Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


MEMBUAT CELENGAN DARI KARDUS BEKAS PADA PASIEN ODGJ

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa


di Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang

Oleh :
DURROH YATIMAH

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MEMBUAT CELENGAN DARI KARDUS BEKAS PADA PASIEN ODGJ

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa


di Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang

Oleh :
DURROH YATIMAH

Telah diperiksa kelengkapannya pada :


Hari : Senin
Tanggal : 09 Januari 2017

Mengetahui,
Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Retno Lestari S.Kep, MN) (Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes)


NIP. 198009142005022001 NIP. 1968109 1999003 1003
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang – 65145
Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 – Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA

Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan TAK

Nama Kegiatan : Membuat celengan dari kardus bekas


Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016
Pukul : 09.00 – 12.00 WIB
Tempat : Balai Desa Bantur
Pengisi Acara : Firdani Sam Lubis
Jumlah Peserta : 9 orang
Kronologis Acara :

Pertanyaan :

Evaluasi :

Saran :
Bantur,19 Januari 2016
Ketua Kelompok

Firdani Sam Lubis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari studi pendahuluan dan pengkajian yang telah kelompok lakukan,
didapatkan data bahwa masalah terbanyak yang terdapat di Desa Bantur Kecamatan
Bantur adalah ODGJ. Penderita ODGJ pada satu wilayah Posyandu Desa Bantur
kurang lebih 50 orang dengan ODGJ. Mayoritas penderita ODGJ di Desa Bantur telah
mampu mandiri dalam ADL namun masih sangat kurang dalam komunikasi verbal.
Hal ini mendorong kelompok untuk melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) yang
merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan untuk mendukung dan
mengoptimalkan intervensi yang telah dilakukan oleh perawat.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif
dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak
dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sensori Sensori merupakan terapi modalitas
yang dapat digunakan sebagai upaya untuk menstimulasi semua panca indra
(sensori) agar memberi respon yang adekuat. TAK Stimulasi Sensori yang akan
dilakukan ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama, yang dalam hal
ini adalah gangguan komunikasi verbal. Terapi modalitas ini merupakan terapi yang
dikembangkan pada kelompok klien untuk meningkatkan kemampuan verbal klien
sehingga diharapkan dengan TAK asuhan keperawatan jiwa adalah asuhan
keperawatan spesialistik namun tetap holistik. Sehingga pada proposal ini kelompok
berkeinginan mengajukan TAK Stimulasi Sensori untuk penderita Retardasi Mental
sebagai terapi modalitas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal
penderita ODGJ di Desa Bantur Kecamatan Bantur.

1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK Stimulasi Sensori yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi verbal dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan
khususnya adalah:
1. Peserta mampu mensensorikan stimulus yang dipaparkan dengan tepat
2. Peserta mampu menyelesaikan masalah dari stimulus yang dialami

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
 Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan ODGJ
untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain dalam kelompok
secara bertahap
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
 Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara
holistik
 Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan
Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan klien
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
 Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan
kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa PSIK sebagai aplikasi dari
pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan ODGJ.
1.3.4 Manfaat Bagi Puskesmas Bantur
 Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang
holistik pada pasien dengan ODGJ pada khususnya, sehingga
diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Gangguan jiwa


Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya
fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial
(interaksi/bergaul).

