Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

pengolahan limbah secara biologis yang memiliki keunggulan berupa

dihasilkannya energi lewat pembentukan gas metana. Peruraian anaerobik juga

memberikan keuntungan dari segi konsumsi energi karena tidak memerlukan

oksigen sehingga dapat menekan konsumsi energi untuk aerasi serta menurunkan

biaya penanganan sludge karena menghasilkan sludge 3-20 kali lebih rendah

dibandingkan proses pengolahan aerobik (Lew dkk., 2004). Keunggulan peruraian

anaerobik serta kenaikan biaya energi yang terjadi 10-15 tahun terakhir membuat

proses anaerobik mulai menarik perhatian para pelaku industri.

Kelemahan dari penerapan peruraian anaerobik di industri adalah

pertumbuhan bakteri yang berperan dalam peruraian anaerobik lebih lambat

sehingga pengolahan limbah memerlukan waktu tinggal yang lebih lama.

Kelemahan ini menimbulkan batasan bagi industri dengan jumlah limbah organik

yang besar. Banyaknya jumlah limbah atau tingginya laju alir limbah ke dalam

digester menyebabkan kebutuhan volume digester lebih besar untuk memberikan

waktu tinggal yang cukup. Volume digester yang lebih besar tentunya berdampak

pada kebutuhan ruang dan biaya.

Speece (2008) menyebutkan bahwa bakteri yang secara sengaja

dikonsentrasikan di dalam sistem, atau disebut imobilisasi, akan meningkatkan

1
2

laju penguraian senyawa organik dan mengurangi volume digester. Hal ini

dimungkinkan karena imobilisasi menyebabkan konsentrasi bakteri di dalam

sistem lebih tinggi dan mencegah bakteri terbawa keluar digester (washout)

sekaligus meningkatkan stabilitas sistem. Peningkatan konsentrasi sel tanpa ada

batasan washout menyebabkan digester dapat mengakomodasi laju alir limbah

yang tinggi dan pada akhirnya mengurangi kebutuhan volume digester.

Pengurangan kebutuhan volume digester ini juga didukung oleh ketahanan

konsorsium bakteri terhadap zat-zat yang bersifat toksik sehingga tidak

dibutuhkan perlakuan awal pada limbah, misalnya pengenceran limbah.

Penelitian ini mengevaluasi jenis dan jumlah media imobilisasi bakteri

anaerobik dalam dua tahapan eksperimen. Tahapan pertama bertujuan melakukan

evaluasi tiga jenis media imobilisasi, yaitu: zeolit, karbon, dan campuran zeolit

dan karbon, terhadap kinerja digester anaerobik. Penggunaan zeolit sebagai media

imobilisasi dalam pengolahan anaerobik dimungkinkan karena kemampuannya

sebagai penukar ion dan adsorben. Karbon juga dapat dimanfaatkan sebagai media

imobilisasi bakteri karena memiliki struktur berpori dengan luas area yang besar

dan kemampuan menjerap senyawa organik. Pencampuran kedua jenis media ini

diharapkan dapat menggabungkan keunggulan zeolit dan karbon sebagai media

imobilisasi bakteri anaerobik.

Tahapan kedua dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah

optimum media imobilisasi untuk peruraian limbah cair yang memiliki efek

inhibisi terhadap bakteri anaerobik, yaitu limbah cair industri etanol yang dikenal

sebagai stillage. Pemilihan stillage sebagai substrat didasarkan pada pertimbangan


3

karakteristik stillage dan permasalahan yang dihadapi dalam pengolahan stillage.

Stillage merupakan hasil bawah dari menara distilasi etanol di mana dalam

produksi satu liter etanol dapat dihasilkan 20 liter stillage. Kandungan organik

yang tinggi dan senyawa inhibitor yang terkandung dalam stillage membuat

peruraian anaerobik stillage dinilai kurang ekonomis karena untuk menurunkan

kandungan organik di dalam stillage dibutuhkan waktu tinggal yang lama dan

volume digester yang besar (Willington dan Marten, 1982). Penambahan media

imobilisasi diharapkan dapat mengatasi masalah dalam pengolahan stillage secara

anaerobik yang menjadi representasi masalah bagi industri dengan jumlah limbah

organik yang besar dan mengandung senyawa inhibitor yang sering menyebabkan

kegagalan proses anaerobik. Hal ini dimungkinkan karena media imobilisasi dapat

menjerap inhibitor yang terkandung di dalam stillage ataupun yang terbentukdari

peruraian stillage dan berperan sebagai tempat melekatnya bakteri anaerobik.

Peran ganda media imobilisasi ini menyebabkan perlunya dilakukan penentuan

jumlah media imobilisasi optimum yang ditambahkan sehingga akan

mengoptimalkan pengolahan stillage secara anaerobik.

1.2. Keaslian Penelitian

Penggunaan media berupa zeolit atau karbon dalam imobilisasi bakteri

anaerobik telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Borja dkk. (1994)

melakukan studi kinetika penguraian kotoran sapi secara anaerobik dengan zeolit

sebagai media imobilisasi. Parameter biokinetik, misalnya laju pertumbuhan

bakteri maksimum dan konstanta kinetika, dievaluasi pada digester anaerobik


4

kontinu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya media zeolit

diperoleh peningkatan senilai 59% pada laju pertumbuhan bakteri maksimum dan

35% pada konstanta kinetika.

Penelitian mengenai pemanfaatan zeolit sebagai media imobilisasi juga

dilakukan oleh Weiß dkk. (2011). Fokus penelitian ini adalah investigasi populasi

mikroorganisme anaerob pada zeolit aktif selama proses penguraian grass silage

secara anaerobik. Populasi mikroorganisme bervariasi mulai dari sel tunggal

hingga koloni yang membentuk biofilm pada permukaan zeolit. Untuk sel tunggal,

morfologi yang dominan adalah sel long-rod dan shorter bacillus-like, sedangkan

koloni yang membentuk biofilm terdiri dari bakteri dengan aktivitas hemiselulotis

dan kelompok metanogenis.

Penelitian lain dilakukan oleh Bertin dkk. (2004) mengenai pengolahan air

limbah pengolahan zaitun dengan menggunakan granul karbon aktif. Penggunaan

karbon aktif memberikan ketahanan terhadap beban organik yang tinggi dan

bervariasi. Digester dengan granul karbon aktif juga memberikan produktivitas

volumetris yang lebih tinggi dibandingkan dengan digester dengan media lainnya

(macro-reticulated polyurethane foam, serpihan kayu, polietilen) dari berbagai

referensi, baik dari segi penurunan COD (100%), penurunan konsentrasi senyawa

fenol (300%), maupun produksi gas metana (70%).

Bertin dkk. (2004) juga melakukan perbandingan antara granul karbon aktif

dengan butiran silika “Manville” dalam peruraian anaerobik limbah pengolahan

zaitun pada kondisi batch. Penggunaan kedua jenis media ini meningkatkan

efisiensi penurunan COD dan senyawa fenol yang cukup tinggi, yaitu berkisar
5

antara 60-250%, dibandingkan dengan digester paralel tanpa media. Digester

granul karbon aktif memiliki yield penurunan COD dan senyawa fenol lebih

tinggi dibandingkan dengan digester butiran silika “Manville” serta lebih efektif

dalam remediasi limbah pada kondisi operasi kontinu.

Penelusuran pustaka yang telah dilakukan meyakinkan bahwa tidak

ditemukan penelitian serupa yang mengevaluasi media imobilisasi bakteri

berbasis zeolit, karbon, dan campuran zeolit-karbon dalam pengolahan stillage.

Perbedaan lain dalam penelitian ini terletak pada analisis data di mana data akan

dibahas dengan membandingkan parameter-parameter pada model matematis

yang disusun untuk merepresentasikan fenomena imobilisasi terhadap kelompok

bakteri anaerobik, yaitu bakteri asidogen dan bakteri metanogen serta

menganalisis kedua tahapan asidogenesis dan metanogenesis secara

terpisah.Analisis ini berbeda dengan sebagian besar penelitian-penelitian

terdahulu yang melakukan analisis data secara grafis untuk hasil biogas total atau

menggunakan model matematis yang menghasilkan konstanta-konstanta kinetika

gabungan bakteri anaerobik. Analisis mikrobiologi secara kualitatif juga

dilakukan dalam penelitian ini untuk mengevaluasi bakteri yang terimobilisasi

pada tiap jenis media.

1.3. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara khusus menjadi

masukan berupa jenis dan jumlah media imobilisasi serta parameter kinetika

pertumbuhan bakteri asidogen dan metanogen bagi penelitian sejenis. Manfaat


6

lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini bagi pelaku industri adalah

meningkatkan efisiensi dalam produksi biogas dan pengolahan limbah berupa

penurunan volume reaktor dibandingkan dengan pengolahan limbah

menggunakan sistem bakteri tersuspensi, terutama limbah yang kaya protein dan

mengandung inhibitor. Parameter-parameter kinetika yang dihasilkan oleh

penelitian ini juga dapat menjadi acuan untuk melakukan simulasi proses sebagai

bagian dari perancangan dan optimasi digester.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Membandingkan pengaruh penambahan media imobilisasi berbasis

zeolit, karbon, dan campuran zeolit dan karbon terhadap kinerja digester

anaerobik, terutama terhadap produksi biogas harian.

2. Menentukan rasio massa media imobilisasi terhadap cairan umpan

digester yang dapat direkomendasikan untuk perancangan digester

dengan mengevaluasi konstanta kinetika pertumbuhan bakteri anaerobik.

Anda mungkin juga menyukai