Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

OSTEOARTHRITIS GENU

Disusun oleh:
Siti Shalihah Ramadhani N, S.Ked 04054821618002
Rd.Nurizki Abriyanti, S.Ked 04054821618003

Kepaniteraan Klinik Bagian Rehabilitasi Medik


Periode 26 Maret – 11 April 2018

Pembimbing: dr.Haidar Nasution

BAGIAN REHABILITASI MEDIK


RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Osteoarthritis Genu

Oleh :
Siti Shalihah Ramadhani Novizar, S.Ked
Rd. Nurizki Abriyanti, S. Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode Periode 26
Maret – 11 April 2018.

Palembang, April 2018

dr. Haidar Nasution

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Osteoarthritis Genu”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Haidar Nasution selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, April 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1. Definisi...............................................................................................3
2.2. Anatomi..............................................................................................3
2.3. Epidemiologi.......................................................................................8
2.4 Etiologi................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................9
2.6 Patofisiologi........................................................................................9
2.7 Diagnosis.............................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................15
BAB III STATUS PASIEN................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro
yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi.1 Osteoartritis merupakan penyakit sendi
degeneratif yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kerusakan
rawan sendi dan tulang subkondral secara bertingkat dan menyebabkan nyeri pada sendi.. 1,2
Osteoartritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari.
Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder
adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan lain-lain. Gambaran patologi
kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan.3 Kelainan utama pada
OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral,
pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi
bersangkutan membentuk efusi.4
Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di
Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah
penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan
menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih
dari 60 tahun menderita OA.5 Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar,
tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.6
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui
dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat mencapai 5% pada
usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk
osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita.5

Hambatan gerak yang seringkali sudah ada meskipun secara radiologis masih berada
pada derajat awal dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik. Selain itu dapat ditemukan
adanya krepitasi, pembengkakan sendi yang seringkali asimetris 5, nyeri tekan tulang, dan
tak teraba hangat pada kulit.7 Sedangkan gambaran berupa penyempitan celah sendi yang
seringkali asimetris, peningkatan densitas tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada

1
pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi dapat ditemukan pada pemeriksaan
radiologis yang menggunakan pemeriksaan foto polos.5 Perubahan- perubahan yang terlihat
pada gambaran radiologis osteoartritis lutut dan panggul dinilai menjadi lima derajat oleh
Kellgren dan Lawrence berdasarkan adanya osteofit, penyempitan ruang sendi, dan adanya
sklerosis dari tulang subkondral.8
Osteoartritis dapat menyebabkan disfungsi dan disabilitas yang dapat menghambat
atau menganggu aktifitas sehari-hari bahkan dapat menimbulkan kecacatan fisik bagi
penderitanya. Untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan yang berupa tindakan
rehabilitasi terapi dengan intervensi fisioterapi dari rehabilitasi medik. Rehabilitasi adalah
pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan
pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat,
dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Fisioterapi
adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis).1 Sedangkan rehabilitasi medis adalah
cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional pasien agar aktivitas
fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal.2

Berikut akan disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita Osteoartritis genu
bilateral yang di rawat di bagian Rehabilitasi Medik RSUD Muhammad Hoesin Palembang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yaitu
sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi
kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan
sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi sehingga
fungsi sendi berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini merupakan suatu proses
degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki
resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA adalah lutut, panggul,
vertebra dan pergelangan kaki.1,3

2. 2. Anatomi
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella yaitu:3

a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di dalam
tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum
membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah
dari kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokhanter mayor dan trokantor
minor, di bagian unjung membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang
disebut kondilus medianus dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut
dengan fossa kondilus.

b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian
pangakal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangakan kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolus
medianus.

3
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha
yang membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau mata kaki luar.

d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.
Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya
jarak patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan
patella diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada
permukaan anterior femur.

Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal3

Ligamentum

Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-
ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi
menjadi dua yaitu ligamen kruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior.
Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen kollateral
medial dan ligamen kollateral lateral.

Ligamen kruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan


ligamen cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen
ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia.

