Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an yang merupakan penjelas
dari ayat-ayat Al-Qur’an yang bermakna umum. Sehingga kami menjelaskan pengertian
pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha, sehingga kita dapat memahami Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
secara mendalam dan tidak terpaku pada satu pengertian sehingga kita tidak cepat
menyalahkan perbedaan. Hadits mempunyai beberapa struktur yaitu Sanad, Matan, dan
Mukhrij yang masing masing mempunyai peran penting dari keadaan suatu hadits
tersebut.
Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing
berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits Nabi SAW dan para pewarisnya, seperti ilmu
Al-Hadits Al-Shahih, ilmu Al-Mursal, ilmu Al-Asma’wa Al-Kuna dan lain-lain. Pembahasan
tentang sanad meliputi: (i) segi pembangunan sanad (istisha-alsanad), yaitu bahwa suatu
rangkaian sanad hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai kepada periwayat
terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut. Oleh karenanya, tidak
dibenarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
identitasnya atau tersamar, (ii) segi terpercayaan hadits (tsigat al-sanad), yaitu bahwa
setiap perawi yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus dimiliki sifat adil dan
dhabith (kuat dan cermat hapalnya atau dokumentasi haditsnya), (iii) segi keselamatannya
dari kejanggalan (syadz), (iv) segi keselamatannya dari cacat (illat), dan (v) tinggi dan
rendahnya martabat suatu sanad. Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah
meliputi segi ke-ashahihan atau ke-dha’ifannya. Mempelajari hadits adalah bagian dari
keimanan umat terhadap kenabian Muhammad SAW.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha?
2. Bagaimana struktur hadits: Sanad, Matan, dan Mukhrij?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut
Muhadditsun, Ushuliyyun, dan Fuqaha.
2. Untuk mengetahui struktur hadits: Sanad, Matan, dan Mukhrij.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar

A. Pengertian Hadits
Hadits adalah teladan yang wajib diikuti (dalam risalah Islam). Sebagian besar
hadits diriwayatkan secara lisan oleh sahabat kepada generasi penerus mereka (tabi’in)
atau kepada sesama sahabat.
Kata hadits atau al-hadis menurut bahasa berarti sesuatu yang baru, lawan kata dari
sesuatu yang lama. Disamping itu kata ini juga mengandung arti dekat ( ‫) القريب‬, yaitu
sesuatu yang dekat, yang belum lama terjadi dan juga berarti berita (‫) الخبر‬, yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan
latar belakang ilmu dan tujuan masing-masing. Pengertian ulama ushul berbeda dengan
yang dimaksud oleh ulama hadits dan fiqih. Hal itu akan tampak apabila ditelusuri kajian-
kajian yang mereka lakukan berkenaan engan hadits Nabi.
a. Ulama hadits (muhadditsun) membahas segala sesuatu dari Nabi SAW dalam kapasitas
beliau sebagai imam yang memberi petunjuk, pemberi nasihat, sebagai suri tauladan
(uswah hasanah), dan penuntun (qudwah). Sehingga mereka mengambil segala sesuatu
yang berkenaan dengan Nabi SAW baik berupa tingkah laku, ciri fisik, pembawaan, sabda
dan perbuatan, baik membawa konsekwensi hukum syara’ maupun tidak.
b. Ulama ushul fiqh (ushuliyyun) memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum Islam (al-
syari’), dan peletak kaedah-kaedah bagi para mujtahid dalam penetapan hukum Islam. Oleh
karena itu, yang menjadi perhatian serius mereka adalah sabda, perbuatan, dan taqrir
beliau yang membawa konsekwensi hukum dan menetapkannya.
c. Sementara ulama fiqih (fuqoha) memandang Nabi SAW dari sisi perbuatannya yang
bermuatan hukum syara’. Mereka mengkaji hukum syara’ berkenaan dengan perbuatan
manusia, baik dari segi wajib, haram, mubah, atau yaang lainnya.

