Anda di halaman 1dari 10

Ayucitra: POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI ...

POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI


ANTIOKSIDAN ALAMI MINYAK GORENG NABATI
Aning Ayucitra1), Nani Indraswati1), Viska Mulyandasari2), Yulianus Kurniawan Dengi2),
Gideon Francisco2), dan Aditya Yudha2)
E-mail: aayucitra@yahoo.com

ABSTRAK

Antioksidan adalah substansi yang dapat menghambat atau mencegah proses oksidasi pada substrat yang
mudah teroksidasi (bahan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak) jika ditambahkan pada
konsentrasi rendah. Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu antioksidan
sintetis dan antioksidan alami. Antioksidan sintetis yang dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk minyak
nabati adalah tert-butyl hydroquinon (TBHQ), sedangkan antioksidan alami umumnya diperoleh dari senyawa
fenolik atau polifenol tumbuhan yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, tokoferol, dan
lain-lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari potensi senyawa fenolik bahan alam sebagai antioksidan
alami minyak goreng kelapa sawit. Senyawa fenolik diperoleh dengan cara mengekstrak tongkol jagung dan
kulit petai dengan menggunakan pelarut etanol. Ekstrak fenolik yang diperoleh selanjutnya diaplikasikan dalam
simulasi proses penggorengan dengan minyak goreng kelapa sawit dan dibandingkan dengan simulasi
penggorengan di mana ditambahkan antioksidan sintetis TBHQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan alami ekstrak tongkol jagung dan kulit petai dapat
menghambat oksidasi pada minyak goreng kelapa sawit selama proses penggorengan berlangsung. Antioksidan
alami dari kulit petai mampu mengurangi nilai PV lebih besar dibandingkan dengan antioksidan sintetis TBHQ,
demikian pula halnya dengan nilai p-AnV. Penambahan ekstrak fenolik pada minyak dapat meningkatkan kadar
FFA, namun peningkatan ini masih memenuhi syarat SNI untuk minyak goreng.

Kata kunci: tongkol jagung, kulit petai, antioksidan alami, fenolik, kualitas, minyak goreng

PENDAHULUAN mendapat respon negatif karena berpotensi


Penggunaan minyak goreng dalam proses menyebabkan kanker dalam tubuh[2,3]. Di
penggorengan secara berulang-ulang dapat beberapa negara maju, seperti Jepang dan
mengakibatkan terjadinya oksidasi pada Kanada, penggunaan antioksidan sintetis seperti
minyak, sehingga minyak menjadi mudah BHA, BHT, dan TBHQ telah dilarang[2]. Oleh
tengik dan berbahaya bagi kesehatan karena karena itu, penggunaan antioksidan alami
mengandung radikal bebas yang dapat sebagai pengganti semakin diminati karena
mengakibatkan tubuh mudah terserang berbagai dipercaya lebih aman untuk kesehatan.
macam penyakit. Untuk mencegah proses Indonesia, sebagai salah satu negara
oksidasi tersebut, maka perlu ditambahkan agraris yang kaya akan sumber daya alam,
antioksidan pada minyak goreng sebelum memiliki beragam tumbuhan yang berpotensi
digunakan dalam proses penggorengan[1]. besar untuk dimanfaatkan, salah satunya
Minyak goreng kelapa sawit merupakan salah sebagai sumber antioksidan alami[4]. Dari studi
satu bahan kebutuhan pokok masyarakat literatur menunjukkan bahwa tanaman jagung
Indonesia sehingga perlu adanya jaminan dan petai mengandung senyawa fenolik yang
kesehatan terhadap antioksidan yang digunakan berpotensi sebagai antioksidan untuk minyak
untuk produk minyak goreng kelapa sawit yang nabati[3,4,5]. Tanaman jagung dan petai tersedia
dipasarkan di masyarakat. melimpah di Indonesia karena kedua tanaman
Antioksidan yang umumnya ditambahkan ini mudah tumbuh di mana saja, akan tetapi
pada minyak goreng adalah antioksidan sintetis tongkol jagung maupun kulit petai masih belum
seperti butylated hydroxyanisole (BHA), banyak dipergunakan dan biasanya dibuang
butylated hydroxytoluene (BHT), tert-butyl begitu saja sebagai limbah. Oleh karena itu,
hydroquinone (TBHQ), dan propyl gallat[1,2]. pemanfaatan tongkol jagung dan kulit petai
Antioksidan sintetis lebih sering digunakan sebagai sumber antioksidan alami sangat
sebagai antioksidan minyak goreng karena menjanjikan dan perlu untuk diteliti lebih
tergolong murah dan cukup efektif untuk dalam.
digunakan sebagai antioksidan. Namun dewasa Pada penelitian ini, senyawa fenolik dari
ini pemakaian antioksidan sintetis mulai tongkol jagung dan kulit petai diperoleh dengan
1)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Mahasiswa di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (1-10)

cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol. atau polifenol yang dapat berupa golongan
Pelarut etanol dipilih karena tergolong murah, flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,
mudah diperoleh, dan relatif lebih aman tokoferol, dan asam-asam organik
dibandingkan dengan pelarut organik lain[3]. polifungsional. Senyawa antioksidan alami
Hasil ekstrak yang diperoleh lalu ditambahkan polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat
ke dalam minyak goreng kelapa sawit sebelum beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal
dilakukan simulasi proses penggorengan. bebas, pengkelat logam, dan peredam
Kualitas minyak goreng (dinyatakan dalam terbentuknya singlet oksigen (1O2)[7].
parameter PV, p-AnV, dan FFA) dengan Antioksidan alami memiliki beberapa
penambahan ekstrak akan dibandingkan dengan keunggulan dibandingkan antioksidan sintetis
kualitas minyak goreng dengan penambahan karena antioksidan alami bersifat aman bila
antioksidan sintetis TBHQ. Melalui penelitian dikonsumsi. Selain itu, antioksidan alami tidak
ini diharapkan dapat diperoleh antioksidan hanya menghambat reaksi kimia oksidasi yang
alami yang memiliki kemampuan setara dengan dapat merusak makromolekul dan dapat
antioksidan sintetis TBHQ dan meningkatnya menimbulkan berbagai masalah kesehatan,
perhatian dari produsen minyak goreng dan namun juga menambahkan kandungan nutrisi
masyarakat terhadap penggunaan antioksidan pada minyak goreng[8]. Contoh antioksidan
alami sebagai pengganti antioksidan sintetis alami yang dapat digunakan untuk mencegah
pada minyak goreng kelapa sawit. oksidasi pada minyak kelapa sawit selama
proses penggorengan adalah rosemary dan
TINJAUAN PUSTAKA sage. Aktivitas kedua antioksidan alami ini
Antioksidan adalah substansi yang dapat diteliti oleh Yaakob dan kawan-kawan[9]. Hasil
menghambat atau mencegah proses oksidasi penelitian menunjukkan bahwa kedua
pada oxidizable substrate jika ditambahkan antioksidan tersebut dapat memperlambat laju
pada konsentrasi rendah. Oxidizable substrate oksidasi pada minyak kelapa sawit selama
dapat berupa bahan makanan yang mengandung proses penggorengan dengan memberikan harga
karbohidrat, protein, dan lemak[6]. Berdasarkan PV sekitar 50% lebih rendah.
sumbernya, antioksidan dibagi dalam dua Antioksidan yang ditambahkan pada
kelompok, yaitu antioksidan sintetis bahan makanan dapat mencegah proses
(antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis autooksidasi minyak. Mekanisme autooksidasi
reaksi kimia) dan antioksidan alami pada minyak atau lemak diilustrasikan dalam
(antioksidan hasil ekstraksi bahan alam). Ada Gambar 1 berikut[10].
lima antioksidan sintetis yang penggunaannya
Inisiasi
menyebar luas di seluruh dunia, yaitu butylated
hydroxyanisole (BHA), butylated Propagasi
hydroxytoluene (BHT), tert-butyl hydroquinone
(TBHQ), propyl gallate, dan tokoferol. Terminasi Produk non
Antioksidan tersebut telah diproduksi secara radikal yang
lebih stabil
sintetis untuk tujuan komersial[7]. Di antara
kelimanya, antioksidan sintetis yang dikenal Gambar 1. Mekanisme Autooksidasi Minyak
sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak
dan minyak, khususnya minyak nabati, adalah Inisiator pada tahap inisiasi berupa
TBHQ karena memiliki kemampuan radikal bebas yang terbentuk melalui berbagai
antioksidan yang baik pada saat penggorengan. cara, yaitu disosiasi hidroperoksida karena
TBHQ berbentuk bubuk putih sampai coklat pemanasan, dekomposisi hidroperoksida karena
terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak katalis logam, dan photosensitization. Radikal
dan minyak, serta tidak membentuk kompleks bebas dapat pula terbentuk dari proses
warna dengan unsur besi (Fe) dan tembaga fotooksidasi. Radikal bebas ini akan menyerang
(Cu), tetapi dapat berubah menjadi pink dengan molekul minyak dan menyebabkan unsaturated
adanya basa[7]. Sebagai diphenolic antioxidant, fatty acid kehilangan atom H dan menjadi lipida
TBHQ lebih efektif dalam minyak nabati (alkil) radikal (R·). Lipida radikal ini sangat
dibandingkan BHT dan BHA. Sebagai reaktif dan dapat bereaksi dengan triplet
antioksidan primer, TBHQ mendonorkan atom oksigen menghasilkan peroksi radikal (ROO·).
hidrogen pada radikal bebas selama Selama tahap propagasi, peroksi radikal ini
[6]
autooksidasi . bereaksi dengan unsaturated fatty acid
Senyawa antioksidan alami pada menghasilkan hidroperoksida (ROOH) dan
tumbuhan umumnya berupa senyawa fenolik lipida radikal (R·) baru. Lipida radikal yang
2
Ayucitra: POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI ...

baru terbentuk ini akan bereaksi dengan oksigen maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan
dan kembali menghasilkan peroksi radikal (A•) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif
(ROO·) baru. Reaksi self-catalyzed oksidasi ini stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk
akan terus berulang membentuk siklus oksidasi dapat bereaksi dengan molekul lipida lain
pada minyak. Reaksi autooksidasi ini baru akan membentuk radikal lipida baru. Radikal-radikal
berakhir ketika dua radikal bebas bergabung antioksidan dapat saling bereaksi membentuk
membentuk produk non radikal yang bersifat produk non radikal[7].
stabil pada tahap terminasi[11]. Antioksidan sebaiknya ditambahkan ke
Berdasarkan fungsinya, ada dua jenis lipida seawal mungkin untuk menghasilkan
antioksidan, yaitu antioksidan primer dan efek maksimum. Antioksidan hanya akan
antioksidan sekunder. Antioksidan primer benar-benar efektif bila ditambahkan seawal
berperan sebagai hydrogen donors, yaitu mungkin selama periode induksi. Periode
dengan jalan memberikan atom hidrogen pada induksi adalah periode awal oksidasi di mana
radikal peroksida yang terbentuk selama tahap oksidasi lipida masih berjalan secara lambat
inisiasi. Antioksidan sekunder menjalankan mencapai tahap oksidasi yang lebih cepat (rapid
fungsinya sebagai metal deactivator, oxygen accelerated of oxidation)[7]. Periode induksi
scavanger, dan reducing agents[6]. Perbedaan dapat menunjukkan stabilitas minyak di mana
utama dengan antioksidan primer adalah periode induksi yang semakin singkat
antioksidan sekunder tidak mengubah radikal menunjukkan bahwa minyak semakin cepat
bebas menjadi molekul yang lebih stabil. teroksidasi[12].
Antioksidan sekunder berperan sebagai chelator Senyawa antioksidan yang paling banyak
untuk ion logam, menon-aktifkan singlet terdapat dalam petai adalah polifenol,
oxygen, menyerap radiasi ultraviolet, atau flavonoids, dan vitamin C, di mana ketiganya
berperan sebagai oxygen scavanger. Fungsi merupakan senyawa polar dan mudah larut di
antioksidan sekunder adalah meningkatkan dalam air[5]. Polifenol merupakan senyawa
aktivitas antioksidan primer. Beberapa contoh turunan fenol yang mempunyai aktivitas
antioksidan sekunder antara lain: vitamin C sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik
(asam askorbat), karotenoid, dan asam sitrat[6]. biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan
Mekanisme penghambatan radikal lipida oleh akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik,
antioksidan primer seperti terlihat pada Gambar farmasi, dan plastik. Fungsi polifenol sebagai
2. penangkap dan pengikat radikal bebas dari ion-
ion logam yang rusak. Flavonoids dan asam
phenolic berfungsi sebagai pemakan radikal
bebas. Pada umumnya, kandungan senyawa
phenolic dinyatakan dalam Gallic Acid
Equivalent (GAE). Gallic acid ini banyak
digunakan sebagai standar karena stabil dan
dapat diperoleh dalam bentuk yang murni, serta
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan jenis senyawa standar yang lain. Dari
Gambar 2. Reaksi Penghambatan Antioksidan hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa
Primer Terhadap Radikal Lipida[6] kandungan senyawa fenolik dalam biji petai
sebesar 32,03 mg gallic acid per g serbuk petai
Antioksidan yang ditambahkan pada atau 3,203 g GAE per 100 g serbuk petai[13].
minyak goreng bertujuan untuk menghambat Salah satu cara untuk menguji aktivitas
laju oksidasi[6], sesuai dengan mekanisme yang antioksidan adalah dengan menggunakan
terlihat pada Gambar 2. Antioksidan primer metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhydrazyl
(AH) dapat memberikan atom hidrogen secara radicals). Metode ini umumnya digunakan
cepat ke radikal lipida (R•, ROO•) dan dalam penentuan Total Antoxidant Capacity
mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara (TAC)[14]. Dari penelitian sebelumnya diketahui
turunan radikal antioksidan (A•) tersebut bahwa TAC pada petai (Parkia speciosa) adalah
memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal sebesar 23,88 μmol Trolox Equivalent per g
lipida[7]. Penambahan antioksidan (AH) primer petai[13]. Metode serapan radikal DPPH
dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat merupakan metode yang sederhana, mudah, dan
menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi menggunakan sampel dalam jumlah sedikit
lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat dengan waktu singkat[15]. Pengukuran aktivitas
menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi

3
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (1-10)

antioksidan sampel dilakukan pada panjang tersebut[6,19]. Kerusakan ini terjadi selama
gelombang maksimum 515 nm untuk DPPH proses di industri, pendistribusian, dan
dengan konsentrasi 50 μM). Adanya aktivitas penyimpanan, serta saat digunakan untuk
antioksidan menyebabkan perubahan warna memasak[3].
pada larutan DPPH dalam metanol yang semula Selama proses pemanasan (sebagai
berwarna violet pekat menjadi kuning pucat [16]. simulasi dari proses penggorengan), akan
Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam terjadi perubahan struktur fisika-kimia minyak
persentase inhibisi, yaitu kemampuan dikarenakan terjadinya reaksi oksidasi minyak
antioksidan untuk menghambat aktivitas radikal dan degradasi asam lemak. Oksidasi pada
bebas. Persentase inhibisi ini didapatkan dari minyak menyebabkan terbentuknya berbagai
perbedaan serapan antara absorban DPPH senyawa hasil oksidasi lemak berupa senyawa
dengan absorban sampel yang diukur dengan alkohol, aldehida, keton, ester, dan senyawa
spektrofotometer UV-VIS[17]. Dari sejumlah siklis. Sebagian senyawa hasil dekomposisi
penelitian pada tanaman obat ditemukan bahwa minyak terurai dan menguap, sedangkan
banyak tanaman obat yang mengandung sebagian lainnya dapat saling berinteraksi
antioksidan dalam jumlah besar. Efek membentuk senyawa polimer. Pengukuran
antioksidan terutama disebabkan karena adanya kandungan asam lemak bebas (FFA) serta
senyawa fenol seperti flavonoid dan asam produk hasil oksidasi primer dan sekunder
fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang (dinyatakan dalam nilai PV dan p-AnV) pada
memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa minyak merupakan salah satu metode yang
fenol yang mempunyai gugus hidroksil yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas
tersubstitusi pada posisi ortho dan para minyak goreng[20].
terhadap gugus –OH dan –OR[17]. Perubahan fisik pada minyak selama
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pemanasan/penggorengan umumnya berupa
daging buah kelapa sawit (palm oil) maupun meningkatnya viskositas dan intensitas warna
dari biji kelapa sawit (palm kernel oil). Minyak minyak, sedangkan perubahan kimia pada
kelapa sawit merupakan salah jenis minyak minyak meliputi meningkatnya kadar asam
goreng dengan komposisi asam lemak jenuh lemak bebas, carbonyl compound, dan produk
yang berimbang di mana asam palmitat dan dengan berat molekul yang lebih tinggi (produk
asam oleat merupakan komponen terbesarnya hasil polimerisasi), serta penurunan jumlah
(39,8% dan 42,5%, secara berurutan). Warna unsaturated fatty acid dan kandungan nutrisi
minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm minyak[21]. Pemanasan memberikan energi
Oil (CPO) biasanya kuning kemerahan dengan aktivasi yang lebih besar pada asam lemak,
jumlah karoten yang besar (0,05-0,2%). Warna menyebabkan minyak lebih mudah
ini tidak banyak dipengaruhi oleh proses terdekomposisi menjadi produk volatil dan non-
netralisasi alkali, tetapi dengan proses volatil sehingga menurunkan kualitas minyak
hidrogenasi warna minyak kelapa sawit dapat tersebut[21,22]. Selain itu, antioxidative activity
berubah menjadi warna kuning yang sama dari antioksidan alami yang terkandung pada
dengan minyak nabati lainnya[6]. minyak seperti tokoferol mengalami penurunan
Standar Nasional Indonesia (SNI 01- dengan meningkatnya suhu pemanasan[11].
2901-2006) menetapkan mutu minyak goreng
kelapa sawit memiliki kadar air sebesar berkisar METODE PENELITIAN
0,1-0,5% dan kadar Free Fatty Acid (FFA) Dalam penelitian ini, bahan alami yang
sebesar 0,1-0,6%[18], sedangkan parameter digunakan adalah tongkol jagung dan kulit petai
kualitas minyak goreng secara umum dengan pelarut dalam proses ekstraksi adalah
menetapkan harga Peroxide Value (PV) etanol. Limbah tongkol jagung diperoleh dari
maksimum adalah 10 meq peroksida/kg minyak kantin kampus Kalijudan, Universitas Katolik
dan harga para-Anisidine Value (p-AnV) Widya Mandala Surabaya, sedangkan limbah
maksimum adalah 6[6]. kulit petai diperoleh dari Pasar Keputran
Kerusakan pada minyak goreng dapat Surabaya.
terjadi karena kontak antara minyak goreng Prosedur penelitian ini dibagi menjadi
dengan oksigen maupun uap air. Kontak antara tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan ekstrak, 2)
minyak goreng dengan oksigen menyebabkan analisis ekstrak yang meliputi yield ekstrak dan
terjadinya oksidasi, sedangkan kontak antara total phenolic compound (TPC), serta 3) uji
minyak goreng dengan uap air menyebabkan kualitas minyak goreng kelapa sawit dengan
terjadinya reaksi hidrolisis, sehingga dan tanpa penambahan antioksidan baik alami
menimbulkan rasa dan bau tengik pada minyak maupun sintetis. Tahap pertama merupakan
4
Ayucitra: POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI ...

