Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN KELAYAKAN HILIRISASI INVESTASI GRANIT GUNA


MEMENUHI KEBUTUHAN BAHAN BAKU MATERIAL KONTRUKSI
(STUDI KASUS PT. BUMIWARNA AGUNG
PERKASA)

Oleh :

1. Ahmad Ridho Saputra (03021281823057)


2. Fitra Atika (03021181823009)
3. Lendra Nababan (03021281823117)
4. M. Bintang Ramadhoni (03021281823051)
5. Viola Olivia (03021281823039)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada negara berkembang seperti Indonesia saat ini, aktivitas pembangunan adalah
sebagai fokus utama pemerintah. Pembangunan tersebut dilakukan pada berbagai sektor
seperti, pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan ekonomi, dan pembangunan
infrastruktur baik berupa sarana maupun prasarana. Pembangunan tersebut dilakukan untuk
lebih mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, terjadinya pembangunan
tentunya akan diikuti dengan pertumbuhan industri dalam berbagai bidang. Industri
pertambangan adalah salah satu contoh industri yang berkembang sebagai pengaruh dari
pembangunan tersebut. Jumlah pelaku usaha baik lokal maupun nasional pada industri
pertambangan akan terus bertambah seiring berkembangnya industri di Indonesia.
Tumbuhnya industrian pertambangan di Indonesia juga didukung oleh Kemen ESDM dan
Kemenperindag yang akan terus berupaya dalam memajukan berbagai macam sektor industri.

Secara garis besar aktivitas industri pertambangan adalah dengan melakukan proses
produksi dimulai dari hulu ke hilir (hilirisasi). Tahap ini mulai dari eksplorasi sampai ke
pengolahan. Lalu dilanjutkan dengan pemasaran dan mendistribusikan produk tersebut
kepada konsumen. Salah satu industri yang banyak diminati adalah industri pertambangan
batuan granit, karena industri ini memberikan keuntungan yang cukup signifikan dengan
modal yang cenderung kecil. Oleh karena itu permasalahan yang terjadi adalah bagaimana
menyiapkan bahan baku hasil pengolahan pertambangan batu granit yang memenuhi
persyaratan pembangunan infrastuktur.

Pemanfaatan batu granit dalam pembangunan infrastuktur lebih dikenal dan populer
dengan nama split, yang merupakan agragat kasar dalam campuran beton dan perannya
sangat penting. Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lain,
baik yang berasal dari alam maupun bahan buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen (Sukirman, 2003).

Agregat memiliki beberapa peranan penting pada campuran beton diantaranya sebagai
penyumbang kekuatan struktural terbesar pada campuran beton, mengurangi susut
perkerasan, dan akan mempengaruhi kualitas perkerasan. Berdasarkan proses pengolahannya,
agregat digolongkan menjadi dua jenis yaitu agregat alam dan agregat buatan. Pada
umumnya, pekerjaan konstruksi di Indonesia menggunakan agregat buatan atau batu pecah
(split) yang dihasilkan melalui industri pertambangan batu granit yang memiliki
Universitas Sriwijaya
permukaan kasar dan

Universitas Sriwijaya
bersudut sehingga memiiki daya lekat yang sangat baik, selain itu, rongga antar agregat yang
terjadi relatif lebih kecil sehingga dapat membentuk ikatan yang baik antar agregat.

Agregat alami merupakan agregat yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan
yang relatif lebih licin dibandingkan dengan agregat buatan karena agregat ini mengalami
pengikisan oleh air. Partikel agregat yang bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak
kecil sehingga menghasilkan interlocking yang lebih kecil. Agregat ini juga memiliki daya
lekat yang kurang baik terhadap beton karena memiliki permukaan yang cenderung lebih
halus dan licin, selain itu, rongga yang dihasilkan oleh agregat ini sangatlah besar karena
memiliki bentuk yang relatif bulat dan tidak memiliki sudut seperti agregat buatan atau split.

Dengan kelebihan yang dimiliki oleh split jika dibandingkan dengan agregat alami,
maka penggunaan split pada campuran beton merupakan langkah tepat untuk memperoleh
kondisi beton yang baik, namun realita yang sering dijumpai di lapangan adalah dibutuhkan
sumberdaya yang sangat tinggi untuk mewujudkan penggunaan split sebagai material
kontruksi pada campuran beton secara utuh. Hal ini disebabkan karena diperlukan sejumlah
biaya dalam proses pengolahan dan pengangkutan dari lokasi tambang ke lokasi konsumen.
Di samping itu, terkadang ditemukan agregat alam yang masih mempunyai permukaan yang
tidak rata (bulat) atau masih seperti bentuk semula dan memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai material agregat pada perkerasan (Syahputra, 2013).

Dengan pertimbangan ini, maka dirasakan perlu mengkaji dan menganalisis pengaruh
keberadaan batuan granit dalam campuran beton sehingga diperoleh acuan yang toleran
mengenai kadar pemanfaatan split sebagai material kontruksi agar tujuan utama untuk
mewujudkan kualitas beton dengan karakteristik yang mantap dan harga yang konpetitip
dapat tetap tercapai. Atas dasar itulah, maka dilakukan penelitian mengenai Kajian
Kelayakan Hilirisasi Investasi Granit Untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku
Material Kontruksi dengan lokasi penelitian pada PT. Bumiwarna Agung Perkasa di
Kabupaten Bangka Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Proses hilirisasi merupakan upaya peningkatan nilai tambah, dalam industri


pertambangan yang dapat dilakukan dimulai dari pekerjaan eksplorasi sampai ke tahapan
pekerjaan pemasaran (UU Minerba Nomor 4 tahun 2009), dalam penelitian ini proses
peningkatan nilai tambah dititik beratkan pada proses pengolahan, sehingga produk yang
dihasilkan telah sesuai dengan permintaan konsumen atau SII.
Berpedoman pada kondisi tersebut, maka permasalahan-permasalahan yang timbul
dapat dirumuskan sebagai berikut,
1. Bagaimana kualitas dan kuantitas batu produk-produk split (hilirisasi) yang ada di PT.
Bumiwarna Agung Perkasa sebelum dilakukan proses pengolahan ?
2. Bagaimana pengolahan yang tepat untuk memenuhi kualitas dan kuantitas batu produk
– produk spit (hilirisasi) setelah dilakukan pengolahan yang sesuai dengan SII dan mutu
beton ?.
3. Berapa perkiraan biaya investasi dan biaya produksi yang diperlukan untuk
memdapatkan benefit yang sesuai dengan parameter kelayakan investasi ?

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari pelaksaan da penyusunan penelitian ini adalah melakukan suatu
kajian terhadap kelayakan hilirisasi kegiatan investasi bahan galian granit dengan maksud
dan tujuan memenuhi kebutuhan bahan baku material kontruksi seiring dengan
perkembangan industri saat ini, dimana penelitian ini akan dilaksanakan di PT.
Bumiwarna Agung Perkasa.

1.4. Maksud dan Tujuan

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan suatu gambaran besarnya benefit yang
akan diperoleh jika melakukan investasi di bidang pertambangan batuan granit berdasarkan
kajian parameter-parameter kelayakan investasi yang berlaku, sedangkan tujuannya adalah,

1. Menganalisis kualitas dan kuantitas batu produk-produk split (hilirisasi) sebelum dilakukan
proses pengolahan

2. Mengetahui kuantitas dan kualitas batu produk – produk spit (hilirisasi) setelah dilakukan
pengolahan yang sesuai dengan SII dan mutu beton

3. Mengkaji kelayakan investasi penambangan batuan granit di PT. Bumiwarna Agung Perkasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini dapat diselesaikan berdasarkan hasil-hasil yang telah dihasilkan oleh
peneliti terdahulu, teori-teori pendukung, kebijakan pemerintah serta kenyataan yang terjadi
di lapangan pada dekade terakhir ini.

