Anda di halaman 1dari 54

OBSERVASI UDARA PERMUKAAN

VISIBILITY
(PENGELIHATAN MENDATAR/HORISONTAL )
By Muhadi dosen STMKG – Maret 2016.

1. Umum
Visibility pertama kali dimunculkan adalah utk kepentingan kemeteorologian, yg didefinisikan sbg
suatu ukuran (kuantita) yg nilai besarannya diperoleh dari hasil perkiraan/ estimasi.

Visibility atau Banglas utk keperluan obs. synoptik ( obs. udara permukaan) adalah merupakan salah
satu parameter cuaca yg wajib diamati dan dilaporkan pada berita synop seksi 1 ( iRiXhVV ) ; Ref. WMO
no.306.

Data visibility selain diperlukan utk kepentingan berita synop,juga diperlukan utk pelayanan
penerbangan di bandara2/ airport seperti take off dan landing pesawat serta pembuatan METAR (
Laporan Cuaca Bandara).

Pada umumnya berita synop maupun ship perolehan data visibility pada saat ini masih dilakukan secara
visual ( tanpa alat / dgn panca indera), sedangkan utk penerbangan di bandara2 internasional sudah
menggunakan instrumen/ alat ukur yaitu “Transmissometer “
lanjutan

Bahwa sesuai dgn perkembangan iptek alat ukur visibility saat ini sudah terintegrasi dgn alat ukur
parameter2 cuaca lainnya , seperti :

“ AMOS “ = Automatic Meteorological Observing System ; atau


“ AWOS” = Automatic Weather Observing System .
Catatan :
AWOS dipasang di Stamet.Penerbangan utamanya di Bandara2 internasional, di mana sensor2-nya
dipasang di dekat landasan pacu ( ± 100 s/d 300 m, yang dihitung dari centre line landasan pacu),
gambar skematisnya ,sbb :
lanjutan
Penjelasan gambar :

A. Zona bebas hambatan (Obstacle free zona ) :


Inner transitional surface/ permukaan transisi dalam 1 in 3 slope ( 18,40 ). Di sini hanya bantu navigasi
penting saja yg boleh dipasang di sini spt lampu2 runway (course-light ).
Secara umum tidak ada sensor met yg berada di area ini kecuali keadaan lokal yg luar biasa shg utk
pendikteksian kasus, perlu dukungan sensor, dan ini harus frangile/mudah patah atau rapuh , menyala
dan jika mungkin sensor tsb harus "dilindungi" oleh suatu rintangan yang dikenali.

B. Penempatan anemometer, Tranmissometer dan Ceilometer dlm jalur jarak terdekat dgn landasan pacu.
1). Transmissometer ditempatkan antara 66 m dan 120m dari runway centre line.
2). Ceilometer juga ditempatkan di region ini, bila memungkinkan dekat di bagian tengah.
3). Penempatan anemometer untuk ketinggian 10m jarak minimum 90m dari centre line.

C. Permukaan transisi luar 1 in 7 slope (8.10 ) , utk bangunan dan navigasi bantu yg tdk perlu jarak
terdekat dgn landasan pacu.
Lokasi yg umum utk anemometer yg dipasang di dekat runway pada jarak minimum dari centre line
yaitu : utk tiang 6m = 192 m dan tiang 10m = 220 m, dgn asumsi bhw pengamatan angin permukaan yg
dibuat dlm region ini secara umum sdh dpt mewakili kondisi runway.
Cara menghitung :
Besar kemiringan (slope) dapat dinyatakan kedalam tiga bentuk yakni
gradien(ratio) , persentase, dan derajat.

Contoh menghitung derajat kemiringan yaitu :


tan α = y/x ; α = tan -1 (y/x)
Misal : tan α = 3/12 α = tan-1(3/12) = 14,030 .
Pembuatan Tabel Besar Kemiringan (slope)

No. Degrees ( 0) Percent (% ) Ratio (HD : VD)


1. 45.0 100.0 1:1

2. 33.4 66.7 1.5 : 1

3. 26.6 50.0 2:1

4. 18.3 33.3 3:1

5. 14.0 25.0 4:1

6. 5.7 10.0 10:1

7 4.8 8.3 12 :1

8. 0.6 1.0 100:1

9. 0.5 0.8 120 :1 (IDEAL)


Sekilas mengenal Transmissometer

 Sensornya mengarah ke depan ( sejajar dgn runway ) yg berfungsi menerima/mengukur sejumlah


pancaran cahaya/sinar yg berasal dari partikel2 atau fenomena2 atmosfir spt : haze , mist/ fog, rain,
smoke dll;

 Output dari sensor adalah data yg ekuivalen terhadap jarak dgn range antara 0,1 s/d 20 miles, atau
maks. mendekati/ mencapai jarak ± 36 km, dan merupakan data dari harga rata2 selama 3 menit ( atau
tergantung dari setting alat );

 Teknis pengukurannya tdk tergantung dari pengukuran mutlak, tetapi cukup hasil pengukuran sesaat
yg bebas dari gangguan2 lingkungan;

 Yang perlu diketahui, bahwa operasi sensor ini tdk dipengaruhi oleh pencemaran lensa atau efek derajat
panas dari suatu sumber cahaya dan juga pengaruh dari kelistrikan udara;

 Pengoperasian sensor dikendalikan oleh suatu unit kontrol yg dpt melakukan perhitungan2 sesuai yg
diinginkan atau ditetapkan, dan secara otomatis dpt bekerja secara teratur dan hasilnya ( out put
datanya) langsung ditransmit ke receiver (P.C/ Computer ) yang berada di ruang observasi.
lanjutan

 Kelemahan sensor yaitu visibility yg tdk searah dgn runway sulit terdikteksi secara benar/ akurat.

 Kemudian , agar alat tetap laik operasi/ bekerja dgn baik maka perlu dilakukan pemeliharaan/
perwatan secara rutin/ berkala, dan dilakukan kalibrasi minimal setiap 6 bulan sekali.

Observasi Visibility secara Manual / Visual ( tanpa alat).


1. Umum
Secara geografi kita ketahui bhw permukaan bumi itu melengkung dari pandangan pada jarak sekitar
3,1 mil atau 5km. Namun ketajaman visual/indera mata manusia itu jauh melebihi cakrawala.

Jika bumi itu datar, atau jika kita berdiri di atas sbh gunung utk mengukur jarak yg lebih jauh dari
biasanya di planet ini,maka kita bisa melihat lampu terang yg ratusan mil jauhnya.Bahkan di malam
hari yg gelap,kita bisa melihat nyala lilin berkedip-kedip hingga 30 mil (48 km) jauhnya.

Mengingat batas mutlak, terangnya api lilin, dan cara objek bercahaya menjadi redup sesuai dgn
kuadrat jarak jauhnya dari obyek, maka Para Ilmuwan VISI menyimpulkan bhw seseorang bisa melihat
secercah samar lilin nyala hingga 30 mil ( 48 km) jauhnya .
lanjutan

Utk seberapa jauh mata manusia bisa melihat tergantung dari brp banyak benda yg jauh jaraknya tsb.
memancarkan partikel cahaya atau photon. Benda terjauh yg bisa terlihat oleh manusia dgn mata
telanjang adalah Andromeda galaxi, dgn jarak yg menakjubkan yakni 2,5 juta thn cahaya dari Bumi.

Dlm skala normal, sbh objek dpt dikenali manusia dgn jelas dlm jarak dibawah 2 miles (3 km).
Sbg contoh, dlm jarak ini kita dpt mengenali dgn jelas 2 lampu mobil yang berbeda. Kondisi ini disebut
sbg batas resolusi dimana 2 objek berbeda yg berdampingan masih dpt dibedakan secara visual.

Sudut dan Ketajaman Penglihatan


Sdt penglihatan (visual angle) adalah sdt yg terbtk oleh objek dan mata, atau sedangkan ketajaman
penglihatan (visual acuity) adalah sdt penglihatan min. pd saat mata msh dpt melihat objek dgn jelas.
Sbg contoh :
Lihat gbr dimana suatu objek yg mempunyai ketinggian L meter dan berjarak D meter dari mata kita,
ini akan menghasilkan sudut f, yg besarnya sesuai rumus sbb :
lanjutan

f = 120 tan-1 L/(2D)

Krn sdt yg terbtk biasanya kecil, mk dinyatakan dlm satuan menit atau dtk busur
(second or minuts arc). Sdt yg nyaman utk penglihatan mata normal berkisar antara
15 –21 menit busur. Ini setara dgn objek setinggi 4.3 mm – 6.1 mm yg dilihat dr jarak
1m . Sdt penglihatan mata yg nyaman adalah 15 Menit (90o ).
Soal : Sutet tinggi 58 m , jaraknya dari tempat obs. 2 km. Berapa besar sudut
penglihatannya ?

Sumber : Interpretasi UU No 20 thn 2002 tentang Ketenagalistrikan


Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

SUTET 500kV sirkit ganda, biasanya terdiri dari satu tower. Pemakaian luas lahan jauh lebih sedikit,
namun konstruksi dari SUTET tsb. cukup tinggi dan sesuai digunakan di daerah2 yg frekuensi petirnya
rendah, dgn tinggi ± 58m.
Lanjutan

Jawab : f = 120 tan-1 L/2D (rumus )

f =120 tan-1 (58m/4km) = 120 tan-1 (58m/4000m)


=120 tan-1( 0.0145 )=99. 7 menit busur = 100 menit (900)

90°
10°
0
10° 10°
0
900
Atau : tan α = y/x ; α = tan -1 (y/x) .......> α = tan -1 (58/2000) = tan -1 (0.029) ; α =1,660

58 m
α 2000 m
lanjutan

2. Khusus
Utk obs. synop masih diperlukan obs. visibility secara manual / visual dgn menggunakan indera/ mata.
Keahlian ini perlu dikembangkan yg nantinya sangat bermanfaat utk cross cek dgn hasil pengamatan
dgn alat , maupun sbg alternatif apabila alat ukur mengalami kerusakan atau hasilnya meragukan.

Hal2 yg prinsip dan perlu diperhatikan dlm obs visibility secara manual / visual , yaitu :
a. Pengamat (Observer) :
Memiliki mata yg sehat/ normal (daya lihatnya normal);
Tidak menggunakan alat bantu (optic tambahan) spt. teropong/ lup atau theodolite;
Sudah pernah mengikuti pelatihan/ pendidikan formal di BMKG/STMKG.
Tdk boleh melakukan obs.dari jendela ( ruang obs ), lebih2 pd saat obs. di malam hari,
Memiliki ketinggian normal mata terhadap permukaan tanah sekitar 1,5 m . Jadi tdk boleh
diamati dari atas gedung atau tower (ATC );
b. Adanya hasil obs. visibility yg berbeda-beda dari berbagai penjuru, maka utk laporan obs.
synop dipilih/ditetapkan pada jarak yg terpendek;
c. Harus ada obyek atau cek point utk keperluan obs. vis. baik di siang hari maupun malam hari;
d. Utk obs. synop di malam hari ,maka obs.visibiliy dilakukan yang paling akhir sebelum ke ruang
observasi yg selanjutnya diakhiri dgn pembacaan barometer.
PENJELASAN

1). Bahwa sp saat ini visibility utk keperluan berita synop masih dilakukan secara visual ( dgn indra) yaitu
dgn cara memperkirakan/ estimasi seberapa jauh jarak mendatar/horisontal dari tempat obs. dgn
suatu obyek tertentu ( benda pedoman/ cek point = BP/ CP) yg mana jaraknya sdh diketahui
sebelumnya. Dan dari berbagai jarak yg diperoleh dari berbagai penjuru mata angin, maka jarak yg
terpendeklah yg dilaporkan sbg data hasil pengamatan.

Jarak diketahui

Obyek tertentu/
Stasiun BP or CP.
LANJUTAN

NORTH

5 KM

WEST 8KM 10 KM EAST

6KM

SOUTH

Visibility yg dilaporkan : North= 5 km ( VV = 5 km ).


Lanjutan

2). Bagaimanapun juga , dlm estimasi/ perkiraan utk penentuan visibility secara manual itu banyak
subyektipnya, hal ini karena :
a) Persepsi dari setiap pengamat dlm melakukan estimasi/ perkiraan tidak sama, sangat
tergantung dari individu masing2 (kualitas SDMnya) ;
b) Faktor2 fisis yg ada di atmosfir cukup berpengaruh seperti partikel2 basah dan kering,
ketebalan dari partikel2 tsb akan mempengaruhi dlm penentuan nilai visibility.

3). Dlm penentuan nilai visibility secara visual sebagaimana yg ditetapkan dlm ketentuan WMO , bhw di
setiap tempat pengamatan cuaca harus ada obyek tertentu yg dijadikan sbg benda pedoman/ cek
point, baik itu utk penentuan nilai visibility di siang hari maupun di malam hari, di mana jarak obyek
dgn tempat pengamatan diketahui, idealnya ada di setiap penjuru mata angin ( N, E,S,W, dsbgnya).

4). Faktor2 apa saja yang dapat mempengaruhi visibility ?


Pada prinsipnya besar-kecilnya dari kuat cahaya, baik sinar datang atau sinar pantul yg sampai ke mata
kita itu sangat tergantung dari banyak-sedikitnya partikel2 yg ada di atmosfir.
(partikel cahaya atau photon).
Jadi, jika partikelnya banyak/ padat berarti visibilitynya dekat atau pendek, demikian pula jika terjadi
hal yg sebaliknya yaitu partikelnya sedikit maka visibilitynya jauh atau panjang, shg bisa diformulakan
sbb :
VISIBILITY =
Lanjutan ( Stasiun )

Kekaburan/kekeruhan udara atau berkurangnya tingkat terang /transparansi atmosfir penyebabnya, a.l :
• Adanya partikel2 kering yg mengambang di atmosfir , spt : debu, abu gunung api, asap, polutan ,butir2
garam , dsbgnya ;
• Adanya partikel2 basah yang mengambang di atmosfir , spt : mist, kabut, hujan, dsbgnya.
Persyaratan untuk pemilihan obyek.
1. DAYTIME VISIBILITY OBJECS.
Suatu obyek utk ditetapkan /dijadikan sbg benda pedoman (BP) atau cek point (CP) pada siang hari , sbb :
Obyek yg dipilih utk BP/CP adalah benda hitam ( black body ) atau yg berwarna gelap (mendekati hitam)
dan tampak jelas terhadap background (kaki langit/horison sky ) , di mana jaraknya dari Stasiun
diketahui.

( jarak /d )
Stasiun BP/CP
background (kaki langit)
Lanjutan

Catatan :
• Jika suatu BP/CP hanya dgn back ground kaki langit spt gbr sketsa di atas, maka dianjurkan agar ada
bbrp BP/CP lagi didepan BP/CP yg pertama, paling sedikit jaraknya separuh dari tempat pengamatan.

BACK

GROUND
1/2 d 1/2 d
( kaki langit)

Stasiun BP/CP II BP / CP I
Pemilihan posisi / kondisi suatu BP/CP yang terbaik, sbb : back ground

a. terletak pd daerah terbuka , dan dpt dilihat dgn jelas dr tempat pengamatan ( pd saat cuaca baik);
b. BP/CP sedpt mungkin terkena cahaya matahari;
c. Benda2 yg berwarna cerah sdpt mungkin tdk dijadikan sbg BP/CP;
d. Pohon2 yg ada di tepi/ pinggiran hutan tdk layak utk dijadikan BP/CP , krn sesuai ketentuan bhw obyek
itu harus tampak jelas baik pd saat sunrise maupun sunset.

SUN

Tree
Tree Forest

x y

back ground
Stasiun
Lanjutan :

e. Albedo terhdp BP/CP ± 25 %, dan penyimpangannya tdk lebih dr 3 % dgn alasan langit overcast.

Albedo (A )=

Brp ukuran /besaran ideal utk BP/CP ?


Ukuran yg ideal secara teori adalah α = 0,50 atau 0.5 ≤ α ≤50 ; dan yg > 50 kurang memenuhi syarat.

jarak vertikal

0.5 ≤ ≤50
stasiun jarak horisontal ke BP/CP
Bgmn aplikasinya dlm praktek utk mendapatkan besaran BP/CP pd α = 0,50 ?

Utk α = 0,50 , ini dpt ditentukan dgn metode sederhana, yaitu gunakan sehelai kertas karton, lubangi di
tengahnya dgn Ø = 7,5 mm. Kemudian, rentangkan kertas yg sdh dilobangi tsb sepanjang lengan kita,
tegak ke depan, arahkan pada suatu obyek yg akan dijadikan sbg BP/CP. Jika obyek tsb terlihat
memenuhi lubang tsb secara sempurna, maka obyek tsb dpt dikatakan sdh memenuhi sdt elevasi 0,50 .

Jarak vertikal

Ø = 7,5 mm

STASIUN Jarak horisontal ke ...............................BP/CP



Penentuan besaran BP/CP secara matematis, lihat tabel di bawah ini.

No. Degrees ( 0) Percent (% ) Ratio (HD : VD)

1. 45.0 100.0 1:1

2. 33.4 66.7 1.5 : 1

3. 26.6 50.0 2:1

4. 18.3 33.3 3:1

5. 14.0 25.0 4:1

6. 5.7 10.0 10:1

7 5.0 8.7 11.5 :1

8. 0.6 1.0 100:1

9. 0.5 0.8 120 :1 (IDEAL)

10. dstnya
Dari tabel di atas, maka ratio yg ideal dipilih 120 : 1
Berdasarkan ratio tsb , mk dpt dibuat tabel BP/CP dr berbagai penjuru mata angin dgn tetap
memperhatikan linkungan tempat pengamatan.
Contoh sebagai berikut :

BP/CP yang Estimasi Arah/posisi Estimasi


No ada/terlihat ketinggian BP/CP dari jarak dari
dari tempat BP/CP Tempat hasil
oservasi ( dalam m) observasi perhitungan
( dalam m)
1. Pohon 10 Utara 1200
2. SUTET 60 Utara 7200
4. Bangunan 20 Selatan 2400
bertingkat
5. Menara 40 Barat 4800
6. Bukit 100 Timur 12000
7. dstnya
Lanjutan

Catatan :
• Bhw utk BP/CP itu tdk hrs membuat, jadi dlm penentuannya bisa
menfaatkan benda2 yg ada/terlihat dari tempat pengamatan dgn
memperhatikan persyaratan/ ketentuan2 teknis yg tsb di atas;

• Jika obyek dibuat, mk hrs memperhatikan persyaratan/ ketentuan2


teknis yg sdh ditetapkan, shg BP/CP dpt terlihat jelas pd kondisi cuaca yg
normal/baik;

• Akurasi dlm penentuan visibility sekitar 10 %.


2. NIGHT VISIBILITY OBJECS.

a. Secara umum, obyek yg paling cocok/tepat utk penentuan visibility di malam hari adalah
“menggunakan lampu pijar tanpa focus/ reflektor dgn intensitas sedang, di mana jarak
antar lampu pijar dgn tempat pengamatan sdh diketahui “.
b. Utk stasiun2 yg dekat dgn bukit/ gunung bisa menfaatkan keremangan bayang2 hitam
dari benda tsb. Jika bayang2 hitam tsb msh dpt dilihat mk visibility dpt diperkirakan krn
jarak antara obyek tsb dgn tempat pengamat sdh diketahui sebelumnya.
c. Selain itu, kecemerlangan atau sinaran dr cahaya bintang dekat kaki langit juga bisa
dimanfaatkan dlm penentuan visibility pd malam hari.
d. Di Bandar Udara :
1). Kuat intensitas cahaya atau sinaran dr lampu rambu2 runway (course-light ) ini tdk
dpt digunakan sbg alat bantu utk penentuan visibility pd malam hari. Jadi, hanya
tingkat kecemerlangan-lah yg hanya bisa digunakan sbg petunjuk secara kasar
apakah visibility itu terlihat menjadi bertambah atau berkurang;
2) Khusus utk course-light yg berwarna merah atau hijau yg kuat/intensitas cahayanya
sdh ditentukan ini bisa digunakan utk penentuan visibility secara kasar (perkiraan).
3) Selain itu, course-light dpt juga digunakan sbg alat bantu utk membuat warning
(peringatan dini) jika ada tanda2 akan terjadi atau akan ada perubahan cuaca (spt.
badai, dll ) dgn ketentuan kuat/intensitas cahayanya sdh direduksi terhadap
phenomena2 alam spt : endapan beku, atau salju dll.
SISIPAN :
Apakah ada perbedaan antara parameter cuaca dgn phenomena cuaca ?

Jawab : Ada
“Bahwa kedua-duanya merupakan bagian dr unsur cuaca, di mana utk parameter cuaca
itu dpt diukur secara terus-menerus spt : T, P, RH, dsbgnya, sedangkan phenomena cuaca
merupakan kejadian/peristiwa alam yg terjadi di atmosfir yg tdk muncul secara terus-
menerus, spt hujan, kabut, kilat, dan lain2.”

5). Bhw dlm penentuan visibility pd malam hari itu diperlukan waktu yg cukup utk keperluan
adaptasi/penyesuaian mata thdp lingkungannya, yaitu agar dpt mengakomodir keadaan
atmosfir. Waktu yg diperlukan sekitar 5 s/d 15 menit di luar ruangan ( taman alat ), jadi
utk penyesuaian waktu thdp jam pengamatan ( H-10 ) mk dlm penentuan visibility di
malam hari ditetapkan sbg unsur cuaca yg paling akhir diamati di luar ruangan.

6). Jika obyek dlm penentuan visibility pd malam hari tdk ada penentuan dlm meter, maka
kecemerlangan dr intensitas cahaya yg sdh diketahui besarannya dpt digunakan utk
penentuan visibility dgn ketentuan hrs dikonversikan terlebih dahulu thdp visibility pd
siang hari.
How is correlation beetwen in the daytime visibility and the night visibility?

Jawab :
a. Tinjauan dari batasan/ definisi , sbb :
Siang hari :
Visibility adalah jarak pandang terjauh di mana st. obyek ttt (BP/CP) yg memiliki ukuran
jarak dan besaran msh dpt dilihat dan dikenali secara jelas dgn latar belakang kaki langit.
Malam hari :
Visibility adalah jarak pandang terjauh di mana suatu obyek ttt (BP/CP) dlm hal ini berupa
lampu2 pijar yg sdh diketahui kuat/ intensitas cahayanya msh dpt dilihat dan dikenali
secara jelas dgn latar belakang kaki langit.
b. Tinjauan dari teori dasar, sbb :
Bhw perubahan waktu dr siang ke malam hari atau sebaliknya, ini sebenarnya tidak
mempengaruhi terjadinya penipisan/ pelemahan dr tetapan/ koefifisien atmosfir di mana
visibility itu tergantung padanya, spt kerapatan udara (ƿud ).

Kebanyakan perubahan visibility itu kadang2 dpt terjadi pd saat fajar atau petang
menjelang malam hari yg bila dihubungkan dlm hal ini karena adanya perubahan dari
keadaan atau kondisi fisis atmosfir itu sendiri, antara lain “Adanya perubahan kerapatan
udara (ƿud ), perubahan suhu dan kelembaban; dan atau adanya penguatan turbulensi
udara (golakan udara).
Lanjutan
Dlm praktek, hub. antara 2( dua ) keadaan visibility tsb (siang & malam ) itu lebih cocok/
sesuai jika dinyatakan dgn kuat/intensitas cahaya.

Uraian Visibility siang hari Visibility malam hari


Kuat/ intensitas Cahaya/sinaran yang Cahaya/ sinaran yg berasal dr
cahaya sampai ke suatu obyek ,di suatu obyek (lampu pijar) yang
mana obyek tsb dapat diketahui kuat/intensitas
dilihat /dikenali secara cahayanya, di mana obyek tsb
jelas pada jarak terjauh. pada jarak terjauh dapat dilihat
/dikenali secara jelas .

Catatan :
Bahwa uraian/ penjelasan pada tabel di atas tidak diteliti sebagai penyebab dari terjadinya
penambahan atau pengurangan jarak pandang mendatar (visibility ).
Penjelasan tambahan :

1. Bhw perubahan2 visibility (horisontal) pd arah2 yg berlainan hingga saat ini blm
ada standard internasional yg dipakai sbg pedoman dlm membuat laporan
visibility synop bila dijumpai visibility yg ber-beda2 dlm arah yg berlainan;

2. Ada bbrp negara anggota WMO yg menetapkan visibility berdasarkan


“PREVAILING VISIBILITY yaitu :” Bhw kejadian/ frekuensi keadaan penglihatan
mendatar yg paling banyak terjadi di tempat pengamatan (stasiun ) itulah yg
akan dijadikan sbg laporan visibility “.
Misal :
Pd bulan2 ttt visibility terpdk dgn frekuensi terbsr diperoleh dr utara, mk pd
arah utara tsb dipakai sbg pedoman dlm penentuan nilai/ besaran visibility.
3. Bgmn utk penentuan visibility di Indonesia (BMKG) ?
Utk di Indonesia msh mengacu pd ketentuan WMO No.9 Volume B, yaitu :” Bhw
jika ada/ terdpt perubahan2 visibility pd arah yg ber-beda2 atau berlainan, mk
utk keperluan lap. visibility-synop yg dipilih adalah visibility yg memiliki jarak
terpdk terhdp pengamat/ tempat pengamatan.”
TEORI DASAR TENTANG VISIBILITY

Secara teori, bhw penipisan/ pelemahan tetapan atmosfir (σ) ini memperlihatkan adanya
bagian yg hilang akibat perpindahan/pergerakan flux cahaya di mana pancarannya
berhub. dgn jarak, yg dpt diformulasikan sbb :

E1 = E0 . Ref. dari hukum Bouguer-Lambert.

di mana
E1 = kerapatan flux cahaya pd jarak x ;
E0 = pancaran cahaya yg sejajar dgn kerapatan flux cahaya di x = 0;
σ = tetapan/ koefesien atmosfir.
• Flux = perubahan yg bersifat terus- menerus;
• Flux cahaya = perubahan cahaya yg bersifat terus- menerus.
• Hal yg telah disepakati ttg keadaan atmosfir yaitu bhw besaran σ itu disamakan utk siang
maupun malam, dgn demikian ini memungkinkan utk dpt dikorelasikan dlm penentuan
visibility yg berpedoman pd sumber cahaya (lampu pijar ) di malam hari dgn visibiliy yg
menggunakan obyek (BP/CP) di siang hari.
Catatan tambahan.

• Satuan dr flux atmosfir : Watt/ m2 atau disingkat W/ m2 , artinya bhw utk setiap 1m2
permukaan atmosfir itu menerima energi yg dipancarkan matahari sebesar 2 kalori/ menit
atau setara dgn 1400 W/ m2 , kemudian ini disbt dgn tetapan/ konstanta matahari (σ ) ,
dan yg sp ke permukaan bumi sekitar 75 % atau 1,5 kalori/ menit, sdg sisanya sekitar 25 %
diserap oleh atmosfir bumi.
• Berdasarkan teori Koschmeider yg secara umum dan hingga saat ini msh dpt diterima,
memperlihatkan bhw σ dpt dikorelasikan ke jarak visibility (V) pd st obyek disiang hari yg
diformulakan, sbb :

σ = 1/V log e 1/ε persamaan 1


• L̶

• Di mana ε (epsilon) adalah batas nilai ambang dr perbedaan pancaran antara obyek
(BP/CP) dgn pancaran cahaya yg berlatar-belakang kaki langit (horison sky ) di mana
obyek tsb baru saja terlihat/ tampak sesaat.
LANJUTAN

• Keadaan spt di atas , dpt juga diperlihatkan dgn formula di bawah ini :

σ = 1/r log e persamaan2

di mana :
• r = adalah jarak dr pancaran cahaya dgn intensitas I yg tampak sesaat.
• Et = adalah batas nilai ambang dr pancaran cahaya yg tampak sesaat yg berasal dari st
ttk sumber cahaya.
• Konstata e = 2,3026

Pertanyaan :
• Dari pers. 1 & 2 di atas, perlihatkan bgmn hub. antara yang pers. 1 & 2 antara I dan
terhdp V atau tentukan pers. V ?
Lanjutan

Jawab : Lihat pers.1 : σ = 1/V log e 1/ε

dan pers.2 : σ = 1/r log e

Pers.1 = Pers.2 ............> 1/V log e 1/ε = 1/r log e

Jadi : V = ( r log e 1/ε ) / ( log e )

Dari hasil penyelesaian matematis tsb di atas , hub. I dan r dgn V terdpt faktor2 penentu
yaitu nilai atau besaran yang diambil untuk besaran ε dan Et .

Kedua faktor penentu tsb di atas bisa ber-ubah2 atau ber-beda2 dan sangat tergantung dr
pengamat yg melakukan pengamatan serta intensitas penyinaran pd umumnya, namun
utk kepraktisannya besaran ε dpt diasumsikan menjadi bil. tetap ( konstanta ) yg nilai
numeriknya ditetapkan sebesar 0,05 atau 5/100.
Lanjutan

Analogi dgn di atas, utk Et ditetapkan nilai numeriknya sbb :


• Et = 10-6,0 (twilight)........utk lux dlm waktu senja, atau bilamana ada cahaya yg cukup
besar yg berasal dr sumber buatan;
• Et = 10-6,7 (moonlight)........utk lux dlm waktu terang bulan atau ada sinar bulan atau tdk
dlm keadaan gelap;
• Et = 10-7,5 (only star)........untuk lux dlm keadaan gelap gulita atau tdk sinar/ cahaya lain
selain bintang.

Berdasarkan teori Koschmeider dr pers.1 dan 2, dpt ditentukan bhw visibility pd malam
hari dpt disetarakan dgn hasil pengamatan visibility pd siang hari dgn ketentuan :
• Besaran intensitas cahaya diketahui;
• Jarak lampu ke tempat pengamat diketahui.
Utk kepentingan operasional gunakan tabel konversi pengamatan visibility pd
malam hari ke siang hari yg berbasis pd teori di atas.

Sketsa “ Obyek (lampu) pada malam hari “

1 2 3 4

A B C D

Stasiun .....lampu2 pijar yg sdh ditetapkan intensitas cahayanya dan jarak


antar lampu diketahui (A, B, C dan D).
Persyaratan2 yg perlu diperhatikan utk pengamatan visibility pd
malam hari, yaitu :

1. Ada obyek (BP/CP) berupa lampu pijar yg kuat cahayanya (I) diket.;
2. Jarak antar lampu2 dgn tempat pengamatan diket.;
3. Warna lampu sebaiknya hijau atau merah;
4. Gunakan teori2 ttg visibility (e.g : teori Koschmeider, dll) utk panduan
dlm penentuan visibility pd malam hari;
5. Manfaatkan cahaya bulan dan kecemerlangan cahaya bintang serta
keremangan bumi ( bukit/ gunung) yg bisa terlihat dr tempat
pengamatan.
CONVERSION OF NIGHT VISIBILITY OBSERVATIONS TO DAYLIGHT VISIBILITY SCALES)

Utk keperluan praktek dlm hal mencari hub. antara cahaya yg bersumber
dr suatu lampu pijar dgn visibility siang hari, maka perlu dicari
pendekatan dgn ketentuan sbb :
1). Bhw kuat/ intensitas cahaya dr suatu lampu pijar yg tampak sesaat tsb.
ada pd suatu jarak yg sdh ditentukan;
2). Bhw jarak terjauh dr suatu lampu pijar yg kuat cahayanya sdh
ditentukan ini hrs dpt dilihat dgn jelas dr tempat pengamatan.
3). Perhatikan tabel 1 dan 2 di bawah ini.
Lanjutan ( tabel 1 )

Daylight visibility Luminous intensity of lamps just disappearing from view at distances
distance given in column V
Et =10 -6 Et =10 -6.7 Et =10 -7.5
V Twilight Moon light Complete darkness
(only starlight)
Meters Candela (Cp) Candela (Cp) Candela (Cp)
100 0.2 0.04 0.006
200 0.8 0.16 0.025
500 5 1 0.16
1000 20 4 0.63
2000 80 16 2.5
5000 500 100 16
10000 2000 400 63
20000 8000 1600 253
50000 50000 10000 1580
Catatan
Luminans (Luminance) adalah cahaya yg dipantulkan dr permukaan st obyek, ini dinyatakan
dalam candela (lilin/m² ). Semakin besar luminans st obyek, mk detail obyek tsb dpt dilihat
juga semakin besar.
tabel 2
Daylight visibility distance Distance at which a lamp of 100 candela must be placed

Et =10 -6 Et =10 -6.7 Et =10 -7.5


V Twilight Moon light Complete darkness
(only starlight)
Meters Meters Meters Meters

100 250 290 345


200 420 500 605
500 830 1030 1270
1000 1340 1720 2170
2000 2090 2780 3650
5000 3500 5000 6970
10000 4850 7400 10900
20000 6260 10300 16400

50000 7900 14500 25900


Lanjutan : Sketsa penjelasan untuk tabel 1.

