Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IMAN DAN TAKWA

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Aditya Sri Rajasa (03021181823015)

2. Fitra Atika (03021181823009)

3. Lisvinia (03021181823001)

4. Tami Andini (03021181823023)

Dosen Pembimbing :

Apriyanti, M.Pd.I

Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh…
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul “IMAN DAN TAKWA”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, baik itu
yang datang dari kami maupun yang datang dari luar. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah berkat bantuan kecerdasan serta nikmat sehat dari
Allah sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Iman dan Takwa, kami sadar masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar
bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berintegrasi nasional,
karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Indralaya, 5 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi iman dan takwa.
2.2 Ciri-ciri seseorang yang beriman dan bertakwa.
2.3 Ayat-ayat yang berkaitan dengan iman dan takwa.
2.4 Hubungan iman dan takwa.
2.5 Fungsi iman dan takwa
2.6 Implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern.
2.7 Peran iman dan takwa dalam menjawan problema dan tantangan kehidupan modern

BAB III KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai
kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam
persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat ini
persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan
hidupnya. Di saat kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup.
Kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang
seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang
melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.

Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi
untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang telah bisa memahami
dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat
mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia
khususnya bagi kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan
menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa.

Iman berasal dari bahasa arab amanu yang artinya percaya atau yakin. Secara harfiah,
iman bisa diartikan rasa aman dan nyaman sedangkan menurut istilah kata iman dapat
diartikan dengan meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah “Iman ialah bahwa engkau percaya kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir kiamat dan engkau percaya
qada’ yang baik dan qada’ yang buruk”. Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah
dilafadzkan/diikrarkan pada lisan/lidah, ditasdikkan dalam hati dan diamalkan dengan
anggota badan. Dengan kata lain iman tersebut mencakup 3 hal yaitu : 1. Ikrar, 2. Tasdiq, 3.
Amal. Iman dapat diartikan dengan akidah karena bila kita membahas dan mempelajari
akidah maka tidak akan lepas keyakinan tentang tuhan yang pengertian akidah itu sendiri.
Perkataan akidah berasal dari bahasa arab yang asal katanya aqodah yang artinya
ikatan/jalinan antara 2 orang yang mengadakan perjanjian. Oleh karena itu orang yang paling
sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah:

‫إبنن أخمكخرخمككمم بعنِخد اب أخمتخقاَككمم إبنن اخ خعبليِرم خخببيِرر‬


“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. 49:13)”.
Peran penting dari seorang pemuda adalah pada kemampuannya melakukan suatu
perubahan (agent of change). Ya, perubahan sendiri menjadi indikator suatu keberhasilan
terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan adalah sebuah kata yang memiliki kekuatan
ajaib yang kuat sehingga cukup menggentarkan orang yang mendengarnya. Salah satu imbas
dari kekuatan ajaib dari ‘perubahan’ itu adalah mampu menggerakkan kinerja seseorang
menjadi lebih baik, lebih produktif. Suatu keinginan untuk dapat terlepas dari keadaan yang
terpuruk dan menyongsong masa depan yang lebih baik dapat melahirkan sebuah jiwa yang
optimis. Ya, optimis bahwa ‘perubahan’ akan melahirkan hari esok yang lebih baik.
Selain sebagai agent of change (agen perubah), pemuda juga mempunyai peran
sebagai agent of social control (agen kontrol sosial).Dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting
yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan
perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Sejarah telah membuktikan,
bahwa diberbagai belahan dunia, perubahan sosial politik menempatkan pemuda di garda
depan. Pemuda adalah sumber energi perubahan.
Tetapi pada kenyataannya marak dibicarakan yaitu tentang kenakalan remaja.Yang
damaksud kenakalan remaja disini yaitu tindakan keluar batas yang dilakukan para
remaja.Seluruh dunia sudah merasakan akibat dari kenakalan remaja salah satunya negara
kita ini.
Saat ini kenakalan remaja di Indonesia marak terjadi,misalnya kenakalan remaja dalam
pergaulan.Mereka bertindak seolah-olah mereka yang benar,apa yang mereka lakukan serasa
benar dimata mereka tetapi tidak dimata orang lain/merugikan orang lain.Biasanya tindakan
remaja mengacu pada sebuah kesalahan namun sayangnya sikap remaja yang kurang dewasa
sehingga kurang dapat menerima nasehat dengan baik.Banyak remaja yang dinasehati justru
mereka merasa diatur atau dibatasi.Padahal kalau mereka bisa menerimanya dengan baik itu
justru menguntungkan mereka dan bisa dijadikan bahan pembangun bagi dirinya untuk
menjadi remaja yang baik atau bermutu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi iman dan takwa ?
2. Apa sajakah ciri-ciri seseorang beriman dan bertakwa ?
3. Apa saja ayat-ayat yang berkaitan dengan iman dan takwa ?
4. Apa hubungan iman dan takwa ?
5. Apa fungsi dari iman dan takwa ?
6. Apa implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern ?
7. Bagaimana peran iman dan taqwa dalam menjawab problema dan tantangan
kehidupan modern?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi iman dan takwa.
2. Mengetahui ciri-ciri seseorang yang beriman dan bertakwa.
3. Mengetahui ayat-ayat yang berkaitan dengan iman dan takwa.
4. Mengetahui hubungan iman dan takwa.
5. Mengetahui fungsi iman dan takwa
6. Mengetahui implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern.
7. Mengetahui peran iman dan takwa dalam menjawan problema dan tantangan
kehidupan modern.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Iman dan Takwa