2.1. Tinjauan Pustaka

Batuan granit tergolong kelompok batuan dalam Undang-undang Nomor 4 tahun


2009, Batuan adalah kelompok komoditas mineral yang tidak termasuk mineral logam,
batubara maupun mineral energi lainnya. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk
di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
gabungan lainnya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Pertambangan mineral digolongkan atas empat macam, yakni pertambangan mineral
radioaktif, pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan logam dan
pertambangan batuan.

Batuan biasa disebut sebagai bahan galian non-logam, bahan galian non-logam mudah
dicari dan pengusahaannya tidak membutuhkan sejumlah modal yang besar, teknologi proses
penambangan dan pengolahan yang sederhana, dan waktu yang lebih singkat untuk
eksplorasi, sehingga sangat cocok untuk mendorong perekonomian rakyat (UMKM),
sedangkan mineral logam cocok untuk penanaman modal asing, karena membutuhkan modal
yang besar dan teknologi proses penambangan dan pengolahan harus cukup modern.
Batuan dan mineral non-logam yang terdapat di Indonesia dapat dikelompokan
menjadi 4 (empat) jenis, yaitu,

1. Bahan Galian Industri,


Contoh, asbes, barit, batu gamping, belerang, bentonit, diatomea, dolomite, fosfat,
gypsum, kalsit, mika, oker, talk, yodium, zeolit.
Bahan galian industri ini banyak dipakai di industri pupuk, kertas, plastik, cat, peternakan,
pertanian, kosmetika, farmasi dan kimia;
2. Bahan Keramik,
Contoh, ball clay, feldspar, kaolin, kuarsit, lempung, magnesit, pasir kuarsa, perlit,
pirofilit, toseki, dan trakhit.
Bahan kramik ini banyak dipakai dalam industri keramik, refraktori, gerabah, dan gelas
yang masing-masing industri memiliki persyaratan khusus.
3. Bahan Bangunan,
Contoh, andesit, basalt, batu apung, diorit, granit, marmer, obsidian, onix, pasir, sirtu,
dan tras.
Bahan bagunan ini banyak dipakai dalam industri bangunan atau konstruksi dan ornament,
dalam pemanfaatannya harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia.
4. Batu Mulia dan Batu Hias,
Contoh, amethyst, andalusit, batu hias, batu belah,batu sabak, dasit, gabro, intan,
kalsedon, opal, rijang, serpentin, tanah urug, traventin, ultrabasa, granodiorit,
dan jasper.
Batuan ini banyak digunakan dalam industri perhiasan dan kerajinan (kalung, gelang dan
cincin) sebagai batu permata, batu setengah permata ataupun dapat digunakan dalam
rumah tangga (meja, patung, asbak).

2.1.1. Proses Hilirisasi Batuan Granit

Indonesia adalah negeri kaya raya akan bahan galian tambang, baik berupa mineral
ataupun batuan. Adapun dari jenis mineral terdapat kuarsa, kuarsit, kaolin, batu kapur,
feldspar, zeolit, hingga intan, sementara itu dari jenis batuan di antaranya garnet alami,
marmer, onik, perlit, granit, gabro, basalt, opal, chert/rijang, krisoprase, garnet, agat, topas,
hingga batu giok.
Hilirisasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha
pertambangan atau pemanfaatan terhadap mineral ikutan agar tercipta nilai tambah yang lebih
besar. Selain itu, hilirisasi ini juga dimaksudkan agar tersedianya bahan baku industri di
dalam negeri, terciptanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan penerimaan negara. Selama
ini, tambang mineral cenderung diekspor dalam bentuk mentah. Di satu sisi, Indonesia
kehilangan peluang mendapatkan nilai tambah, dan di sisi lain pihak asing banyak
diuntungkan mendapatkan bahan baku industrinya serta nilai tambah yang besar.
Di samping itu, liberalisasi eksploitasi dan eksplorasi mineral dan batuan Indonesia
oleh pihak asing justru banyak meninggalkan masalah sosial dan lingkungan yang parah.
Sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui, cadangan mineral yang semakin
menipis sangat merugikan Indonesia. Padahal, mineral sejatinya adalah karunia Tuhan Yang
Maha Esa, sebagai modal pembangunan Indonesia dan mempunyai peran penting dalam
memenuhi hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, sesuai dengan konstitusi,
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi
perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara
berkeadilan.

Kegiatan usaha pertambangan mineral, batuan dan batubara yang merupakan kegiatan
usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah mempunyai
peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi
nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan.

Dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, Undang-


undang nomor 4 tahun 2009 yang mengamanatkan hilirisasi dan pengendalian, adalah
jawabannya atas kebutuhan tata kelola dan pengusahaan potensi mineral secara mandiri,
andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin
pernbangunan nasional secara berkelanjutan. UU ini sekaligus menggantikan UU No 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah tidak sesuai lagi.

2.1.1.1. Penambangan Batuan Granit

Dalam UU Minerba No. 4 Tahun 2009, yang dimaksud dengan pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah, sedangkan usaha
pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca
tambang.

Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi


secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya
terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh


informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis
dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta
perencanaan pascatambang.

Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi


mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya, sedangkan pengolahan dan pemurnian
adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara
serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan dan penjualan adalah kegiatan
usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubara.
2.1.1.2. Sistem Penambangan (Surface Mining)

Tambang Terbuka adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat
kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar, sehingga menimbulkan keleluasaan dalam
hal pola gerak alat-alat mekanis yang digunakan dan memudahkan dalam hal pembuangan
tanah penutupnya (over burden).

Kuari adalah salah satu sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan bahan galian non-logam dan batuan, antara lain, penambangan batu
gamping, marmer, granit, andesit dan sebagainya. Kuari dapat menghasilkan material atau
hasil tambang dalam bentuk loose (broken ore) materials ataupun dalam bentuk dimensional
stones.

Umumnya kegiatan pertambangan batuan granit dapat dilakukan dengan tahapan-


tahapan (gambar 2.2.), antara lain,
1. Penyellidikan umum (propecting),
2. Eksplorasi,
3. Studi Kelayakan,
4. Perencanaan tambang,
5. Pekerjaan Persiapan (development),
6. Penambangan,
7. Pengolahan,
8. Pemasaran.

Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan Pertambangan


Penambangan batuan granit dapat dimulai setelah selesainya pekerjaan persiapan
(development), yaitu pekerjaan land clearing (pembabatan), pembuatan fasilitas umum dan
stripping overburben (pengupasan tanah penutup), tahapan aktivitas penambangan adalah,
1. Pembongkaran, biasanya digunakan alat-alat mekanis atau dengan peledakan, tergantung
pada sifat fisik batuan.
2. Pemuatan, biasanya digunakan peralatan mekanis, yaitu alat gali muat.
3. Pengangkutan, umumnya digunakan dump truk yang sangat tergantung pada jarak angkut
dan kondisi alat.

2.1.1.3. Pengolahan Batuan Granit

Pengolahan bahan galian (mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan
untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan secara
mekanis, menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang kadarnya
rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia
fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.

