Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Q.S. Al-A'raf: 26).
Dan seyogyanya pakaian itu baik, indah dan bersih, Allah Ta'ala berfirman:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap [memasuki] masjid
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-A'raf: 31).
Dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi saw. beliau bersabda: "Tidak masuk surga orang yang
di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi pu." Maka berkatalah
seorang lelaki: "Sesungguhnya orang itu agar pakaian baik dan sandalnya baik
pula." Beliau berkata: "Sesungguhnya Allah itu indah lagi mencintai keindahan.
Kesombongan itu adalah mengingkari kebenaran dan meremehkan manusia. [1].
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya
Allah itu baik, lagi menyukai kebaikan; Bersih lagi menyukai kebersihan" Mulia
lagi menyukai kemuliaan' dan Dermawan lagi menyukai kesermawanan. Maka
bersihkanlah halaman rumahnu, dan janganlah kamu menyerupai orang-orang
Yahudi."
Tidak dibolehkan memakai sutera dan emas bagi kaum lelaki berdasarkan hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengambil kain sutera dan memegangnya dengan tangan kanannya
sedangkan emas dipegang dengan tangan kirinya kemudian bersabda:
ِ َّ َما أ َ ْسفَ َل ِمنَ ْال َك ْعبَي ِْن ِمنَ اْ ِإلزَ ِار فَ ِفي الن.
ار
“Kain yang dibawah mata kaki maka tempatnya di Neraka.” [HR. Al-Bukhari no.
5787 dan an-Nasa-i VIII/207 no. 5331]
Seorang muslim tidak dibenarkan menutup kain ke seluruh tubuhnya dan tidak
menyisakan tempat keluar untuk kedua tangannya karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang hal ini dan tidak boleh berjalan dengan satu sandal, hal
ini karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Laki-laki muslim tidak boleh menggunakan busana muslimah dan wanita muslimah
tidak boleh menggunakan busana laki-laki. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اء
ِ س ِ َالر َجا ِل َو ْال ُمت َ َر ِ ِّجال
َ ِّت ِمنَ ال ِن ِّ ِ َ َل َعنَ للاُ ْال ُم َخنَّ ِثيْنَ ِمن.
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang
menyerupai laki-laki.”
Lafazh di atas adalah lafazh yang keliru karena tidak ditemukan lafazh la’ana Allah,
namun yang benar adalah la’ana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
اء
ِ س ِ َالر َجا ِل َو ْال ُمت َ َر ِ ِّجال
َ ِِّت ِمنَ الن ِّ ِ َسلَّ َم ْال ُم َخنَّثِيْنَ ِمن َ ُصلَّى للا
َ علَ ْي ِه َو َ لَ َعنَ النَّ ِبي.
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang menyerupai
wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR. Al-Bukhari no. 5886,
6834, Abu Dawud no. 4930]-pent.
busana wanita dan wanita yang menggunakan busana laki-laki.” [HR. Abu Dawud
no. 4098]-penj.
Bagi seorang muslim, jika hendak mengenakan sandal maka haruslah memulai
dengan kaki kanan dan jika hendak melepaskan memulai dengan kaki kiri.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِّ ِ ِإذَا ا ْنت َ َع َل أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْل َي ْبدَأْ ِبالي ُْمنَى َو ِإذَا َخلَ َع فَ ْل َي ْبدَأْ ِبال.
ش َما ِل
“Apabila salah seorang di antara kamu memakai sandal (sepatu), maka mulailah
dengan yang kanan dan apabila melepasnya mulailah dengan yang kiri.” [HR. Al-
Bukhari no. 5855 dan Muslim no. 2097]
ور ِه َوفِي شَأْنِ ِه ُك ِلِّ ِه ُ سلَّ َم ي ُِحب التَّيَمنَ فِي تَنَع ِل ِه َوت ََرج ِل ِه َو
ِ ط ُه َ ُصلَّى للا
َ علَ ْي ِه َو ُ َكانَ َر.
َ ِسو ُل للا
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai mendahulukan yang kanan
ketika memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya.” [HR. Al-
Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268 (67)]
Hendaknya ketika memakai baju baru, sorban (kopiah atau peci) baru, dan jenis
pakaian lainnya yang baru untuk mengucapkan do’a:
ُ َ ص ِن َع لَهُ َوأ
ع ْوذ ُ ِب َك ِم ْن ُ س ْوت َ ِن ْي ِه أَسْأَلُ َك ِم ْن َخي ِْر ِه َو َخي ِْر َما َ اَللَّ ُه َّم لَ َك ْال َح ْمد ُ أ َ ْن
َ ت َك
ُصنِ َع لَه
ُ َ ش ِ َِّر ِه َوش ِ َِّر ما.
“Ya Allah, hanya bagimu segala pujian, Engkaulah yang telah memberikanku
pakaian, aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan
dari tujuan dibuatnya pakaian ini. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya
dan keburukan dari tujuan dibuatnya pakaian ini.”[3]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman
as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan,
Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua
Shafar 1427H – Maret 2006M] HR. Abu Dawud no. 4020, at-Tirmidzi no. 1822,
al-Hakim IV/192 dengan menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi dari
Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu.-penj