 Definisi Iman
Kata iman berasal dari kata kerja amina-yu ‘manu-amanan yang berarti percaya. Oleh
karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun
iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan
(taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal ini
disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia
adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi islam.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta
dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hisup atau gaya hidup.
Istilah Iman dalam al-Qur’an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan
corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa’: 51 yang
dikaitkan dengan jibti (kebatinan/idealisme) dan thaghut (realita/naturalism). Sedangkan
dalam surat an-Nakabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladziina aamanuu bil
baathili. Bhatil berarti tidak benar menurut Allah. Dalam surat lain iman dirangkaikan dengan
kata kaafir atau dengan kata Allah. Sementara dalam al-Baqarah: 4, iman dirangkaikan
dengan kata ajaran yang diturunkan Allah (yu’minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila
min qablika).
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung
arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan
ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut
iman bathil.

 Definisi Takwa
Taqwa (takwa) berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten (istipmah). Takwa pada dasarnya dapat disarikan dalam dua
kecenderungan sikap, yaitu:
 Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertical dengan Allah swt., yang
diwujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan
ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan dan aturan yang dibuat-Nya.
 Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih saying kepada sesama
umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan
Takwa meliputi seluruh aspek kemanusiaan, baik keyakinan, ucapan, maupun
perbuatan yang mencerminkan konsisten, baik keyakinan, ucapan, maupun perbuatan yang
mencerminkan konsistensi seseorang terhadap nilai-nilai ajaran Islam. Karena itu, takwa
merupakan nilai tertinggi yang hendak dicapai oleh setiap muslim. Nilai-nilai lain yang
dimiliki manusia tidak berarti apa-apa dihadapan Allah, sebagaimana difirmankan Allah:

‫إبنن أخمكخرخمككمم بعنِخد اب أخمتخقاَككمم إبنن اخ خعبليِرم خخببيِرر‬


“….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu….”
(Al-Hujurat, 49:13)

2.2 Ciri-ciri Orang yang Beriman dan Takwa

 Ciri-ciri Orang Beriman:


Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya
untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang tidak dia
pahami
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul
(Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10,
dan at-Taghabun: 13)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3 dan
al-Mu’minun: 2,7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera
shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya
dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-mukminun: 3
dan 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah,
yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang
dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasulullah.
Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan
seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.

 Ciri-ciri Orang yang Bertakwa


1. Pertama, iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketakwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara
fitrah iman
2. Kedua, mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-
orang miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-
minta dana, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
memerdekakan hamba sahaya. Indicator takwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan
mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan
mengorbankan harta.
3. Ketiga, mendirikan salat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain memelihara
ibadah formal.
4. Keempat, menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
5. Kelima, sabar di saat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

2.3 Ayat yang Berkaitan dengan Iman dan Takwa

 Q.S. 49 (al-Hujurat) : 13 :

‫إبنن أخمكخرخمككمم بعنِخد اب أخمتخقاَككمم إبنن اخ خعبليِرم خخببيِرر‬


“….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu….”

 Q.S. 4 (al-Nisa’) : 78 :

‫اخویخن خماَ تخكکوونكووا یكودبروکمکكم اولخموو ك‬


‫ت خو لخوو كکونِتك وم فبوی بككروو ۃ‬
‫ج ممخشيِنخدۃۃ‬
Artinya : “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”

 Q.S. 11 (Hud) : 6 :

‫ض ابنل خعخلی ا ا‬
‫اب بروزقكخہاَ خو یخوعلخكم‬ ‫و‬ ‫كموستخقخنرخہاَ خو كموستخووخدخعخہاَ كکلُل فبوی بکات ۃ‬
‫ب ممببويِۃن خو خماَ بمون خداَبنۃۃ بفی الخور ب‬
Artinya:“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh).”