Dengan melakukan pengolahan bahan galian ini didapatkan beberapa keuntungan,


antara lain,
1. Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik peleburan, karena
sebagian dari waste telah terbuang selama proses ore dressing, dan juga kadar bijih telah
ditingkatkan.
2. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal
yang hilang selama slag.
3. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan
lebih sedikit.
4. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral
berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk diambil metalnya.
5. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan
dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.
Didalam operasi mineral dressing ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu,
preparasi, konsentrasi, dewatering dan operasi tambahan lain yang diperlukan.

1. Preparasi

Preparasi merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi, dalam


preparasi ini ada beberapa tahap, yaitu,

a. Kominusi, ialah mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran
semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing atau grinding. Grinding digunakan
untuk proses basah dan kering, sedangkan crushing digunakan untuk proses kering
saja. Selain untuk mereduksi ukuran butir, komunusi dimaksudkan juga untuk
meliberasikan bijih, yaitu proses melepas mineral tersebut dari ikatannya (gangue
mineral).

b. Sizing, ialah pengelompokan mineral, dalam pengelompokan mineral ini dapat


dilakukan dengan cara,
1) Screening, ialah pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang ayakan,
sehingga hasilnya seragam.
2) Classifying, ialah pemisahan butir mineral yang mendasarkan atas kecepatan jatuh
material dalam suatu media (air, udara), sehingga hasilnya tidak seragam.
Alat untuk melakukan screening disebut screen dan alat untuk melakukan classifying
disebut classifier.

2. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga dengan
mineral yang tak terharga, sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan.
Pemisahan ini ada beberapa cara yang mendasarkan atas sifat fisik mineral, diantara,

a. Hand picking, adalah pemisahan berdasarkan Warna, kilap, dan bentuk kristal.
Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa.
b. Specific gravity (gravity concentration), adalah konsentrasi berdasarkan berat
jenisnya. Dalam hal ini, ada tiga macam yakni : Flowing film concentration, Jigging,
Heavy Media separation dan Heavy Liquid Separation.
c. Magnetic susceptibility, Setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang
berbeda yakni ada yang kuat, lemah, dan bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik
oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat
dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic-separator.
d. Conductivity, Mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non konduktor. Untuk
memisahkan mineral jenis ini diperlukan alat yang disebut High Tension Separator,
dan hasil yang didapat adalah mineral konduktor dan non konduktor.
e. Sifat permukaan mineral, Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak
senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan
menempel pada gelembung sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak akan
menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang
terhadap air menjadi senang terhadap udara digunakan suatu reagen kimia, yang mana
reagen ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu aja ( tidak bereaksi dengan
mineral). Dengan memberi gelembung udara maka mineral akan terpisah. Sehingga
antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan.
Proses pemisahan semacam ini disebut dengan flotasi.

3. Dewatering

Dewatering adalah merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini
tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan jalan :

a. Thickening, yaitu merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang
mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu
pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu (% solid = 50%).
b. Filtrasi, adalah merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan jalan
menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor sama dengan empat (% solid =
100%).
c. Drying, adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
sehingga padatan itu betul – betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%).

4. Operasi Tambahan

Operasi tambahan ini juga sangat besar artinya dalam proses. Pengolahan atau operasi
yang sedang dijalankan, yang meliputi :

a. Feeding, yaitu merupakan proses memasukkan feed kedalam unit konsentrasi secara
tetap dan lancar baik beratnya feed maupun volumenya.
b. Sampling, yaitu merupakan proses pengambilan contoh yang sesedikit mungkin
tetapi bisa mewakili bijih seluruhnya. Setiap proses konsentrasi selalu dilakukan
sampling, ini dengan tujuan untuk mengontrol apakah operasi yang sedang berjalan
ini sesuai dengan keinginan atau tidak. Dalam sampling ini hasilnya akan lebih baik jika
pengambilan sample dilakukan berkali-kali dalam jumlah yang sedikit dari pada sekali tetapi
jumlah yang banyak.

2.1.2. Kuantitas dan Kualitas Hasil Pengolahan Batuan Granit

Batu granit merupakan jenis batuan beku intrusif yang granular dan memiliki tekstrur
phaneritic. Kata granit berasal dari bahasa latin “granum” yang berari butir padi. Istilah
granit juga berlaku pada jenis batuan beku intrusif dengan tekstur yang sama dan sedikit
variasi pada komposisi dan asal. Batuan ini terutama terdiri dari 3 unsur utama yaitu, kuarsa,
feldspar alkali, dan plagioklas feldspar.

Mineral inilah yang membuat granit memiliki berbagai macam warna seperti warna
putih, merah muda, atau abu-abu terang. Granit juga mengandung sejumlah kecil coklat tua,
hijau tua, atau mineral hitam, seperti hornblende dan biotit mika. Batu granit merupakan
batuan beku dengan kandungan kuarsa setidaknya 20 % dan kandungan feldspar alkali hingga
65 %. Batu ini berbentuk besar, keras dan tangguh. Kepadatan rata-rata batu granit adalah
antara 2.65 hingga 2,75 g /cm³, serta memiliki kuat tekanan yang biasanya terletak di atas
200 Mpa. Kepadatan tersebut memungkinkan batuan granit untuk tahan terhadap erosi dan
abrasi, mampu menahan beban yang berat serta tahan terhadap pelapukan batuan. Oleh
karena itu ia sering digunakan sebagai bahan dasar konstruksi bangunan. Saat ini, batu granit
diketahui hanya ada di dalam bumi, ia merupakan bagian utama dari kerak benua.

Gambar 2.2. Batuan Granit

Karakteristik dari batuan granit adalah memiliki butiran kasar dan berwarna cerah.
Warna batuan granit meliputi warna merah, abu- abu, putih dan merah muda, dengan butiran
warna gelap seperti hijau tua, coklat tua dan hitam. Warna tersebut diperoleh dari komposisi
mineral yang terkandung dalam batuan granit. Karakteristik lain dari batuan granit yaitu
bersifat asam, serta ukuran butiran kristalnya relatif sama dan besar. Tekstur butiran batuan
granit disebut tekstur phaneritic yang tidak memiliki retakan dan lubang-lubang bekas
pelepasan gas (vasculer).

2.1.2.1. Ganesa Batuan Granit

Batuan ganit termasuk kategori batuan beku intrusif, yaitu batuan beku yang terjadi
akibat proses intrusi magma, yaitu proses menerobosnya magma dari dalam perut bumi
melalui celah- celah kerak bumi, tapi tidak sampai ke permukaan. Proses terbentuknya batuan
granit merupakan bagian dari proses pembentukan batuan beku, akan tetapi tidak sama
dengan proses terbentuknya batuan sedimen maupun batuan metamorf, berikut adalah uraian
yang lebih jelas tentang proses terbentuknya batuan granit,
1. Proses pembentukan batuan granit diawali dari bergeraknya magma dari dapur magma,
2. Magma mendapat tekanan dari bawah, magma yang bersifat lebih ringan dari batuan lain
terus ditekan sehingga bergerak ke atas mendekati permukaan bumi, pergerakan magma
terhenti hanya sampai di bawah lapisan tanah karena tekanan yang diberikan terlalu kecil.
3. Magma yang berada di dalam lapisan kulit bumi lama kelamaan mengalami proses
kristalisasi karena suhu di dekat permukaan bumi lebih rendah daripada suhu di dalam
dapur magma.
4. Setelah mengalami proses kristalisasi, maka magma akan membeku dan menjadi batuan
granit yang termasuk dalam jenis batuan beku.

