Anda di halaman 1dari 7

Tuntunan Berpakaian Menurut Al-Qur'an dan Hadits.

Pakaian adalah termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya.


Allah Ta'al berfirman:

Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Q.S. Al-A'raf: 26).

Dan seyogyanya pakaian itu baik, indah dan bersih, Allah Ta'ala berfirman:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap [memasuki] masjid
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-A'raf: 31).

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah


dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan [siapa pulakah yang
mengharamkan] rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu [disediakan] bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus [untuk mereka saja] di
hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.(Q.S.Al-A'raf: 32).
Diwajibkan bagi wanita muslimah untuk memanjangkan pakaiannya hingga dapat
menutupi kedua mata kakinya dan hendaknya menjulurkan kain kerudung jilbab
pada kepalanya hingga menutupi leher dan dadanya, sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla :

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-

isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh


mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S.Al-Ahzaab: 59)

Dan firman Allah Azza wa Jalla:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan

pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka


menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah
menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S.An-Nuur: 31)

Dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi saw. beliau bersabda: "Tidak masuk surga orang yang
di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi pu." Maka berkatalah
seorang lelaki: "Sesungguhnya orang itu agar pakaian baik dan sandalnya baik
pula." Beliau berkata: "Sesungguhnya Allah itu indah lagi mencintai keindahan.
Kesombongan itu adalah mengingkari kebenaran dan meremehkan manusia. [1].
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya
Allah itu baik, lagi menyukai kebaikan; Bersih lagi menyukai kebersihan" Mulia
lagi menyukai kemuliaan' dan Dermawan lagi menyukai kesermawanan. Maka
bersihkanlah halaman rumahnu, dan janganlah kamu menyerupai orang-orang
Yahudi."

Tidak dibolehkan memakai sutera dan emas bagi kaum lelaki berdasarkan hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengambil kain sutera dan memegangnya dengan tangan kanannya
sedangkan emas dipegang dengan tangan kirinya kemudian bersabda:

‫علَى ذُ ُك ْو ِر أ َ َّمتِ ْي‬


َ ‫ ِإ َّن هذَي ِْن َح َرا ٌم‬.
“Sesungguhnya keduanya haram atas kaum lelaki dari ummatku.” [HR. Abu
Dawud no. 4057 diriwayatkan pula dengan sanad hasan oleh an-Nasa-i VIII/160
dan Ibnu Hibban no. 1465]
Tidak dibolehkan bagi laki-laki memanjangkan pakaian atau celana panjang,
burnus (sejenis mantel yang bertudung kepala) atau jubah sampai melebihi mata
kaki. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ َّ‫ َما أ َ ْسفَ َل ِمنَ ْال َك ْعبَي ِْن ِمنَ اْ ِإلزَ ِار فَ ِفي الن‬.
‫ار‬
“Kain yang dibawah mata kaki maka tempatnya di Neraka.” [HR. Al-Bukhari no.
5787 dan an-Nasa-i VIII/207 no. 5331]

Seorang muslim tidak dibenarkan menutup kain ke seluruh tubuhnya dan tidak
menyisakan tempat keluar untuk kedua tangannya karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang hal ini dan tidak boleh berjalan dengan satu sandal, hal
ini karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫احدَة ِليُ ْن ِع ْل ُه َما َج ِم ْيعًا أَ ْو ِل َي ْخلَ ْع ُه َما َج ِم ْيعًا‬


ِ ‫لَ َي ْم ِش أ َ َحدُ ُك ْم فِ ْي َن ْعل َو‬.
“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal saja
namun hendaknya memakai keduanya atau melepaskannya sama sekali.” [HR. Al-
Bukhari no. 5856 dan Muslim no. 2097 (68)]

Laki-laki muslim tidak boleh menggunakan busana muslimah dan wanita muslimah
tidak boleh menggunakan busana laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫اء‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫الر َجا ِل َو ْال ُمت َ َر ِ ِّجال‬
َ ِّ‫ت ِمنَ ال ِن‬ ِّ ِ َ‫ َل َعنَ للاُ ْال ُم َخنَّ ِثيْنَ ِمن‬.
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang
menyerupai laki-laki.”
Lafazh di atas adalah lafazh yang keliru karena tidak ditemukan lafazh la’ana Allah,
namun yang benar adalah la’ana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:

‫اء‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫الر َجا ِل َو ْال ُمت َ َر ِ ِّجال‬
َ ِِّ‫ت ِمنَ الن‬ ِّ ِ َ‫سلَّ َم ْال ُم َخنَّثِيْنَ ِمن‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫لَ َعنَ النَّ ِبي‬.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang menyerupai
wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR. Al-Bukhari no. 5886,
6834, Abu Dawud no. 4930]-pent.

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya:


َّ َ‫سة‬
‫الر ُج ِل‬ ُ ‫سةَ ْال َم ْرأ َ ِة َو ْال َم ْرأَة َ ت َ ْل َب‬
َ ‫س ِل ْب‬ ُ ‫الر ُج َل َي ْل َب‬
َ ‫س ِل ْب‬ َّ ُ‫لَ َعنَ للا‬.
“Allah melaknat laki-laki yang mengenakan busana wanita dan wanita yang
menggunakan busana laki-laki.”[2]
Tetapi lafazh ini salah karena mencantumkan lafazh َ‫( للاُ لَ َعن‬Allah melaknat),
padahal yang benar adalah َ‫س ْو ُل لَعَن‬
ُ ‫( للاِ َر‬Rasulullah melaknat) dan ini riwayat Imam
al-Bukhari, namun pada riwayat Abu Dawud dari Sahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu adalah sebagai berikut:
ُ ‫صلَّى للاِ َر‬
َ‫س ْو ُل لَعَن‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ُ‫علَ ْي ِه للا‬ َ ‫الر ُج َل َو‬
َّ ‫س‬ُ َ‫سةَ يَ ْلب‬
َ ‫س ا ْل َم ْرأَة َ َو ْال َم ْرأَةِ ِل ْب‬
ُ َ‫سةَ ت َْلب‬
َ ‫الر ُج ِل ِل ْب‬.
َّ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang mengenakan

busana wanita dan wanita yang menggunakan busana laki-laki.” [HR. Abu Dawud
no. 4098]-penj.

Bagi seorang muslim, jika hendak mengenakan sandal maka haruslah memulai
dengan kaki kanan dan jika hendak melepaskan memulai dengan kaki kiri.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِّ ِ ‫ ِإذَا ا ْنت َ َع َل أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْل َي ْبدَأْ ِبالي ُْمنَى َو ِإذَا َخلَ َع فَ ْل َي ْبدَأْ ِبال‬.
‫ش َما ِل‬
“Apabila salah seorang di antara kamu memakai sandal (sepatu), maka mulailah
dengan yang kanan dan apabila melepasnya mulailah dengan yang kiri.” [HR. Al-
Bukhari no. 5855 dan Muslim no. 2097]

Hendaknya memulai memakai baju dari bagian kanan sebagaimana hadits


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ور ِه َوفِي شَأْنِ ِه ُك ِلِّ ِه‬ ُ ‫سلَّ َم ي ُِحب التَّيَمنَ فِي تَنَع ِل ِه َوت ََرج ِل ِه َو‬
ِ ‫ط ُه‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ َكانَ َر‬.
َ ِ‫سو ُل للا‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai mendahulukan yang kanan
ketika memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya.” [HR. Al-
Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268 (67)]

Hendaknya ketika memakai baju baru, sorban (kopiah atau peci) baru, dan jenis
pakaian lainnya yang baru untuk mengucapkan do’a:
ُ َ ‫ص ِن َع لَهُ َوأ‬
‫ع ْوذ ُ ِب َك ِم ْن‬ ُ ‫س ْوت َ ِن ْي ِه أَسْأَلُ َك ِم ْن َخي ِْر ِه َو َخي ِْر َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم لَ َك ْال َح ْمد ُ أ َ ْن‬
َ ‫ت َك‬
ُ‫صنِ َع لَه‬
ُ َ ‫ش ِ َِّر ِه َوش ِ َِّر ما‬.
“Ya Allah, hanya bagimu segala pujian, Engkaulah yang telah memberikanku
pakaian, aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan
dari tujuan dibuatnya pakaian ini. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya
dan keburukan dari tujuan dibuatnya pakaian ini.”[3]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman
as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan,
Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua
Shafar 1427H – Maret 2006M] HR. Abu Dawud no. 4020, at-Tirmidzi no. 1822,
al-Hakim IV/192 dengan menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi dari
Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu.-penj

َ َ‫س ْو ِم ْن ِثيَا ِب ُك ْم ْالبَي‬


‫اض؛‬ ُ َ‫ ْالب‬:‫سلَم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫ص َّل للا‬ ُ ‫قَا َل َر‬:‫ع ْن اِب ِْن َعبَاس قَا َل‬
َ ِ‫س ْو َل للا‬ َ
)‫ َو َك ِفِّنُ ْوافِ ْي َها َم ْوتا َ ُك ْم (اخرجه أبوداودوالترمذي والطبراني‬,‫فَ ِانَّ َها ِم ْن َخي ِْر ثِيا َ ِب ُك ْم‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “pakailah
pakaian berwarna putih. Karena pakaian putih adalah pakaian yang paling baik. Dan
kafanilah orang yang meninggal dengan kain putih.”(H.R Abu Daud dan Tirmidzi)

ِ‫ص َّل للا‬ ُ ‫ َرأَيْتُ َر‬: ‫ َقا َل‬,‫ع ْنهُ ـ‬


َ ِ‫س ْو َل للا‬ َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫عة التَّي ِْم ْي ـ َر‬
َّ ‫ض‬ َ َ ‫ع ْن ا َ ِب ْي ِر ْمثَه ِرفا‬ َ ‫َو‬
)‫ (رواه أبو داودوالترمذي بإسنادصحيح‬.‫ان‬ ِ ‫ض َر‬
َ ‫أخ‬ْ ‫ان‬ ِ ‫ع َل ْي ِه ث َ ْو َب‬
َ ‫س َلم ـ َو‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ
Artinya: Dari Abu Rimtsah Rifaah at-taimiy R.A. Ia berkata: “saya pernah melihat
Rasulullah SAW.memakai dua baju yang hijau”(H.R Abu Daud dan Tirmidzi)

َ‫ام ْالفَتْحِ َم َّكة‬


َ ‫ع‬َ ‫سلَم دَ َخ َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل للا‬
َ ِ‫سو َل للا‬ َّ : ُ‫ع ْنه‬
ُ ‫أن َر‬ َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ع ْن َجابِر َر‬
َّ ‫ض‬ َ ‫َو‬
َ ‫علَ ْي ِه ِع َما َمة‬
)‫س ْودَا ُء (رواه داود‬ َ ‫َو‬
Artinya: Dari Jabir R.A., ia berkata:”ketika Rasulullah SAW. memasuki kota
makkah pada hari penaklukannya, beliau memakai sorban hitam”(H.R Abu Daud).
‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫ص َل للا‬ َ ‫ع ِن النَّ ِب ْي‬
َ ‫ع ْن ا َ ِب ْي ِه‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫س ِا ِلم بن‬
َ ِ‫ع ْب ِدللا‬ َ ‫ع ْبد ِْال َع ِزي ِْزبن ا َ ِب ْي َر َّوا ِد‬
َ ‫ع ْن‬
َ
‫ْص َو ْال ِع َما َم ِة ِم ْن َج َّر ِم ْن َها شَيأخ َيالَ ِء لَ ْم‬
ِ ‫الزَ ِار َو ْالقَ ِمي‬
ِ ْ ‫اإل ْس َبا ُل ِف ْي‬
ِ ْ :‫سلَم قَا َل‬ َ ‫َو‬
)‫ظ ُرللاِ اَلَ ْي ِه َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة (اخرجه ابوداود‬
ُ ‫َي ْن‬
Artinya: Dari Abdul Aziz bin Abu Ruwad, dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya,
dari Nabi SAW bersabda:” hendaknya dipanjangkaan sarung, baju, dan sorban,
barang siapa memanjangkan sesuatu darinya karena sombong Allah tidak akan

melihatnya pada hari kiamat.” (H.R Abu Daud)

‫عا َولَقَ ْد‬ َ ‫علً ْي ِه َو‬


ً ‫سلَ َم َم ْرب ُْو‬ َ ُ‫ص َّل للا‬ ُ ‫ َكانَ َر‬:‫ي للاُ َع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو َل للا‬ َّ ‫ض‬ ِ ‫ئ َر‬ ِ ‫ع ْن البَ َر‬
َ ‫َو‬
)‫سنَ ِم ْنهُ (اخرجه ابوداود‬ َ ‫شيْأ ً قَط ا َ ْح‬
َ ُ‫َرا َ ْيتُهُ ِف ْي ُحلَّة َح ْم َرا َء َما َراَيْت‬
Artinya: Dari Al Barra bin Azib R.A., ia berkata: “Tubuh Rasulullah SAW.
berukuran sedang. Saya pernah melihat beliau mengenakan kain merah, dan belum
pernah melihat orang yang lebih tampan dari beliau.”(H.R Abu Daud)

‫سلَم قَا َل اِذَا ا َ ْنت َ َع َل ا َ َح ْد ُك ْم فَ ْل َي ْبدَأ ِبا‬


َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل للا‬ َ ِ‫س ْو َل للا‬ ُ ‫ ا َ َّن َر‬: َ ‫ع ْن ا َ ِب ْي ُه َري َْرة‬ َ
‫ع(اخرجه‬ ُ َ‫آخ َر ُه َمايُ ْنز‬ ِّ ِ ‫ع فَ ْاليَ ْبدَأْ ِبال‬
ِ ‫ش َما ِل َو ْالتَ ُك ُن ْاليَ ِمنِى أ َ ْو َل ُهما َ يُ ْنت َ َع ُل َو‬ َ َ‫ْليَ ِمي ِْن َو ِإذَانَز‬
)‫ابوداودوالترمذي وقال أبو عيسى هذاحديث حسن صحيح‬
Artinya: dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda” kalau kamu
memakai sandal, pasang yang kanan terlebih dahulu tetapi kalau membukanya yang
kiri buka dahulu, jadi yang kanan adalah pertama dipasang dan yeng kiri terakhir
dibuka.”(HR Abu Daud dan Tirmidzi, dan Abu Isa berkata ini hadits hasan shahih).

Anda mungkin juga menyukai