PERSALINAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Dosen Pembimbing : Theresia Eugine,SKS,SST,MMKes
Disusun oleh:
Kelas II B Kelompok 4
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang Melakukan Manajemen Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas pelajaran Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir, guna mendapatkan nilai tugas harian. Adapun isi makalah ini
disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan
dalam penyusunan tugas.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam proses
kegiatan belajar dan sumber pengetahuan kepada pembaca dan mendapat ridho dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Kami selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman- teman, Ibu Pembimbing yang
sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk
grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan
kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan
dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu
dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Partograf
2. Untuk mengetahui cara penggunaan Partograf
3. Untuk mengetahui langkah-langkah menilai dan membuat diagnosa dalam keptusan
klinis kebidanan
4. Untuk mengetahui Kesejahteraan Ibu dan Janin
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan
dan menemukan Disproporsi Kepala Panggul (DKP) jauh sebelum persalinan
menjadi macet.
7. Menurut WHO (1994) partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk
memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan
waktu ke waktu. Partograf standar WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau
tidaknya intervensi dalam persalinan. Juga dapat dengan jelas dapat membedakan
persalinan normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita yang membutuhkan
intervensi.
8. Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai
pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa
memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
B. Tujuan Utama
1. Tujuan Utama partograf adalah mengamati dan mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaaan
dalam dan menentukan normal atau tidaknya persalinan serta mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
2. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
3. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
(Depkes RI, 2007).
4. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
3
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk
grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan
kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas
kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan
kesejahteraan ibu dan bayi (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1. Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2. Rupture uteri
3. Infeksi / sepsis puerperal
4. Perdarahan postpartum
5. Fistel
C. Keuntungan Patograf
Pengunaan partograf mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Tidak mahal
2. Efektif
3. Pragmatik dalam kondisi apapun
4. Meningkatnya mutu dan kesejahteraan janin dan ibu selama persalinan
5. Menentukan kesejahteraan janin atau ibu.
D. Penggunaan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit.
Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
4
membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
(Prawirohardjo, 2002).
E. Bagian Partograf
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama
kala I persalinan yang mencakup kemajuan persalinan, keadaan janin, dan keadaan ibu.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
3. Nadi: setiap 1/2 jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, termasuk :
1) Informasi tentang ibu :
a. Nama, umur.
b. Gravida, para, abortus (keguguran).
c. Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
5
d. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu).
e. Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin :
a. DJJ;
b. Warna dan adanya air ketuban
c. Penyusupan (molase) kepala janin
3) Kemajuan persalinan :
a. Pembukaan serviks
b. Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c. Garis waspada dan garis bertindak
4) Jam dan waktu :
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5) Kontraksi uterus : Frekuensi dan lamanya
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan :
a. Oksitosin
b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7) Kondisi ibu :
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
b. Urin (volume, aseton atau protein)
8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat temuan Partograf
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu
terjadinya pecah ketuban.
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
6
a). Denyut jantung janin
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan
100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui
kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-
tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera
rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
7
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan
awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke
fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak
menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain
pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka
1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
8
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X"
harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama
kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari
setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang
sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "o" pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "o" di nomor
4. Hubungkan tanda "o" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di
mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit
(misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau
4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis
9
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu
harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
1) Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
2) Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak
waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya.
3) Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di
garis waspada.
4) Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami
pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada
yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan
catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari
kiri).
5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi
per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik.
1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
kurang dari 20 detik.
10
2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari
40 detik.
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a. Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.
b. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan
kenyamanan ibu.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering
jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai
().
2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai.
3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
11
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya aseton atau protein dalam urin.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
e. Upaya Rujukan.
a. Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
c. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai.
d. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan
persalinan yang dan bersih aman.
12
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara
pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk.
Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2. Kala I
3. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
13
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada
kotak di samping jawaban yang sesuai.
6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
14
2.1.6 Contoh Partograf
15
3.1 Menilai dan Membuat Diagnosa Dalam Keputusan Klinis Kebidanan
Sesuai anjuran WHO yang menyarankan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
setiap tenaga kesehatan harus menggunakan pendekatan proses pengambilan keputusan klinis
berdasarkan evidance based dalam praktiknya.
16
Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi dimana terdapat suatu keadaan
panik, membingungkan dan memerlukan keputusan cepat (biasanya dalam kasus
emergency) maka 2 hal yang dilakukan :
a. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau.
b. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan ini dalam upaya
mencari suatu solusi.
Apabila tidak ada pengalaman yang dimiliki dengan situasi ini dan simpanan
pengetahuan belum memadai , maka tenaga klinis tersebut akan mengalami
kebingungan dan tidak mampu memecahkan masalah yang ada. Oleh karena itu tenaga
kesehatan harus terus menerus memperbaharui pengetahuannya, sambil melatih terus
keterampilannya dengan memberikan jasa pelayanan klinisnya. Pengambilan
keputusan klinis ini sangat erat kaitannya dengan proses manajemen kebidanan karena
dalam proses manajemen kebidanan seorang Bidan dituntut untuk mampu membuat
keputusan yang segera secara tepat dan cepat agar masalah yang dihadapi klien cepat
teratasi.
17
Dalam kasus-kasus lain misalnya dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi,
tenaga kesehatan menemukan masalah, sedangkan kliennya tidak
menyadarinya.
contohnya :
Ibu datang hamil 8 bulan dengan keluhan pusing-pusing, nafsu makan biasa,
keluhan diatas tidak menggambarkan masalah, namun keluhan ini belum tentu
menggambarkan keluhan yang sebenarnya agar petugas dapat menemukan
keluhan utama yang ada perlu menggali informasi dan melakukan pemeriksaan
langsung contoh :
anamnesa ;
1. Pusingnya dirasakan sejak kapan ?
2. Dalam kondisi yang bagaimana ?
3. Apakah sebelum hamil mendapat tekanan darah tinggi, dilanjutkan dengan
pemeriksaan tekanan darah ? Hb? edema ?
setelah menemukan data-data diatas secara lengkap petugas dapat
menemukan keluhan yang sebenarnya.
Oleh karena itu untuk mengidentifikasi masalah secara tepat, tenaga kesehatan
perlu mengumpulkan informasi dan proses mengenai keadaan kesehatannya .
Hal ini akan membantu pembuatan diagnose yang tepat untuk menangani
masalah yang ada. Informasi dapat diperoleh dari riwayat, pemeriksaan fisik,
pengujian diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium dan sebagainya, seperti
contoh kasus diatas. Pada pengunpulan informasi ini sering terjadi terlalu
banyak pengumpulan informasi yang tidak relevant atau tidak dapat
membedakan antara informasi yang relevan dan mana yang tidak, sehingga
waktu yang dibutuhkan terlalu banyak dan mengganggu pelayanan,
menimbulkan ketidakpuasan atau dapat membahayakan jiwa klien apabila
dalam kondisi kegawatdaruratan misalnya :
pada saat ibu hamil 8 bulan mengeluh pusing, ditanyakan mengenai HPHT,
riwayat penyakit keluarga, penyakit keturunan, contoh pengkajian ini sangat
tidak relevan, karena tidak ada hubungan antara pusing dengan penyakit
keluarga (penyakit keturunan).
18
Agar tenaga kesehatan dapat melakukan proses pengumpulan data dengan efektif,
maka harus menggunakan format pengumpulan informasi yang standar. Tenaga
yang berpengalaman akan menggunakan standar ini dengan mengajukan
pertanyaan yang lebih sedikit, lebih terarah dan pemeriksaan yang terfokus pada
bagian yang paling relevan.
contoh:
bila ditemukan hB < 8 gr, tensi 100/60, protein – , maka diagnosa yang dapat
diambil : anemia, (diagnosa ini sudah merupakan diagnosa kerja).Untuk
ketepatan merumuskan diagnose ini perlu pengalaman klinis sehingga tenaga
kesehatan bisa melakukan dengan cepat dan tepat.
seorang ibu yang mengalami perdarahan hebat paska persalinan. Dengan hanya
mengetahui beberapa rincian tentang ibu ( misalnya graviditas , modus kelahiran
serta lamanya persalinan ), anda bisa membentuk segera satu diagnosis
differensial. Daftar diagnosis ini akan berisi: atonia uteri , laserasi vaginal atau
sisa placenta.
19
informasi yang terfokus untuk mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan
diagnosis-diagnosis di dalam daftar tersebut.
Jika ditemukan bahwa ibu tersebut adalah seorang multipara yang tidak
mengalami komplikasi dalam persalinannya, maka kemungkinan atonia uteri
sebagai penyebabnya akan menjadi lebih besar. Pemeriksaaan fisik bisa
dibuktikan adanya uterus yang lembek, data ini memperkuat kemungkinan
bahwa perdarahan tersebut disebabkan atonia uteri. Akan tetapi , diagnosis kerja
belum ditetapkan dan penilaian lebih lanjut masih diperlukan . Pemeriksaan
placenta atau mencari tahu dari penolong persalinan mengenai placenta nya
menjadi sangat penting untuk menentukan satu diagnosis kerja. Jika anda
menyimpulkan bahwa si ibu mengalami atonia uteri , maka pilihan pengobatan
yang didasarkan pada kondisi ibu, ketersediaan sumber daya dan faktor-faktor
lain harus dipertimbangkan dalam langkah berikutnya.
Contoh:
Sebagai contoh, untuk ibu yang sedang mengalami perdarahan paska persalinan,
anda akan memutuskan apakah langkah terbaik untuk pengobatannya adalah
memberikan oxytocin, atau melakukan kompresi bimanual. Keputusannya akan
didasarkan pada jumlah perdarahan , obat-obat yang tersedia, keberhasilan
pengobatan terdahulu yang menggunakan cara yang sama serta informasi –
20
informasi lainnya. Anda akan mempertimbangkan konsekuensinya yang positif,
yang bisa timbul dari masing-masing alternatif pengobatan.
21
perubahan bukan hanya pada gejala tetapi pada penyebab masalahnya, misalnya
bagi ibu yang mengalami perdarahan paska persalinan, jika perdarahan
berkurang sedangkan uterusnya tetap lembek (yang membuktikan bahwa atonia
uteri yang menjadi penyebabnya masih belum terselesaikan), maka
penanganannya tidak bisa dianggap berhasil.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-publichealth.com/partograf-alat-pemantauan-persalinan/
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
WHO. 1994. Partograf in Management of Labour. The Lancet, 00995355, vol.343 Issue 8910.
WHO. 2000. Managing Complications in Pregnancy and Chidbirth: A guide for midwives and
doctor. WHO: http://www.who.int .
http://lennyinnel.blogspot.com/p/penggunaan-partograf.html
Jannah Nurul. 2012. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC
https://akbidsalma.ac.id/pengambilan-keputusan-klinik-dalam-manajemen-kebidanan/
24