PENDAHULUAN
1
1.2. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan.
Dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut
Angioblast. Angioblast ini timbul dari :
a. Mesoderm : splanknikus & chorionic
b. Merengkim : yolk sac dan tali pusat
c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung
mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap
katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan
membujur endotel berlapis saluran. Tabung-tabung membentuk untuk menjadi
jantung primordial. Jantung tubular bergabung dalam pembuluh darah di dalam
embrio yang menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem
kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui plasenta.
2
jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat
pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
3
Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:
a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di belakang
korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan
serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini
terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
i. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(
atrium dan ventrikel).
a) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali
aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
4
Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava
superior sampai ke apeks kordis
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah
muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis.
Ruang-ruang jantung
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
5
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
a) Vena cava superior
b) Vena cava inferior
c) Sinus koronarius
d) Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
2. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum
atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri
dari:
a. Valvula triskuspidal = antara atrium kanan dan ventrikel kanan
b. Valvula pulmonalis = berada pada pangkal truncus pulmonalis
3. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
4. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis = antara atrium kiri dan ventrikel kiri
b. Valvula aorta = berada pada pangkal aorta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gagal Jantung Kongestif adalah kegagalan ventrikel kiri dan atau kanan
yang mengakibatkatkan ketidakmampuan untuk memberikan cardiac output yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan, mengakibatkan terjadinya kongesti
pulmonal dan sistemik.
2.2 EPIDEMIOLOGI
7
Di Indonesia belom ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun
pada survei Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada profile
kesehatan indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di urutan ke-
delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di
Indonesia.
2.3 ETIOLOGI
8
penyakit jantung koroner selama 7 – 8 tahun maka kemungkinan besar akan
berujung pada CHF.
2. Cardiomiopathy
merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak disebabkan oleh penyakit
jantung koroner, hipertgensi atau kelainan kongenital. Dilater cardiomiopathy
merupakan penyebab tersering pada pada gagal jantung kongestif yang berupa
dilatasi dari ventrikel dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh hipertrofi sel miokardium dengan peningkatan ukuran dan
penambahan jaringan fibrosis.
Restrictive dan obliterative cardiomiopathy merupakan kekauan ventrikel
dan komplians yang buruk, tidak ditemukan pembesaran dari jantung kondisi
ini berhubbungan dengan gangguan relaksasi saat diastolik sehingga
pengisisan ventrikel berkurang dari normal.
3. Kegagalan yang berhubungan dengan Overload (Hipertensi)
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan komplikasi
terjadinya gagal jantung. Berdasarkan studi framingham dan cowie tahun 2008
didapati bahwa 91%. Pasien gagal jantung memiliki riwayat hipertensi.
Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui mekanisme
disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium, dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.
4. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katub.
dari beberapa kasus kelainan katup jantung yang paling sering
menyebabkan gagal jantung kongestif adalah regurgitasi mitral. Regurgitasi
mitral meningkatkan pre-load sehingga terjadi peningkatan volume di jantung.
Peningkatan volume jantung memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat
agar perfusi jaringan terpenuhi, hal ini jika berlangsung lama dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif.
5. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas ritme jantung (takikardi).
Atrial fibrilasi secara independen menjadi pencetus gagal jantung tanpa
perlu adanya faktor lainya seperti PJK dan hipertensi. 31% dari pasien gagal
9
jantung awalnya menderita atrial fibrilasi sedangkan 60% pasien gagal
jantung memiliki gejala atrial fibrilasi setelah di echocardiografy. Aritmia
juga memperparah prognosis dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
(Cowie et.al.,1998)
6. Alkohol merokok dan obat obatan
Alkohol memiliki efek toksis terhadap jantung yang menyebabkan atrial
fibrilasi. Jika di konsumsi jangka panjang akan mengakibatkan dilated
cardiomiopathy. Dexorubicin dan zidovudine juga diketahui memiliki efek
toksik terhadap miokardium.
Merokok merupakan faktor independen yang kuat untuk menyebabkan
penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki sedangkan pada wanita belum
ada data yang konsisten.
7. Diabetes
Diabetes merupakan faktor independen dalam mortalitas dan kejadian
rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif melalui mekanisme perubahan
struktur dan fungsi dari miokardium. Berdasarkan studi Framingham
disebutkan bahwa diabetes merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri yang berujung pada gagal jantung.
8. Obesitas.
Obesitas juga berperan dalam peningkatan kadar kolesterol yang
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab
utama dari gagal jantung kongestif.