tahap persiapan ekstrak, yang diawali dengan 765 nm[23,24,25]. Reaksi yang terjadi antara
proses pengecilan ukuran untuk masing-masing reagen Folin-Ciocalteu dengan senyawa
bahan dan dilanjutkan dengan proses ekstraksi pereduksi belum diketahui, namun diasumsikan
menggunakan pelarut etanol[5]. Setelah itu, bahwa phospho-molibdic tungstate dalam
padatan dipisahkan dengan pelarutnya reagen Folin-Ciocalteu bereaksi dengan
kemudian pelarut diuapkan untuk mendapatkan senyawa pereduksi membentuk senyawa
serbuk hasil ekstrak. Hasil ekstrak serbuk kompleks yang mengubah warna kuning
tongkol jagung maupun kulit petai disimpan menjadi biru[3]. Pada umumnya, kandungan
dalam lemari es pada suhu 5oC hingga senyawa fenolik dinyatakan dalam Gallic Acid
dipergunakan dalam tahap selanjutnya[5]. Pada Equivalent (GAE). Gallic acid banyak
tahap ketiga, setiap serbuk ekstrak dianalisis digunakan sebagai standar karena stabil dan
kandungan fenolik (TPC) dan aktivitas dapat diperoleh dalam bentuk yang murni, serta
antioksidannya. Pada tahap keempat, serbuk harganya yang murah dibandingkan dengan
ekstrak sebagai antioksidan alami ditambahkan jenis senyawa standar yang lain[23].
ke dalam minyak goreng kelapa sawit kemudian Analisis sampel ekstrak dilakukan dengan
dipanaskan dan diuji kualitas minyak goreng menimbang sampel ekstrak sebanyak 1 mg dan
dengan parameter uji Peroxide Value (PV), dilarutkan ke dalam 1 mL metanol. Larutan
kadar para-Anisidine Value (p-AnV), dan kadar dicampur dengan 5 mL reagen Folin-
Free Fatty Acid (FFA). Sebagai kontrol, Ciocalteau 1:10 (v/v), dan ditambahkan 4 mL
digunakan minyak goreng kelapa sawit tanpa Natrium karbonat 7,5% (w/v). Larutan
penambahan antioksidan, dan sebagai dibiarkan selama 30 menit pada suhu ruang lalu
pembanding adalah minyak goreng kelapa sawit diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
dengan penambahan antioksidan sintetis UV-Vis pada panjang gelombang 765 nm.
(TBHQ). Kadar senyawa fenolik dapat dihitung
dengan persamaan:
Tahap Persiapan Ekstrak C
cV (1)
Bahan baku berupa tongkol jagung kering m
dan kulit petai terlebih dahulu dipotong kecil- dengan:
kecil (ukuran 1 mm x 1 mm) dan dijadikan C = konsentrasi total fenolik (mg GAE/g
serbuk sebelum dipakai dalam proses ekstraksi. ekstrak)
Proses ekstraksi dilakukan menggunakan c = konsentrasi gallic acid (mg/L)
pelarut etanol dengan perbandingan jumlah V = volume larutan ekstrak serbuk kulit petai
solid terhadap pelarut adalah 1 : 10 (b/v)[5] pada dalam metanol (10 mL)
kecepatan pengadukan 500 rpm sampai m = massa ekstrak serbuk kulit petai (g)
diperoleh yield ekstrak konstan. Larutan filtrat
didinginkan lalu disaring dengan kertas Uji Kualitas Minyak
Whatman 110 mm. Filtrat dipekatkan dengan Pada uji kualitas minyak, minyak nabati
vakum oven pada suhu 50oC pada tekanan yang digunakan adalah minyak goreng kelapa
rendah (600 mmHg) hingga diperoleh serbuk sawit karena jenis minyak goreng ini yang
ekstrak. Terhadap masing-masing sampel paling banyak digunakan oleh masyarakat.
ekstrak dilakukan analisis yield ekstrak, Total Ke dalam sampel minyak goreng kelapa
Phenolic content (TPC), dan aktivitas sawit sebanyak 25 mL ditambahkan antioksidan
antioksidan. Untuk mengetahui potensi sintetis (TBHQ) dengan konsentrasi 200 mg/L.
senyawa fenolik dalam ekstrak tongkol jagung Konsentrasi ini ditentukan berdasarkan batas
dan kulit petai sebagai antioksidan alami maksimum yang diijinkan untuk penambahan
minyak nabati, maka ekstrak yang diperoleh antioksidan sintetis pada minyak goreng[3,6].
selanjutnya diaplikasikan dalam simulasi proses Dalam uji kualitas minyak, sampel dipanaskan
penggorengan dengan minyak goreng kelapa pada suhu 60oC selama 48 jam dan 180oC
sawit. selama 3 jam. Pemilihan suhu pemanasan 60oC
mengikuti prosedur Schaal oven test yang
Penentuan Total Phenolic Content (TPC) merupakan accelerated stability test sebagai
Dalam penelitian ini, analisis Total simulasi penyimpanan minyak goreng. Hasil
Phenolic Content (TPC) dilakukan berdasarkan accelerated stability test ini menunjukkan
Folin-Ciocalteu Micro Test Method korelasi yang baik dengan actual shelf stability
menggunakan reagen Folin-Ciocalteu yang pada minyak yang mengandung antioksidan [26].
absorbansinya diukur pada panjang gelombang