3
Berangkat dari perbedaan sudut pandang diatas, maka ulama hadits mendefinisikan
hadits sebagai:

ُ‫َوأ َ ْح َوالُ ُهُ َوأ َ ْفعَالُ ُهُ وسلم عليه هللا صلى أ َ ْق َوالُ ُه‬
”segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya.”
Yang dimaksud dengan “hal ihwal” adalah segala yang diriwayatkan dari
Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya. Sehingga sebagian mereka mendefinisikan hadits sebagai:
“Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun sifatnya”.
Pengertian seperti itupun masih sempit, karena masih terbatas pada apa-apa
yang disandarkan kepada Nabi SAW (hadits marfu’), tidak mencakup hal-hal yang
disandarkan kepada sahabat (hadits mauquf), dan tabi’in (hadits maqthu’). Sementara
mayoritas muhadditsun menganggap bahwa hadits dapat juga digunakan untuk sesuatu
yang mauquf”, yang disandarkan kepada sahabat, dan yang maqthu’, yaitu yang
disandarkan pada tabi’in.
Bagi ulama ushul fiqih yang memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum,
dan karenanya mereka mendefinisikan hadits sebagai sumber hukum Islam, yaitu:
‫كل ما صدر عن النبي صلي ا هلل عليه و سلم غيرالقرا ن الكريم من من قول اوفعل اوتقرير مما يصلح ان‬
‫يكون دليال لحكم شرعي‬
“Segala yang berasal dari Nabi selain Al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
persetujuan yang pantas menjadi dalil hukum syara’.”
Dengan demikian, hadits menurut ushuliyyun adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi SAW baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya yang
berhubungan dengan ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Selain
itu tidak dapat disebut hadits.
Komponen hadits: Perkataan Nabi/Qawli, Perbuatan Nabi/Fi’li, dan
Persetujuan Nabi/Taqriri.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka membedakan peran Muhammad SAW
sebagai seorang rasul dan seorang manusia biasa. Hadits hanya yang berkaitan dengan misi
dan ajaran Allah yang diemban oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Ini pun menurut

4
mereka harus berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-
kebiasaannya, tata cara berpakaian, cara tidur dan sejenisnya merupakan kebiasaan
manusia dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadits. Sehingga,
pengertian hadits menurut para ahli ushul lebih sempit dibandingkan pengertian hadits
menurut ahli hadits.
B. Pengertian Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti “jalan yang terpuji dan atau yang tercela”.
Sementara dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan:

‫ ومن‬,‫ص ِم ْن آ ُ خورهم شيء‬


َ ُ‫غي ِْر آ َ ْن يَ ْنق‬ َ ‫سنَةً فَلَهُ آ ْخ ُر َم ْن‬
َ ‫ع ِم َل بَ ْعدَ هُ ِم ْن‬ َ ‫سنَةً َح‬
ُ ‫س َّن ِفي اْ ال ْسالَ ِم‬
َ ‫َم ْن‬
( ‫سنَ سنَة سيئة كان عليه وزره ووزر من عمل بها من بعده من غيران ينقص من اوزارهم شيئ‬
) ‫رواه مسلم‬
“Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala
(dari perbuatannya itu) dan pahala orang yang menirunya setelah dia, dengan tidak
dikurangi pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa melakukan perbuatan yang jelek, ia akan
menanggung dosanya dan orang-orang yang menirukannya, dengan tidak dikurangi
dosanya sedikit pun.”
Bila kata sunnah disebutkan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum
syara’, maka yang dimaksudkan tiada lain kecuali segala sesuatu yang diperintahkan,
dilarang, dianjurkan oleh Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
ketetapannya. Dan apabila dalam dalil hukum syara’ disebutkan al-kitab dan al-sunnah,
berarti yang dimaksudkan adalah al-Qur’an dan hadits.
Sedang sunnah menurut istilah, di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat.
Hal ini disebablan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut pandang masing-
masing terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besar mereka berkelompok menjadi 3
golongan: muhadditsun/ahli hadits, ushuliyyun/ahli ushul, dan fuqaha/ahli fiqih.
Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah, “segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup,
baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya”.