2.1.1 Macam-macam gangguan jiwa


a. Harga diri rendah
Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Harga diri
rendah disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan
menolak diri. Harga diri rendah adalah kesadaran dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan atau diri (Carpenito : 2000)
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri.(Struart & Sunden, 1998).
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri negatif
yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif.
(Wilkinson,2007)
b. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat et al, 2005).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian dari seorang individu dan
diteriam sebagai perlakuan dari orang lain serta kondisi yang negatif atau
mengancam (Judith M Wilinson, 2007)
c. Defisit perawatan diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan,
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes, 2000). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian / berhias, makan, dan BAB serta BAK (toileting) (Fitria, 2009).
d. Halusinasi
Menurut Videbeck, 2004, halusinasi merupakan gangguan sensori
persepsi di mana terjadi jika seseorang merasakan sensori persepsi yang
salah tentang sesuatu, atau merasakan suatu pengalaman yang
sebenarnya tidak terjadi tetapi dianggap terjadi. Halusinasi dapat melibatkan
kelima panca indera dan sensasi tubuh.Pada awalnya klien yang mengalami
halusinasi memang benar-benar pernah merasakan halusinasi sebagai
pengalaman nyata, namun kemudian pada kondisi sakit, mereka
menyadarinya sebagai suatu halusinasi.
Sedangkan menurut Dictionary of Nursing, 2007, halusinasi merupakan
pengalaman dalam melihat pemandangan imaginer/tidak nyata, mendengar
suara imaginer, keduanya sejelas dan seolah-olah pemandangan serta
suara tersebut benar-benar ada/seperti nyata.
Halusinasi juga didefinisikan sebagai persepsi (kesan yang dibentuk
otak sebagai hasil dari informasi tentang dunia luar yang dikirim balik oleh
panca indera) dan sensori (deteksi sensasi oleh sel-sel saraf) yang bersifat
palsu/tidak benar.Halusinasi dapat mempengaruhi kelima oanca indera,
pendengaran dan penglihatan adalah indera yang sering
dipengaruhi.Halusinasi juga berbeda dengan ilusi.Ilusi merupakan persepsi
yang keliru dalam realita.Misalnya, dalam suatu pertunjukan sulap, si
pesulap mengeset kartu untuk muncul atau menghilang sesuai
kehendaknya, hal tersebut dikatakan sebagai ilusi. Sedangkan halusinasi
bukan merupakan suatu interpretasi yang salah dari hal-hal tertentu, namun
memang hal yang tidak ada dianggap ada (Williams dan Paula, 2003).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa halusinasi merupakan suatu
gangguan terhadap kesan dan sensasi yang dirasakan oleh seseorang,
padahal kesan dan sensasi tersebut sebenarnya tidak ada secara nyata,
atau hanya ada dalam pikiran individu tersebut.
e. Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif.
Perilaku kekerasan adalah perilakuindividu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secar fisik, emosional, danatau seksualitas (Nanda,
2005). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis(Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).
f. Waham
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan (judgement), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Arus ide simbul atau
asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suatu
masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian
yang terorientasi pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal.
Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran,
arus pikiran dan isi pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi
pikiran non verbal maupun pada isi pikiran verbal diantaranya adalah
waham (Marasmis, 2009).
Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang
mempenngaruhi proses pikir itu, umpamanya faktor somatic (gangguan
otak, kelelahan). Faktor psikologi (gangguan emosi, psiko, factor social,
kegaduhan dan keadaan social yang lain) yang sangat mempengaruhi
ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu : bentuk pikir,
arus pikir dan isi pikir ditambah dengan pertimbangan.
g. Resiko bunuh diri
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah,
dapat mengarah kepada kematian.Perilaku ini dapat diklasifikasikan sebagai
langsung dan tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri.Niatnya adalah kematian, dan individu
menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka
pendek. Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi setiap aktivitas
yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian. Individu tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi
kematian akibat perilakunya dan biasanya akan menyangkal apabila
dikonfrontasi. Durasi perilaku ini biasanya lebih lama daripada perilaku
bunuh diri (Gail Stuart, 2006).

2.2 Terapi Aktivitas Kelompok


2.2.1 Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok
memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang
terjadi dalam kelompok.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang
lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada
pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh anggota kelompok
yang lain.

2.2.3 Jenis Terapi Kelompok


1. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness), peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
2. kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Wilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi, dan
teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai erapi didalam
kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur. Terapi aktivitas
kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok stimulasi realita, dan terpi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih memSensorikan
stimulus yang disediakan atau stimulud yang pernah dialami, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori
klien. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan
pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok Stimulasi
Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori dengan individu yang
ada disekitar klien.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


Terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi Sensori adalah upaya untuk
menstimulasi semua panca indra (sensori) agar memberi respon yang adekuat.
Tujuan :
Tujuan umum TAK Stimulasi Sensori yaitu klien dapat berespon pada stimulus
panca indra yang diberikan. Sementara tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar
2. Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MEMBUAT CELENGAN DARI
KARDUS BEKAS DI DESA BANTUR KECAMATAN BANTUR KABUPATEN
MALANG