4
Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan
ekstensi dan mencegah gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan
slide ke depan dan ke belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian
depan dan belakang sendi lutut.

Gambar 2. Anatomi sendi lutut normal3

a) Ligamen kruciatum anterior


Ligamen kruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral kondylus femur yang berfungsi
untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi
tibia pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling
dan gliding sendi lutut.

b) Ligamen kruciatum posterior


Ligamen kruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek
dibanding dengan ligamen kruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas
membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa
intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan kondylus medialis femur.
Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap
femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.

5
c) Ligamen kolateral medial
Ligamen kollateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan
membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak
lebih posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di atas
epicondylus medial femur di bawah tuberculum adduktor dan ke bawah menuju
kondylus medial tibia serta pada medial meniscus. Ligamen ini sering mengalami
cidera dan fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke
arah luar.

d) Ligamen kolateral lateral


Ligamen kollateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat di atas
epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini
adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial.
Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.

Kapsul Sendi

Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh


selubung yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi
permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat
diantara tulang-tulang tersebut. Lapisan luar kapsila arikularis (lamina fibrosa)
merupakan salah satu struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk
sendi. Lamina fibrosa dapat menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula
artikularis (lamina synovial) dibentuk oleh membrane synovial yang mensekresikan
cairan sinovial (synovia) ke dalam ruang sendi ujung artikular tulang masanya
membesar dan mempunyai lapisan luar tulang yang tipis tetapi padat (kompakta),
disebelah dalamnya terdapat anyaman tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut ini
termasuk jaringan fibrosus yang avascular sehingga jika cedera sulit proses
penyembuhan.

a. Cartilago articularis/tulang rawan


Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline dan
merupakan jaringan yang avascular, alymphatic dan aneural yang menutupi
permukaan pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subchondral. Fungsi
dari cartilago articularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi sinovial,
yang memungkinkan :

6
- Menahan tekanan pada permukaan persendian.
- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.
- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.

b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, menisces pada sendi lutut adalah
meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2)
peredam kejut (shock absorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi
gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan
diteruskan ke sebuah sendi.

c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan
otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1)
bursa popliteus, (2) bursa suprapatellaris, (3) bursa infrapatellaris, (4) bursa
subcutan prapatelaris, (5) busra sub patellaris.6

Gambar 3. Anatomi sendi lutut normal dan OA6

7
2.3. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum
ditemukan di dunia. Satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap
osteoartritis. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling sering dijumpai. Penelitian
epidemiologi menemukan bahwa kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria
dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA pada lutut kanan,
sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada
wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan
pada lutut kiri sebanyak 24,7%.3

2.4. Etiologi
Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi ada
beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis.4

a. Usia
Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia, biasanya
mengenai usia dewasa madya hingga lansia, tetapi sering pada usia lebih dari 50
tahun. Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai dengan
pertumbuhan umur, namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia saja,
melainkan juga dapat terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi.4

b. Jenis Kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita dibanding dengan
pria, 3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan bentuk pinggul antara
pria dan wanita.4

c. Faktor Herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya pada
seorang ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan anaknya
berpeluang 3 kali lebih sering untuk terkena penyakit yang sama.4

8
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi. Selama
berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu peningkatan
berat badan akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.4

e. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga


Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada sendi sehingga
berdampak pada kejadian penyakit osteoartritis. Selain itu pekerjaan yang berat akan
menjadi penentu beratnya osteoartritis yang dialami.4

2.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.1
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Daerah predileksi OA
biasanya mengenai sendi – sendi penyangga tubuh seperti di pada lutut. Selain itu dapat juga
terjadi pada sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut
dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat dan kemerahan.3,4

2.6. Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik karena
disebabkan oleh faktor genetik yaitu dengan adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah
rusak. Sedangkan osteoartritis sekunder adalah penyakit yang didasari kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama
serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas.4,5
Osteoartritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum diketahui. Kondrosit adalah sel yang
tugasnya membentuk proteglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat
kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan tidak mampu memelihara
keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen

9
tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang
mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya.6
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoartritis, terutama
setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit
yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan
berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan
sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut
berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik rawan
sendi.4,5 Peningkatan enzim-enzim yang merusak matriks tulang rawan sendi mengakibatkan
terjadi kerusakan fokal tilang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru
pada dasar lesi tulang rawan sendi.6
Osteoartritis disebut sebagai penyakit degeneratif karena dengan bertambahnya usia
terjadi perubahan rawan sendi glikosiaminoglikan menjadi memendek sehingga kemampuan
proteoglikan untuk menahan air menjadi berkurang. Hal ini akan mengakibatkan fungsi
rawan sendi sebagai bantalan terhadap beban sendi akan berkurang. Selain itu jaringan
kolagen juga menjadi patah-patah yang mengakibatkan timbulnya fisur pada rawan sendi.5

2.7. Diagnosis
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala utama adalah nyeri
pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi,
biasanya semakin bertambah berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi
hari dapat timbul setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau
setelah bangun tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi
keluhan dari penderita osteoartritis.1,4,5

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut:4,5,6,7


1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus. Pada tes
ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit

10
penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi
lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan.
Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus
medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.6

Gambar 4. Pemeriksaan McMurray

2. Anterior Drawer Test


Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut. Penderita
harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut fleksi dan kedua kaki
sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan
hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan
kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.6

Gambar 5. Pemeriksaan Anterior Drawer Test

3. Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.6

11
Gambar 6. Pemeriksaan Posterior Drawer Test

4. Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira dalam sudut
300, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan
tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan
tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan
untuk digerakkan ke arah anterior.6

Gambar 7. Pemeriksaan Lachman

5. Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya
meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan
pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan
dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi).
Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis persendian lutut
maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada.6

12
Gambar 8. Pemeriksaan Apley Compresion Test

6. Apley Distraction Test


Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada persendian
lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test.
Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dan kedalam
dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri
maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.6

Gambar 9. Pemeriksaan Apley Distraction Test

Pemeriksaan Penunjang:6,7
 Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
 Pemeriksaan laboratorium darah
 Analisa cairan sendi

13
a. Pemeriksaan Radiologis5,6
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &
Lawrence :6,7

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 10. Kriteri Kellgren and Lawrence


(A) Derajat 1. (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4

1. Derajat 0 : radiologi normal.


2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis
yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut


idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:7

14
Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
9 berikut : dari 3 berikut: dari 6 berikut :
 Umur > 50 tahun  umur> 50 tahun  umur> 50 tahun
 stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit
 krepitasi  krepitasi + osteofit  krepitasi
 nyeri pada tulang  nyeri pada tulang
 pelebaran tulang  pelebaran tulang
 tidak hangat pada  tidak hangat pada
perabaan perabaan
 LED < 40mm/jam
 Rheumatoid factor
<1:40
 Cairan sinovial : jernih,
viscous, leukosit
<2000/mm3

2.8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah:7,8,9
1. Menghilangkan rasa nyeri
2. Mengurangi disabilitas
3. Memperbaiki fungsi sendi yang terkena
4. Menghambat progresifitas

Penatalaksanaan OA terdiri dari pengobatan/medikamentosa yang terdiri dari


analgesik dan anti inflamasi (sering digunakan NSAID) dan program rehabilitasi medik.
Terapi untuk setiap pasien OA tergantung dari distribusi dan keparahan sendi yang
terlibat, penyakit lain yang menyertai, obat-obatan lain yang dipakai, dan alergi.
Penatalaksanaan setiap individu dengan OA dimulai dengan edukasi pasien, terapi fisik,
pengurangan berat badan atau pemakaian alat bantu. Program rehabilitasi medik yang
sering dilakukan pada OA dapat berupa:8,10

Fisioterapi
a. Terapi panas superfisial

15
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja
(Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas
dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai
ke otot,tulang, dan sendi Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang
pendek (SWD), Diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan
SWD (short wave diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).8

b. Terapi dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat
juga menggunakan es yangdikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat
berupa cryotherapy, kompres es dan masase es.8

c. Terapi listrik
Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS
merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.8

d. Hidroterapi
Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan
bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu
air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa
nyaman.8

16
e. Latihan penguatan otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi,
menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan
fungsi yang menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan
dan rekreasi.9

f. Ortotik Prostetik
Digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan,
menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA
biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.9

g. Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS)
untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan
kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.9

h. Psikologi
Terapi psikologi diperlukan untuk pemberian motivasi dan penanaman sugesti positif
terhadap pasien agar mendapatkan kepercayaan dirinya kembali untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.9

i. Sosial medik
Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan
penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan
masyarakat.9

17
BAB III
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. L S
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Palembang
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Periksa : 29 Maret 2018
No RM : 435726

B. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua lutut

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 4 tahun yang lalu pasien mengeluhkan nyeri di kedua
lututnya. Pasien mengatakan nyeri tersebut hilang timbul. Kedua lutut
terasa nyeri dan kaku hingga sulit untuk digerakkan terutama setelah
bangun tidur pagi. Nyeri dirasakan selama kurang lebih 15 menit. Pasien
tidak meminum obat ataupun jamu apapun untuk mengurangi nyeri
tersebut karena nyeri sering hilang sendiri tanpa diapa-apakan.
Tiga bulan yang lalu pasien mulai merasa lututnya makin nyeri
dan sulit untuk digerakkan, terutama saat berjalan namun nyeri hilang
dengan istirahat. Walaupun pasien merasa ada sedikit gangguan dalam
berjalan, namun pasien masih tidak memerlukan alat bantu apapun untuk
berjalan.
Dua minggu yang lalu, pasien mengatakan keluhan – keluhan
yang dialaminya makin bertambah hebat. Lutut terasa nyeri dan panas,
nyeri dirasakan terus menerus dan makin bertambah bila digunakan untuk
berjalan. Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien kesulitan untuk

18
berjalan dan menjalankan aktivitas sehari-harinya, kemudian pasien
berobat ke Puskesmas, karena keluhan tidak membaik, pasien
memutuskan ke RSUD Dr.Mohammad Hoesin Palembang.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
Penderita merupakan ibu rumah tangga, perkerjaan sehari-hari berupa
menyapu, memasak (berdiri lama) dan mencuci. Penderita juga sering
berbelanja di pasar dengan berjalan kaki dan membawa keranjang belanja
yang cukup berat.

G. Riwayat Sosial Ekonomi


Suami pasien adalah seorang petani, saat ini tinggal dengan anaknya.
Pasien makan sehari tiga kali, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu,
telur, ikan, jarang makan daging, buah-buahan dan minum susu.

19
H. Riwayat Psikologis
Penderita merasa cemas dengan penyakit yang di derita karena penderita takut
penyakitnya bertambah parah, tidak dapat disembuhkan dan memperhambat
perkerjaan sehari-hari.

II. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan lebih
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,6º C per aksila
BB : 75 Kg
TB : 155 cm
BMI : 31,2 (obesitas derajat II)
VAS 8
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
4. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
5. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

20
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (+),
stoma.
9. Leher
Simetris, trakea di tengah,kelenjar getah bening tidak membesar, nyeri tekan
(-), benjolan (-)
10. Thorax
 Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,


bising(-)

 Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
11. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis
(-) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebrae (-)
12. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani, pekak beralih (-)

21
13. Ektremitas
Oedem Akral dingin

- - - -

- - - -

14. Status Lokalis (Genu Dextra et Sinistra)


Inspeksi : deformitas (-/-), peradangan (-/-), varises (-/-)
Palpasi : nyeri tekan (+/+), nyeri gerak (+/+minimal), krepitasi (+/+)
Movement : Nyeri gerak ( +/+ )

Visual Analogue Scale (VAS) genu dekstra

29 Maret 2018

0 8 10

Visual Analogue Scale (VAS) genu sinistra

29 Maret 2018

0 8 10

22
15. Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dekstra dan sinistra

Dekstra Sinistra Normal


Q angle 180 180 13-18º
Lingkar Paha 45 cm 45 cm
Lingkar Betis 32 cm 32 cm
!

16. Status Motorik

Ekstremitas Inferior

Status Motorik
Dekstra Sinistra

Gerakan Normal Normal

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus otot Normal Normal

Refleks fisiologis Normal Normal

Refleks patologis - -

23
17. Sensibilitas

Ekstremitas Inferior
Sensibilitas
Dekstra Sinistra

Eksteroseptif Normal Normal

Proprioseptif Normal Normal

18. Tes Provokasi

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Anterior drawer test - -

Posterior drawer test - -

McMurray’s test - -

Apley grinding test - -

Apley distraction test - -

24
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rontgen genu dekstra dan sinistra AP/ lateral tanggal 29 Februari 2018.

Kesan : Osteoatritis (OA) genu bilateral. Tak tampak fraktur atupun disloksi tulang

DIAGNOSIS

Diagnosa klinik : Osteoartritis genu bilateral

Diagnosa Etiologi : Degeneratif

Diagnosa Topis : Kartilago genu bilateral

Diagnosa fungsional :

o Impairment : keterbatasan dalam ruang lingkup gerak sendi lutut

o Disabilitas : pasien masih mampu melakukan kegiatan di masyarakat

o Handicap : keterbatasan aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri pada


kedua lutut

PROBLEM

o Nyeri kedua lutut


o Keterbatasan lingkup gerak sendi ( LGS ) genu dekstra dan sinistra

25
o Gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) terutama berdiri lama dan
berjalan jauh
TATALAKSANA

FARMAKOLOGIS:

- Anti-inflamasi dan analgetik (golongan NSAID)


- Obat pelindung mukosa lambung (PPI dan Sukralfat)

NON FARMAKOLOGIS:

KIE

PROGRAM REHABILITASI MEDIK:

a. Fisioterapi
 Terapi panas : MWD, dan Ultra Sound pada genu bilateral
 Terapi dingin :-
 Stimulasi listrik : TENS genu bilateral
 Terapi latihan : - latihan isometric untuk ekstremitas inferior
- gentle stretching genu bilateral
b. Hidroterapi:
Latihan di dalam air berupa gerakan “The Rocking Horse Aquatic Exercise”
dapat meningkatkan input sensorik ke otot melalui turbulensi, tekanan, dan temperatur
air. Air juga dapat menurunkan aktivitas otot dan resultan relaksasi yang didapatkan dari
buoyancy air sehingga dapat menurunkan nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi
menguatkan otot, dan memperbaiki postur.

c. Okupasi Terapi :
 ROM exercise : Latihan Fleksibilitas dengan luas gerak sendi penuh
 ADL exercise : Latihan berjalan dan latihan dalam meakukan aktivitas sehari-
hari

26
d. Ortotik Prostetik
 Ortotic : Rencana pemakaian Knee Brace, lutut kiri dan kanan
 Prostetik :-
 Alat bantu ambulasi : -

e. Terapi wicara
 Afasia :-
 Dysartria :-
 Dysphagia :-

f. Sosial Medik
Memberi edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang di derita dan
memberi dukungan agar penderita rajin mengikuti terapi.

g. Home Program dan Edukasi


 Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga,
berjalan lama, berdiri dalam waktu yang lama, dan membawa beban yang berat.
 Mengurangi berat badan.
 Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).
 Menggunakan WC duduk
 Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.

PROGNOSIS

o Qua ad vitam : dubia ad bonam


o Qua ad sanationam : dubia ad bonam
o Qua ad functionam : dubia ad mala

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan


Osteoartritis Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011
2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar
Operasional Prosedur. DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar
IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2003;1197-235.
4. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In:
Harrison‟smanual of medicine 15 thed. Boston: McGraw-Hill:
2002;748-49.
5. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd
edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
6. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT
Manado: 2010.
7. Erwinanti E. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan SWD
dengan atau tanpa latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [skripsi]. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang; 2000.
8. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB
Rehabilitasi Medik, Surabaya: 2005
9. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
padaTatalaksana Osteoartritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran
EthicalDigest. Februari 2006;46-54
10. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology
secrets,2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.

Anda mungkin juga menyukai