1 3

Jarak = 1000 m( daylight)

Tempat obs. Lampu pijar 1 = 20 Cp (Twilight) ...... senja

Lampu pijar 2 = 4 Cp (Moon light ) ..........malam


Lampu pijar 3 = 0,63 Cp (Complete darkness) ......malam
LANJUTAN

• Penjelasan :
Pada jarak yg sama , utk mendptkan visibility yg spt pd siang hari pd
kondisi yg berbeda diperlukan lampu pijar dgn kuat cahaya yg juga
berbeda, jadi bisa disimpulkan :
• Utk V = 1000m (day light) , di senja hari (twilight) diperlukan lampu pijar
20 Cp;
• Utk V=1000m (daylight) , di malam hari (moon light) diperlukan lampu
pijar 4 Cp;
• Utk V=1000m (daylight), di malam hari (Complete darkness) diperlukan
lampu pijar 0,63 Cp.
Sketsa utk penjelasan tabel 2.

Jarak = 2000 m( daylight)


Cp=100
Cp=100 Cp=100
Et =10 -6 Et =10 -6.7 Et =10 -7.5
D1=2090 m

D2= 2780m

D3= 3650m
Tempat Obs.

Penjelasan gambar :
Sebuah lampu pijar biasa 100 Watt ini setara dgn st sumber cahaya sebesar
100 Cp ;
•Utk intensitas/ kuat cahaya yg sama (100 Cp ) ini akan memberikan visibility yg
sama = 2000 m ( daylight) , dan utk keadaan yg berbeda-beda :
• Twilight (Et =10-6) mendptkan D1=2090 m ;
• Moon light (Et =10 -6.7) mendptkan D2= 2780m ; dan
•Complete darkness (Et =10 -7.5 ) mendptkan D3= 3650m .
Contoh Soal/Latihan :

1. Tentukan visibility (V), jika diketahui r = 1000 m ; I = 100 Cp dan Et =10 -6.
Catatan : konstanta e= 2,3026 dan ε = 0,05.
Penyelesaian :
V = ( r log e 1/ε ) / ( log e )

Substitusikan nilai2 di atas ke dalam rumus dan akan diperoleh ≈ 720 m.


2. Lanjutan tentukan V dgn angka yan sama ,kecuali nilai Et yaitu Et =10 -6.7 , yg berikutnya
Et =10 -7.5 .
3. Buktikan jika V ≈ 720 m, I = 100 Cp dimana nilai r dan konstanta lainnya spt pd no.1
4. Tentukan V , jika diketahui I= 100 Cp dan r = 3000m di mana waktu pengamatan
dilakukan pd malam hari dan hanya ada bintang.
5. Tentukan besarnya I, jika diketahui V ≈ 3035,7m dan r = 5000 m di mana waktu
pengamatan dilakukan pd malam hari dan hanya ada bintang.
6. Tentukan V , jika diketahui I= 100 Cp dan r = 3000m di mana waktu pengamatan dilakukan
pd malam hari dan ada bulan. ( 2428,6 m)
7. Tentukan besarnya I, jika diketahui V ≈ 4250 m dan r = 5000 m di mana waktu pengamatan
dilakukan pd malam hari dan ada bulan. ( 200 Cp)
8. mmm
Tinjauan terhadap tabel 1 & 2

1. Bhw perbedaan yg terdpt pd tabel 1 & 2 yg secara substansi disebabkan oleh variasi2 yg
relatif kecil dlm nilai2 batas ambang (Et ) dan perbedaan kondisi penyinaran pd umumnya;
Jadi, apa yg dimaksudkan pd tabel 1 & 2 bukanlah utk menetapkan kreteria2 mutlak/
absolut dlm penentuan visibility tetapi utk memastikan bhw pengamatan visibility pd
malam hari adalah tugas yg berbeda , namun dpt disamakan atau dikonversikan terhdp
visibility pd siang hari.

2. Hal2 yg menyesatkan juga dpt terjadi, yaitu jika pengamat hanya berdasarkan dgn cara yg
sederhana dlm penentuan jarak obyek/ lampu, di mana lampu2 pijar biasa yg tampak itu
dijadikan pedoman dlm penentuan visibility pd malam hari tanpa memperhatikan
intensitas/ kuat cahaya dari lampu2 yg dijadikan BP/CP.

3. Manfaat dari tabel 1 dan 2 :


Sbg panduan teknis utk perhitungan dlm penentuan visibility di malam hari;
Sbg panduan teknis dlm tugas2 operasional/ pelayanan meteo terpilih (meteo
penerbangan );
Sbg panduan teknis utk pemasangan lampu2 pijar (BP/CP);
Sbg panduan teknis utk pembuatan instruksi pengamatan.
Catatan /Penjelasan

1. Pd keadaan cuaca berkabut (sedang ) dgn lampu pijar 100 Cp pd malam hari akan tampak
hampir 3 kali lipat jaraknya terhdp kabut dgn intensitas yg sama bila dilihat pd siang hari.
Penjelasan ini cukup penting agar kehati-hatian dlm penentuan visibility pd malam hari
dan juga dlm hal pemberian pelatihan kpd pengamat.