5
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (1-10)

Proses pemanasan pada suhu 180oC merupakan yang terbentuk ini menyebabkan timbulnya bau
simulasi proses penggorengan pada umumnya. tengik pada minyak goreng[22]. Reaksi ini
Sampel minyak selanjutnya dianalisis berlangsung pada kondisi asam dan
Peroxide Value (PV), para-Anisidine Value (p- menghasilkan warna kekuningan yang terukur
AnV), dan kadar Free Fatty Acid (FFA). pada panjang gelombang 365 nm[29].
Langkah di atas diulangi lagi di mana minyak Sampel minyak goreng kelapa sawit
goreng kelapa sawit diberi penambahan ditimbang sebanyak 1 g dalam iodine flask (1)
antioksidan alami dari ekstrak tongkol jagung kemudian ditambahkan iso-octane sampai
dan ekstrak kulit petai dengan konsentrasi volume larutan 25 mL dan dikocok hingga
phenolic yang ekuivalen dengan konsentrasi homogen lalu diukur absorbansinya (Ab).
penambahan TBHQ dalam minyak. Selain itu, Sebanyak 5 mL sampel dari langkah
juga dilakukan proses pemanasan tanpa adanya sebelumnya dipipet dan dimasukkan ke dalam
penambahan antioksidan pada minyak goreng iodine flask (2) kemudian ditambahkan 1 mL
sebagai kontrol. larutan p-Anisidine dan direaksikan selama 10
menit. Absorbansi larutan selanjutnya diukur
Uji Peroxide Value (PV) (AOACS, 1997)[27] pada panjang gelombang 365 nm (As). Iso-
Peroxide Value (PV) menyatakan jumlah octane sebanyak 5 mL dipipet dan dimasukkan
produk hasil oksidasi primer berupa senyawa ke dalam iodine flask (3) kemudian
peroksida dan hidroperoksida yang diukur ditambahkan 1 mL larutan p-Anisidine dan
berdasarkan banyaknya iodida yang dilepaskan direaksikan selama 10 menit. Absorbansi
dari kalium iodida pada titrasi iodometri[28]. PV larutan selanjutnya diukur pada panjang
umumnya digunakan untuk menyatakan tingkat gelombang 365 nm (blanko-As) dan nilai p-
kerusakan minyak yang dinyatakan sebagai AnV dihitung dengan persamaan:
miliekuivalen peroksida tiap kg minyak. 25  (1,2 As - Ab) (3)
p-AnV 
Pemanasan minyak dilakukan sampai nilai PV berat sampel (g)
dari minyak kontrol mencapai 10 mek
peroksida/kg minyak goreng, karena harga PV Uji Free Fatty Acid (FFA) (AOACS, 1997)[27]
di atas 10 mek peroksida/kg minyak untuk Free fatty acid (FFA) merupakan hasil
minyak goreng secara umum menunjukkan hidrolisis trigliserida yang mudah teroksidasi
bahwa minyak goreng sudah rancid[28]. sehingga menyebabkan ketengikan (rancidity)
Sampel minyak goreng ditimbang pada minyak. Penentuan kadar FFA dapat
sebanyak 2,5 g. Campuran asam asetat dan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan
kloroform (rasio = 3:2) ditambahkan sebanyak basa dan indikator phenolphtalein hingga
15 mL, kemudian dikocok hingga larut. Larutan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
KI jenuh ditambahkan sebanyak 0,5 mL ke menjadi merah muda. Pada penelitian ini,
dalam campuran kemudian didiamkan selama 1 perhitungan kadar FFA didasarkan pada asam
menit sambil sesekali dikocok, lalu oleat karena asam oleat merupakan komponen
ditambahkan 15 mL akuades. Campuran asam lemak tak jenuh terbanyak pada minyak
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 ± 0,05 N goreng kelapa sawit[28], dan dinyatakan sebagai
sambil digoyang hingga warna kuning banyaknya asam lemak bebas yang terkandung
campuran hampir hilang. Larutan amilum 1% dalam 1 gram minyak. Semakin tinggi kadar
ditambahkan sebanyak 0,5 mL pada campuran FFA, maka kualitas minyak goreng semakin
dan titrasi dilanjutkan hingga warna biru rendah[7].
menghilang. Nilai Peroxide Value (PV) dapat Sampel minyak goreng kelapa sawit
dihitung menggunakan persamaan: ditimbang dengan teliti sebanyak sekitar 5 gram
PV 
mL Na 2S 2 O 3 x N Na 2S 2 O 3 x 1000 dalam iodine flask kemudian ditambahkan 25
Berat Sampel (g) mL alkohol 96% netral. Iodine flask dan
(2)
campuran dipanaskan menggunakan water bath
Uji Para-Anisidine (p-AnV)[29] selama sekitar 10 menit (larutan minyak
Uji p-AnV merupakan metode untuk mendidih). Campuran didinginkan kemudian
mengukur jumlah aldehida yang terbentuk ditambahkan 2 tetes indikator phenolphtalein.
(terutama 2-alkenal dan 2,4-alkadienal, sebagai Campuran selanjutnya dititrasi dengan larutan
produk oksidasi sekunder hasil dekomposisi KOH 0,01 N sampai warna larutan tepat merah
hidroperoksida) berdasarkan reaksi antara jambu.
reagen para-Anisidine dengan komponen FFA dapat dihitung dengan persamaan
aldehida tersebut. Senyawa aldehida dan keton (4) berikut ini :

6
Ayucitra: POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI ...

ml KOH x N KOH x BM KOH 282 Fatty Acid (FFA). Pada penelitian ini juga
% FFA    100%
berat sampel (g)  1000 BM KOH digunakan minyak goreng kelapa sawit tanpa
(4) penambahan antioksidan sebagai kontrol.
Sebagai pembanding, digunakan minyak goreng
HASIL PENELITIAN DAN kelapa sawit dengan penambahan antioksidan
PEMBAHASAN sintetis TBHQ.
Ekstrak tongkol jagung dan kulit petai Hasil uji kualitas minyak untuk berbagai
diperoleh dari proses ekstraksi pelarut dengan jenis antioksidan disajikan dalam Gambar 3, 4
etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan 6. Istilah minyak awal digunakan untuk
semakin lama waktu ekstraksi yield ekstrak sampel minyak kelapa sawit mula-mula (tanpa
semakin meningkat hingga pada akhirnya penambahan antioksidan dan tidak mengalami
cenderung konstan. Hal ini disebabkan waktu proses pemanasan), sedangkan istilah kontrol
kontak antara pelarut dengan bahan yang akan digunakan untuk sampel minyak kelapa sawit
diekstrak semakin lama sehingga pelarut dapat tanpa penambahan antioksidan tetapi
mengekstrak senyawa fenolik semakin banyak, mengalami proses pemanasan. Hasil uji PV
baik yang terdapat di permukaan maupun di untuk berbagai jenis antioksidan dapat dilihat
bagian dalam partikel solid. Yield ekstrak pada Gambar 3.
beserta TPC yang diperoleh dapat dilihat pada
11 10,64
Tabel 1 berikut. 10 9,67 9,34 9,47

PV (meq peroksida/kg minyak)


9 8,25
Tabel 1. Yield dan Kandungan Fenolik Ekstrak 8 7,13 7,04 6,72
Bahan Baku Yield Ekstrak TPC 7
6
(%) (g GAE/100 g 5
bahan baku) 4 PV 60C
3,05
Tongkol 15,02 0,2838 3 PV180C
Jagung 2
1
Kulit Petai 10,31 2,7237 0
Minyak Kontrol TBHQ Ekstrak Ekstrak
Awal Tongkol Kulit Petai
Kadar TPC ekstrak tongkol jagung yang Jagung
diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,2838 g Jenis Antioksidan
GAE per 100 g serbuk tongkol jagung atau
setara dengan 1,8894 g GAE per100 g ekstrak Gambar 3. Peroxide Value (PV) Minyak Goreng
Kelapa Sawit pada Suhu Pemanasan 60ºC dan 180ºC
tongkol jagung. Harga TPC ini berbeda dengan
kadar senyawa phenolic dalam ekstrak tongkol
Dari Gambar 3 terlihat bahwa pada kedua
jagung yang diperoleh pada penelitian terdahulu
suhu pemanasan (60oC dan 180oC), baik
oleh Sultana dan kawa-kawan, yaitu 3,2 g GAE
minyak kontrol maupun minyak dengan
per 100 g ekstrak[6]. Untuk kulit petai, TPC
penambahan antioksidan, mengalami
yang diperoleh sebesar 2,7237 g GAE per 100 g
peningkatan nilai PV. Proses pemanasan
kulit petai, sedangkan pada penelitian
mempercepat reaksi oksidasi, reaksi
sebelumnya kandungan TPC pada petai
dekomposisi produk oksidasi primer, dan reaksi
umumnya sebesar 3,2030 g GAE per 100 g
hidrolisis minyak goreng kelapa sawit untuk
serbuk petai[13]. Perbedaan ini kemungkinan
semua sampel. Antioksidan alami menunjukkan
disebabkan oleh perbedaan jenis tongkol jagung
kemampuan penghambatan oksidasi primer
yang digunakan maupun kondisi ekstraksi yang
yang lebih baik dibandingkan dengan
meliputi suhu (suhu ruang) dan metode
antioksidan sintetis TBHQ, dan di antara ketiga
ekstraksi. Jika dilihat dari kandungan phenolic
jenis antioksidan, antioksidan dari ekstrak kulit
total dalam bahan baku, maka efisiensi
petai menunjukkan kemampuan penghambatan
ekstraksi yang dicapai adalah 90,45%.
oksidasi yang terbaik. Hal ini terlihat dari lebih
Ekstrak tongkol jagung dan kulit petai
rendahnya nilai PV sampel minyak dengan
yang telah diperoleh dari proses ekstraksi
penambahan ekstrak kulit petai.
selanjutnya diaplikasikan dalam proses
Pada proses pemanasan dengan suhu
pemanasan minyak goreng kelapa sawit. Proses
yang lebih tinggi, laju reaksi pembentukan
pemanasan dilakukan pada variasi suhu 60oC
produk radikal bebas akan semakin cepat,
selama 48 jam dan suhu 180oC selama 3 jam [1].
sehingga oksidasi berjalan lebih cepat.
Minyak kemudian diuji kualitasnya yang
Peroksida hasil oksidasi primer selanjutnya
dinyatakan dalam parameter Peroxide Value
terurai menjadi produk oksidasi sekunder. Hal
(PV), para-Anisidine Value (p-AnV), dan Free

7
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (1-10)

ini menyebabkan nilai p-AnV untuk semua inhibisi ini diperoleh dari perbedaan serapan
sampel minyak pada pemanasan suhu 180oC antara absorban DPPH dengan absorban sampel
lebih tinggi daripada suhu 60oC sebagaimana yang diukur dengan spektrofotometer UV-VIS.
terlihat pada Gambar 4. Contoh perbandingan aktivitas antioksidan
Pada suhu pemanasan yang lebih tinggi ditunjukkan pada Gambar 5. Semakin besar
tidak hanya meningkatkan laju oksidasi minyak persentase inhibisinya, maka semakin besar
goreng, melainkan juga menyebabkan pula kemampuan menangkap radikal bebas.
terbentuknya polimer. Radikal bebas yang
terbentuk selama proses oksidasi (autooksidasi) 98,4
saling bereaksi untuk membentuk dimer, trimer, 98,2 98,11
dan polimer[6]. Terdapat dua jenis polimer yang

Persen Inhibisi
98
terbentuk pada minyak goreng, yaitu oxidative 97,8
polymer dan thermal polymer. Molekul 97,6 97,48
oxidative polymer diduga mengandung oksigen 97,4
dengan kandungan yang lebih tinggi 97,2
dibandingkan molekul triacylglycerol, sehingga 97
TBHQ Ekstrak Kulit Petai
mempercepat proses oksidasi. Oksidasi akan
Jenis Antioksidan
tetap terjadi meskipun minyak goreng telah
mengalami proses nitrogen flushed. Proses Gambar 5. Aktivitas Antioksidan TBHQ dan
oksidasi yang diakibatkan oleh oxidative Ekstrak Kulit Petai dalam Persen Inhibisi terhadap
polymer ini disebut hidden oxidation. Thermal Radikal Bebas
polymer terbentuk karena pengaruh suhu
pemanasan, tidak bergantung pada kandungan Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa kadar
oksigen pada minyak goreng, dan dapat FFA dari ekstrak tongkol jagung maupun kulit
menurunkan kualitas minyak goreng[6]. petai memiliki harga yang lebih besar (98%)
dibandingkan dengan antioksidan sintetis
26 25,09 TBHQ (97%). Hal ini diakibatkan oleh
24
22
kandungan air pada kandungan air pada ekstrak
18,76
20
18
17,43 17,23 (2,98% dan 3,90% untuk ekstrak tongkol
16 jagung dan kulit petai, secara berurutan) yang
p-AnV

14
12 lebih besar daripada kandungan air pada
10
8 P-AnV 60C antioksidan sintetis TBHQ (2,47%).
6
4 P-AnV180C
2 0,52 1,38 1,33 1,19 1,25
0 0,3
0,25
Minyak Kontrol TBHQ Ekstrak Ekstrak 0,25 0,24
Awal Tongkol Kulit Petai
Kadar FFA (%)

Jagung 0,2 0,18


0,16 0,18
Jenis Antioksidan 0,15 0,14 0,15
0,12
Gambar 4. Nilai p-AnV Minyak Goreng Kelapa 0,1 FFA 60C
Sawit pada Suhu Pemanasan 60ºC dan 180ºC 0,05 FFA 180C
0
Seiring dengan nilai PV, p-AnV sampel Minyak Kontrol TBHQ Ekstrak Ekstrak
minyak dengan penambahan ekstrak kulit petai Awal Tongkol Kulit Petai
memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan Jagung

dengan sampel minyak lainnya. Dengan Jenis Antioksidan

demikian, ekstrak kulit petai lebih efektif untuk Gambar 6. Kadar FFA Minyak Goreng Kelapa
menghambat oksidasi pada minyak goreng Sawit pada Suhu Pemanasan 60ºC dan 180ºC
selama proses pemanasan berlangsung
dibandingkan dengan antioksidan ekstrak Kadar FFA minyak dengan penambahan
tongkol jagung maupun antioksidan sintetis ekstrak tongkol jagung lebih rendah daripada
TBHQ. ekstrak kulit petai karena kadar air dalam
Kemampuan menghambat proses oksidasi ekstrak tersebut lebih kecil, sehingga
minyak oleh antioksidan alami sejalan dengan memperkecil kemungkinan terjadinya proses
hasil uji aktivitas antioksidan di mana ekstrak hidrolisis minyak. Proses hidrolisis juga dapat
antioksidan alami memiliki persentase inhibisi disebabkan karena adanya kandungan air dalam
terhadap radikal DPPH yang lebih tinggi udara serta dalam minyak.
dibandingkan dengan TBHQ. Persentase

8
Ayucitra: POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI ...

Ditinjau dari nilai PV dan p-AnV pada DAFTAR PUSTAKA


pemanasan minyak goreng kelapa sawit dengan [1] Dengi, Y. K., dan Mulyandasari, V.,
suhu 60oC dan 180oC, antioksidan alami ekstrak Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung
tongkol jagung dan kulit petai memiliki sebagai Antioksidan Alami untuk Minyak
kemampuan yang lebih baik dalam Goreng Kelapa Sawit, Jurusan Teknik
menghambat reaksi oksidasi pada minyak Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
dibandingkan dengan antioksidan sintetis Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2009
TBHQ. Akan tetapi, jika ditinjau dari nilai [2] Iqbal, S., Anwar, F., “Antioxidant
persentase FFA, maka antioksidan sintetis Properties and Components of Some
TBHQ memiliki kemampuan yang lebih baik Comercially Available Varieties of Rice
untuk menghambat hidrolisis pada minyak Bran in Pakistan” Hlm. 265-272, 2005
dibandingkan dengan antioksidan alami. [3] Sultana, B., Anwar, F., dan Przybylski, R.,
Oksidasi dan hidrolisis merupakan penyebab “Antioxidant Potential of Corncob Extracts
kerusakan pada minyak. Namun, oksidasi lebih for Stabilization of Corn Oil Subjected To
berpengaruh terhadap kerusakan pada minyak Microwave Heating”, Food Chemistry, Vol.
jika dibandingkan dengan hidrolisis[6] karena 104, No. 3, Hlm. 997-1005, 2007
hidrolisis merupakan reaksi yang mendukung [4] Fauziah, N., Efek Antiinflamasi Ekstrak
terjadinya oksidasi pada minyak[30]. Asam Etanol Daun Petai Cina (Leucaena glauca,
lemak bebas yang dihasilkan dari reaksi Benth) pada Tikus Putih Jantan Galur
hidrolisis mempercepat oksidasi pada minyak Wistar, 2008, Diakses 12 Agustus 2010
goreng dengan cara menurunkan surface [5] Amarnath, B., A Study on Antioxidant
tension minyak sehingga meningkatkan laju Nature of Petai, Department of Chemistry
difusi oksigen ke dalam minyak[21]. National University of Singapore, 2004
[6] Shahidi, F., Bailey’s Industrial Oils and Fat
KESIMPULAN DAN SARAN Products, Edisi Keenam, John Wiley and
Kesimpulan Sons Inc. Publication, New York, 2005
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan [7] Trilaksani, W., Antioksidan: Jenis, Sumber,
bahwa ekstrak tongkol jagung dan kulit petai Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap
berpotensi untuk dikembangkan sebagai Kesehatan, 2003
antioksidan alami minyak goreng kelapa sawit. [8] Bera, D. L., Nag, A., “Studies on a Natural
Kedua ekstrak memiliki kemampuan Antioxidant for Stabilization of Edible Oil
menghambat proses oksidasi yang lebih baik and Comparison with Synthetic
dibandingkan dengan antioksidan sintetis Antioxidant”, Journal of Food Engineering,
TBHQ, di mana nilai PV dan p-AnV lebih 2005
rendah, serta TAC (dalam persentase inhibisi) [9] Yaakob, B., Man, C.I.J., “Effect of Rosemary
lebih tinggi dari antioksidan sintetis TBHQ. and Sage Extracts on Frying Performance of
Refined, Bleached and Deodorized (RBD) Palm
Saran Olein During Deep-Fat Frying”, Food
Untuk mendapatkan hasil penghambatan Chemistry, 2000
yang lebih baik, antioksidan alami dapat [10] Gunstone, F. D., Lipid Glossary 2, Vol. 2,
ditambahkan pada minyak goreng dengan PJ Barnes and Associates, 2000
konsentrasi lebih daripada 200 mg/L, karena [11] Gunstone, F.D., The Chemistry of Oils
hingga saat ini belum ada batas legal and Fats: Sources, Composition,
penambahan antioksidan alami ke dalam Properties and Uses, Blackwell
minyak goreng. Akan tetapi, perlu diwaspadai Publishing Ltd., 2004
terjadinya peningkatan kadar FFA karena [12] Kowalski, Bolesław, K.R., Dorota
adanya kandungan air dalam ekstrak dapat Kowalska, Witold Bekas, “Determination
mempercepat laju reaksi hidrolisis. Selain itu, of The Oxidative Stability of Vegetable
perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk Oils by Differential Scanning
mempelajari efek penggunaan antioksidan Calorimetry and Rancimat
alami dalam proses penggorengan pada bahan Measurements”, J. Lipid Sci. Technol.,
makanan seperti: tekstur dan rasa makanan, Vol. 106, 2004
serta prospek antioksidan alami tongkol jagung [13] Wong, S. P., Leong, L. P., dan Koh, J. H.
dan kulit petai di masa mendatang khususnya di W., Antioxidant Activities of Aqueous
industri makanan dan obat-obatan. Extracts of Selected Plants, National
University of Singapore, Singapore, 2005

9
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (1-10)

[14] Maurya, Sunita dan D. Singh, Edisi kesebelas, Suatu Kuliah Singkat,
“Quantitative Analysis of Total Phenolic editor Safitri, A., Houghton Mifflin
Content in Adhatoda Vasica Nees Company, 2003
Extracts”, International Journal of [23] Waterhouse, A., Folin-Ciocalteau Micro
PharmTech Research Coden, Vol.2, No. Method for Total Phenol in Wine. 1999.
4, Hlm. 2403-2406, 2010 [24] Pourmorad, F., H.S.J.a.S.N., “Antoxidant
[15] Hanani, E., Mun'im, A., dan Sekarini, R., Activity, Phenol and Flavonoid Contents
“Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam of Some Selected Iranian Medicinal
Spons Callyspngia SP dari Kepulauan Plants”, African Journal of
Seribu”, Majalah Ilmu Kefarmasian, Biotechnology, Vol. 5, No. 11, Hlm,
Hlm. 127-133, 2005 1142-1145, 2006
[16] Permana, D., Lajis, N., Abas, F., Othman, [25] Savitree, M., Nittaya, S. L., dan
A. G., Ahmad, R., Kitajama, M., Worapan, S., “Radical Scavenging
Takayama, H., Aimi, N., “Antioxidative Activity and Total Phenolic Content of
Constituents of Hedotis Diffusa Wild”, Medical Plants Used in Primary Health
Natural Product Sciences, Vol. 9, No. 1, Care, Journal of Pharm. Sci., Vol. 9, No.
Hlm. 7-9, 2003 1, Hlm. 32-45, 2004
[17] Andayani, Regina, M., dan Lisawati, Y., [26] Company, E.C., Schaal Oven Storage
“Penentuan Aktivitas Antioksdian, Kadar Stability Test. 1997.
Fenolat Total, dan Likopen pada Buah [27] AOACS, Official Methods and
Tomat (Solanum lycopersicum L)”, Sains Recommended Practices of the Americal
dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, Oil Chemical Society, AOCS Press:
Hlm. 31-37, 2008 Champaign, IL, New York, 1997
[18] BSN, SNI Minyak Kelapa Sawit, BSN [28] Roshetko, J. M., Wiyono, S. R.,
Indonesia, Jakarta, 2006 Prastowo, N. H., “Evaluating Indigenous
[19] Hasenhuettl, G. L., Fats and Fatty Oils, Practices for Petai (Parkia speciosa
John Wiley and Sons, Inc., New York, Hassk.) Seed Germination: The Effect of
2005 Seed Shelling and Seed Cutting on
[20] Budiyanto, D. S., Efendi, Z., Perubahan Germination, Growth, and Survival”,
Kandungan ß-Karoten dan Kandungan Small-scale Forestry, Vol. 7, Hlm. 285-
Asam Lemak Bebas Minyak Sawit Merah 293, 2008
Selama Pemanasan, Prosiding Seminar [29] Wrolstad, R.E., Handbook of Food Analytical
Nasional Sains dan Teknologi-II Chemistry, Waters, Proteins, Enzymes,
Universitas Lampung, Lampung, 2008 Lipids, and Carbohydrates, 2005
[21] Akoh, D. B. M. C. C., Food Lipids in [30] Choe, E., “Comprehensive Reviews in
Chemistry, Nutrition, and Biotechnology. Food Science and Technology”, Food
2001 Science and Technology, Vol. 5, 2006
[22] Hart, H. Dan Hart, D. J., Kimia Organik.

10

Anda mungkin juga menyukai