Berdasarkan hasil presentasi yang dilakukan oleh Kraichat Tantrakarnapa dari
Department of Social and Environmental Medicine di Universitas Mahidol tentang
Pendekatan Sistematis untuk permasalahan kabut di Thailand. Permasalahan di Thailand begitu kompleks, hal tersebut terkait dengan budaya masyarakat yang sering membakar tanaman padi yang telah dipanen menyebabkan asapnya menyebar kedaerah perkotaan yang telah tercemar pula melalui polusi udara kendaraan. Pada tahun 2010-2014 pencemaran udara di Thailand telah melewati Nilai Ambang Batas. Adapun Nilai Ambang Batas untuk pencemaran udara di Thailand adalah sebesar PM10. Oleh karena itu pada tahun 2015 untuk mencegah polusi berlebihan dan mereduksi asap-asap tersebut dilakukan upaya sistematis serta pengembangan teknologi secara bertahap untuk mengendalikan masalah kabut yang terjadi di Thailand, maka pendekatan yang paling tepat ialah dengan mengembangkanlah teknologi penyemprotan air di daerah tertentu untuk mereduksi asap melalui penyemprotan air. Permasalah pencemaran udara juga dipengaruhi oleh adanya paparan hidrokarbon di udara bebas yang menyebabkan polusi udara. Hal tersebut sesuai yang dipaparkan oleh Dr. Len Turczynowlcz yang berjudul “Understanding inhalation exposures in vapour intrusion”. Paparan hidrokarbon ini sangat rentan terklorinasi apalagi jika terjadi di ruangan yang rentan. Hal tersebut akan berdampak pada masalah kesehatan manusia. Dampak kesehatan yang terjadi terdapat pada kerusakan ginjal, hati maupun limpa karena paparan ini bersifat karsinogenik yang menumpuk pada organ-organ dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mengendalikannya. Salah satunya dengan memanipulasi keadaan dengan mengendalikan inhalasi uap. Seperti yang dilakukan dalam sebuah studi penelitian, yang menyatakan bahwa dampak uap hidrokarbon bisa di minimalisir dengan memanfaatkan lantai rumah. Lantai rumah tersebut diberikan penambahan Xylene sehingga timbul resapan baru. Jika dikaitkan dengan penelitian pencemaran udara di Indonesia khususnya di rumah sakit bahwa gangguan ekosistem udara terkhusus pencemaran udara dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adanya kuman udara. Adanya kuman udara diketahui dari adanya angka kuman udara yang merupakan indikator kualitas mikrobiologi udara yang diperiksa. Adapun standar kualitas udara khususnya di rumah sakit telah diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Kuman udara tersebut sangat membahayakan bagi pasien, keluarga pasien dan petugas rumah sakit. Hal tersebut akan menimbulkan adanya infeksi nosocomial bagi pasien maupun penyakit akibat kerja yang berdampak pada kesehatan petugas medis maupun petugas nonmedis di rumah sakit.