2.1.2.2. Kegunaan Batuan Granit

Batu granit merupakan salah satu bahan bangunan yang paling populer. Batu alam ini
telah digunakan selama ribuan tahun untuk aplikasi interior maupun eksterior. Batu granit
digunakan dalam konstruksi gedung-gedung, jembatan, paving, monumen dan masih banyak
proyek eksterior lainnya. Batu granit juga dapat digunakan sebagai ubin, lantai keramik,
tapak tangga dan masih banyak lagi desain lainnya. Granit adalah bahan prestise yang
digunakan dalam proyek-proyek yang menghasilkan penampilan yang terlihat elegan dan
berkualitas tinggi, beberapa penggunaan dari batu granit antara lain,

1. Bahan dasar konstruksi bangunan eksterior,

Manfaat batu granit merupakan salah satu bahan dasar konstruksi bangunan yang dapat
memberikan kesan elegan seperti pada gedung-gedung, jembatan, monumen, maupun
bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan batu granit telah digunakan secara turun
temurun dari masa lalu sampai sekarang. Bahan ini masih banyak digunakan sebagai
bahan utama untuk banyak proyek konstruksi saat ini.

Tekstur batu granit yang menawarkan sifat anti-slip dan penampilan yang lebih menarik
untuk mata. Namun blok masih bisa diasah untuk halus saat kusam. Jadi blok yang
digunakan di dinding konstruksi internal.

2. Bahan dasar konstruksi bangunan interior,


Meskipun keras, namun batu granit bisa diasah untuk membuat tampilan lebih menarik
dan elegan. Batu-batu tersebut dapat digunakan sebagai ubin untuk dapur, kamar mandi
dan tempat-tempat lain di rumah atau bangunan. Bahan ini juga digunakan sebagai
dinding kamar mandi, tapak tangga maupun anak tangga, worktop dapur, panel kamar
mandi, ubin wastafel, perapian, dan masih banyak lagi.

3. Bahan dasar pembuatan paving,


Batu granit dapat juga digunakan sebagai paving jalan maupun teras rumah. Hal ini
memberikan kesan yang indah karena cara warna-warni dari batu granit yang menarik.
Keindahan batu granit yang dikombinasikan dengan keahlian para desainer dapat
menghasilkan hasil yang unik dan awet. Namun sekarang ini, keberadaan batu granit
mulai tergantikan oleh aspal dan beton yang diketahui memiliki biaya konstruksi yang
lebih rendah.

4. Batu nisan,
Granit adalah batu alam yang paling sering digunakan sebagai batu nisan di Amerika
Serikat dan di negara-negara lainnya. Hal tersebut disebabkan manfaat batu granit sangat
tahan lama dan menampilkan kesan yang elegan saat dipoles. Selain itu, manfaat marmer
juga digunakan dalam pembuatan batu nisan.

5. Batu perhiasan,
Salah satu jenis yang paling menarik dari batu granit yang pernah ditemukan bernama
“K2” yang ditemukan di puncak tertinggi kedua di dunia. Di dasar gunung tersebut
ditemukan eksposur batu granit yang berwarna terang yaitu bola azurite biru. Kebanyakan
orang tidak percaya bahwa azurite benar-benar terjadi dalam granit. Bahan ini dapat
diolah menjadi permata dan telah banyak dipasarkan di pasar permata AS.

6. Bahan pembuatan patung,

Seperti halnya batu marmer, manfaat batu granit juga dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan patung. Batu granit telah digunakan sejak lama. Misalnya di Mesir, batu
granit digunakan sebagai bahan dasar pembuatan Piramida Mesir, seperti Piramida Agung
Giza dan piramida Menkaure. Pada zaman Mesir Kuno, granit telah banyak digunakan
untuk membuat kolom, sarkofagus dan struktur domestik lainnya, seperti penutup lantai,
kusen, palang dan jambs.
Batu granit memiliki sifat yang tahan lama dan tahan gores, sehingga menjadikannya
sangat cocok untuk batu peringatan dan monumen yang permanen.

2.1.2.3. Peningkatan Kualitas Batuan Granit

Pengolahan bahan galian industri bertujuan untuk meningkatkan mutu (gambar 2.3)
dan berbagai nilai, seperti tinggi konsentrat, kadar suatu unsur kimia, mutu fisik, mutu
bentuk, dan penampilan.

Gambar 2.3. Proses Peningkatan Kualitas Bahan Galian


1. Permunian dengan konsentrasi,
Penambangan intan yang dipisahkan dari mineral lain dilakukan dengan konsep
konsentrasi berdasarkan atas gaya berat seperti meja goyang (shaking table), dan alat-alat
jig. Pemurnian felsfat mempergunakan proses gaya berat dan juga foltasi untuk
menghasilkan feldspar bermutu tinggi. Permunian fosfat dilakukan dengan cara flotasi,
sedangkan barit serbuk yang merupakan hasil pengolahan tailing pertambahan emas dari
pulau wetar diolah dengan cyclone, classifier dan pengering (dryer).

2. Peningkatan kadar suatu unsur,


Pengolahan belerang dapat dilakukan dengan proses penyulingan (frazer) dalam usaha
mendapatkan belerang dalam mutu tinggi. Pemurnian pasir besi dengan memperhatikan
perbedaan berat jenis dengan mineral yang lain dan sifat kemagnitannya telah dilakukan
dipenambangan pasir besi di Cilacap.

3. Peningkatan sifat kimia,


Peningkatan sifat kimia yang sudah dilakukan adalah pembakaran batu gamping untuk
mendapatkan kalsium oksida. Peningkatan mutu zeolite dengan pengolahan secara
benefisiasi dan kimia telah berhasil meningkatkan nilai jualnya.

4. Peningkatan sifat fisika,


Pengolahan kaolin untuk meningkatkan kehalusan dan keputihan dengan pencampuran
(blending) untuk mendapatkan jenis kaolin dengan mutu prima.

5. Peningkatan bentuk permukaan,


Cara ini diterapkan khususnya untuk bahan bangunan dan batu hias. Pengolahan dapat
dilakukan dengan pemotongan dan penggosokan (polishing).

2.1.2.4. Mekanisme Peningkatan Kualitas Batuan Granit

Mekanisme pengolahan batuan granit untuk meningkatakan kualitasnya dilakukan


dengan cara pengecilan ukuran partikelnya (peremukan), prinsip dari peremukan ialah
memperkecil ukuran material yang ditambang menjadi ukuran yang seragam atau lebih kecil
dari pada sebelumnya, menurut currie (1973) proses memperkecil ukuran material pada
umumnya mengalami tiga proses, yaitu,
1. Primary Crushing,
Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremukan yang digunakan pada tahap ini
adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher, material umpan berupa batuan batuan yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1.500 mm,
dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari produk
peremukan material tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm.

2. Secondary Crushing,
Merupakan peremukan tahap kedua, pada tahap peremukan ini peralatan yang digunakan
adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher, Hammer
Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran antara12,5 mm
sampai 25,4 mm, produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 mm.

3. Fine Crushing,
Merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang digunakan adalah
Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan material yang biasanya
digunakan kurang dari 25,4 mm. Proses peremukan atau pengecilan ukuran butir batuan
harus dilakukan secara bertahap karena keterbatasan kemampuan alat untuk mereduksi
batuan berukuran besar sampai menjadi butiran–butiran kecil seperti yang dikehendaki.

Peremukan material yang dimaksud untuk memperkecil ukuran material agar dapat
digunakan pada proses berikutnya, mula material hasil penambangan masuk melalui hopper
yang kemudian diterima vibrating feeder sebelum masuk ke dalam mesin peremuk lalu
dilanjutkan dengan proses screening yang kemudian menghasilkan produk, dimana produk
oversize akan dikembalikan ke mesin peremuk (gambar 2.4).
Gambar 2.4. Proses Peremukan batuan

Kuantititas dan kualitas produk hasil peremukan (Taggart, 1964) yang dilakukan mesin
peremuk (crusher) dipengaruhi oleh faktor, antara lain,

1. Kuat tekan batuan,


Ketahanan batuan dipengaruhi oleh kerapuhan (brittlenes) dari kandungan mineralnya.
Struktur rmineral yang sangat halus biasanya lebih tahan dari pada batuan yang
berstruktur kasar.

2. Ukuran material umpan,


Ukuran material umpan untuk mencapai produk yang baik pada peremukan adalah kurang
dari 85 % dari ukuran bukaan dari alat peremuk.

3. Reduction Ratio,
Nisbah reduksi (Reduction ratio) sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan,
karena besar kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk
untuk mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan
pengamatan terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan ukuran terbesar
produk. Pada primary crushing besarnya reduction ratio adalah 4 –7 dan pada secondary
crushing besarnya reduction ratio adalah 7 –20 (Currie,1973).

4. Arah resultan gaya,


Untuk terjadinya suatu peremukan, maka arah resultan gaya terakhir haruslah mengarah
ke bawah. Jika arah resultan gaya terakhir mengarah ke atas berarti peremukan tidak
terjadi melainkan material hanya akan meloncat-loncat ke atas.

5. Energi peremukan,
Energi yang dibutuhkan alat peremuk tergantung dari beberapa faktor antara lain ukuran
umpan, ukuran produk, kapasitas mesin peremuk, bentuk material, persentase dari waktu
berhenti alat peremuk pada suatu proses peremukan. Besarnya energi yang dibutuhkan
untuk meremuk berkisar antara 0,3 – 1,5 Kwh/ton.

6. Kapasitas,
Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk setiap jam, berat
jenis umpan dan besar setting dari alat peremuk.

a. Gaya-gaya pada Alat Peremuk,


Pada proses peremukan ini material akan direduksi sesuai yang ditetapkan, gaya– gaya
yang mengakibatkan material remuk antara lain (Currie, 1973),
1) Gaya tekan (compression),
Gaya tekan dari alat peremuk harus lebih besar dari kekuatan material, gaya tekan
bisa berasal dari satu permukaan ataupun dua permukaan. Alat peremuk yang
meremukkan material adalah jaw crusher, gyratory crusher, dan roll crusher.

2) Gaya Pukul (Impact),


Pukulan dikenakan pada material dimana semakin cepat pukulan maka material
yang terpukul akan semakin mudah untuk pecah. Alat pukul yang menggunakan
gaya pukul untuk meremukkan material adalah hammermill dan Impactcrusher.

3) Gaya gesek (Attrition atau Abrasion),


Gesekan akan mengakibatkan material remuk, gesekan bisa terjadi antara media
yang digunakan untuk meremuk atau dari sesama material yang akan diremuk.
Alat peremuk yang menggunakan gaya ini adalah ballmill.

b. Peralatan Pada Unit Peremukan,

Dalam proses peremukkan, suatu unit alat peremuk terdiri dari bagian – bagian yang
bertujuan untuk menyalurkan dan mengatur batuan ke proses peremukkan. Bagian-
bagian tersebut di antaranya, yakni,

1) Hopper,
Hopper merupakan salah satu alat bantu dari unit peremuk yang berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara dari material umpan batuan (Harahap, 2014),
selanjutnya material tersebut diumpankan ke alat peremuk oleh alat pengumpan
feeder.
Hopper ini terbuat dari beton yang dilapisi oleh lembaran baja pada dinding-
dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat gesekan dan benturan
dinding dengan material.
2) Pengumpan (Feeder),
Feeder adalah alat pengumpan material dari hopper ke unit peremuk dengan
kecepatan konstan (Harahap, 2014). Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar
proses pengumpanan dari hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung
dengan laju yang konstan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga
dapat mencegah terjadinya penumpukan batu granit atau tidak ada umpan di
dalam hopper ataupun pada alat peremuk.

c. Efisiensi dan Efektifitas Rangkaian Alat Peremuk,

1) Efisiensi,

Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos lubang
ayakan dengan material yang seharusnya lolos.
Secara umum efisiensi ayakan tergantung pada lamanya umpan berada di atas
ayakan, jumlah lubang bukaan yang terbuka, tebal lapisan umpan perimbangan
ukuran material pada umpan (Peurifoy, 1988), adapun faktor faktor yang
mempengaruhi effisiensi ayakan getar,
a) Persen (%) lubang ayakan yang terbuka,
Bila persen (%) lubang ayakan yang terbuka kecil karena tertutup oleh
material yang mempunyai ukuran sama dengan ukuran lubangbukaan maka
effisiensi ayakan akan turun.
b) Kandungan air,
Material-material halus dengan basah akan menimbulkan sifat lengket
sehingga akan mengurangi effisiensi dari pada ayakan, karena material lengket
akan menutupi lubang bukaan ayakan.
c) Ukuran Partikel,
Partikel yang jauh lebih kecil dari lubang bukaan akan lebih mudah lolos
dibandingkan dengan partikel yang berukuran sama dengan lubang bukaan.

2) Efektifitas,

Efektifitas rangkaian alat peremuk merupakan perbandingan antara kapasitas nyata


alat dengan kapasitas teoritis yang didapat dari hasil perhitungan,

2.1.3. Kelayakan Investasi Penambangan Batuan Granit

Tujuan dari suatu Industri secara umum maupun dalam sektor pertambangan dalam
kontek ekonomi pasar bebas adalah memberikan Pengembalian Finansial (financial return)
kepada para pemilk usaha dan konsisten dengan tujuan dari perusahaan. Perusahaan itu
sendiri bisa berupa perusahaan publik atau milik individu.
Industri pertambangan merupakan industri berisiko tinggi karena memerlukan
investasi awal yang besar dan membutuhkan waktu yang panjang untuk sampai ke tahap
produksi. Secara umum risiko industri pertambangan adalah risiko geologi, risiko teknis,
risiko ekonomi, dan risiko politik. Analisis investasi diperlukan untuk memberikan dasar
penilaian investasi.
Penilaian investasi ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha/proyek pertambangan yang
direncanakan.

Pembahasan Analisis Investasi Tambang memberikan langkah-langkah penerapan


teori dan perhitungan kelayakan investasi yang bersifat kuantitatif. Perhitungan yang
dilakukan berhubungan dengan perkiraan, penafsiran, dan peramalan tentang berbagai
peluang dan tantangan dalam investasi industri pertambangan yang mungkin terjadi di masa
mendatang. Pada masa sekarang ini, perhitungan banyak dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputer.
Pemasalahan yang diuraikan dalam konsep dasar investasi dan valuasi meliputi
komponen-komponen biaya dan pendapatan, nilai waktu terhadap uang, depresiasi dan
deplesi, pengaruh inflasi, pajak dan royalti. Berdasarkan konsep investasi dan valuasi yang
telah dipahami, maka akan dapat disusun cashflow dan laporan keuangan, mengevaluasi dan
menganalisis risiko-risiko proyek pertambangan.
Pemahaman terhadap Analisis Investasi Tambang sangat bergantung pada
pemahaman dan pengetahuan tentang teori-teori dan prinsip-prinsip dasar ilmu ekonomi
khususnya ilmu ekonomi teknik, akuntansi keuangan dan pertambangan, konsep
dasarnya telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dikenal sebagai PSAK.

2.1.3.1. Konsep Dasar Investasi

Investasi adalah penukaran nilai uang saat sekarang yang telah pasti dengan nilai
harapan perolehan uang yang akan datang yang belum pasti. Investasi diperlukan untuk
mendanai kegiatan awal suatu proyek sebelum proyek mampu membiayai dirinya sendiri.
Investasi merupakan sesuatu yang dinamis, tidak hanya berupa pembelanjaan aset atau uang
yang dibelanjakan untuk aset, tetapi meliputi keseluruhan proses.

Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100%


(karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar tetapi kemungkinan
perolehannya kurang dari 100%. Investasi diperlukan untuk memulai suatu usaha atau
mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha yang sedang berjalan.
Investasi memiliki dua faktor, yaitu,
1. Waktu,
2. Resiko.

Investasi pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menghasilkan
kepemilikan aset dengan umur kepemilikan lebih dari 6 bulan. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa investasi menyangkut empat kriteria mendasar, yaitu,

1. Komitmen untuk memastikan kepemilikan aset selama minimal 6 bulan.


2. Uang atau dana yang dialokasikan agar dapat memiliki aset tersebut.
3. Fokus waktu dititik beratkan untuk dilaksanakan disaat sekarang.
4. Kegiatan investasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan profit atau keuntungan.

Terdapat tiga alasan utama mengapa investasi tersebut dilakukan dalam industri
pertambangan, yaitu,

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan.


2. Untuk menghindari merosotnya nilai aset yang disebabkan oleh inflasi.
3. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan, karena
pemerintah memberikan potongan pajak bagi jenis investasi tertentu.
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih (keuntungan) di
masa depan dari modal yang diinvestasikan. Modal yang dimaksud dapat berupa uang,
barang modal, tanah, bangunan, teknologi, ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak
paten atau kemampuan manajerial. Dalam bidang pertambangan, kapital umumnya berupa
deposit bahan tambang dan modal.

Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka
panjang bagi kelangsungan perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap
berproduksi. Keputusan investasi yang salah tidak saja dapat mengurangi keuntungan
perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan sama sekali.

Investasi dalam suatu perusahaan dilakukan dalam bentuk investasi modal (kapital).
Investasi modal tersebut merupakan hal yang mendasar untuk memastikan kemampuan
perusahaan untuk berkompetisi dan bertahan hidup dalam pasar industri.

Dua hal mendasar yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan investasi modal, adalah,
1. Mengalokasikan sejumlah modal untuk investasi proyek tertentu atau untuk menyediakan
asset produksi.
2. Mendapatkan pendanaan yang diperlukan dalam proporsi yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan secara keseluruhan.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan
investasi, yaitu,

1. Mendefinisikan masalah,
2. Menganalisis masalah,
2. Mengembangkan alternatif solusi,
3. Memutuskan solusi yang terbaik,
4. Mengubah keputusan menjadi tindakan yang efektif.

Analisis investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yang masing-masing


memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, yaitu,

1. Analisis ekonomi,
Evaluasi terhadap kemakmuran relatif dari situasi-situasi investasi dari sudut pandang
laba dan ongkos, yaitu studi evaluasi terhadap keuntungan dari alternatif proyek.

2. Analisis finansial,
Analisis finansial adalah evaluasi terhadap cara pendanaan terhadap investasi yang
diusulkan, terdapat beberapa alternatif metode untuk pendanaan, di antaranya adalah
dengan,
a. Dana pribadi atau perusahaan,
b. Meminjam dari bank, atau
c. Menawarkan saham pada publik.

Analisis finansial terbagi lagi menjadi tiga pengambilan keputusan penting yang harus
dilakukan oleh sebuah perusahaan, yaitu,

a. Keputusan deviden
b. Keputusan keuangan
c. Keputusan investasi

Ketiga keputusan ini saling terkait satu sama lain dan mempengaruhi analisis investasi
secara keseluruhan.

Kedua jenis analisis investasi ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu
alternatif yang hasil analisis ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik jika dilihat dari
analisis finansial dan intangible-nya. Contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila
dana internalnya tidak mencukupi untuk membiayai proyek dan juga tidak dapat
memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga yang sesuai.

Industri pertambangan merupakan bagian dari dunia industri umum namun industri
pertambangan mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan industri lainnya. Suatu
proses evaluasi investasi tambang umumnya bersifat siklus yang berulang. Proses umum
evaluasi investasi dapat direpresentasikan sebagai berikut (Gambar 2.6).
Gambar 2.5. Siklus Evaluasi Investasi (Gentry and O’Neil, 1984)

2.1.3.2. Biaya Investasi dan Modal Kerja

Permasalahan modal investasi di dalam industri pertambangan telah dibuat aturannya


oleh para ahli akutansi di Indonesia (PSAK No. 33) yang telah dirumuskan dalam suatu
standar akutansi keuangan. PSAK No. 33 disusun berdasarkan sifat dan karakteristik usaha
pertambangan umum di Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi keuangan
yang ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan perundangan yang
berlaku.

Seperti halnya Standar Akuntansi Keuangan umumnya, pernyataan ini wajib


digunakan dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstern bagi setiap perusahaan
yang bergerak dalam industri pertambangan umum termasuk kontraktor dalam rangka
Kontrak Karya dan atau Kontrak Kerja Sama di bidang pertambangan umum.

Dengan adanya Pernyataan ini, maka baik penyusun maupun pemakai laporan
keuangan wajib mengacu kepada standar akuntansi yang sama. Apabila perlakuan akuntansi
bersifat umum, maka harus tetap mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan. Karakteristik
Akuntansi Industri Pertambangan Umum, menyatakan bahwa, kegiatan dalam industri
pertambangan umum dapat dikelompokan menjadi empat kegiatan pokok, meliputi,

1. Eksplorasi (Exploration) termasuk evaluasi,


2. Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction),
3. Produksi (Production), dan
4. Pengelolaan lingkungan hidup.

Ke-empat kegiatan pokok tersebut membutuhkan sejumlah modal untuk


diinvestasikan agar kegiatan penambangan dapat dilaksanakan, perusahaan dalam industri
pertambangan umum dapat berbentuk usaha terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut
memiliki usaha eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, serta pengolahan sebagai
satu kesatuan usaha atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing-masing berdiri sendiri.

1. Eksplorasi (Exploration) termasuk evaluasi,

Eksplorasi adalah usaha dalam rangka mencari, menemukan, dan mengevaluasi Cadangan
Terbukti pada suatu wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur
dalam peraturan perudangan yang berlaku.