Main cause
Tabel 2.1
10
Orther Causes
Hyperdinamic Circulation
Tricuspid incompetence
Aritmia
Pericardial Dissease
2.4 PATOGENESIS
Gagal jantung kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak
bisa berkontraksi secara sempurna, seperti pada infak miokardium, gangguan
tekanan hemodinamik, overload volume, ataupun kasus herediter seperti
cardiomiopathy. Aktifitas tersebut menyebabkan penurunan kapasitas pompa
jantung. Namun, pada awal penyakit pasien biasanya menunjukan asimtomatis
ataupun dengan gejala yang minimal, hal ini disebabkan oleh mekanisme
kompensasi tubuh yang disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi
ventrikel kiri.
11
arkus aorta kemudian memberi memberi sinyal aferen ke sistem syaraf senral di
cardioregulary center yang akan menyebabkan sekrese ADH (Anti diuretic
Hormon) dari hipofise anterior. ADH akan meningkatkan permeabilitas ductus
kolektivus sehingga reabsorbsi air meningkat. Kemudian sinya aferen juga akan
mengaktifasi sistem syaraf simpatis yang menginervasi jantung, ginjal, pembuluh
darah perifer dan otot skeletal. Stimulasi simpatis pada ginjal menyebabkan
sekresi renin. Peningkatan renin akan meningkatkan angiostensisn II dan
aldosteron. Aktifitas RAA menyebabkan retensi cairan dan garam melalui
vasokontriksi pembuluh darah perifer. Mekanisme kompensasi neurohormonal ini
berkontribusi dalam perubahan fungsional dan struktural jantung serta retensi
cairan dan garam pada gagal jantung kongestiuf yang lebih lanjut.
o Gangguan Mekanik
Beberapa faktor yang bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu :
- Beban tekanan
- beban volume
- Tamponade jantung atau konstriksi perikard dimana jantung tidak dapat
melakukan pengisisan
- Obstruksi pengisisan ventrikel
- Aneurisma Ventrikel
- Disenergi Ventrikel
- Restriksi endokardial atau miocardial
o Abnormalitas Otot Jantung
- Priemer : kardiomiopati, miokarditis, Metabolik (DM,GGK, AHD)
toksin atau sitostatika
- Sekunder : Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif,
corpulmonal
o Gangguan Irama Jantung atau Gangguan Konduksi
12
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Tanda serta gejala yang didapati pada gagal jantung kongestif dapat
dibedakan berdasarkan bagian jantung mana yang mengalami gangguan
pemompaan darah :
- Gagal Jantung Kiri
- edema pulmoner
- fatigue
- sesak ( orthopnoe PND lebih sering ditemukan semakin memberat )
- anxiety ( gelisah / cemas )
- takikardia
- aritmia
- Gagal Jantung Kanan
- pitting oedem
- Hepatomegali
- Asites
13
2.6 KRITERIA DIAGNOSIS
MAYOR MINOR
Kardiomegali Hepatomegali
↑ TVJ Takikardia
Waktu sirkulasi
Reflex hepatojugularis
14
2.7 KLASIFIKASI
o NYHA I
Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik
serta TIDAK menunjukan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat
lelah, sesak nafas, atau berdebar – debar apabila mereka melakukan
kegiatan.
o NYHA II
Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik, mereka tidak
mengeluh apa-apa saat beristirahat, namun saat melakukan aktifitas ringan
dapat menimbulkan gejala-gejala sedikit sesak, fatigue dan nyeri dada
o NYHA III
Penderita penyakit jantung dengan banyak batasan aktifitas fisik. Saat
istirahat penderita tidak mengeluhkan apapun, namun jika melakukan
aktifitas sedikit saja sudah merasa sesak,fatigue, dan palpitasi.
o NYHA IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun.waktu penderita beristirahat
dapat menimbulkan gejala – gejala insufisiensi jantung yang akan
bertambah jika mereka melakukan aktifitas meskipun aktifitas sangat
ringan.
15
2.8 DIAGNOSIS
16
2.9 PENATALAKSANAAN
17
dengan nilai Creatinine Clearance pasien. Obat inotropik lainya adalah Dopamine
( 5-10 Ugr/kg/min) yang dipakai bila tekanan darah dibawah 90 mmHg. Bila
tekanan darah diatas 90 mmHg dapat ditambahkan dobutamin (5-20 Ugr/kg/min).
bila tekanan darah sudah diatas 110mmHg, dosis dopamine dan dobutamin dapat
diturunkan bertahap sampai dihentikan.
Spinorolakton dipakai sebagai terapi gagal jantung kongestif dengan fraksi
ejeksi yang rendah, bila walau sudah diterapi dengan diuretik, ACE-Inhibitor dan
digoksin tidak menunjukan perbaikan, dosis 25 mg/hari dan ini terbukti
menurunkan angka mortalitas gagal jantung sebanyak 25%.
o Gagal jantung dengan fungsi diastolic.
Pada usia lanjut lebih sering terdapat gagal jantung dengan disfungsi diastolik,
untuk mengatasi gagal jantung diastolic dapat dengan cara :
o Antagonis kalsium
Untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan vasodilatasi
koroner
o Beta bloker
Untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian ventrikel
18
o Diuretika
Untuk gagal jantung disertai oedem paru akibat disfungsi diastolik, bila
tanda oedem paru sudah hilang maka pemberian diuretika harus berhati
hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisisan ventrikel
berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun. Pemberian
antagonis dan beta bloker harus diperhatikan karena keduanya dapat
menurunkan kontraktilitasw miokard sehingga memperberat kegagalan
jantung.
19
Syarat – syarat :
- Cukup kalori
- Karbohidrat sedang
- Rendah lemak
- Air dibatasi
- Mineral dan Vitamin Cukup
- konsumsi protein rendah0,8 – 1 g/kgBB
- konsumsi natrium dibatasi 150-180 mg/hr pada bayi, 400mg/hr pada anak
Bentuk Makanan :
Dihidangkan dalam bentuk makanan cair, mudah dicerna.
Makanan yang tidak boleh diberikan :
1. makanan yang di olah, di awetkan dengan garam dapur.
2. minuman yang mengandung gasseperti soda, coca-cola dan sebagainya.
Masalah yang sering timbul pada pasien gagal jantung :
o Asupan gizi tidak adekuat, karena banyak zat gizi yang tidak dianjurkan
dalam dietnya
o Terjadi hipoalbuminemia, karena asupan protein rendah
o Gagal ginjal, disebabkan kegagalan fungsi jantung yang berpengaruh pada
kerja ginjal.
o Respiratory failure, timbulnya gejala-gejala sesak nafas.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 62 tahun
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
21
OS terkadang juga mengeluhkan sesak. OS mengalami
pusing, Mual, Muntah dan pilek, riwayat demam
disangkal oleh OS. OS mengaku bahwa mengidap darah
tinggi ± 2 tahun. Riwayat minum obat darah tinggi os
tidak teratur. OS seorang perokok aktif merokok
sekitar ± 50 tahun, dan pada tahun 80an OS mengaku
mengidap penyakit paru-paru. Riwayat Os minuman
beralkohol ± 10 tahun, namun os menyangkal
riwayat badan OS pernah kuning dan riwayat
penggunaan bodrex selama 30 tahun sebanyak 3x1.
Hipertensi ± 2 tahun
Efusi Pleura
DM disangkal oleh Os
- Nasi : (+)
- Ikan : (+)
- Sayur-sayuran : (+)
- Daging : (+)
22
3.8 STATUS PRESENT
Keadaan Umum
- Sensorium : CM
- Tekanan Darah : 160 / 100 mmHg
- Heart rate : 124 x/i , iregular
- Pulsasi : 60 x/i iregular
- Pernafasan : 28 x/i AbdominoThorakal
- Temperature : 36,8 C
-
- Anemia : (+)
- Ikterus : (-)
- Sianosis : (-)
- Dispnue : (+)
- Edema : (-)
- Purpura : (-)
- Turgor Kulit : Kembali Cepat
- Pancaran Wajah : Lelah
- Sikap Tidur Paksa : ( + )
BB : 44 Kg TB : 160 cm
: 82 % Underweight
23
3.11 PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
- Bentuk : Normocephali
- Nyeri Tekan : ( - )
- Perubahan Lokal : ( - )
A. Muka
- Sembab : ( - )
- Pucat : ( - )
- Kuning : ( - )
- Parase : ( - )
- Gangguan Lokal : ( - )
B. MATA
- Gerakan : DBN
- Exofthalmus : ( - )
- Ptosis : ( - )
- Ikterus : ( - )
- Anemia : ( + ) / ( + )
24
- Gangguan Local : ( - )
C. TELINGA
- Sekret : ( - )
- Radang : ( - )
- Bentuk : DBN
- Atrofi : ( - )
D. HIDUNG
- Bentuk : DBN
- Benjolan – Benjolan : ( - )
E. BIBIR
- Sianosis : ( - )
- Pucat : ( - )
- Kering : ( - )
- Radang : ( - )
F. GIGI
- Karies : ( + )
- Pertumbuhan : DBN
G. Lidah
- Kering : ( - )
- Pucat : ( + )
- Beslag : ( + )
25
- Tremor : ( - )
H. Tonsil
- Merah : ( - )
- Bengkak : ( - )
- Beslag : ( - )
2. LEHER
I nspeksi
- Kelenjar Bengkak : ( - )
- Pulsasi Vena : ( - )
- Venektasi : ( + )
Palpasi
- Nyeri Tekan : ( - )
3. THORAX
THORAX DEPAN
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Retraksi Iga : ( - )
26
- Bendungan Vena : ( - )
- Ketinggalan Bernafas : ( - )
- Venektasi : ( - )
- Pembengkakan : ( - )
Palpasi
- Nyeri Tekan : ( - )
- Fremitus Suara :
- Fremissement : ( - )
- Ictus Cordis
b. Kuat Angkat : ( + )
c. Melebar : ( + )
d. Iktus Negative : ( - )
Perkusi
27
c. Lapangan Paru Bawah : Sonor, Kanan = Kiri
a. Relatif : ICR V
b. Absolut : ICR VI
- Gerakan Bebas : ( - )
- Batas Jantung
Auskultasi
Paru – Paru
a. Suara Pernafasan
b. Suara Tambahan
- Ronkhi Basah : ( - )
- Ronkhi Kering : ( + )
- Krepitasi : ( - )
- Gesek Pleura : ( - )
Cor
28
a. Heart Rate : 124 x/I iregular
P2 > P1 A2 < P2
c. Suara Tambahan
THORAX BELAKANG
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Benjolan – Benjolan : ( - )
- Scapulae Alta : ( - )
- Ketinggalan Bernafas : ( - )
- Venektasi : ( - )
Palpasi
- Nyeri Tekan : ( - )
- Fremitus Suara
Perkusi
29
- Suara Perkusi Paru
Auskultasi
- Suara Pernafasan
- Suara Tambahan
a. Ronkhi Basah : ( - )
b. Ronkhi Kering : (+ )
c. Wheezing : ( - )
d. Krepitasi : ( - )
e. Gesek Pleura : ( - )
4. ABDOMEN
Inspeksi
- Membesar : ( - )
- Venektasi : ( - )
30
- Gelembung : ( + )
- Sirkulasi Kolateral : ( - )
- Pulsasi : ( - )
- Caput Medusa : ( - )
Palpasi
- Defens Muscular : ( - )
- Nyeri Tekan : ( + )
Perkusi
- Shiffting Dullnes : ( - )
- Pekak Hati : ( - )
Auskultasi
- Peristaltic Usus : ( + )
- Double Sound : ( - )
5. GENITALIA
- Luka : ( - )
- Sikatriks : ( - )
- Nanah : ( - )
- Hernia : ( - )
31
- Hidrokel : ( - )
6. EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak : ( - ) / ( - )
- Merah : ( - ) / ( - )
- Eritema Palmaris : ( - ) / ( - )
- Stand Abnormal : ( - ) / ( - )
- Gangguan Fungsi : ( - ) / ( - )
- Reflex : - Biceps ( + ) / ( + )
- Triceps ( + ) / ( + )
Ekstremitas Bawah
- Bengkak : ( - ) / ( - )
- Merah : ( - ) / ( - )
- Oedem : ( - ) / ( - )
- Pucat : ( - ) / ( - )
- Gangguan Fungsi : ( - ) / ( - )
- Varises : ( - ) / ( - )
- Reflex : - KPR ( + ) / ( + )
- APR ( + ) / ( + )
32
3.12 PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
33
3.13 RESUME
Anamnesa
Status Present
RR : 28 x /i Edema : ( - )
Turgor : ( - )
Gerakan Aktif : ( - )
Sikap Paksa : ( - )
34
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala : DBN
- Abdomen : DBN
- Ekstremitas : DBN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
35
===========================DARAH RUTIN======================
Hb 12,9 g/Dl
LED TDP
Eritrosit 4,51 x 10 12 / L
Konsistensi Lembek
Eritrosit ( - )
Leukosit ( - )
Amoeba / kista ( - )
Telur Cacing ( - )
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
36
DIAGNOSA SEMENTARA
TERAPI
Terapi Umum
- Batasi Cairan
Terapi Medikamentosa
- O2 2 – 4 L/i
- Amlodipine tab 10 mg 1 x1
- Bisoprolol tab 5 mg 1 x ½
- Sucralfat syr 3 x CI
- Antasida Syr 3 x CI
37
ANJURAN
- Foto Thorax
- LFT
- KGD 2 jam PP
- EKG
- Echo Cardigraphy
38
BAB IV
DISKUSI
39
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoya. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III edisi V.
Interna Publishing. Jakarta
Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Saku Pathofisiologi. Edisi 3, alih bahasa
Nike Budi Subekti, Egi Komara Yuda, EGC. Jakarta
Bullcheck Doterman.2004. Nursing Invention Clasification. Edition 4, USA :
Mosby Elseveir Academic Press. USA.
Guyton, Arthur C. 2006. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit edisi 3.
EGC. Jakarta
Heardnan T.Heater 2011. International diagnosis definition and
clasiffication. EGC. Jakarta
Buku Ajar Kardiologi Universitas Indonesia. 2006 FK UI Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 1. Media
ausculapios FKUI. Jakarta.
41