 Q.S. 13 (al-Ra’du) : 28 :
‫اب اخخل بببذوکبر ا ا‬
‫اب تخوطخمئبمن اولقكلكوو ك‬
‫ب‬ ‫اخلنبذویخن ااخمنِكووا خو تخوطخمئبمن قكلكووبكہك وم بببذوکبر ا ا‬

Artinya : “….(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”

 QS. 16 (al-Nahl) : 97 :

‫صاَلبۃحاَ یمون خذخکۃر اخوو اكوناثی خو ہكخو كموؤبمرن فخلخنِكوحيِبيِخنِنہہ خحايِوۃۃ طخيِیبخۃۃ ً خو لخنِخوجبزیخنِنہك وم اخوجخرہك وم‬ ‫خمون خعبمخل خ‬
‫بباَ خوحخسبن خماَ خکاَنكووا یخوعخملكووخن‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

 QS. 6 (al- An’am) : 162 :

‫ب املخعاَلخبميِخن‬
‫ي خوخمخماَبتيِ بنلب خر ی‬ ‫قكمل إبنن خ‬
‫صلَبتيِ خونككسبكيِ خوخممحخيِاَ خ‬

Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

 QS.2 (al-Bakarah) : 5 :
‫ك خعخلىَ هكۃدىً بممن خربیبهمم خوكأولخئب خ‬
‫ك هككم املكممفلبكحوخن‬ ‫كأولخئب خ‬
Artinya : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk Tuhannya, dan merekalah orang-
orang yang beruntung.”

 Q.S.31 (al-Luqman) : 22 :

‫ك بباَملكعمرخوبۃ‬ ‫خوخممن یكمسلبمم خومجهخهك إبخلىَ ن‬


‫اب خوهكخو كممحبسرن فخقخبد امستخممخس خ‬
‫اب خعاَقببخةك املككموبر‬
‫املكومثخقىَ خوإبخلىَ ن‬
Artinya : “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”

 Q.S.3 (Ali Imran) : 83-85 :

‫ت خواملخمر ب‬
‫ض خ‬
َ‫طموۃعا‬ ‫اب یخمبكغوخن خولخهك أخمسلخخم خمن بفيِ النسخماَخوا ب‬
‫أخفخخغميِخر بدیبن ن‬
‫خوخكمرۃهاَ خوإبلخميِبه یكمرخجكعوخن‬
Artinya : “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.”

‫قكمل اَخمننِاَ بباَنلب خوخماَ كأنبزخل خعلخميِخنِاَ خوخماَ كأنبزخل خعلخاىَ إبمبخرابهيِخم خوإبمسخماَبعيِخل‬
‫ب خواملخمسخباَبط خوخماَ كأوتبخيِ كموخساىَ خوبعيِخساىَ خوالنِنببميِوخن بمن‬ ‫ق خویخمعكقو خ‬ ‫خوإبمسخحاَ خ‬
‫ق بخميِخن أخخحۃد یممنِهكمم خونخمحكن لخهك كممسلبكموخن‬ ‫نربیبهمم خل نكفخیر ك‬
Artinya : Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-
anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Rabb
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri".

‫خوخمن یخمبتخبغ خغميِخر ا م بلمسخلَبم بدیۃنِاَ فخخلن یكمقبخخل بممنِهك خوهكخو بفيِ املبخخربۃ بمخن‬
‫املخخاَبسبریخن‬
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.”

 Surah Al-Fath Ayat 10


‫ق أخمیبدیبهمم فخخممن نخخك خ‬
َ‫ث فخإ بننخما‬ ‫اب فخمو خ‬ ‫اخ یخكد ن‬‫ك إبننخماَ یكخباَیبكعوخن ن‬
‫إبنن النبذیخن یكخباَیبكعونخ خ‬
َ‫اخ فخخسيِكمؤبتيِبه أخمجۃرا خعبظيِۃما‬ ‫ث خعخلىَ نخمفبسبه خوخممن أخموخفىَ ببخماَ خعاَهخخد خعلخميِهك ن‬ ‫یخمنِكك ك‬
Artinya : “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa
yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa
dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala yang besar.”