5
Ulama ushul fiqh memberikan definisi sunnah adalah, “segala yang dinukilkan dari
Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang ada
sangkut pautnya dengan hukum”. Menurut T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, makna inilah yang
diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi, sebagai berikut:
“Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu
berpegang kepadanya, yakni kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.” (H. R. Malik).
Ulama hadits membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
Muhammad SAW baik yang ada hubungannya dengan ketetapan hukum syariat Islam
maupun tidak. Sedangkan ulama ushul fiqh, memandang Nabi Muhammad SAW sebagai
masyarri’, artinya pembuat UU selain Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Asyr
ayat 7 yang berbunyi, “Apa yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah atau kerjakanlah. Dan
apa yang dilarang oleh Rasul, jauhilah”.
Ulama fiqh memandang sunnah ialah perbuatan yang dilakukan dalam agama, tetapi
tingkatannya tidak sampai wajib atau fardlu, atau dengan kata lain, sunnah adalah suatu
amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan, dan tidak dituntut apabila ditinggalkan.
C. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita
yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, dilihat dari sudut
pendekatan ini (sudut pendekatan bahasa), kata khabar sama artinya dengan hadits.
Menurut istilah, antara satu ulama degan ulama lainnya berbeda pendapat.
Menurut Ibn Ajar Al-Asqalani, yang dikutip As-Suyuthi, bahwa istilah hadits sama artinya
dengan khabar, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu’, mauquf’, dan maqthu’.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari
Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut hadits. Ada juga yang mengatakan
bahwa hadits lebih umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga tiap hadits dapat
dikatakan khabar, tetapi tidak semua khabar dapat dijadikan hadits.

D. Pengertian Atsar
Atsar menurut pendekatan bahasa berarti bekasan sesuatu, atau sesuatu, dan
berarti nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari Nabi
dinamai do’a matsur.

6
Secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ahli hadits
mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Sedangkan menurut ulama khurasan, bahwa atsar untuk
yang mauquf’ dan khabar untuk yang marfu’.

II. Struktur Hadits

A. Sanad
Kata “sanad” menurut bahasa adalah “sandaran”, atau sesuatu yang kita jadikan
sandaran. Dikatakan demikian, karena hadits bersandar kepadanya. Menurut istilah,
terdapat perbedaan rumusan pengertian.
Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby mengatakan bahwa sanad adalah, “Berita
tentang jalan matan.” Yang lain mengatakan, “Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan
hadits), yang menyampaikannya kepada matan hadits.” Ada juga yang menyebutkan,
“Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama.”
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, Al-Isnad, Al-Musnid,
dan Al-Musnad. Kata-kata ini secara terminologi mempunyai arti yang cukup luas,
sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama.
Kata Al-Isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal) dan
mengangkat. Yang dimaksudkan disini, ialah menyandarkan hadits kepada orang yang
mengatakannya (raf’uhadits ila qa’ilih atau ’azwu hadits ilaqa’ilih). Menurut At-Thiby,
sebenarnya kata Al-Isnad dan Al-Sanad digunakan oleh para ahli hadits dengan pengertian
yang sama.
Kata Al-Musnad mempunyai beberapa arti. Bisa berarti hadits yang disandarkan
atau diisnadkan oleh seesorang: bisa berarti dengan nama suatu kitab yang menghimpun
hadits-hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan mana-namaa para sahabat para
perawi hadits, seperti Kitab Musnad Ahmad; bisa juga berarti nama bagi hadits yang marfu’
dan muttashil.

7
B. Matan
Kata “matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti mairtafa’la min al-ardhi (tanah
yang meninggi). Sedang menurut istilah adalah “Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.”,
“Lafadz-lafadz hadits yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.”
Ada juga reaksi yang lebih simple lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah
ujung sanad (gayah as-sanad). Dari semua pengertian diatas, menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan matan, ialah materi atau lafadz hadits itu sendiri.

C. Rawi
Kata “rawi” atau “al-rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan
hadits.
Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya, juga disebut rawi, jika yang
dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan
tetapi yang membedakan antara rawi dan sanad, adalah terletak pada pembukuan atau
pentadwinan hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam
suatu kitab tadwin disebut dengan perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut
mudawwin / orang yang membukukan dan menghimpun hadits.
Dalam kitab kumpulan hadits-hadits Nabi sering disebutkan istilah-istilah khusus
untuk meringkas jumlah rawi yang berbeda dalam meriwayatkan sebuah hadits. Hadits itu
diriwayatkan oleh 7 (tujuh) orang rawi, yaitu:
a) Imam Ahmad
b) Imam Bukhary
c) Imam Muslim
d) Abu Dawud
e) At Turmudzy
f) An Nasaiy
g) Ibnu Majah

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Definisi hadits
yang paling komprehensif adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik
ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi; atau yang dinisbahkan kepada
sahabat atau tabi’in.
Sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw., baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum
diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.
Khabar berarti berita yang disampaikan kepada seseorang.
Adapaun atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar,
hadits, dan sunnah.
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur / isi
dari hadits. Mukhrij atau mukharrij adalah orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits.

B. Saran
Setelah kita mempelajari pengertian dan struktur hadits semoga dapat menambah
wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ilmu hadits.
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran
sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar.

9
Daftar Pustaka

· Zarkasih, Dasar- Dasar Studi Hadits, Yogyakarta; Aswaja Pressindo, 2015.


· Mardani, Hadis Ahkam, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.
· Suparta Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta; Rajawali Pers, 2010.
· Asse Ambo, Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis Nabi Saw., Makassar; Alauddin Press,
2010.
· Khon Abdul Majin, Ulumul Hadis, Jakarta; Amzah, 2010.
· Badri Khaeruman, Otensitas Hadis, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya Offset Bandung, 2004.
· Yusuf Qordhawi, Pengantar Studi Hadis, Bandung; CV. Pustaka Setia, 2007.
· Nuruddin, Manhaj An-Naqd Fir ‘Uluum Al-adits, Bandung; Remaja Rosdakarya Offset
Bandung, 1995.

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Andara Pulsa
    Andara Pulsa
    Dokumen1 halaman
    Andara Pulsa
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Seragam Sma
    Seragam Sma
    Dokumen1 halaman
    Seragam Sma
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Ciater BPN
    Ciater BPN
    Dokumen1 halaman
    Ciater BPN
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan PD Baru 2020
    Surat Pernyataan PD Baru 2020
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan PD Baru 2020
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Corona
    Corona
    Dokumen6 halaman
    Corona
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Ciater BPN
    Ciater BPN
    Dokumen1 halaman
    Ciater BPN
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • SMA Cisalak
    SMA Cisalak
    Dokumen1 halaman
    SMA Cisalak
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hadist
    Makalah Hadist
    Dokumen10 halaman
    Makalah Hadist
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • 10 Kerajinan Hasta Karya
    10 Kerajinan Hasta Karya
    Dokumen15 halaman
    10 Kerajinan Hasta Karya
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Kartu Iuran Bulanan Warga
    Kartu Iuran Bulanan Warga
    Dokumen1 halaman
    Kartu Iuran Bulanan Warga
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Bergabunglah Menjadi Bagian Perubahan
    Bergabunglah Menjadi Bagian Perubahan
    Dokumen1 halaman
    Bergabunglah Menjadi Bagian Perubahan
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Standar Pendidikan
    Standar Pendidikan
    Dokumen2 halaman
    Standar Pendidikan
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Andara Pulsa
    Andara Pulsa
    Dokumen1 halaman
    Andara Pulsa
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Fakta Integritas
    Fakta Integritas
    Dokumen1 halaman
    Fakta Integritas
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Tarif Rental
    Tarif Rental
    Dokumen1 halaman
    Tarif Rental
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Proposal Usb SMA2
    Proposal Usb SMA2
    Dokumen11 halaman
    Proposal Usb SMA2
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Proposal Usb SMA2
    Proposal Usb SMA2
    Dokumen11 halaman
    Proposal Usb SMA2
    Iwan Masna Subang
    50% (2)
  • Paragraf Persuasif
    Paragraf Persuasif
    Dokumen4 halaman
    Paragraf Persuasif
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Debt Colector
    Debt Colector
    Dokumen3 halaman
    Debt Colector
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Debt Colector
    Debt Colector
    Dokumen3 halaman
    Debt Colector
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hadist
    Makalah Hadist
    Dokumen10 halaman
    Makalah Hadist
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Andara Pulsa
    Andara Pulsa
    Dokumen1 halaman
    Andara Pulsa
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • SMA Cisalak
    SMA Cisalak
    Dokumen1 halaman
    SMA Cisalak
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Salinan PPDB
    Salinan PPDB
    Dokumen20 halaman
    Salinan PPDB
    jhonipratama
    Belum ada peringkat
  • Tarif Rental
    Tarif Rental
    Dokumen1 halaman
    Tarif Rental
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Sma Negeri 1 Cisalak
    Sma Negeri 1 Cisalak
    Dokumen22 halaman
    Sma Negeri 1 Cisalak
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Kop Surat Amplop
    Kop Surat Amplop
    Dokumen2 halaman
    Kop Surat Amplop
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Usb Sekolah
    Usb Sekolah
    Dokumen7 halaman
    Usb Sekolah
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Usb SMA1
    Usb SMA1
    Dokumen14 halaman
    Usb SMA1
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat
  • Jumlah Siswa
    Jumlah Siswa
    Dokumen6 halaman
    Jumlah Siswa
    Iwan Masna Subang
    Belum ada peringkat