3.1 AKTIVITAS DAN INDIKASI


Klien yang mempunyai indikasi mengikuti TAK adalah klien dengan gangguan
sebagai berikut berikut:
1. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
2. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya
3. Klien dengan gangguan jiwa
4. Klien yang mudah diajak berinteraksi

Proses seleksi
1. Mengobservasi klien dengan gangguan jiwa

3.2 TUGAS DAN WEWENANG


1. Tugas Leader dan Co-Leader
- Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas Fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Observer
- Mengamati dan mencatat respon klien
- Mencatat jalannya aktivitas terapi
- Melakukan evaluasi hasil
- Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader,
dan fasilitator)
4. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir
2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh
memotong pembicaraan orang lain
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
- Peringatan lisan
- Dihukum : Menyanyi, Menari, atau Menggambar
- Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit
- Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI
SESI 1: Membuat Celengan dari Kardus Bekas

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok “Membuat Celengan dari Kardus Bekas”


Sasaran : Pasien ODGJ
Hari/ tanggal : Selasa, 09 Januari 2017
Waktu : 45 menit
Tempat : Desa Srigonco Kecamatan Bantur
Terapis :
1. Leader : Durroh Yatimah
2. Co Leader : Anastasia Maulida
3. Fasilitator 1 : Nikma Alfi
4. Fasilitator 2 : Moh. Hendra
5. Fasilitator 3 : Kadek Lina
6. Observer : Kadek Sela

Tahapan Sesi :
Sesi 1: Memperkenalkan Diri
Sesi 2 : Membuat Celengan dari Kardus bekas
A. Tujuan
 Sesi 1: klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama
lengkap, nama panggilan, alamat rumah dan hobi
B. Sesi 2: klien mampu membuat kerajinan membuat Celengan dari kardus bekas
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain

C. Nama Klien
1. Tn. Widodo
2. Ny. Galuh
3. Sdr. Gunawan

D. Setting
 Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

F L F
K
K

K
K

C F
K K
Keterangan : O
L : Leader
C : Co Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien

F. Alat
 Kardus bekas
 Tali kur
 Gunting
 Lem
 Kain flanel

G. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membuat celengan dari kardus
bekas
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 ment.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Membagikan kardus bekas, gunting, kain flanel, lem.
b. Menginstruksikan peserta untuk menggunting kardus bekas yang
disediakan dan disatukan dengan menggunakan lem dan dibentuk
menyerupai kotak berbentuk kubus dan terdapat lubang untuk
memasukkan uang, kemudian di hias menggunakan kain flanel.
c. Memberi pujian untuk setiap kelompok dengan memberi tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melakukan kehgiatan tersebut
secara berkala
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

I. Evaluasi

a. Kemampuan verbal

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

Tn. Widodo Ny. Galuh Tn. Gunawan

1. Menyebutkan nama + + +
lengkap

2. Menyebutkan nama + + +
panggilan

3. Menyebutkan alamat + + +

4. Menyebutkan hobi + + +

Jumlah
b. Kemampuan nonverval

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

Tn. Widodo Ny. Galuh Tn. Gunawan

1. Kontak mata + - +

2. Duduk tegak - + +

3. Menggunakan bahasa + + +
tubuh yang sesuai

4. Mengikuti kegiatan dari + + +


awal sampai akhir

Jumlah

c. Kemampuan membuat celengan dari kardus bekas

No. Aspek yang Dinilai Nama Klien

Tn. Widodo Ny. Galuh Tn. Gunawan

1. Menggunting kardus - + +
bekas sesuai bentuk

2. Menyatukan kardus - + +
dengan lem

3. Menghias kardus + + +
dengan kain flanel

Jumlah
Petunjuk:

1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika ditemukan
pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.

Bantur, 09 Januari 2017

Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Ns. Retno Lestari, M.N Ns. Soebagijono, S.Kep., M.MKes


DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga
terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8 No.2,
2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang
Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers
of Children with Mental Retardation in South Korea: An Examination of
Moderating and Mediating Effects of Social Support. Pacific Science Review,
2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita,
(Online), s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses
10 Agustus 2011).

Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk
Anak Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-
untuk-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A Study of
Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of Children With
Mental Retardation in India, (Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.ht
ml, diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan,
Sagung Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
edition, Mosby, St. Louis.

Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition,
Mosby, St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai