuk Pemetaan Dasar Laut" ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah pilihan
Program Studi Teknik Geodesi-Geomatika dengan berat 3 sks.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel III. 1 Karakteristik data singlebeam echosounder, multibeam echosounder dan side scan
sonar .............................................................................................................................................. 47
Tabel III. 2 Interpretasi Data Side Scan Sonar ............................................................................. 52
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Arah sumbu panjang kapal berlayar, biasanya disebut dalam derajat dari utara
(sejati/geografis, magnetik/kompas).
14. Hydrophone
Sebuah transducer elektro-akustik yang merespon gelombang suara yang terbawa air dan
memberikan gelombang listrik yang pada dasarnya sama.
15. Jack-up Footprint
Jejak atau bekas yang disebabkan oleh Jack-up Rig.
16. Multibeam Echosounder (MBES)
Alat yang digunakan untuk mengukur banyak titik kedalaman secara bersamaan yang didapat
dari suatu susunan transducer (tranducer array).
17. Noise
Data hasil akuisisi yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
18. Offset
Garis pendek tegak lurus yang diukur pada garis atau titik dari data yang diinginkan sehingga
baris atau titik yang kedua bisa dicari dengan mengacu pada baris pertama.
19. Offshore Survey
Survei hidrografi yang dilakukan di wilayah yang jauh dari pantai atau lepas pantai.
20. Pipeline
Jalur pipa yang terdiri dari pipa-pipa tunggal yang disambung dan berfungsi untuk
mengalirkan fluida baik cari maupun gas dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
21. Platform
Suatu jaringan kerangka besi yang tabular dan ditancapkan pada dasar samudera untuk
mendukung peralatan produksi pada permukaan dan pengeboran rig.
22. Pock Mark
Lubang atau cekungan yang berada di dasar laut.
23. Seabed Features
Fitur-fitur yang berada di dasar laut.
24. Seabed Scar
Bekas pada dasar laut yang diakibatkan pergerakan rig dari suatu area ke area yang lain.
25. Slant-Range
Perkembangan bidang survei dan pemetaan sangatlah cepat, bermula dengan penggunaan
metode yang cukup konvensional untuk membuat sebuah peta hingga digunakanlah
teknologi yang modern dan lebih efisien serta efektif untuk memetakan area yang cukup
luas. Beragam alat-alat mutakhir telah diciptakan dan siap dipergunakan sebagai penunjang
proses pemetaan. Terlihat bahwa pemetaan sekarang tidak hanya pemetaan topografi yang
dilakukan di daratan melainkan juga pemetaan yang dilakukan di laut. Wilayah laut saat ini
mulai banyak diperbincangkan, direncanakan, ditempati dan bahkan diperebutkan oleh
perorangan, institusi negeri maupun swasta. Laut merupakan area yang mengandung sumber
daya alam yang lebih beragam jika dibandingkan di darat. Akan tetapi belum banyak orang
bisa melakukan eksplorasi di dalamnya, oleh karena itu diharapkan dengan semakin maju
zaman dan semakin majunya teknologi pemetaan yang ada di laut, manusia bisa
memanfaatkan sumber daya tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah dan
aturan yang ada. Berkaitan dengan pandangan keilmuan geodesi sekarang ini, yang berusaha
mengenal dan mengeksplorasi laut maka dikenal istilah Survei Hidrografi, yang merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memetakan wilayah lautan.
PT. PAGEO UTAMA merupakan perusahaan survei terkemuka yang menyediakan jasa
survei di bidang Survei Hidrografi dan telah mengerjakan berbagai macam proyek dalam hal
penentuan posisi dan subsea untuk minyak dan gas lepas pantai dan industri konstruksi lepas
pantai. PT. PAGEO UTAMA juga sudah bekerja sama dengan perusahaan dan instansi luar
untuk mengerjakan proyek yang bergerak dalam bidang hidrografi. Oleh karena itu dengan
adanya mata kuliah Survei Hidrografi yang telah diajarkan di Kampus Teknik Geodesi,
menjadi modal secara teoritis bagi mahasiswa untuk menggali lebih dalam dan mencari
pengalaman secara langsung di lapangan agar mampu mengimplementasikan segala teori
yang diberikan di Kampus Teknik Geodesi. Dalam hal implementasi secara langsung di
I.2 Tujuan
Tujuan yang bisa dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Sebagai media untuk mahasiswa supaya bisa mengenal proyek di lapangan secara
langsung dan menerapkan teori-teori yang telah diterima semasa mengikuti mata kuliah
Survei Hidrografi.
2. Mahasiswa bisa mengetahui tugas seorang surveyor di lapangan dalam kaitannya dengan
Offshore Survey.
3. Mahasiswa bisa mengetahui tahap-tahap pelaksanaan survei batimetri di lapangan.
4. Membuka kesempatan mahasiswa untuk lebih memahami dan meningkatkan
pengetahuan dalam bidang hidrografi terutama terkait pengolahan data singlebeam
echosounder, multibeam echosounder serta side scan sonar.
5. Mahasiswa bisa mempelajari berbagai program aplikasi yang belum pernah diajarkan di
perkuliahan.
Sesuai dengan tema Kerja Praktek yang berjudul “Pengolahan Data Singlebeam
Echosounder, Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar untuk Pemetaan Dasar
Laut" maka pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan supaya mahasiswa bisa mengetahui
tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam mengolah data singlebeam echosounder,
multibeam echosounder dan side scan sonar yang diperlukan untuk menghasilkan peta
dasar laut yang mencakup data kedalaman, identifikasi obyek yang ada di dasar laut
dimana nantinya data tersebut digunakan untuk pekerjaan selanjutnya seperti pemasangan
jalur pipa, pembangunan rig dan sebagainya.
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah 1 bulan mulai tanggal 22 Januari 2014 – 22
Februari 2014.
Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. PAGEO UTAMA yang berada di Jalan Tebet
Timur Raya No.54, Tebet Timur, Jakarta 12820.
14 Februari 2014 –22 Februari 2014 Penyusunan Laporan dan Presentasi Hasil
Kerja Praktek
Singlebeam echosounder adalah alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran
tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Pengukuran dengan
menggunakan singlebeam echosounder dapat dilihat pada gambar I.1
Prinsip kerja dari sistem tersebut ialah transducer memancarakan pulsa akustik dengan
frekuensi tertentu ke dasar perairan secara tegak lurus, kemudian dipantulkan oleh dasar
perairan lalu diterima kembali. Data yang diperoleh dari proses itu adalah selang waktu
gelombang mulai dipancarkan dan gelombang kembali diterima, sehingga diperoleh data
kedalaman yang dicatat alat perekam yang merupakan fungsi dari selang waktu. Proses
tersebut dapat diuraikan pada persamaan (I.1.) (Poerbandono, dkk., 2005) :
……………………………………………………………………(I.1)
Keterangan notasi :
Pola pancarannya melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam akan
mendapatkan satu titik kedalaman hingga jika titik-titik kedalaman tersebut dihubungkan
akan membentuk profil dasar laut. Jika kapal bergerak maju hasil sapuan multibeam
echosounder tersebut menghasilkan suatu luasan yang menggambarkan permukaan dasar
laut.
Pada MBES merujuk pada sekumpulan sensor dipasang pada suatu wahana survei
yang digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan pengukuran kedalaman seketika.
Instrumentasi dasar tersebut antara lain :
1. Transducer
2. Unit kontrol dan integrasi
3. Unit Referensi Vertikal (sensor roll, pitch, yaw dan heave)
4. Sound Velocimeters
5. Positioning System
6. Sensor Heading
Kelengkapan lainnya seperti monitor dan alat (software) akusisi biasanya
digunakan untuk memantau hasil secara langsung (real time) dan penilaian kualitas
survei. Unit untuk akusisi dan mencatat data (logging) juga terintegrasi dengan sistem.
Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang
dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan
kembali dari dasar laut (seabed). Semakin dekat obyeknya dengan sumber maka
intensitasnya pun semakin kuat. Gelombang akustik yang dipantulkan dari dasar laut
selanjutnya dianalisis oleh transducer sehingga dapat dibedakan gelombang pantul yang
datang dari arah yang berbeda. Untuk mendeteksi arah datangnya sinyal yang dipantulkan
oleh dasar laut, transducer pada MBES menggunakan tiga metode pendeteksian, yaitu
pendeteksian amplitudo, fase dan interferometrik (sudut). Pada prinsipnya pengukuran
multibeam echosounder menggunakan pengukuran selisih fase pulsa (jenis pengamatan
yang digunakan adalah metode pulsa). Untuk teknik pengukuran yang digunakan selisih
fase pulsa ini yaitu fungsi dari selisih pulsa waktu pemancaran dan penerimaan pulsa
akustik serta sudut datang dari sinyal tiap-tiap transducer.
Proses kalibrasi yang dilakukan meliputi proses pitch, roll, dan yaw. Adapun penjelasan dari
ketiga proses kalibrasi tersebut meliputi :
1. Kalibrasi Pitch
Pitch diukur dari dua pasang titik kapal dalam menentukan kedalaman terhadap
sesuatu kemiringan pada dua kecepatan berbeda atau untuk mengoreksi gerakan heading
kapal. Hal penting dari kalibrasi pitch karena sepanjang penggantian jalur adalah
sebanding terhadap kedalaman air (pergerakan terhadap sumbu Y). Jadi semakin dalam
kedalaman air (mengarah pada perairan dalam) maka semakin kecil nilai kalibrasinya.
Gerakan pitch mempengaruhi perubahan posisi rotasi kapal pada sumbu Y. Gerakan ini
dipengaruhi oleh dinamika pergerakan air laut. Sudut rotasi pitch bernilai positif apabila
posisi haluan kapal (sisi depan kapal) berada di atas permukaan air (Aritonang, 2010).
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah melintasi satu jalur yang sama, dengan
arah berlawan, melintasi kedangkalan yang bergradien tajam, menggunakan kecepatan
sama serta pancaran terdalam yang overlap digunakan untuk koreksi.
2. Kalibrasi Roll
Kalibrasi ini paling terasa pengaruhnya di perairan yang dalam dan harus secara
hati-hati dalam diukur. Kalibrasi ini digunakan untuk mengoreksi gerakan oleng kapal
dalam arah sumbu X. Untuk sudut kecil kurang dari 3° roll offset dapat diperkirakan
dengan persamaan berikut :
Side scan sonar merupakan peralatan observasi dasar laut yang dapat
memancarkan beam pada kedua sisi bagiannya secara horizontal. Side scan sonar
memancarkan pulsa suara pada kisaran frekuensi 100-500 kHz. Semakin besar nilai
frekuensi maka resolusi data yang dihasilkan akan semakin tinggi akan tetapi area
cakupannya semakin sempit (MacLennan dan Simmonds, 2005). Side scan sonar
terutama dirancang untuk memberikan "gambar akustik" dari dasar laut, dengan resolusi
tinggi. Selain itu, side scan sonar adalah alat yang berguna untuk deteksi target, misalnya
kecelakaan kapal, pipa dan kabel.
Sebuah sistem side scan sonar terdiri dari komponen-komponen dibawah ini :
alat perekam (recorder), sensor bawah air (towfish dengan transducer), dan kabel derek
untuk menghubungkan antara alat perekam dan sensor bawah air. Komponen side scan
dapat dilihat pada gambar I.8
Towfish Recorder
Cable
Pulsa-pulsa listrik tersebut diubah menjadi energi mekanik. Hasil dari perubahan
tersebut berupa sinyal ultrasonik yang kemudian dipancarkan ke dasar laut. Sinyal-sinyal
tersebut dipantulkan kembali oleh dasar laut dan diterima kembali ke towfish. Interval
waktu dari pengembalian sinyal tersebut tergantung dari jarak antara towfish dengan titik
pemantulannya, selain itu besarnya amplitudo dan frekuensi sinyal ultrasonik juga
berbeda sesuai dengan jenis objek yang memantulkan sinyal ultrasonik tersebut. Sinyal
ultrasonik yang diterima oleh towfish diubah kembali menjadi pulsa-pulsa listrik dan
diteruskan ke recorder untuk proses perekaman. Hasil rekaman yang terdapat pada kertas
recorder kemudian diinterpretasikan jenis objek di dasar laut atau keadaan topografi di
dasar laut.
RECORDER TOWFISH
TOWFIS OBJEK/DASAR
H LAUT
Gelombang akustik dipantulkan oleh sonar berinteraksi dengan dasar laut dan
sebagian besar energi tercermin specularly. Jarak tempuh dari transducer ke target dasar
laut disebut jarak miring. Sudut antara gelombang datang dan dasar laut disebut sudut
datang. Sudut pengembalian adalah 90°- sudut datang, yaitu sudut antara gelombang
datang dan normal lokal ke dasar laut (Blondel dan Murton, 1997).
Gambar I.9 Geometri side scan sonar dan definisi parameter dasar (Blondel and Murton, 1997)
Kebutuhan untuk memastikan cakupan yang lengkap dari daerah yang disurvei
karena adanya kesenjangan kolom air di bawah towfish .
Adanya distorsi data side scan sonar karena ketidakstabilan towfish, variasi
kecepatan dalam kapal survei, dan jangkauan kompresi data karena ketinggian
towfish (distorsi slant-range). Ketidakstabilan towfish diminimalisir dengan
konfigurasi towing yang digunakan. Variasi kecepatan dan distorsi slant-range
dapat dikoreksi dengan sistem side scan sonar digital (Fish and Carr, 1990).
Kecepatan koreksi dapat dilakukan secara online selama akuisisi data dengan
menerapkan kecepatan kapal yang dihitung dari GPS-data.
Pelaksanaan akuisisi data di lapangan dapat ditunjukkan pada gambar II.1 dibawah ini,
Mulai
Perencanaan Survey Lines Persiapan & Mobilisasi Persiapan Software Olah data
(Alat dan Personil)
Koordinat Koordinat
titik kontrol titik kontrol
(BM) (BM)
Verifikasi Kalibrasi
DGPS Tidak Tidak Heading
Ya Ya
Akuisisi Data Singlebeam Akuisisi Data Multibeam Akuisisi Data Side Scan
Echosounder Echosounder Sonar
Pengukuran Draft Tranducer Perekaman DMS Verifikasi Side Scan Sonar
Ya Ya Ya
Demobilisasi
Selesai
Lajur Silang
100-300 m
Dengan jarak antar lajur100-300 m
Lajur Utama
Dengan jarak antar lajut 50-100 m
50-100
m
Gambar II. 2 Perencanaan Survey Lines
Laporan Kerja Praktek 30
II.1.4 Pengukuran Offset Alat Survei
Merupakan tahapan yang dikerjakan setelah tahap instalasi pemasangan antena GPS dan
peletakan pole transducer serta perangkat lain seperti DMS (Dynamic Motion Sensor), heave
compensator, dll pada kapal survei selesai dilakukan.
Dalam gambar II. 2 di atas dianggap antenna GPS sebagai titik acuannya yaitu koordinat 0,0
maka posisi alat survei lainnya harus dihitung offset-nya dari posisi antena GPS tersebut agar
kesalahan offset mampu diminimalisir.
Cara menentukan offset alat survei, yaitu :
1. Mengukur dimensi kapal.
2. Mengukur offset masukkan tiap alat yang ada di kapal.
Posisi DMS biasanya harus berada di tengah kapal (di CoG), heave compensator harus
berada di dekat echosounder, GPS harus diposisikan di tempat yang obsruksinya kecil.
3. Harus ada datum referensi yang sama.
1. Raw data singlebeam echosounder, terdiri dari easting, northing dan data kedalaman
yang belum terkoreksi dengan tide. Raw data hasil pengukuran singlebeam echosounder
dapat dilihat pada gambar II.6 di bawah ini.
Kontrol kualitas merupakan tahapan yang dilakukan untuk mengecek/mengontrol data hasil
pengukuran pakah sudah sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diberikan atau tidak. Apabila
data sudah sesuai, maka data sudah siap untuk diproses lebih lanjut.
II.1.9 Demobilisasi
Demobilisasi adalah tahap akhir dari proses akuisisi data di lapangan yang meliputi aktivitas
pelepasan alat-alat survei dari kapal. Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan,
bahan, personil, atau lainnya telah dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, dan persyaratan-persyaratan
penyelesaian pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah terpenuhi.
Pelaksanaan pengolahan data secara sistematis dapat dilihat pada gambar II.7
Mulai
Raw Data singlebeam: Raw Data multibeam: Raw Data side scan
Easting (X), Northing Easting (X), Northing(Y), sonar: Easting (X),
(Y), Kedalaman yang Kedalaman yang belum Northing (Y), Raster
belum terkoreksi terkoreksi dlm format *.qpd image format *.jsf
Tidak
Cek Data di
echoroll
Ya B C
A
Simpan format *.csv Exporting data format *.pts & *.tiff Exporting data format*.tiff
Kontrol
Tidak Kualitas Tidak
Ya
Selesai
Penjelasan terkait pelaksanaan pengolahan data akan secara rinci dijelaskan pada sub bab
berikutnya.
II.2.2.1 Bahan
1. Data hasil akuisisi (raw data) singlebeam echosounder dalam format seperti berikut :
- Sistem koordinat grid yaitu : Easting (X) dan Northing (Y)
- Kedalaman (Z) yang belum terkoreksi
2. Data hasil akuisisi (raw data) multibeam echosunder dalam format *.qpd pada lokasi
pengukuran.
4. Data prediksi pasang surut stasiun Tanjung Priok yang diekstrak dari tabel pasang surut
tahun 2013 terbitan Dishidros.
II.2.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam Kerja Praktek terdiri dari perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang meliputi :
1. Perangkat keras (hardware)
a) Seperangkat komputer dengan spesifikasi :
a. Computer : Intel® Core ™ i7-3770CPU @ 3.40GHz
b. Memory : 3.48 GB
c. Graphics Card : NVIDIA GeForce GT 620 (1GB)
d. Operating System : Microsoft Windows XP
b) Flasdisk Kingston 8GB
c) Hardisk WD Element 1Tera
2. Perangkat lunak (software)
a) Microsoft Excel 2007 untuk pemrosesan data singlebeam echosounder.
b) QINSy 8.0 (milik PT.PAGEO UTAMA) untuk pemrosesan data multibeam
echosounder.
c) AutoCAD Map 3D 2009 untuk penyajian data multibeam echosounder, singlebeam
echosounder, dan side scan sonar .
2A
2B
2A
2B
3A
4. Lakukan konfigurasi koreksi tide dan SVP pada pemrosesan data multibeam
echosounder.
Informasi terkait
project dan pelaporan
oleh PT.Pageo Utama
Gambar II. 23 Tampilan data side scan sonar dengan data multibeam echosounder
Terjadi gap antar masing- Tidak terjadi gap antar jalur, Terdapat kekosongan citra pada
masing jalur sehingga untuk sehingga penarikan garis kontur area kolom air di bawah towfish.
melakukan penarikan garis manual hasilnya bagus.
kontur manual hasilnya
kurang bagus.
Pengambilan datanya kurang Proses akuisi datanya lebih efisien Lama tidaknya proses akuisisi data
efektif (waktunya lama). dan efektif (waktunya singkat). tergantung area yang mau dicakup.
Data kedalamannya lebih Data kedalamannya kurang akurat Tidak bisa menampilkan
bagus, lebih akurat. bila dibandingkan dengan kedalaman tapi bisa menghitung
singlebeam. tinggi dan dimensi obyek dengan
mengukur shadow-nya.
Koreksi yang diperlukan Koreksi yang diperlukan koreksi Ada koreksi dengan
koreksi heave. roll, pitch dan yaw. membandingkan antar line yang
mencakup area yang sama
Untuk mengecek apakah hasil pengukuran singlebeam echosounder sudah benar atau
belum maka langkah yang dilakukan adalah melakukan pengecekan pada pengolahan datanya
dengan cara melihat nilai kedalaman perpotongan antara lajur silang dengan lajur utama. Apabila
selisih perpotongan nilai kedalaman kedua lajur tersebut ≤ 2 dm maka kedalaman tersebut masuk
toleransi atau sudah bagus, akan tetapi apabila > 3 dm maka bisa jadi dipengaruhi oleh nilai SVP
yang tidak masuk atau mungkin tidenya berbeda.
Hasil ploting x, y, z koordinat data multibeam echosounder dianalisis dengan cara mengecek
nilai kedalamannya terhadap nilai kedalaman singlebeam echosounder karena data kedalaman
hasil pengukuran dengan singlebeam echosounder lebih bagus datanya dibandingkan data
multibeam echosounder sehingga diperuntukkan sebagai crosscheck data multibeam
echosounder, seperti yang tertampilpada gambar III.3
Gambar III.6 menunjukkan bahwa titik kedalaman yang berada tepat di posisi platform, titik
kedalaman tersebut lebih baik untuk dihilangkan, karena tidak ada garis kontur yang menumbuk
bangunan.
Analisis pengolahan data side scan sonar dilakukan dengan cara menggabungkan data side
scan sonar tersebut dengan data multibeam echosounder lalu diinterpretasi terkait posisi dari fitur
dasar laut yang ada. Untuk tampilan ada tidaknya fitur dasar laut mengacu pada data side scan
sonar sedangkan untuk posisi letak fitur dasar laut tersebut mengacu pada data multibeam
echosounder. Berikut penggabungan data side scan sonar ke dalam data multibeam echosounder.
2. Pock Mark
3. Jack- up Footprint
4. Pipeline
Gambar III. 9 Tampilan Seabed Feature yang dikonfigurasikan dengan data multibeam
echosounder
Keterangan :
IV.1 Kesimpulan
Hasil kegiatan Kerja Praktek terkait pengolahan data singlebeam echosounder, multibeam
echosounder, serta side scan sonar dapat disimpulkan terkait analisis sebagai berikut :
a. Area yang disurvei memiliki kedalaman antara 15.3 hingga 25.9 meter.
b. Pada hasil pengolahan data singlebeam echosounder terdapat data kedalaman yang
bernilai 0 sehingga dilakukan interpolasi dengan menggunakan data kedalaman yang low
frequency dengan ketentuan rentang nilainya tidak terlalu jauh. Apabila rentang data
terlalu jauh dan terdapat anomali pada data kedalaman dilakukan pengecekan pada
echoroll.
c. Data kedalaman yang digunakan untuk pembuatan peta batimetri adalah data kedalaman
yang high frequency.
d. Pada area survei ditemukan fitur dasar laut berupa seabed scar, jack-up footprint, pock
mark, dan pipeline.
e. Pengukuran kedalaman singlebeam echosounder digunakan untuk mengecek data
kedalaman hasil pengukuran multibeam echosounder.
f. Overlay data kedalaman antara singlebeam echosounder dengan multibeam echosounder
pada kedalaman titik-titik dengan posisi yang sama mempunyai selisih 1-2 dm.
g. Diperlukan disiplin ilmu lainnya seperti geofisika dan geologi untuk dapat menentukan
dan menginterpretasikan secara tepat dan detail hasil gambaran dari survei muka dasar
laut.
IV.2 Saran
Perlunya ada praktek penggunaan alat langsung bagi mahasiswa agar ada pengetahuan
tambahan terkait teknis alat survei. Jika tidak alangkah lebih baiknya ada tampilan video
pembelajaran dari PT.PAGEO UTAMA terkait survei di lapangan tepatnya Offshore Survey
dalam melakukan instalasi alat dan proses akuisis data.
Aritonang, F.M.L. 2010. Pengukuran Kedalaman dan Klasifikasi Dasar Laut Menggunakan
Instrumen Sea Beam 1050 D Multibeam Sonar. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Blondel, P. and Murton, B.J. (1997): Handbook of seafloor sonar imagery. - 314 p.; Chichester (
Wiley).
Davis, K.S., Slowey, N.C., Stender, I.H., Fiedler, H., Bryant, W.R. and Fechner, G. (1996):
Acoustic backscatter and sediment textural properties of inner shelf sands, northeastern
Gulf of Mexico. - Geo-Marine Letters, 16 (3): 273-278; Berlin.
Fish, J.P. and Carr, H.A. (1990): Sound underwater images. A guide to the generation and
interpretation of side scan sonar data. - 188 p.; Orleans (Lower Cape Publishing).
Flemming, B.W. (1976): Side-scan sonar: a practical guide. - International Hydrographic
Review, 53 (1): 65-92; Monaco.
Foster, D.S. and S.M. Colman, 1991, Preliminary interpretation of the high-resolution seismic
stratigraphy beneath Lake Michigan, U.S.G.S. Open File Report 91-21, 42 pp., 2 plates.
GEBCO. (2013, July 29). General Bathymetric Chart of The Ocean. Retrieved October 23, 2013,
from gebco: http://www.gebco.net/general_interest/faq/
Geodat. (2014). Retrieved February 14, 2014, from geodat.com.my: http://geodat.com.my/wp-
content/uploads/2012/09/Veripos.jpg
Goff, J.A., Olson, H.C. and Duncan, C.S. (2000): Correlation of side-scan backscatter intensity
with grain-size distribution of shelf sediments, New Jersey margin. - Geo-Marine Letters,
20 (1): 43-49; Berlin.
Hopkins, A. (2007). Recommended operating guidelines for swath bathymetry. Mapping
European Seabed Habitants, (p. 20).
Hutchinson, D.R. and P.E. Hart, 2004, Cruise Report for G1-03-GM, USGS Gas Hydrates
Cruise, R/V Gyre, 1-14 May 2003, Northern Gulf of Mexico, USGS Open-File Report
03-474, online.
International Marine Contractors Association (IMCA). (2006). Guidelines for The Use of
Multibeam Echosounders for Offshore Surveys. IMCA.
Berikut tampilan beberapa alat-alat yang sering digunakan untuk melakukan pemetaan dasar laut.
Tranducer
DGPS Multibeam Echosounder
Topside SSS
Motion Sensor Sex tan
Poles
Towfish SSS
Singlebeam Echosounder
Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengolahan data singlebeam echosounder, yaitu :
1. Melakukan pensortiran data yang error dan editing data pengukuran singlebeam
echosounder secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel.
2. Lakukan koreksi kedalaman dengan menggunakan koreksi pasang surut (tide) berupa data
prediksi pasang surut yang diambil dari stasiun pengukur pasut terdekat yaitu stasiun pasut
Tanjung Priok. Kemudian ekstrak data prediksi pasang surut dengan menggunakn
komponen harmonik pasut yang didapat dari tabel pasang surut buatan Dishidros lalu
diolah pada software QINSy 8.0 untuk mendapatkan pasut selang waktu 10 menit.
4. Setelah itu dilakukan penarikan garis kontur secara manual yang menghubungkan titik-
titik yang memiliki kedalaman yang sama dengan interval 1 meter.
Jika perlu dari data sounding singlebeam echosounder dibuat track plot yang mampu
memperlihatkan arah dan jalur kapal ketika sounding untuk memudahkan dalam
melakukan analisis, cara pembuatan track plot yaitu :
5. Lakukan pengaturan seperti di atas, setelah selesai klik OK, maka akan tampil hasil track
sounding seperti bawah ini :
1. Bukalah navigation.qcn
2. Pada kotak dialog QINSy Console klik Processing Manager maka akan tampil data
pengukuran multibeam echosounder yang akan diolah maupun data untuk kalibrasi pitch,
roll dan yaw.
6. Buat garis dengan menggunakan user define line untuk menentukkan arah coverage
pembersihan.
7. Buatlah kotak untuk melakukan pembersihan dengan menggunakan pick scroll box
8. Lalu lakukan pengaturan selang jarak perjalanan kotak dengan menggunakan scroll
9. Klik OK.
11. Buat polyline disekitar noise kemudian klik kanan untuk mengakhiri, lakukan
pembersihan noise untuk untuk line yang lain.
Setelah pembersihan noise selesai lakukan kalibrasi pada roll, pitch dan yaw dengan cara :
1. Kalibrasi Roll
a. Gunakan Line 2A-2B untuk melakukan kalibrasi roll dikarenakan kedua line tersebut
melingkupi area yang sama dengan arah yang berlawanan. Kemudian pilih area yang
datar untuk melakukan kalibrasi roll.
b. Klik Calibrate > Transducer Alignment
d. Buat kotak, dan arahkan pada daerah yang datar untuk kalibrasi roll , lalu klik Auto.
e. Pilih tahapan very coarse (kalibrasi yang paling kasar) kemudian klik Start.
2. Kalibrasi Pitch
a. Pilih line yang berlawanan arah yang melingkupi adanya relief dasar laut seperti
cekungan, gundukan, dll. Gunakan Line 2A-2B untuk melakukan kalibrasi pitch.
b. Klik Calibrate > Transducer Alignment
c. Pilih MBES-Tranducer3
d. Buat kotak dengan arah horizontal yang melingkupi area dimana terdapat relief dasar laut
berupa cekungan atau gundukan.
3. Kalibrasi Yaw
a. Kalibrasi yaw membutuhkan lokasi dimana terdapat relief dasar laut seperti gundukan,
cekungan, dll dengan arah sounding kapal searah antara lajur satu dengan lajur lainnya.
Gunakan Line 1A-3 untuk melakukan kalibrasi yaw.
c. Pilih MBES-Tranducer3
d. Buat kotak dengan arah horizontal yang melingkupi area dimana terdapat relief dasar laut
berupa cekungan atau gundukan.
e. Pilih heading.
C.1.2 Konfigurasi Data SVP dan Koreksi Tide untuk Pengolahan Data Multibeam
Echosounder
1. Pastikan datum yang digunakan sama dengan datum yang digunakan saat pengukuran.
2. Buka QINSy 8.0 (milik PT. PAGEO UTAMA)
Name : SVP-KP-Tjg_Priok
ID : 1
Points : 38
Cast date : 6/3/2014
Cast time : 8:12:51 PM
Valid before cast : 24.0 hours
Valid after cast : 24.0 hours
Easting : 307821.89
Northing : 9354040.37
4. Setelah itu dimasukkan jumlah data hasil pengukuran SVP dengan cara klik Insert
Point(s)
5. Masukkan Number of Points berdasarkan jumlah SVP lalu klik OK.
7. Points in Profile sekarang telah terisi data Depth dan Velocity sejumlah point number
yang telah diatur.
9. Berikutnya klik Insert Point lalu masukkan Point Number sebanyak 35 untuk menambah
jumlah point di Points in profile untuk dimasukkan data Upward dengan meng-copy dari
data excel SVP. Setelah data Downward dan data Upward dimasukkan di Points in
Profile maka akan muncul dua garis seperti gambar di bawah :
10. Selanjutnya setelah SVP selesai, blok smua data di Processing Manager lalu klik Sound
Velocity Processor , maka akan keluar tabel dialog SVP seperti berikut :
Tahapannya :
9. Berikutnya klik File > New Tide Data File... Akan muncul kotak dialog Create Tide
Data File dengan data yang telah dibuat sebelumnya. Klik OK
11. Akan muncul tampilan tide atau perubahan pasut mulai dari tanggal 6/3/2013 sampai
dengan tanggal 6/7/2013
Langkah-langkahnya :
4. Kemudian bukalah Processing Manager dan blok semua data dan kemudian klik
8. Lakukan interpolasi menggunakan menu grid > interpolate klik by mouse kemudian
select area yang akan diinterpolasi, setelah selesai klik kanan > interpolate.
9. Lakukan pengaturan warna dan kekontrasan nya agar tampilan surface pada sounding
grid menjadi lebih jelas.
10. Lakukan export data ke dalam bentuk format .tif dan .pts untuk dilakukan pengolahan
selanjutnya dengan cara klik File > Export, pilih detail level sesuai dengan kebutuhan
tampilan datanya.
Pad tahap ini dilakukan menggunakan AutoCAD Map 3D 2009, dengan menggunakan aplikasi
Autochart dengan cara :
1. Klik Autochart > Import > Import Soundings
6. Setelah selesai lakukan penarikan garis kontur secara manual dengan interval garis kontur
sebesar 1 meter dengan mengacu pada perubahan degradasi warna pada titik kedalaman
yang tertampil pada Autochart.
Pengolahan data side scan sonar sendiri menggunakan 2 buah software yaitu software
EdgeTech Discover (milik PT. Pageo Utama) untuk melakukan konversi data format .jsf ke .xtf,
dan software Triton Isis (milik PT. Pageo Utama) untuk melakukan mozaik dan mengekspor data
dalam bentuk .tiff
D.1.1 Konversi data hasil akuisisi ke format .xtf mengguakan software EdgeTech Discover
1. Masukkan file format .jsf ke dalam software EdgeTech Discover
2. Dengan cara klik Disk , kemudian klik Browse untuk memasukkan file-nya.
6. Setelah dama folder penyimpanan telah di tentukan, isikan nama file yang disimpan pada
record file.
D.1.2 Pembuatan Mozaik Data Side Scan Sonar dan Exporting Data dalam format .tiff
1. Bukalah software Triton Isis.
2. Kemudian klik open, masukkan data line pengukuran side scan sonar.
17. Jika muncul kotak dialog Slant Range Correction maka klik Yes, untuk melakukan
interpolasi pada kolom air data side scan sonar.
22. Pada software ini bisa dilakukan digitasi dengan cara klik tools > digit edit, akan tetapi
penggunaan menu ini jarang dipakai, karena biasanya digunakan AutoCAD untuk
melakukan digitasi dan untuk membandingkan data side scan sonar dengan data
multibeam echosounder.
24. lalu lakukan exporting data dalam format .tiff dengan cara klik kanan file tersebut
kemudian pilih export as.
D.1.3 Penyajian Data dan Interpretasi Data pada AutoCAD Map 3D 2009
1. Lalu masukkan ke tampilan AutoCAD dengan cara klik Map > image > insert.
PETA BATIMETRI