2.4 Hubungan Iman dan Takwa

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran
atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-
Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan,
tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yng
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-
hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan
pelaksanaan, fikiran, dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

2.5 Fungsi Iman dan Takwa

A. Fungsi Iman:
 Menimbulkan rasa aman, tidak khawatir.
 Menimbulkan pengharapan, pendorong.
 Memperoleh ketenangan jiwa
 Memperkenankan panggilan fitrah manusia (mengenal dirinya dan Penciptanya)
 Mengetahui kejadian alam semesta
 Terbebas dari siksaan dan keragu-raguan
 Perasaan terbuka dan lapang
 Merasakan hidup bersahabat bersama nabi dan orang-orang baik.

B. Fungsi Takwa:
 Pembersih penyakit batin
 Bekal menghadapi kematian
 Bentuk perjuangan atas aturan Allah
 Menstabilkan batin
 Menumbuhkan kepekaan sosial
 Petunjuk hidayah

2.6 Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern


 Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan Modern

Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-budaya yang


sudah established, sehingga sehingga sulit sekali memperbaikinya. Berbicara tentang masalah
sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat.
Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya
selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millennium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang antara
satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran: 103, sebagai
kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan (idz kuntum a’daa ‘an), yaitu suatu
wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.
Adaptasi modernism (westernisme), kendatipun tidak secara total yang dilakukan bangsa
Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadikan bangsa yang semi
naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealism juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi
pengkhayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealism dan naturalisme menjadikan
bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-
ambing oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di adaptasinya
sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik, selalu
muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai
qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak munculnya masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi
dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih
memprihatinkan lagi adalah penyalagunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa,
serta masyarakat. Di samping itu masih terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi
bangsa Indonesia dalam kehidupan modern.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang
menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan
menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan
melahirkan risiko yang besar.
Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan
modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam
kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi
sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang
mendukung..
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan revolusi
pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa berperan menyelesaikan problema dan
tantangan kehidupan modern tersebut.

2.7 Fenomena Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern


Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda


Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu
kekuatan pun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan
demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang
memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat,
mengikis kepercayaan kepada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan
orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7.

b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut


Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di antara
manusia menjadi pengecut. Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan
kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah dalam Q.S. 4 (al-Nisa’) : 78 :

‫اخویخن خماَ تخكکوونكووا یكودبروکمکكم اولخموو ك‬


‫ت خو لخوو كکونِتك وم فبوی بككروو ۃ‬
‫ج ممخشيِنخدۃۃ‬
Artinya : “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”

c. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan


Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-
kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua,
menjilat, dan mmeperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam
hal ini ialah firman Allah dalam Q.S. 11 (Hud) : 6 :

‫و‬ ‫كموستخقخنرخہاَ خو كموستخووخدخعخہاَ كکلُل فبوی بکات ۃ‬


‫ب ممببويِۃن خو خماَ بمون خداَبنۃۃ بفی الخور ب‬
‫ض‬
‫ابنل خعخلی ا ا‬
‫اب بروزقكخہاَ خو یخوعلخكم‬
Artinya:“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh).”

d. Iman memberikan ketenangan jiwa


Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
keseimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram
(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah dalam Q.S. 13
(al-Ra’du) : 28 :
‫اب اخخل بببذوکبر ا ا‬
‫اب تخوطخمئبمن اولقكلكوو ك‬
‫ب‬ ‫اخلنبذویخن ااخمنِكووا خو تخوطخمئبمن قكلكووبكہك وم بببذوکبر ا ا‬

Artinya : “….(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”

Seorang yang beriman tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap qadha’ dan
qadar. Dia mengetahui dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa qadha’ dan qadar Allah telah
tertulis di dalam al-Kitab.
Qadha’ adalah apa yang dapat dijangkau oleh kemauan manusia. Allah telah
menciptakan manusia dengan dilengkapi nikmat berupa akal dan perasaan. Melalui akal dan
iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam batas iradah yang dianugerahkan Allah
kepadanya.
Di luar batas kemampuan iradah manusia, qadha’ dan qadar Allahlah yang berlaku.
Orang-orang yang selalu hidup dalam lingkungan keimanan, hatinya selalu tenang dan
pribadinya selalu terang dan mantap. Allah memberi ketenangan dalam jiwanya dan ia selalu
mendapat pertolongan dan kemenangan. Inilah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada
hamba-Nya yang mukmin dan anugerah Allah berupa nur Ilahi ini diberikan kepada siapa
saja yang kehendaki-Nya.
Orang mukmin mengetahui bahwa mati adalah suatu kepastian. Oleh sebab itu ia
tidak takut menghadapi kematian, bahkan dia menunggu kematian. Hal ini diyakini
sepenuhnya selama hayat dikandung badan. Keberanian selalu mendampingi hati seorang
mukmin.
Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami atau menghadapi masalah, baik
materi, kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat untuk
ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau penyerahan diri yang
bulat kepada Allah, serta iman kepada qadha’ dan qadar dapat meringankan pengaruh tekanan
yang berat. Dalam keadaan yang seperti ini, kalau seorang beriman ditimpa malapetaka, ia
akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memiliki segala rahmat. Dengan demikian
ketenangan kan meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya,
meneguhkan hatinya, serta memberikan kemenangan (QS. Al-Ra’du : 28 ; al-Fath : 4).
Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati tetap menjadi
mantap, segala krisis dapat dilalui, keseimbangan hormone tetap mantap, dan keserasian
kimiawi tubuh berjalan dengan wajar. Dalam keadaan demikian, segala penderitaan dan
tekanan jiwa akan berganti akan berganti dengan perasaan bahagia dan ketenangan.

e. Iman memberikan kehidupan yang baik


Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan
dan mengerjakan perbuatan yang baik. hal ini dijelaskan Allah dalm QS. 16 (al-Nahl) : 97 :

‫صاَلبۃحاَ یمون خذخکۃر اخوو اكوناثی خو ہكخو كموؤبمرن فخلخنِكوحيِبيِخنِنہہ خحايِوۃۃ طخيِیبخۃۃ ً خو لخنِخوجبزیخنِنہك وم اخوجخرہك وم‬ ‫خمون خعبمخل خ‬
‫بباَ خوحخسبن خماَ خکاَنكووا یخوعخملكووخن‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen


Iman memberipengaruh pada seseorang unuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih,
kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah
diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada
firman Allah dalam QS. 6 (al- An’am) : 162 :

‫ب املخعاَلخبميِخن‬
‫ي خوخمخماَبتيِ بنلب خر ی‬ ‫قكمل إبنن خ‬
‫صلَبتيِ خونككسبكيِ خوخممحخيِاَ خ‬

Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

g. Iman memberikan keberuntungan


Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karna Allah membimbing dan
mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah
orang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS 2 (al-
Bakarah) : 5 :
‫ك خعخلىَ هكۃدىً بممن خربیبهمم خوكأولخئب خ‬
‫ك هككم املكممفلبكحوخن‬ ‫كأولخئب خ‬

Artinya : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk Tuhannya, dan merekalah orang-
orang yang beruntung.
h. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh iman. Hal itu, karena semua gerak dan
perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum,
berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak
jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-
kimia ini bekerja di bawah perintah hormone. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh
hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak.
Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang
dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman
mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak
manusia.
Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis
tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa dan lemah, maka keadaan
ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu orang-orang yang dikontrol oleh
iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.
Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral
dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat
Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya.
Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan
otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormone dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu
timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
Iman dan takwa bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang
aman, tentram, damai, dan sejahtera.

BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan yang telah diutarakan, kiranya dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut;
 Pertama, peranan agama pada masa modern dirasakan masih sangat penting, bahkan
menunjukkan gejala peningkatan. Fenomena kebangkitan agama di antaranya dapat
diamati dari maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan larisnya buku-buku agama.
Fenomena ini setidaknya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya kesadaran
providensi setiap individu, ketidakberhasilan modernisasi dan industrialisasi dalam
mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna (meaningful). Di samping itu, kegagalan
organized religions dalam mewujudkan agama yang bercorak humanistik, juga disinyalir
turut mendorong praktik spiritualitas era modern.

 Kedua, agama tetap akan memegang peranan penting di masa mendatang, terutama dalam
memberikan landasan moral bagi perkembangan sains dan teknologi. Dalam kaitan ini
perlu ditekankan pentingnya usaha mengharmoniskan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) dengan agama (Imtaq). Iptek harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral-agama
agara tidak bersifat destruktif terhadap nilai-nilai kemanusiaan (dehumanisasi).
Sedangkan ajaran agama harus didekatkan dengan konteks modernitas, sehingga dapat
bersifat kompatibel dengan segala waktu dan tempat.

 Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari
iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan
menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak
baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap
sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau
sebaliknya perlu dihindari.

3.2 Saran

Semoga dengan penjabaran tadi mengenai implementasi iman dan taqwa sebagai
perwujudan umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, ini menjadi suatu langkah awal kita
untuk menumbuhksn rasa cinta akan agama islam di dalam diri warga Indonesia, serta
mendorong tumbuhnya rasa keimanan dan ketaqwaan.

Daftar Pustaka

Azra, azyumardi dkk. 2002 . Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum
. Jakarta: departemen agama RI
Mansoer, Hamdan dkk. 2004. Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam Di
Perguruan Tinggi Umum . Jakarta : Departemen Agama RI

Anda mungkin juga menyukai