Jenis-jenis biaya eksplorasi yang pokok, baik yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan eksplorasi tersebut, adalah,

a. Penyelidikan Umum,

Biaya-biaya yang terjadi dalam penyelidikan umum antara lain,

1) Biaya studi literatur,


2) Biaya perolehan data satelit dan foto udara,
3) Biaya pemetaan geologi,
4) Biaya pengambilan contoh, dan
5) Biaya analisis contoh permukaan.

b. Perizinan dan Administrasi,

Biaya-biaya yang terjadi dalam perizinan dan administrasi antara lain,

1) Biaya perolehan Izin Usaha Pertambangan,


2) Biaya perolehan Kontrak Kerja Sama,
3) Biaya perolehan Kontrak Karya,
4) Biaya pembebasan tanah/tanam tumbuh, dan
5) Biaya administrasi eksplorasi.

c. Geologi dan Geofisika,

Biaya-biaya yang terjadi dalam geologi dan geofisika antara lain,

1) Biaya Side Looking Air Radar (SLAR),


2) Biaya geologi lapangan,
3) Biaya geologi kimia termasuk analisis pengujian laboratorium,
4) Biaya penyelidikan gravitasi,
5) Biaya penyelidikan magnetik, dan
6) Biaya penyelidikan seismik.

d. Pemboran Eksplorasi,

Biaya-biaya yang terjadi dalam pemboran eksplorasi antara lain,


1) Biaya persiapan lahan termasuk biaya pembebasan jalan masuk ke lokasi
pemboran,
2) Biaya pemboran termasuk peralatan bor,
3) Biaya mobilisasi dan demobilisasi,
4) Biaya pengujian dan perampungan, dan
5) Biaya logistik selama dilaksanakannya pemboran,

e. Evaluasi,

Merupakan biaya untuk kegiatan evaluasi

2. Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction),

Pengembangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan


cadangan terbukti sampai siap diproduksi secara komersial, sedangkan Konstruksi adalah
pembangunan fasilitas dan prasarana untuk melaksanakan dan mendukung kegiatan
produksi.
Jenis-jenis biaya pengembangan dan konstruksi yang pokok, baik yang mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pengembangan dan
konstruksi adalah,

a. Biaya Pengembangan,

Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan pengembangan antara lain,

1) Biaya administrasi (Biaya pengurusan perizinan dan kuasa pertambangan dan


Biaya pembebasan tanah),
2) Biaya pembersihan lahan (land clearing), dan
3) Biaya pembukaan tambang (biaya pengupasan lapisan tanah (sebelum produksi).

b. Biaya Konstruksi,

Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan konstruksi antara lain,

1) Biaya pembuatan prasarana,


2) Biaya pembuatan atau pengadaan bangunan, dan
3) Biaya pembuatan atau pengadaan mesin dan peralatan.

3. Produksi (Production),

Produksi adalah semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan galian dari Cadangan
Terbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk dipasarkan, dimanfaatkan, atau diolah
lebih lanjut.
Jenis-jenis biaya penambangan yang pokok, baik yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan produksi tersebut adalah sebagai berikut,
a. Pengupasan Lapisan Tanah (Stripping),

Selama masa produksi, biaya yang terjadi dalam pengupasan lapisan tanah antara lain,

1) Biaya pengupasan tanah,


2) Biaya penyediaan lahan untuk penimbunan tanah, dan
3) Biaya penimbunan tanah hasil pengupasan.

b. Pengambilan Bahan Galian,

Biaya-biaya yang terjadi dalam pengambilan bahan galian antara lain,

1) Biaya penggalian,
2) Biaya penyemprotan,
3) Biaya pengerukan atau biaya peledakan, dan
4) Penimbunan bahan galian.

c. Pencucian Bahan Galian,

Biaya-biaya yang terjadi dalam pencucian bahan galian antara lain,

1) Biaya pembersihan dan pemisahan bahan galian utama dari bahan galian ikutannya,
2) Biaya pembentukan ukuran/besarnya bahan galian sesuai dengan yang ditetapkan
perusahaan,
d. Pengangkutan Bahan Galian,

Merupakan biaya yang terjadi untuk mengangkut bahan galian tambang umum dari
lokasi penambangan ke stasiun pengumpul.

e. Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Merupakan biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup.

4. Pengelolaan lingkungan hidup.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya.

Biaya-biaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak terbatas pada kegiatan-
kegiatan tersebut di atas. Pada dasarnya biaya ini dapat dikelompokan menjadi,

a. Biaya pengadaan prasarana PLH,


b. Biaya yang timbul atas usaha mengurangi dan mengendalikan dampak negatif
kegiatan pertambangan, dan
c. Biaya rutin lainnya.

2.1.3.3. Indikator Kelayakan Investasi


Suatu gagasan usaha adalah suatu rencana atau bagiannya untuk mengadakan investasi
yang berupa penggunaan sumberdaya ekonomi yang dapat dianalisa dan dievaluasi.

1. Indikator atau kreteria untuk menentukan apakah suatu usulan gagasan usaha setelah
diadakan evaluasi merupakan suatu go project atau no – go project adalah bermacam-
macam, termasuk keuntungan absolut, tingkat keuntungan, tingkat pengembalian (rate
return), net present value, net benefit cost ratio dan cost efectiveness.
2. Tujuan dari penghitungan analisis indikator investasi tersebut adalah untuk mengetahui
sejauh mana gagasan usaha dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari
financial benefit maupun social benefit.
Indikator investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu
perbandingan antara total keuntungan yang diterima dengan total biaya yang telah
dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek, atau dapat dikatakan
bahwa, kelayakan suatu investasi (proyek) dari aspek ekonomi dapat dianalisis berdasarkan
azas manfaat (benefit) dan biaya (cost).

Suatu proyek dikatakan layak untuk dikerjakan jika manfaat yang diberikan lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk menilai keekonomian suatu proyek perlu
dilihat seluruh pengeluaran dan pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle
analysis), bukan hanya dengan melihat biaya per satuan produksi di tahun tertentu.
Indikator ini dapat diprediksi setelah mengetahui definisi dan komponen cash flow, maka
selanjutnya akan dibahas mengenai perhitungan indikator investasi dengan menggunakan
analisis cash flow.

Perkiraan keuntungan (cash in flows) dan perkiraan biaya (cash out flows) dapat
digunakan sebagai alat kontrol dalam pengendalian biaya untuk memudahkan mencapai
tujuan proyek. Selain itu, indikator investasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan, apakah investasi dapat dilakukan atau tidak.

Indikator keuntungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan seyogyanya


mempunyai ciri-ciri, yaitu,
1. Dapat dengan tepat dalam membandingkan dan mengelompokkan kesanggupan
memberikan keuntungan (profitability) dari kesempatan-kesempatan penanaman modal.
2. Mencerminkan nilai waktu dari modal perusahaan dan secara realistis merupakan
masukan bagi kebijaksanaan fiskal dari perusahaan, termasuk investasi kembali di masa
yang akan datang.
3. Dapat menunjukkan keuntungan meskipun sekecil-kecilnya.
4. Mencakup pernyataan-pernyataan kuantitatif dari resiko.
5. Menggambarkan faktor-faktor lain, seperti hasil-hasil gabungan, resiko, dan
kekayaan perusahaan bila mungkin.
Secara umum, beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek
atau investasi antara lain,

1. Net Present Value (nilai sekarang bersih, NPV),


2. Rate of Return / Internal Rate of Return (laju pengembalian, ROR / IRR),
3. Present Value Ratio (PVR)
4. Benefit Cost Ratio (B/C-Ratio), Net B/C dan Gross B/C,
5. Profitability Ratio (ratio keuntungan, PR),
6. Payback Period (periode pengembalian, PBP),
BAB III
METODE PENELITIAN

Fokus penelitian ini tentang kajian kelayakan hilirisasi investasi bahan galian granit
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku material kontruksi di propinsi kepulauan bangka
belitung, lokasi penelitian pada perusahaan tambang batuan granit PT. Bumiwarna Agung
Perkasa yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah.

Tahapan penelitian lapangan dan unit pengolahan dilakukan di PT Bumiwarna Agung


Perkasa dan laboratorium yang akan dipergunakan adalah laboratorium Pengolahan Bahan
Galian Jurusan Teknik Pertambangan Unsri atau laboratorium lainnya (gambar 3.1).

Studi literatur dan pengumpulan data sekunder yang


diperoleh Dinas ESDM, BPS dari data dari
1. perusahaan PT Bumiwarna Agung Perkasa yang
terletak di Kabupaten Bangka Tengah Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung.

Survei lapangan dan pengambilan data primer di


perusahaan PT Bumiwarna Agung Perkasa, berupa
2. data operasi penambangan (luas daerah, jumlah
bahan peledak, hasil peledakan dan ukuran agregat),
data hasil pengolahan (crushing plant).

Uji coba di laboratorium, conto batuan granit dari


lapangan dan unit pengolahan akan di analisis untuk
3. mengetahui data kualitas batuan granit (kekerasan,
warna dan densitas), ukuran butir setiap tahapan
pengolahan (pengayakan) disesuaikan SNI.

Pengolahan dan analisis data primer dan sekunder


dengan menggunakan analisis statistika (nilai rata-
4. rata, regresi linier, kurva), selanjutnya akan dihitung
keekonomiannya (jumlah modal kerja, jumlah
investasi) dan kelayakannya.

Kesimpulan,
1. Produk hasil pengolahan yang sesuai dengan
5. kebutuhan industri hilir,
2. Hasil pengolahan dan kesesuaiannya dengan SNI,
3. Jumlah Investasi dan Kelayakannya.

Gambar 3.1.. Diagram Alir Tahapan Penelitian


Proses pengkajian Kegiatan Hilirisasi Investasi Bahan Galian Granit dalam penelitian
ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,

1. Studi literatur,

Pengumpulan data sekunder yang diperoleh Dinas ESDM dan BPS propinsi Kepulauan
Bangka Belitung serta dari perusahaan PT Bumiwarna Agung Perkasa yang terletak di
Kabupaten Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Penelitian di lapangan,

Pengambilan data primer di lapangan perusahaan PT Bumiwarna Agung Perkasa, berupa


data operasi penambangan, unit pengolahan (crushing plant) dan pengambilan conto
batuan granit baik dari hasil penambangan ataupun dari hasil pengolahan.

3. Penelitian di laboratorium,

Melakukan uji coba di laboratorium pengolahan bahan galian jurusan teknik


pertambangan Unsri ataupun laporatorium resmi lainnya, conto batuan granit dari
lapangan dan unit pengolahan di analisis untuk mengetahui kuantitas dan kualitas yang
diinginkan industri hilir, jika belum sesuai dengan standar industri Indonesia (SII) akan
dilakukan perubahan- perubahan variabel proses.

4. Kajian hasil pengamatan dan percobaan,

Kajian data sekunder dan perimer yang didapatkan dan disesuaikan dengan persyaratan
yang diminta oleh industri hilir.
Melakukan perhitungan kelayakan investasi penambangan batuan granit.

5. Kesimpulan,

Hasil kajian didapatkan akan disimpulkan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

3.1. Mengumpulkan data (data sekunder)


Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari Dinas ESDM, BPS dan perusahaan
tambang PT Bumiwarna Agung Perkasa antara lain,

1. Izin usaha pertambangan (IUP),


2. Studi kelayakan,
3. Peta lokasi penelitian,
4. Luas daerah pertambangan,
5. Data curah hujan,
6. Metode penambangan, pengolahan batu granit dan alat-alat yang digunakan,
7. Target produksi, biaya operasi penambangan dan pengolahan,
8. Harga jual, jumlah permintaan dan industri hilir.

3.2. Pengamatan Lapangan (data primer)

Pengambilan conto batuan dan data primer berasal dari PT Bumiwarna Agung Perkasa
yang fokus pengamatan pada operasi penambangan dan unit pengolahan (gambar 3.2).

Gambar 3.2. Lokasi Penambangan dan Pengolahan

Pengamatan, pengukuran dan percobaan-percobaan di lapangan untuk mendapatkan


data, antara lain,

1. Waktu kerja operasional,


2. Jumlah bahan peledak dan hasil peledakan,
3. Jumlah alat yang beroperasi,
4. Ukuran produk yang dihasilkan dari unit pengolahan,
5. Mekanisme kerja mesin bor dan alat pengolahan,
6. Mekanisme kerja proses peledakan.

Pengambilan conto dilakukan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan


kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan.

3.3. Peralatan dan Bahan (laboratorium)

Peralatan dan bahan diperlukan sebagai alat penunjang untuk membantu penelitian ini
antara lain,
1. Peralatan

Peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini
antara lain,

a. Ayakan (screen),
b. Kantong conto,
c. Meteran roll,
d. Rotary boring mechine,
e. Blasting mechine.

2. Bahan,
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian untuk uji coba di lapangan dan
laboratorium antara lain,

a. Kabel litrik,
b. Bahan peledak,
c. Detonator listrik,
d. Conto batuan.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan hasil pengolahan
laboratorium akan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan akhir berupa luaran
hasil penelitian.

1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan tahapan uji coba atau eksperimental
pretest dan postest, yaitu dengan mengukur kualitas awal sebelum perlakuan (pretest) dan
mengukur kualitas akhir setelah perlakuan (posttest) pada laboratorium. Serta melakukan
beberapa perhitungan menggunakan analisis regresi linier, selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel, gambar atau rangkaian perhitungan pada penyelesaian dalam suatu proses
tertentu.

2. Analisis Data dan Kesimpulan


Analisis data dilakukan untuk memperoleh kesimpulan sementara, selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut agar didapatkan kesimpulan akhir.

Kesimpulan diperoleh setelah melakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan


permasalahan yang diteliti, kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua masalah
yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Arsip Data PT Guna Darma Putra, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Currie, J. M, 1973, Unit Operation Mineral Procesing, Departement of Chemical and


Metallurgical Technology Burnaby, British Colombia.

Dirawidha, DC dkk, 2019, Optimasi Proses Pengolahan Batuan Basalt. Teknologi


Pengolahan Mineral Non-logam, LIPI.

Elviani S, 2017, Pemodelan 3D dan Analisis Ketersediaan Batuan Berdasarkan data Anomali
dan Gaya Berat.

Gaudin, AM, Principles of Mineral Dressing, Mc. Graw Hill Book Company Inc, New York,
1939.

Harahap, A.I, Iskandar, H, Arief, T. 2014. Kajian Kominusi Limestone Pada Area
Penambangan PT. Semen Padang (Persero) Tbk. Bukit Karang Putih Indarung
Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Teknik Universitas Sriwijaya, Volume 2. No. 2.

Kurniawan A, 2014, Geologi Batuan Granioid di Indonesia dan Distribusinya,

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Direktorat Industri Bahan Galian Non-logam,


Rencana Strategis 2016 -2019.

Lodhi, G. 2013, Operation And Maintenance Of Crusher House For Handling In Thermal
Power Plant. International Journal Of Mechanical Engineering And Robotics
Research, Volume 2 No. 4.

Nasrudin, dudi, P. Linda, dan Normansyah. 2015. Optimalisasi Alat Crushing Plant Untuk
Memenuhi Target Produksi Andesite di PT. Ansar Terang Crushindo, Kecamatan
Pangkalan Kota Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat . Jurnal
Ilmu Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung, volume 2 No. 2.

Sukamdarrumidi, 2009, Bahan Galian Industri, Gajah Mada University Press.

Tabagus Imbron, dkk, 2018, Startegi Pengambangan Pemasaran Batu Andesit (studi kasus
pada PT Duta Keluarga Imfaco, Bogor Jawa Barat), ITB, Bogor.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai