Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini
yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan
perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih
tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja
pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah
dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara'
(syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul. Latar
belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim
(nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari
antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang
sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan
untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk
anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk
mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi,
yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

2. Pengertian Haji
Menurut bahasa “Haji” ialah ziarah, mengunjungi atau menuju,
sedangkan menurut istilah adalah berkunjung ke Baitullah, untuk melakukan
Thawaf, Sa’i, Wukuf di Arafah dan melakukan amalan – amalan yang lain
dalam waktu tertentu (antara 1 syawal sampai 13 Dzulhijjah) untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT”.
Hukum melaksanakan Haji adalah wajib satu kali seumur hidup bagi orang-
orang yang telah mampu untuk melaksanakannya
Firman Allah SWT :
‫َآمنً َاو ِللّ ِه َعلَىالنَّا ِس ِح ُّج ْالبَ ْيتِ َم ِن‬
ِ ‫فِي ِهآيَاتٌبَ ِيّنَات ٌ َّمقَا ُمإِب َْراهِي َم َو َمندَ َخلَ ُه َكان‬
‫سبِيالً َو َمن‬َ ‫عإِلَ ْي ِه‬
َ ‫طا‬ َ َ ‫َكفَ َرفَإِنَّاللهغَنِيٌّعَنِ ْال َعالَ ِمينَ ا ْست‬
Artinya :
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran:97)

Sabda Rasulullah saw. :


Artinya : “Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah
s.a.w pernah bersabda: Sesiapa yang berkunjung ke Baitullah dan tidak
bercakap dengan percakapan yang keji serta tidak berbuat fasik, maka dia
akan kembali seperti ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari
Muslim)

3. Jenis Ibadah Haji


Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu,
sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.

Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW


dalam tahun hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan
umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk
umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang
berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak
melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji :


A. Haji Ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
B. Tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain
bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk
melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama. Tamattu' dapat juga
berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
C. Haji Qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau
menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani
dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.
D. Haji Arba’in (bahasa Arab: ‫ اربعين‬arba'in, artinya "empat puluh") adalah
ibadah haji yang disertai dengan salat fardhu sebanyak 40 kali di Masjid
An-Nabawi Madinah tanpa terputus. Ibadah ini seringkali dikerjakan oleh
jamaah haji dari Indonesia. Dalam pelaksanaannya, mereka setidak-
tidaknya tinggal di Madinah saat haji selama 8 atau 9 hari, dan dengan
perhitungan sehari akan salat wajib sebanyak 5 kali dan selama 8 atau 9
hari maka akan tercukupi jumlah 40 kali salat wajib tanpa terputus.

4. Kegiatan Ibadah Haji


Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
a. Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong
untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
b. 8 Dzulhijjah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah,
semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa
jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca
bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga
malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
c. 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian
jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di
padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah
segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
d. 10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina
untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu
sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan.
Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji
(menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah
sambungan (Ula dan Wustha).
e. Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
f. 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Wustha) di tugu pertama,
tugu kedua, dan tugu ketiga.
g. Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan
Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).

5. Lokasi Utama dalam Ibadah Haji


a. Makkah Al Mukaromah, di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam
sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji,
Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jamaah
diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.
b. Arafah, kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat
pusatnya haji, yaitu tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9
Dzulhijjah tiap tahunnya. Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat
berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia dan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Di luar musim haji, daerah ini tidak
dipakai.
c. Muzdalifah, tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat
jamaah haji melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan
untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.
d. Mina, tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan
melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi
Ibrahim ketika mengusir setan. Di masing-masing tempat itu berdiri tugu
yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan
Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap
satu malam.
e. Madinah adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan
umat Islam, Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi.
Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji, namun
jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung
ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi
darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di
masjidnya Nabi.

6. Syarat Wajib Haji


Para ulama rahimahumullah menyebutkan syarat-syarat haji. Jika hal ini ada
pada seseorang, maka diwajibkan baginya melaksanakan haji. Sebaliknya,
tidak wajib haji jika syarat-syarat ini tidak ada. Syarat-syarat tersebut ada
lima, yaitu; Islam, berakal, balig, merdeka dan mampu.
A. Islam
Hal ini masuk dalam semua ibadah. Karena ibadah tidak sah dari orang
kafir. Berdasarkan firman Allah:
‫اَّللِ َكفَ ُروا أَنَّ ُه ْم ِإال نَفَقَات ُ ُه ْم ِم ْن ُه ْم ت ُ ْق َب َل أ َ ْن َمنَ َع ُه ْم َو َما‬
َّ ‫سو ِل ِه ِب‬
ُ ‫َو ِب َر‬
(54: ‫)التوبة سورة‬
"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
RasulNya." (QS. At-Taubah: 54)

Dalam hadits Muaz, ketika Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengutusnya ke


Yaman, (beliau bersabda):
، َ‫ب أ َ ْه ِل ِم ْن قَ ْو ًمات َأْتِي إِنَّك‬
ِ ‫ع ُه ْم ْال ِكت َا‬ َ ‫َّللاُ إِال إِلَهَ الأ َ ْن‬
ُ ‫ش َهادَةِ إِلَى فَا ْد‬ َّ
‫سو ُل َوأ َ ِنّي‬
ُ ‫ اللَّ ِه َر‬، ‫عو ُه ْم فَإ ِ ْن‬ َ َ ‫َّللاَ أ َ َّن فَأ َ ْع ِل ْم ُه ْم ِلذَلِكَ ا أ‬
ُ ‫طا‬ َّ ‫ض‬ َ ‫ا ْفت ََر‬
‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫س‬َ ‫ت خ َْم‬ ٍ ‫صلَ َوا‬
َ ‫ َولَ ْيلَ ٍة ٍم يَ ْو ُك ِّل فِي‬، ‫عوا ُه ْم فَإ ِ ْن‬ َ َ ‫ِلذَلِكَ أ‬
ُ ‫طا‬
‫َّللاَ أ َ َّن فَأ َ ْع ِل ْم ُه ْم‬
َّ ‫ض‬ َ ُ‫فِي فَت ُ َردُّ أ َ ْغنِيَائِ ِه ْم ِم ْن تُؤْ َخذ‬
َ ً‫صدَقَة‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم ا ْفت ََر‬
‫)عليه متفق ( فُقَ َرائِ ِه ْم‬
"Sesungguhnya anda akan mendatangi kaum Ahli Kitab. Maka ajaklah
mereka untuk menyaksikan bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Allah. dan saya adalah utusan Allah. kalau mereka telah mentaati
hal itu, maka beritahukan kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan kepada
mereka shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah mentaati hal
itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada
mereka mengeluarkan zakat, diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan
kepada orang fakir diantara mereka." (HR. Muttafaq alaih)

Orang kafir diperintahkan untuk masuk Islam terlebih dahulu. Jika dia telah
masuk Islam, maka kita perintahkan untuk melakukan shalat, puasa, zakat,
haji dan seluruh syariat Islam.
B. Berakal Sehat
C. Baligh
Berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
‫ع ْن ْالقَلَ ُم ُر ِف َع‬
َ ‫ع ْن ثَالثَةٍ؛‬
َ ‫ظ َحتَّى النَّا ِئ ِم‬ َ ‫ َي ْست َ ْي ِق‬، ‫ع ْن َو‬
َ ِ‫ي‬ َّ ‫َحتَّى ال‬
ّ ِ‫صب‬
‫ يَحْ ت َ ِل َم‬، ‫ع ْن َو‬ ِ ُ‫يَ ْع ِق َل َحتَّى ْال َمجْ ن‬
َ ‫ون‬
"Pena Diangkat (kewajiban digugurkan) dari tiga (golongan); Orang yang
tidur sampai bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh), dan orang gila
hingga berakal (sembuh)." (HR. Abu Daud, no. 4403, dishahihkan oleh Al-
Albany dalam shahih Abu Daud)

Maka anak kecil tidak diwajibkan haji. Akan tetapi kalau walinya
menghajikannya, maka hajinya sah dan pahala haji bagi anak kecil dan
walinya juga. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika ada
seorang wanita mengangkat anak kecilnya dan bertanya, "Apakah anak ini
dapat melakukan haji? Beliau menjawab, "Ya, dan bagimu mendapat pahala."
(HR. Muslim)
D. Merdeka
yaitu seorang budak tidak diwajibkan haji, karena dia sibuk memenuhi
hak tuannya.

E. Mampu
Allah berfirman:
ِ‫علَى َو ِ ََّّلل‬ ِ ‫ع َم ْن ْالبَ ْي‬
ِ َّ‫ت ِح ُّج الن‬
َ ‫اس‬ َ َ ‫سبِيال إِلَ ْي ِه ا ْست‬
َ ‫طا‬ َ ( ‫عمران آل سورة‬:97)
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali Imran:
97)

Hal ini mencakup :


 kemampuan fisik dan kemampuan harta.
a. Kemampuan fisik artinya adalah berbadan sehat dan mampu
menanggung beban letih hingga ke Baitullah Al-Haram.
b. harta adalah mempunyai nafkah yang dapat mengantarkannya ke
Baitullah pulang dan pergi.
 Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan pulang termasuk biaya
hidup keluarga yang ditinggalkan.
 Ada kendaraan/alat transportasi yang pantas dipergunakan.
 dalam perjalanan, daerah yang dilalui dan sekitarnya.
 wanita yang akan melaksanakan ibadah haji harus ada mahram.

7. Syarat Syah Haji


a. Dilaksanakan sesuai dengan batas waktunya.
b. Melaksanakannya secara berurutan.
c. syarat-syaratnya (wukuf, thawaf, dan lain-lain).
d. Dilaksanakan ditempat yang sudah ditentukan.

8. Rukun Haji
Rukun haji adalah suatu perbuatan apabila tidak dilakukan menyebabkan
tidak syahnya haji. Perbuatan itu tidak boleh diganti dengan dam (denda) dan
harus mengulang lagi.
Yang dimaksudkan rukun haji antara lain :
a. IHRAM : niat mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram
(pakaian yang tidak dijahit).
b. WUQUF : (berdiam diri) di Arafah yaitu berkumpul di padang arafah
untuk beberapa saat (berdiam).
c. THAWAF : mengelilingi Ka’bah 7 (tujuh) kali.
d. SA’I : lari-lari kecil antara shafa dan marwah.
e. TAHALLUL : mencukur atau menggunting rambut.
f. TERTIB : mengerjakannya harus berurutan.

9. Wajib Haji
Wajib haji adalah sesuatu yang perlu dikerjakan, tetapi mengenai syah atau
tidaknya haji seseorang tidak tergantung atasnya, karena boleh diganti dengan
dam (denda).
Wajib haji antara lain :
a. Ihram dari miqat
b. Mabit di Mudzdalifah
c. Bermalam di Mina
d. Melempar tiga jumrah : aqobah, ula, wustha
e. Thawaf wada’
f. Meninggalkan semua yang diharamkan dalam ihram

10. Sunnah Haji


a. Mandi ketika hendak berihram
b. Memakai wangi-wangian sebelm memakai pakaian ihram
c. Shalat sunnah ihram dua rakaat
d. Membaca talbiyah setelah berihram sampai tahallul
e. Melakukan thawaf ketika memasuki masjidil haram
f. Membaca dzikir dan do’a ketika melakukan thawaf
g. Masuk ka’bah (baitullah)

11. Larangan-larangan Haji


a. Laki-laki :
1. pakaian berjahit
2. kaos kaki (yang menutupi mata kaki)
3. tutup kepala
b. Wanita :
1. Meunutup telapak tangan
2. Menutup muka

c. Laki-laki dan wanita:


1. wangi-wangian
2. Mencukur rambut
3. kuku (sebelum tahallul pertama)
4. Meminang, menikah, menikahkan orang
5. Bersetubuh atau bersenggama
6. Pohon
7. Membunuh binatang
8. Berkata jelek
12. Miqat
Miqat adalah batas dimulainya ibadah haji (batas-batas yang telah
ditetapkan).
Miqat terbagi menjadi dua yaitu:
1. Miqat Makani : ketentuan-ketentuan batas tempat wajib memakai
pakaian ihram (berdasarkan tempat), antara lain yaitu :
a. Makkah : bagi penduduk asli makkah
b. Dzuhulaifah : mereka yang dating dari arah madinah dan Negara-
negara searah.
c. Julfah (rabig) : Bagi jama’ah yang datangnya dari Mesir, Syam,
maghribi dan negara-negara yang berdekatan.
d. Qarnul Manazil : Jama’ah yang datangnya dari Nejd (Najad)
e. Zatul Irqin : Jama’ah yang datangnya dari Irak, Afganistan, Rusia
dan negara-negara searah.
f. Yalamlam : Jama’ah yang datangnya dari Yaman, India , indonesia
dan negeri disekitarnya.
g. Jeddah : Bagi jama’ah yang memasuki kota Mekkah lewat Jeddah.
2. Miqat Zamani : penetapan yang berhubungan dengan batas waktu ihram
untuk haji, yaitu mulai tanggal 1 Syawal sampai 10 Dzulhijjahtahun itu
juga.

13. Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji


Adapun tata cara ibadah haji adalah sebagai berikut :
a. Ihram
Melaksanakan ihram yang dilakukan sebagai awal haji sambil
mengenakan pakaian ihram setelah didahului dengan mandi dan
berwudhu. Sambil mengucapkan niat untuk memenuhi panggilan Allah,
perjalanan menuju arafah dilaksanakan dengan bacaan talbiyah, yaitu
Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaikala Syarika Laka Labbaik,
Innalhamda Wa Ni’mata Laka Walmulk Laa Syarika Laka.
b. Wukuf
Melaksanakan Wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah di Padang Arafah. Rukun
ini dilakukan dari sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar pada
pagi hari saat pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Pelaksanaan
wukuf meliputi shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, serta berdoa.

c. Mabit
Melaksanakan mabit atau bermalam di Muzdalifah, dari tengah malam
hingga terbitnya fajar. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi
mengumpulkan batu kerikil sebanyak 7 butir, berdzikir, membaca Al-
Qur’an, berdoa, dan melaksanakan shalat Subuh sebelum melanjutkan
perjalanan ke Mina. Di tempat ini terdapat monumen suci yang
dinamakan masy’ar al haram dimana jamaah haji dapat berdzikir dan
memanjatkan doa.

d. Melempar Jumrah
Melemparkan atau melontarkan batu kerikil sebanyak 7 buah yang
sebelumnya telah dibawa di bukit yang bernama al Aqabah. Rukun alam
tata cara ibadah haji ini dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Setelah
itu baru melaksanakan penyembelihan hewan.

e. Tahalul
Melaksanakan tahalul atau melepaskan pakaian ihram sebagai tanda telah
selesainya pelaksanaan amalan haji yang dilakukan dengan memotong
atau mencukur rambut. Setelah itu jamaah dapat memakai pakaian biasa
untuk menuntaskan amalan lainnya. Diantaranya pergi ke Masjidil Haram
di Mekkah untuk melaksanakan thawaf ifadah atau mengelilingi ka’bah.
Disini disunnahkan mencium Hajar Aswad, btu hitam yang terdapat di
Ka’bah, melaksanakan shalat sunah 2 rakaat di samping makam Nabi
Ibrahim, shalat sunah 2 rakaat di Hijr Ismail, serta berdoa di Multazam.
Setelah itu melaksanakan sa’i atau lari-lari kecil dari Bukit Shafa menuju
Bukit Marwa dan diakhiri dengan tahalul kedua berupa memotong atau
mencukur rambut.

f. Mabit di Mina
Melaksanakan mabit atau bermalam di Mina yang dilaksanakan pada hari
tasyrik, yaitu dari tanggal 11 hingga 13 Dzulhijjah. Di tempat ini jamaah
disunnahkan untuk melaksanakan jumrah atau melempar batu kerikil
diantaranya ula, wustha, dan aqabah, masing-masing dengan 7 butir
kerikil. Ini merupakan tahapan terakhir dari berbagai rangkaian haji dan
jamaah dapat kembali ke Mekkah.

g. Thawaf Ifadah
Untuk para jamaah yang belum sempat melakukan thawaf ifadah, maka
dapat melaksanakan thawaf wada dengan mengelilingi ka’bah untuk yang
terakhir kalinya sebelum pulang kemasing-masing Negara. Dengan
terpenuhinya rukun dan tata cara ibadah haji maka selesai pula seluruh
rangkaian pelaksaan haji yang diwajibkan.

14. Denda (Dam Haji)


a. Tidak melaksanakan wajib haji :
 Menyembelih kambing yang syah untu kurban
 Puasa 10 hari, 3 hari ditanah suci, 4 hari di tanah air
b. Melanggar larangan haji :
 Menyembelih seekor kambing
 Berpuasa 3 hari
 Bershadaqah 9,3 L
c. Melanggar larangan haji (melakukan hubungan suami istri) :
 Menyembelih unta atau sapi, atau 7 kambing
 Bershadaqah senilai harga unta
 Berpuasa seharga unta (seperempat gantan = 1 hari)
d. Menyembelih binatang dan menebang pohon :
 Menyembelih binatang yang seharga binatang yang dibunuh/pohon
yang ditebang.
 Berpuasa seharga unta (seperempat gantan = 1 hari)

Anda mungkin juga menyukai