2. Dgn memperhatikan tabel2 konversi tsb , ini memungkinkan dlm tugas pengamatan
visibility pd malam hari , BMKG dpt melengkapi stasiun2 pengamatnya dgn lampu2 pijar
standard yg diketahui kuat/intensitas cahayanya utk dijadikan sbg BP/CP, atau
diselenggarakan pengamatan visibility dgn photoelectric atau dgn cara2 lain yg dpt
dikodekan dlm bentuk standard.

3. Dlm praktek, pd umumnya dpt digunakan lampu2 pijar dgn intensitas cahaya tertentu dan
jarak yg sudah ditetapkan, namun ini cukup sulit dlm pelaksanaannya di lapangan, lebih2
jika harus menyediakan lampu2 dgn berbagai intensitas cahaya dan dgn penempatan pd
jarak yg ber-beda2 pula.
Lanjutan

4. Pengamatan visibility pd malam hari dpt dikonversikan dgn hubungan2 yg


diperlihatkan pd tabel atau interpolasi terhdp nilai2 tengah yg terkait, dan ini :

a. Akan sebanding atau dpt disamakan dgn pengamatan visibility pd siang


hari sepanjang persyaratan2 praktis diperhatikan/ dipenuhi;
b Secara langsung dpt digunakan utk penentuan visibility pd malam hari yg
mana bila lampu2 pijar sbg BP/CP diketahui intensitas cahayanya yg
tampak sesaat itu dpt terlihat dgn jelas.

“ SATUAN & SKALA VISIBILITY “


• Satuan visibility yang berhub. dgn cuaca/ meteorologi atau MOR
(Meteorological Optic Range ) ini dinyatakan dlm satuan meter atau kilometer,
ukuran utk jarak ini ber-macam2 tergantung pd aplikasinya.

lanjutan

• Walaupun persyaratan utk pengamatan synop. pembacaan pd skala


MOR memberikan nilai mulai < 100 m s/d 70 km , namun jarak tsb boleh
dibatasi utk aplikasi/ penggunaan yg lain, spt utk keperluan meteo
penerb. di mana pd batas atas ( upper limit ) boleh 10 km atau > 9 km.
Contoh : cavok ( clear and visibility ok) , memiliki arti vis > 9 km.

• Jarak upper limit tsb selanjutya boleh dikurangi bila pengukuran pd RVR
(Runway Visual Range) yg mewakili utk keperluan landing dan take-off
pesawat kondisi visibilitynya terlihat berkurang.

• Utk aplikasi lainnya spt jalan (darat) atau lalu lintas (laut), batasan
perbedaannya dpt diaplikasikan sekaligus menurut persyaratan
/ketentuan2 dan lokasi/ tempat di mana pengukuran visibility itu
dilaksanakan.
lanjutan

• Bhw kesalahan2 yg terjadi pd pengukuran visibility itu


merupakan bagian dr pd visibility itu sendiri, jadi skala2
perhit. pengukurannya diperhitungkan dr hal tsb.
• Kenyataan ini direfleksikan dlm pengkodean atau
penyandian yg digunakan dlm pembuatan lap. synop yg
dibagi dlm 3 bagian linier dgn pemecahan atau resolusi
pengurangan sbb :
1). 100 s/d 5000 m; in steps of 100m ; (Steps I )
2). 6 s/d 30 km: in steps of 1km; (Steps II )
3). 35 s/d 70 km: in steps of 5 km.(Steps III)
Dari kreteria tsb. di atas, dpt dibuat :
TABEL VISIBILITY ( V ) UNTUK OBS. SYNOP, sbb:

Angka Arti (m) Angka Arti (km) Angka Arti (km)


sandi(n) sandi(n) sandi(n)
Steps I Steps II Steps III
00 < 100 56 6 81 35
01 100 57 7 82 40
02 200 58 8 83 45
dst dst dst dst dst dst
Dst Dst Dst Dst Dst Dst
49 4900 79 29 88 70
50 5000 80 30 89 > 70
Dari tabel di atas dpt dibuat formula sbb :
;

100 s/d 5000 m 6 s/d 30 km 35 s/d 70 km


Formula : n n=51 s/d 55 tidak 81 ≤ n ≤ 88
V= (n x 100 ) ; or dipakai Formula:
n =V/100 56 ≤ n ≤ 80 V= {(n - 80)5+30} km;
Formula: or
V=(n- 50)km; n=0,2 V + 74
or Untuk V > 70 km, angka
n=V + 50 sandinya (n) = 89.

Catatan : n = angka sandi yg dicari , dan


V =Nilai visibility yg diperkirakan.
Bgmn aplikasi/ penggunaan dr angka sandi visibility : 90 s/d 99 ?

Bhw skala2 tsb. di bawah ini mengikuti visibility yg dilaporkan dgn resolusi yg lebih
baik terhadap resolusi pengukurannya , pengecualian utk visibility yg < 1 km.

Angka sandi(n) Arti (m) Angka sandi(n) Arti (km)


90 < 50 94 1
91 50 95 2
92 200 96 4
93 500 97 10
98 20

99 ≥ 50

Angka2 sandi 90 s/d 99 tdk dipakai utk keperluan pengamatan udara permukaan
darat/ synop, tetapi utk pengamatan di laut atau di atas kapal laut/ships.

Mhd 2016.
PLEASE YOU LEARN IT
*

Anda mungkin juga menyukai