Anda di halaman 1dari 81

Forum Komunikasi Difabel Cirebon

SAMBUTAN DINAS KESEHATAN


KABUPATEN CIREBON

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas terselenggaranya kegiatan Konseling Rekan
Sebaya di Wilayah Kecamatan Karangsembung Kabupaten
Cirebon dengan sasaran yang telah dicapai oleh tim
konselor dari FKDC (Forum Komunikasi Difabel Cirebon)
sebanyak 36 konseli yang terdiri dari kelompok Disabilitas
dan OYPMK di 7 (tujuh) Desa.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Konseling Rekan
Sebaya adalah agar berkurangnya stigma dimasyarakat
khususnya di wilayah Kecamatan Karangsembung pada
orang yang pernah mengalami kusta dan penyandang
Disabilitas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon memberikan
apresiasi kepada semua tim konseling yang terlibat dalam
kegiatan tersebut hingga selesai yang dimulai dari tanggal
01 Juli 2018 sampai dengan tanggal 05 Oktober 2018, serta
terdokumentasikannya kegiatan tersebut dalam bentuk
buku.
Harapan kami semoga buku ini dapat memberikan
banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai acuan dan
pedoman kegiatan di masa yang akan datang, baik lintas
program maupun lintas sektor yang berkaitan dengan
kegiatan kemasyarakatan.

i|Konseling Rekan Sebaya


Cirebon, Oktober 2018
Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan Kab. Cirebon

ii | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
SAMBUTAN
FORUM KOMUNIKASI DIFABEL CIREBON

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat melaksanakan kegiatan konseling
Rekan Sebaya di Wilayah Kecamatan Karangsembung
Kabupaten Cirebon dengan sasaran yang telah dicapai oleh
tim lay konselor dari Forum Komunikasi Difabel Cirebon
(FKDC) sebanyak 36 konseli yang terdiri dari penyandang
Disabilitas dan OYPMK di 7 (tujuh) Desa, dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
FKDC memberikan apresiasi dan berterima kasih
kepada :
1. NLR Indonesia selaku donor yang telah mensupport
anggaran biaya kegiatan Proyek Konseling Rekan
Sebaya dan telah memberikan kesempatan serta
kepercayaan pada FKDC untuk berpartisipasi dalam
proyek yang dikembangkan oleh IAD NLR Indonesia.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, yang telah
mendukung penuh dan memberikan izin kegiatan, serta
membantu mengevaluasi kegiatan yang FKDC
laksanakan.
3. Puskesmas Karangsembung, selaku pemberi data
OYPMK.

iii | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
4. Puskesmas Astanajapura, yang telah mewakilkan
anggota KPD sebagai lay konselor, untuk meningkatkan
pengetahuan OYPMK dalam hal perawatan diri.
5. Mimi Institut, yang telah memberikan peningkatan
pengetahuan teknik konseling dan terlibat dalam
kegiatan monitoring evaluasi.
6. Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, yang telah
memberikan bimbingan penyusunan Outline laporan
Buku dan membantu dalam penyusunan buku.
Kami selaku pengurus harian FKDC sangat berharap
kegiatan yang kami laksanakan ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua,
mengenai dampak yang ditimbulkan dari stigma, dan juga
bagaimana menurunkan stigma tersebut, sehingga
Penyandang Disabilitas dan OYPMK tidak memiliki hambatan
dalam menjalani hidup bermasyarakat. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proses kegiatan
konseling Rekan Sebaya ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan program FKDC yang
akan dilaksanakan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga buku sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya, serta buku yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

iv | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan buku ini di waktu yang akan datang.

Cirebon, 06 Oktober 2018


Ketua FKDC
Forum Komunikasi Difabel
Cirebon

Abdul Mujib

v|Konseling Rekan Sebaya


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur atas segala rahmat Allah
SWT dan karunia-Nya sehingga Buku Konseling Rekan
Sebaya telah dapat diselesaikan. Shalawat dan salam untuk
junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Semoga berkah dan rahmat dilimpahkan kepada kita
semua.
Buku ini berisi tentang hasil konseling Rekan Sebaya
yang memaparkan tentang permasalahan stigma yang
masih dialami Penyandang disabilitas dan OYPMK di
Kabupaten Cirebon, proses awal sampai pelaksanaan
konseling, pengaruhnya terhadap penurunan stigma negatif,
beberapa testimoni tentang perubahan penyandang setelah
melakukan konseling, serta tantangan dan hambatan yang
dihadapi lay konselor.
Penulis berharap buku ini dapat memberikan
gambaran kepada semua pihak yang berkepentingan dan
menjadi panduan dalam memahami segala persoalan
penyandang Disabilitas dan OYPMK, serta menemukan
pemecahan masalah yang mereka hadapi. Penulis pun
berharap buku ini dapat membantu kita semua untuk
memahami juga menerima keberadaan penyandang
Disabilitas dan OYPMK di Kabupaten Cirebon.

vi | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Buku ini dapat tersusun dengan baik karena bantuan
dari bebagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang amat dalam kepada semua pihak yang
terlibat. Saran dan kritik yang membangun penulis
butuhkan untuk dapat memperbaiki buku ini.

Cirebon 06 Oktober 2018

Tim Penulis

vii | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
DAFTAR SINGKATAN

FKDC :Forum Komunikasi Difabel Cirebon


NLR :Netherlands Leprosy Relief
OYPMK :Orang Yang Sedang Atau Pernah Mengalami Kusta
ODD :Orang Dengan Disabilitas
DINKES :Dinas Kesehatan
DINSOS :Dinas Sosial
P2PM :Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
MDT :Multi Drug Therapy
RFT :Release From Treatment
MB :Multi Baksiler
PB :Pauci Baksiler
KPD :Kelompok Perawatan Diri
NGO :Non Governmental Organisation
UPT :Unit Pelayanan Teknis

viii | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
DAFTAR ISI

Sambutan................................................................ i
Kata pengantar ...................................................... vi
Daftar singkatan..................................................... viii
Daftar isi ............................................................... ix
BAB I Latar Belakang ........................................... 1
BAB II Tinjauan teoritis ......................................... 6
BAB III Konseling rekan sebaya.............................. 14
a. Latar belakang proyek .......................... 14
b. Tujuan yang ingin dicapai ...................... 15
c. Metodologi ........................................... 15
d. Lokasi dan durasi .................................. 17
e. Penerima manfaat ................................ 17
f. Proses pelaksanaan ............................... 19
BAB IV Hasil Kegiatan .......................................... 24
a. Pengaruh Konseling .............................. 24
b. Testimoni ............................................ 32
BAB V Kesimpulan ............................................... 34
BAB VI Tantangan yang dihadapi ............................ 37
BAB VII Harapan ................................................... 38
BAB VIII Penutup ................................................... 39
BAB IX Daftar Pustaka .......................................... 41
BAB X Lampiran .................................................. 42

ix | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB I
LATAR BELAKANG

Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan


kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas.
Sebagai bagian dari warga negara Indonesia, sudah
sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan
perlakuan khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya
perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai tindakan
diskriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Perlakuan khusus tersebut
dipandang sebagai upaya maksimalisasi penghormatan,
pemajuan, perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia
secara universal. Kondisi yang dialami penyandang
disabilitas dapat berdampak terhadap kemampuan untuk
berpartisipasi di lingkungan masyarakat, atau bahkan dapat
berdampak besar sehingga memerlukan dukungan dan
bantuan dari orang lain.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2016 mengenai Penyandang Disabilitas
menyatakan: “Penyandang Disabilitas adalah setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan
dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak”.

1|Konseling Rekan Sebaya


Pada tahun 2006, Indonesia merupakan salah satu
Negara yang ikut menandatangani hasil dari Konvensi hak
penyandang disabilitas. Oleh karena itu, seharusnya pola
pikir masyarakat Indonesia terhadap penyandang disabilitas
merupakan sebuah identitas bukan sakit, bukan tidak
normal, bukan terbatas, bukan terkutuk, dan bukan
kutukan.
Menurut Undang – Undang Nomor 19 tahun 2011
menyatakan bahwa: “Setiap penyandang disabilitas harus
bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari
eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena– mena, serta
memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas
integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan
dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak untuk
mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial dalam
rangka kemandirian, serta dalam keadaan darurat”. Namun
pada kenyataannya, masih ada para difabel yang
direndahkan martabatnya serta tidak mendapatkan hak
perlindungan dan pelayanan sosial.
Kabupaten Cirebon adalah salah satu wilayah
endemis kusta di Jawa Barat. Data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menyebutkan, pada
tahun 2015 ditemukan 224 kasus kusta dan di tahun 2016
ditemukan 245 kasus yang terdiri dari 25 kusta basah dan
220 kusta kering, dengan data yang sedang ditangani

2|Konseling Rekan Sebaya


hingga Januari 2017 yakni hanya 233 kasus kusta, data ini
kami ambil dari situs (Republika.co.id.cirebon,18 November
2018). Sedangkan angka disabilitas juga tak kalah
banyaknya, dari hasil pendataan Dinas Sosial kabupaten
Cirebon tahun 2014 tercatat 10567 orang yang menderita
disabilitas. (Sumber data Dinas Sosial Kabupaten Cirebon).
Tingginya tingkat difabel di Cirebon tidak dibarengi
oleh tingkat keramahan pemerintah maupun masyarakat
terhadap penyandang. Hal ini bisa dilihat dari Penyandang
Disabilitas maupun OYPMK yang masih merasa malu atau
minder karena menjadi seorang penyandang disabilitas dan
pernah atau sedang mengalami penyakit kusta (Self
Stigma).
Banyak juga masyarakat yang beranggapan jika
seorang disabilitas adalah pribadi yang susah untuk berdaya
dan mandiri. Masyarakat pun kadang masih merasa takut
tertular walaupun orang tersebut sudah RFT hal ini terjadi
pada OYPMK yang sudah impairment. Masyarakat sering
berasumsi bahwa penyandang disabilitas harus belajar di
Sekolah Luar Biasa (SLB), padahal pada kenyatannya ada
penyandang disabilitas yang sangat mampu belajar
disekolah umum dan mampu berprestasi. Adanya realitas
bahwa akses politik terhadap para difabel terhambat oleh
syarat sehat jasmani dan rohani, padahal banyak para
difabel yang mempunyai girah untuk memajukan bangsa
dan mampu menjadi seorang pemimpin. Perusahaan-

3|Konseling Rekan Sebaya


perusahaan yang akhirnya menolak para difabel untuk
menjadi karyawannya karena stigma negatif yang
menganggap bahwa para difabel tidak bisa bekerja dengan
baik padahal kemampuan tidak hanya bisa dilihat dari
bentuk fisik saja.
Stigma terbentuk dari alam bawah sadar yang
mengatakan bahwa difabel itu tidak normal, masyarakat
menganggap orang yang berbeda dengan orang
kebanyakan adalah tidak normal dan tanpa disadari
terbentuklah perlakuan yang berbeda. Adanya Stigma sosial
negatif yang terjadi dimasyarakat memperburuk keadaan
Penyandang Disabilitas maupun OYPMK. Disisi lain sikap
mental para pelaku pembangunan yang negatif dan
pandangan-pandangan yang merugikan menyebabkan
orang yang mengalaminya semakin terpuruk dalam
ketidakberdayaan.
Selain itu, penyandang disabilitas menghadapi
kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat
non disabilitas dikarenakan hambatan dalam mengakses
layanan umum, seperti akses dalam layanan pendidikan,
kesehatan, maupun dalam hal ketenagakerjaan. Kecacatan
seharusnya tidak menjadi halangan bagi penyandang
disabilitas untuk memperoleh hak hidup dan hak
mempertahankan kehidupannya seperti yang ada dalam
ketentuan Pasal 28 A UUD 1945, yakni : "Setiap orang

4|Konseling Rekan Sebaya


berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya".
Perlu adanya perubahan dari kondisi sekarang
kearah yang lebih baik untuk mencapai masyarakat yang
ramah terhadap difabel. Oleh karena itu, Forum Komunikasi
Difabel Cirebon (FKDC) termotivasi untuk melakukan
sebuah kegiatan Konseling Rekan Sebaya, guna
meningkatkan pengetahuan Penyandang Disabilitas maupun
OYPMK, sehingga tidak ada lagi stigma negatif.

5|Konseling Rekan Sebaya


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang setidaknya
atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian
tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang
terarah kepada pencapaian tujuan.1
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh
seorang konselor kepada konseli dalam menentukan
pilihan penyesuaian diri dan memecahkan masalah.
Tujuan bimbingan adalah membantu konseli agar
mampu untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Bantuan memiliki sifat yang universal dan tidak terbatas
lingkungan tertentu. Hal ini ada dalam kehidupan di
rumah, masyarakat, lingkungan kerja, dan sebagainya.
Bimbingan memberikan bantuan dan tuntutan kepada
konseli yang membutuhkan tuntunan untuk menjadi
lebih baik dalam kehidupannya.
Bimbingan sebagai pengobatan atau kuratif
diberikan kepada konseli yang mengalami masalah dan
sedang bermasalah. Bimbingan kuratif biasanya
diberikan secara individu dalam proses konseling agar

1
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 6

6|Konseling Rekan Sebaya


setelah adanya layanan konseli mampu membimbing
dirinya sendiri menuju arah yang positif.
Bimbingan sebagai penjagaan yakni memelihara
keadaan yang sudah baik agar tetap menjadi lebih baik
lagi. Hal demikian diberikan kepada konseli yang pernah
mengalami masalah, namun sudah mampu
menyelesaikannya dengan mencari aktivitas lainnya.
Bimbingan sebagai pengembangan diberikan kepada
konseli agar dapat meninggkatkan kemampuannya.
Bimbingan yang dimaksud adalah pengembangan
potensi diri konseli, contohnya konseli disalurkan sesuai
dengan bakat yang dimiliki.
Bimbingan berfungsi sebagai penyesuaian yakni
agar konseli mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
B. Konseling
Menurut Surya menekankan pada pembentukan
konsep diri dan kepercayaan diri guna memperbaiki
tingkah laku.2 Menurut Tolbert dalam Prayitno konseling
adalah hubungan personal yang dilakukan secara tatap
muka antara dua orang. Konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, serta
kemungkinan-kemungkinan keadaan dimasa depan yang
dapat diciptakan menggunakan potensi yang dimilikinya,
guna untuk kesejahteraan pribadi dan masyarakat.

2
Zulfan Saam, Psikologi Konseling, (Depok: Fajar Interpratama Offset,2014),2

7|Konseling Rekan Sebaya


Konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang.
Dapat disimpulkan konseling adalah proses bantuan
yang bersifat kuratif yang diberikan kepada klien agar
dapat meningkatkan kepercayaan diri atau adanya
perilaku yang baru dari klien.
Aspek-aspek penting dalam konseling meliputi :
1. Konseling sebagai proses, artinya pasti ada suatu
proses sebelum proses konseling itu mencapai
tujuan.
2. Konseling sebagai hubungan terapeutik, artinya ada
hubungan interpersonal yang baik antara konseli
dengan konselor, serta adanya keterbukaan,
kepercayaan dan empati.
3. Konseling mengarahkan tercapai tujuan klien
4. Konseling mengarahkan kemandirian klien
Konselor merupakan orang yang memberikan
bimbingan, sedangkan konseli adalah orang yang diberi
bimbingan untuk pencapaian perkembangan dan
kemandirian dalam hidupnya. Bimbingan dan konseling
adalah rangkaian program pelayanan yang dilakukan
kepada konseli agar dapat mengembangkan diri.3
Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling
adalah membantu konseli agar dapat mencapai

3
Rahman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 11.

8|Konseling Rekan Sebaya


kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya
serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang
mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara
utuh dan optimal. Tujuan ini juga termuat dalam
lampiran Permendikbud No 111 tahun 2014 berbunyi:
Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling
adalah membantu konseli agar mampu:
1. Memahami dan menerima diri dan lingkungannya;
2. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang
akan datang;
3. Mengembangkan potensinya seoptimal mungkin;
4. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya;
5. Mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi
dalam kehidupannya dan
6. Mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung
jawab.
Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling
sebaya adalah membantu konseli mampu
menyesuaikan diri, mampu memahami diri sendiri,
dapat merencanakan kegiatan pengembangan dimasa
akan datang, serta menghadapi kesulitan kesulitan.

9|Konseling Rekan Sebaya


C. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan
dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa
Inggris. Secara harfiah, istilah “guidance” berasal dari
akar kata “guide” yang berarti:mengarahkan,
memandu, mengelola, dan menyetir. Selain itu,
“guidance” merupakan hubungan dengan “guiding”
yang berarti menunjukkan jalan, memimpin, menuntun,
memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan dan
memberikan nasihat. Sedangkan kata “counseling” dari
kata benda counsel yang berarti nasihat.4
Tujuan bimbingan dan konseling menurut Shertzer
dan Stone (1981), adalah mengupayakan perubahan
perilaku pada kiri konseli sehingga memungkinkah
hidupnya menjadi lebih produktif dan memuaskan.5
Bimbingan dan konseling pun memiliki fungsi,
diantaranya :
1. Fungsi pemahaman
Fungsi bimbingan dan konseling, mampu membantu
klien untuk memahami potensi dirinya dan
memahami lingkungannya.
2. Fungsi fasilitasi
Memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai aktualisasi dirinya.
3. Fungsi penyesuaian

4
Fuad Anwar, Pengantar Landasan Bimbingan dan Konseling Islam,1
5
Fuad Anwar, Pengantar Landasan Bimbingan dan Konseling Islam,3

10 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Konselor mampu membantu konseli untuk
memahami dirinya dan lingkungannya.
4. Fungsi adaptasi
Konselor mampu membantu konseli untuk dapat
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya.
5. Fungsi pencegahan
Konselor mampu mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin
6. Fungsi perbaikan
Konselor harus dapat membantu konseli
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan
dan bertindak.
7. Fungsi pemeliharaan
Fungsi bimbingan dan konseli untuk membantu
konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi konsdusif yang telah
tercipta dalam dirinya.
8. Fungsi pengembangan
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli.
D. Bimbingan Konseling Sebaya (Peer Counseling)
Konseling sebaya merupakan tingah laku yang
saling membantu serta memperhatikan secara
interpersonal diantara teman sebaya, dilakukan oleh
individu non-profesional dalam bidang layanan

11 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
konseling. Bimbingan konseling sebaya berlangsung
dalam kehidupan sehari-hari seperti di yang terjadi
dilingkungan masyarakat. Keterampilan yang
dibutuhkan dalam membantu tersebut adalah
keterampilan dalam mendengarkan dengan aktif,
bersikap empati dan mampu memecahkan masalah.
Kedudukan antar individu yang membantu dan yang
dibantu adalah setara. Esensinya model konseling
sebaya yaitu model konseling yang menggunakan
kekuatan pengaruh teman sebaya. Alasannya pengaruh
teman sebaya lebih besar dibanding guru maupun
orang tua.6
Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar
terhadap perubahan perilaku individu. Teman sebaya
juga dapat memberikan penguatan baik itu yang
bersifat positif maupun negatif. Konseling sebaya
berpotensi akan memberikan penguatan yang bersifat
positif, yakni bagaimana seorang teman bisa menjadi
motivator teman lainnya.
Konseling sebaya (peer counseling) adalah
bantuan konseling yang di berikan oleh teman sebaya
yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan untuk
menjadi konselor sebaya, sehingga dapat memberikan
bantuan baik secara individual maupun kelompok.

6
Hunainah, Model dan Implementasi Model Konseling Sebaya (Bandung: Rizqi Press, 2012),84

12 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Bantuan berupa bimbingan diberikan kepada
teman-teman yang bermasalah ataupun mengalami
berbagai hambatan dalam perkembangan
kepribadiannya. Unsur penting dalam konseling sebaya
diantaranya, sebagai usaha yang memberikan bantuan
yang bersifat interpersonal, dilakukan oleh pihak yang
nonprofesional namun dibawah bimbingan profesional
konselor, dilakukan dalam rentan usia yang relatif
sama, dan pelaksanaan dibawah bimbingan konselor
ahli.
Kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa
konseling sebaya adalah layanan bantuan konseling
yang diberikan oleh teman sebaya yang telah terlebih
dahulu diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjadi
konselor teman sebaya. Konselor sebaya dapat
memberikan bantuan baik secara individual maupun
kelompok kepada teman temannya yang bermasalah.
Terutama individu yang mengalami berbagai hambatan
dalam perkembangan kepribadiannya terutama dalam
pengembangan sikap prososial.

13 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB III
KONSELING REKAN SEBAYA

A. Latar Belakang Proyek


Self stigma maupun stigma negatif masyarakat
terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan
penyandang disabilitas dapat diturunkan dan
dihilangkan dengan meningkatkan pengetahuan dan
mencari tahu penyebab yang melatarbelakanginya.
Alasan penyandang disabilitas dan OYPMK memiliki
self stigma pasti berbeda-beda dan membutuhkan
penanganan yang berbeda-beda pula. Oleh karena hal
itu, perlu adanya action yang lebih intens dan eksklusif
terhadap masing-masing individu penyandang
disabilitas dan OYPMK yang masih jarang dilakukan di
Kabupaten Cirebon ini.
Dengan adanya Konseling Rekan Sebaya,
penyandang disabilitas dan OYPMK akan merasakan
suatu kenyamanan dengan mengungkapkan dan
mengekspresikan perasaannya kepada lay konselor
yang memiliki kesaman seperti mereka, yang nantinya
lay konselor dapat mengetahui dan menemukan akar
permasalahan yang sesungguhnya dari setiap konseli.
Konseli akan mengalami pemulihan pribadi (Self
Healing) dan pemulihan hubungan dengan orang lain
yang akhirnya dapat mengembangkan serta

14 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mengingat
pentingnya konseling rekan sebaya ini dilakukan, maka
FKDC merasa termotivasi untuk melakukan proyek ini.
B. Tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang ingin dicapai dari Konseling Rekan
Sebaya adalah untuk menurunkan self stigma dan
stigma negatif terhadap penyandang disabilitas dan
OYPMK, sehingga Penyandang Disabilitas dan OYPMK
tidak memiliki hambatan dalam menjalani hidup
bermasyarakat.
C. Metodelogi
Adapun metodelogi yang digunakan dalam Konseling
Rekan Sebaya, adalah sebagai berikut:
a. Kegiataan koordinasi
Kegiatan koordinasi ini bertujuan agar project yang
dikerjakan oleh FKDC diketahui serta mendapat
dukungan dari berbagai pihak, sehingga kegiatan ini
bisa berjalan sebagaimana mestinya.
b. Kegiatan Pendataan
Dalam pendataan, Lay konselor melakukan
Informed Consent, yaitu proses untuk mendapatkan
izin sebelum melakukan konseling, memberikan
Formulir pendataan awal dan angket Pre Test untuk
menguji tingkat pengetahuan konseli mengenai
Disabilitas dan OYPMK. Dalam rangka layanan
pengumpulan data dibutuhkan data tentang masing-

15 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
masing calon konseli penerima layanan konseling
rekan sebaya dalam aspek-aspek seperti: kecacatan
dan alat bantu, kesehatan, pendidikan, sosial,
penghidupan (livelihood), pemberdayaan, bidang
seni / budaya, bidang olah raga, bidang politik.
c. Kegiatan Konseling Rekan Sebaya
Dalam konseling Rekan Sebaya ini, lay konseler
mnggunakan 5 sesi yang dibagi menjadi tiga
kategori, sebagai berikut:
1. Konseling individu dilakukan dengan 2 sesi,
dengan tujuan: layanan langsung tatap muka
secara perorangan, mengentaskan permasalahan
dan perkembangan dirinya serta untuk
pengentasan dan advokasi.
2. Konseling keluarga, dengan tujuan: layanan
yang diberikan dengan melibatkan individu dan
anggota keluarga yang dipercayainya melalui
percakapan keluarga, menggali informasi serta
mendapatkan pengakuan dan dukungan
keluarga terhadap perubahan kehidupan
keluarga yang lebih baik serta untuk
pengentasan, pemahaman dan dukungan.
3. Konseling kelompok dilakukan dengan 2 sesi,
dengan tujuan: layanan yang memberikan
kesempatan kepada setiap individu kelompok
berbagi informasi dan mendapatkan pencerahan

16 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
melalui dinamika kelompok, memberikan
pemahaman bersama dan pengembangan sosial
serta kemampuan pengambilan keputusan dan
melakukan aksi perubahan bersama dan untuk
pemahaman, pengembangan dan perubahan.
Diakhir kegiatan, Lay konselor membagikan
Post Test untuk mengukur perkembangan
pengetahuan konseli setelah melakukan
konseling.
D. Lokasi dan Durasi
Konseling Rekan Sebaya dilaksankan di tujuh Desa
yaitu Desa Tambleng, Karangsembung, Karangtengah,
Karangmalang, Karangmekar, Kalimeang, Dan Desa
Karangsuwung. Adapun untuk durasinya, dilaksanakan
selama 5 bulan dari bulan juli sampai Oktober.
E. Penerima Manfaat
1. Dinas Sosial, dengan adanya buku ini Dinas Sosial
dapat mengetahui data terkini jumlah penyandang
disabilitas dan OYPMK di kabupaten Cirebon,
mendapatkan informasi mengenai kebutuhan-
kebutuhan difabel sehingga dapat membantu
memberikan solusinya, serta dapat menjadi bahan
untuk membuat sebuah program yang akan tepat
sasaran.
2. Dinas Kesehatan, dengan adanya buku ini Dinas
Kesehatan dapat mengetahui data terkini jumlah

17 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
pasien penyandang disabilitas dan OYPMK di
Kecamatan Karangsembung, mendapatkan informasi
tentang permasalahan kesehatan dan alasan yang
melatarbelakangi para difabel tidak berobat serta
mendapatkan acuan mengenai perbaikan pelayanan.
3. NGO, dengan adanya buku ini NGO dapat
mendapatkan informasi serta acuan mengenai
proses pendampingan, mengatahui hambatan dan
tantangan yang dihadapi, serta poin-poin evaluasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendampingan.
4. SLB, buku ini dapat menambah informasi serta
pengetahuan mengenai permaslahan penyandang
disabilitas dan OYPMK sehingga dapat memberikan
pengawalanterhadap pendidikan para difabel.
5. Perguruan Tinggi, buku ini dapat menambah literatur
serta pengetahuan mengenai difabel, menjadi
rujukan riil mengenai permaslaahan sosial yang
terjadi dimasyarakat serta menjadi sebuah dorongan
untuk merealisasikan Tri Darma Perguruan Tinggi.
6. Masyarakat, dengan adanya buku ini pengetahuan
masyarakat tentang difabel akan meningkat,
berkurangnya stigma negatif sehingga terbentuk
masyarakat yang ramah difabel.

18 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
F. Proses Pelaksanaan
Pertama kali yang dilakukan FKDC dalam
menjalankan Project konseling Rekan Sebaya adalah
dengan melakukan kegiatan koordinasi awal project
bersama stakeholder, dengan tujuan agar project yang
dikerjakan oleh FKDC diketahui serta mendapat
dukungan dari berbagai pihak, sehingga kegiatan ini
bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Hari Rabu 4 Juli 2018


Kegiatan Koordinasi awal ini bertempat di ruang
pertemuan Bidang P2P Kusta Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon jl. Sunan Muria No 6. Cirebon,
dihadiri oleh 14 orang yang terdiri dari perwakilan Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, Petugas kusta PKM
Karangsembung dan Astanajapura, Mahasiwi IAIN Syekh
Nurjati dan pengurus harian FKDC.
Setelah melakukan koordinasi awal project dan
mendapatkan ijin serta dukungan dari Dinas Kesehatan,
FKDC melakukan peningkatan Capacity Building tehnik
konseling dengan harapan agar tim pelaksana project

19 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
mengingat kembali teknik-teknik konseling yang pernah
mereka dapatkan di SARI Project serta memperkaya
wawasan mereka. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua
hari yang dipandu oleh Dr. Mimi M. Lusi, M.Si, MA.
Sebagai Direktur Mimi Institut Jakarta.

Sabtu 14 Juli 2018


Lokasi sekertariat FKDC jln Ra Kartini no 39 desa
Durajaya Kec. Greged Kab Cirebon

Lokasi rumah calon klien Desa Karangtengah Kecamatan


Karangsembung Cirebon 17 juli 2018
Kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan data awal
project, untuk mendapatkan data calon konseli yang akan
dilibatkan dalam kegiatan project konseling rekan sebaya.
Dalam kegiatan pengumpulan data ini, FKDC bekerjasama

20 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
dengan Puskesmas dan Aparat Desa yang berada di wilayah
kecamatan karangsembung.
Dalam pengumpulan data awal, FKDC menugaskan lima
orang pengurus harian, saudara M Warsudi, Rita sankely,
Oni jahoni, Rusdin mujahid dan Kunarto. Tahapan yang
dilakukan oleh Lay konselor ketika memulai kegiatan
pendataan adalah dengan meminta data OYPMK yang akan
di verifikasi pada petugas kusta PKM Karangsembung “Ibu
Atik” dan mencocokan data disabilitas yang tercatat di FKDC
pada pemerintah Desa yang berada di Kecamatan
Karangsembung Kabupaten Cirebon.
Adapun data keseluruhan yang berhasil di verifikasi
adalah 56 orang yang terdiri dari 26 orang OYPMK dan
Disabilitas (Daksa dan Netra) sebanyak 30 orang. Dari 56
orang yang berhasil di verifikasi, terdapat 42 orang yang
bersedia terlibat dalam project konseling rekan sebaya dan
akhirnya dipilih 36 orang secara acak berdasarkan usia
produktif.
Setelah pendataan, lay konselor melakukan konseling
rekan sebaya yang dilakukan dengan 5 sesi dengan data
sebagai berikut:
1. Konseling sesi 1, yaitu konseling individu yang
bertujuan untuk membangun hubungan dengan
konseli, semua konseli mengikuti sesi ini.
2. Konseling sesi 2, yaitu konseling individu yang
bertujuan untuk menggali masalah konseli lebih

21 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
mendalam dan mencari pemecahan masalahnya.
Dalam sesi ini terdapat 34 konseli yang mengikuti dan
2 konseli yang tidak bisa melanjutkan. Untuk Konseli
pertama lay konselor menyimpulkan bahwa konseli
tersebut malu dan takut dengan tetangganya, salah
satu keluarganya mengatakan bahwa konseli sedang
pergi ke Jakarta, namun lay konselor menemukan
bahwa konseli tersebut masih ada di Desanya. Untuk
konseli kedua, konseli tidak bisa melanjutkan
dikarenakan karena ada rencana keluar kota untuk
bekerja dengan waktu pulang yang agak lama dan
tidak menentu.
3. Konseling sesi 3, yaitu konseling keluarga yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
keluarga yang memiliki anggota keluarga difabel.
Dalam sesi ini terdapat 29 konseli yang mengikuti dan
5 konseli yang tidak bisa mengikuti karena tidak
mempunyai keluarga.
4. Konseling sesi 4, yaitu konseling kelompok kecil yang
bertujuan untuk Memperbaiki Penyesuaian Sosial dan
Mencapai Tujuan-tujuan Yang Disepakati Oleh
Masyarakat. Sesi ini dilaksanakan di Desa
Karangtengah, Desa Karangmekar, dan Desa
Tambleng. Dalam sesi ini terdapat 29 konseli yang
mengikuti dan 5 konseli yang tidak bisa mengikuti

22 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
karena telah bekerja sehingga sulit untuk mengatur
waktu.
5. Konseling sesi 5, yaitu konseling kelompok besar yang
bertujuan untuk pengembangan kelompok. Target lay
konselor dalam sesi ini hanya 9 konseli namun yang
mengikuti sesi ini ada 12 konseli. Konseling sesi ini
dilaksanakan di Desa Karangmekar dan Desa
Tambleng.

23 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. Pengaruh Konseling
Berdasarkan hasil konseling yang dilakukan,
banyak sekali konseli yang merasa minder dengan apa
yang terjadi saat ini akibat stigma negatif dari
masyarakat.
"saya merasa malu dengan diri saya sendiri, sekarang
jalannnya jadi pincang jika saya berjalan banyak yang
ngeliatin, pas saya menoleh mereka malah membuang muka"
Hal ini pun terjadi pada OYPMK mereka merasa
malu dengan keadaan dan menarik diri dari
masyarakat, ini kami dapatkan sesuai dengan hasil
angket yang kami sebar, sebagai berikut :
Distribusi Jawaban Konseli yang merasa malu
dengan kondisi saat ini
No Uraian Frekuensi Presentase
1 Ya 8 61,5 %
2 Tidak 5 39,9 %
Jumlah 13 100 %
Angket Konseli OYPMK dari pertanyaan no. 3

Dari 13 jumlah konseli yang melakukan


konseling, 8 diantaranya mengatakan bahwa
mereka merasa malu dengan kondisinya saat ini.
Maka sangat perlu kita melakukan pendampingan

24 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
agar konseli tidak merasa maluDorongan eksternal
sangat perlu diberikan selain dari keluarga konseli
terutama lingkungan tempat konseli tinggal.
Selain itu, yang mengakibatkan konseli menarik diri
dari lingkungan adalah karena ia takut penyakit nya
menular, hal ini dikatakan oleh OYPMK “perasaan saya
biasa saja tidak malu ataupun kaget. Saya Cuma rasa khawatir
takut menularkan penyakit saya ke anak dan anggota keluarga
lainnya. Untuk mencegah penyakit saya tidak menular saya
menutup mulut dan hidung saya menggunakan masker”
Bahkan ada juga yang merahasiakan penyakitnya
dari keluarganya termasuk anaknya, ini dikatakan oleh
salah satu OYPMK “ya takut, nanti jika tahu anak saya kena
kusta jadi menjauhi, soalnya saya dengar kata adik saya yang
tingal dikecamatan sususkan lebak, ada orang kena kusta dan
sudah cacat tetangganya tidak ada yang mau dekat. Kalau
diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit
kusta sih bagus biar tidak ada yang salah faham”
Distribusi Jawaban Konseli yang merasa takut
kondisi saat ini menular kepada oranglain
No Uraian Frekuensi Presentase
1 Ya 10 76,9 %
2 Tidak 3 23,1 %
Jumlah 13 100 %
Angket Konseli OYPMK dari pertanyaan no. 6

25 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Pemahaman mereka bahwa kondisi mereka
sekarang itu menular, membuat mereka membatasi
untuk bergaul karena takut orang lain tertular. Sangat
perlu sekali informasi yang memberikan pemahaman
kepada konseli agar tidak merasa takut.
Kesulitan dalam mencari pekerjaan dan
mendapatkan kepercayaan dari orang lain juga
dirasakan oleh salah satu klien yang berinisial W “ saya
sudah berusaha pinjam teman, pinjam kakak, saudara bahkan
kuwu juga sudah saya datangin ke rumahnya, tapi tidak dikasih.
Mereka kan mikirnya gini mereka kasih pinjam modal ke warlim,
belum tentu saya bisa mengembalikannya, mereka kan mikirnya
ah orang cacat dikasih pinjam modal sekian juta, nanti bayarnya
bgaiamana fikiran mereka kan seperti itu, jadi kurang percaya
gitu”.
Distribusi Jawaban Konseli yang merasa terhambat
dalam mencari pekerjaan dengan kondisi saat ini
No Uraian Frekuensi Presentase
1 Ya 7 53,8 %
2 Tidak 6 46,2 %
Jumlah 13 100 %
Angket Konseli OYPMK dari pertanyaan no. 8

Tidak hanya konseli OYPMK yang merasa terhambat


dalam mencari pekerjaan dengan kondisi saat ini,
melainkan hal ini juga sama dirasakan oleh konseli
penyandang Disabilitas. Hal ini berdasarkan hasil

26 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
pengumpulan angket yang dilakukan saat pelaksanaan
kegiatan.
Distribusi Jawaban Konseli yang merasa terhambat
dalam mencari pekerjaan dengan kondisi saat ini
No Uraian Frekuensi Presentase
1 Ya 13 59 %
2 Tidak 9 41 %
Jumlah 22 100 %
Angket Konseli Penyandang Disabilitas dari pertanyaan no. 8

Sesuai dengan tujuan dilaksanakannya konseling


rekan sebaya ini yaitu untuk menurunkan self stigma
dan stigma negatif terhadap penyandang disabilitas dan
OYPMK, sehingga Penyandang Disabilitas dan OYPMK
tidak memiliki hambatan dalam menjalani hidup
bermasyarakat.
Konseling ini memberikan banyak proses terhadap
lay konselor maupun konseli. Dari 36 konseli yang
melaksanakan kegiatan ini, ada beberapa konseli yang
tidak selesai mengikuti semua sesi konseling. Namun,
konseling rekan sebaya ini tetap memberikan
perubahan-perubah positif terhadap konselor maupun
konseli.
Perubahan atau hasil yang terjadi pada lay konselor
setelah dilaksakannya konseling rekan sebaya ini dapat
dilihat dari setiap sesi atau tahapan dalam konseling

27 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
rekan sebaya yang dilakukan. Beberapa perubahan yang
terjadi terhadap lay konselor, yaitu :
1. Adanya pengembangan sikap sukarela, karena
dalam kegiatan koordinasi maupun konseling lay
konselor dituntut untuk dapat sukarela membantu
dan mengarahkan konseli yang kebanyakan
menutup diri dari sosial.
2. Belajar bertanggung jawab, lay konselor juga
membiasakan diri untuk bertanggung jawab
menjalankan kegiatan dan melaporkan seluruh hasil
kegiatannya. Sehingga setelah adanya konseling
rekan sebaya ini lay konselor pun terbiasa untuk
tanggung jawab.
3. Menambah pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan
baru yang di dapat oleh lay konselor. Pengetahuan
ini didapat melalui proses koordinasi, mentoring
bahkan pengetahuan yang didapat dari masyarakat
langsung.
4. Mampu bertahan dan suka membantu, motivasi lay
konselor semakin meningkat untuk membantu
teman-teman yang memiliki nasib sama seperti lay
konselor agar dapat terhindar dari stigma negative
dan dapat hidup bahagia seperti manusia lainnya,
serta semakin meningkat pula rasa empati
terhadap sesama.

28 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Selain itu, banyak perubahan yang terjadi pada
pribadi konseli, yaitu :
1. Pengembangan sikap mempererat persahabatan,
dengan adanya konseling rekan sebaya ini konseli
mulai merasa nyaman bersama lay konselor. Konseli
merasa ada yang peduli, sehingga konseli belajar
untuk memulai interaksi dengan orang lain.
2. Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi, konseli
mulai membuka diri terhadap publik. Karena, tidak
sedikit konseli yang menutup diri dari lingkungannya
dan tidak mampu bersosialisasi dengan manusia lain
akibat adanya stigma-stigma negatif dari
masyarakat serta kepercayaan dirinya yang kurang.
3. Mandiri dan bersyukur, dengan adanya konsleing
rekan sebaya ini konseli menjadi lebih percaya diri
dan bersyukur menerima segala hal yang terjadi
terhadap mereka.
4. Mendapatkan informasi baru tentang pengobatan,
sehingga menjadi lebih termotivasi untuk
memperbaiki keadaan.
Selain itu, kegiatan ini memberikan beberapa data
dari hasil konseling rekan sebaya bahwa masih banyak
OYPMK yang tidak mengetahui bagaimana cara dia
berobat, bahkan ketika berobat pun hanya diberi obat
gatal biasa. Ini kami dapat kan sesuai dengan
percakapan bersama salah satu klien “saya pernah berobat

29 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
ke Dokter Umum tapi hanya dikasih obat gatal dan tidak memberi
tahu jika itu penyakit kusta” akibat ketidaktahuan ini
konseli baru menyadari penyakitnya setelah terjadi
kecacatan di dua jarinya, namun setelah mengetahui
pun konseli masih tidak berani untuk meriksakan
dirinya karena malu.
Hasil angket Penyandang Disabilitas

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Dari grafik diatas kita dapat mengetahui pernyataan


no.1 paling banyak mengatakan “ya” yaitu penyataan
“Anda yang disabilitas merasa berbeda dengan orang
lain”. Hal ini sangat jelas bahwa konseli merasa minder,
menarik diri dari public dikarena mereka masih belum
memiliki penerimaan diri yang baik sehingga merasa
berbeda dengan yang lain serta adanya tanggapan dari
masyarakat bahwa mereka berbeda. Kita sangat perlu
memperbaiki hal ini, agara konseli tidak merasa berbeda.

30 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Hasil angket OYPMK

14
12
10
8
6
4
2
0

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa OYPMK


merasa pendapat nya dinomor duakan oleh orang lain.
Sehingga, OYPMK merasa terdiskriminasi ketika hak
berpendapatnya tidak diakui oleh masyarakat.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan,
kebanyakan permasalahan yang terjadi pada OYPMK
dan Penyandang Disabilitas ini karena ketidaktahuan
dan rasa minder akibat self stigma maupun stigma
negatif dari masyarakat. Selain itu, pelayanan terhadap
OYPMK dan Penyandang Disabilitas pun masih kurang
dan pengetahuan warga tentang kusta pun masih
kurang, serta ketika OYPMK mengetahui obat nya pun
mereka masih merasa kesulitan dan keberatan dengan
pemahaman masyarakat tentang harga obat yang
sangat mahal bagi mereka. Sehingga jalan akhir yang

31 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
dipilih mereka adalah tidak mengobatinya, berdiam diri
dirumah dan menyesali hidup.
Kegiatan konseling rekan sebaya ini juga
memberikan pengetahuan tentang pengobatan-
pengobatan gratis untuk OYPMK yang ada di puskesmas
terdekat, motivasi untuk berobat, bahkan melakukan
pendampingan terhadap konseli. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi rasa minder yang dialami klien dan
ada upaya ikhtiar dari konseli.

B. Testimoni
1. Konseli penyandang disabilitas inisial W
“konseling ini membuat saya sadar dan insya Allah saya
mampu dan bisa menjalankan usaha vermak atau jahit dengan
bekal keterampilan yang sudah saya miliki”

Konseli diatas mulai termotivasi untuk dapat


merubah kebiasaannya, dan keluar dari self stigma
yang ada.
2. Konseli penyandang disabilitas inisial A
"ya sudah mendingan sih, kalau ada yang liatin, saya cu'ek
saja walaupun kadang-kadang masih ada perasaan kesal
dilihatin terus. setelah saya sampaikan apa yang dibilang mas
oni, istri saya juga bilang jika harus menerima keadaan ini,
orang lain mau bilang apa masa bodo"

Konseli sudah bisa menerima keadaan setelah


dilakukan konseling sesi 2.

32 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
3. Konseli OYPMK inisial S
“saya senang. Menambah teman dan jadi tahu tentang penyakit
kusta terutama tentang penularan nya, yang selama ini kami
tidak tahu”

Konseli merasa mendapatkan informasi dengan


diadakannya kegiatan ini

33 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB V
KESIMPULAN

Konseling Rekan Sebaya merupakan project yang


diselenggarakan oleh FKDC di Wilayah Kecamatan
Karangsembung Kabupaten Cirebon dengan sasaran
sebanyak 36 konseli yang terdiri dari penyandang
Disabilitas dan OYPMK di 7 (tujuh) Desa.
Metode pelaksaan yang dilakukan oleh FKDC yaitu
melakukan Kegiatan Koordinasi dengan pihak terkait.
Setelah itu, FKDC melakukan kegiatan pendataan dengan
menggunakan metode Info consen, Anggket pretest, Pos
Test dan formulir pendataan awal dengan bekerjasama
dengan Puskesmas dan Desa yang berada di wilayah
kecamatan karangsembung dengan hasil mendapatkan 56
data yang terdiri dari 26 OYPMK dan 30 orang Disabilitas.
Dari 56 orang yang berhasil di verifikasi, terdapat 42 orang
yang bersedia terlibat dan dipilihlah 36 konseli dengan
kreteria umur yang masih produktif. Selanjutnya terdapat
kegiatan dokumentasi dan desiminasi.
Pelaksanaan program koseling rekan sebaya terdiri
dari lima sesi yaitu sesi pertama dengan sasaran
membangun hubungan dengan konseli. Konseling pribadi
sesi kedua dengan tujuan menggali masalah konseli lebih
mendalam dan mencari pemecahan masalah. Konseling sesi
ketiga adalah konseling keluarga dengan tujuan

34 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
mengidentifikasi masalah-masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang terkena kusta. konseling sesi
keempat adalah konseling klompok yang bertujuan untuk
membantu anggota kelompok dalam memperbaiki
penyesuaian sosial mereka dan mencapai tujuan-tujuan
yang disepakati oleh masyarakat dengan tahapan intake
(perkenalan) dan tahap assesment dan perencanaan
intervensi. Konseling sesi lima adalah konseling klompok
sesi kedua dengan tujuan pengembangan kelompok.
Dengan adanya project konseling teman sebaya
yang dilakukan oleh FKDC, ternyata memberikan pengaruh
yang cukup signifikan terhadap fsikologi dan kehidupan
sosial para konseli. Dari keseluruhan wawancara yang
dilakukan pada sesi kesatu sampai ketiga diketahui bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh para konseli disebabkan
karna ketidaktahuannya terhadap penyakit yang mereka
derita seperti sebab penyakit kusta, langkah-langkah dalam
mengatasi penyakit kusta serta bagaimana penularannya.
Para konseli juga masih belum memiliki cukup pengetahuan
tentang program-program pemberdayaan disabilitas,
bantuan-bantuan kaki palsu atau alat pembantu serta
informasi mengenai biaya pengobatan sehingga banyak
diantara klien yang enggan melakukan pengobatan serta
merasa menjadi beban bagi keluarga.
Dari beberapa wawancara mengenai masalah yang
mereka hadapi, lay konselor memberikan solusi terhadap

35 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
permasalahan tersebut seperti mendampingi saat klien
berobat, memberikan link kaki palsu yang harganya
terjangkau, memberi informasi tentang program-program
pemerintah untuk para difabel dan OYPMK serta
memperbaiki penolakan masyarakat terhadap penyandang
dipabel dan OYPMK di cirebon. Dari keseluruhan klien yang
bersedia melakukan konseling, terdapat beberapa klien
yang tidak bisa mengikuti sesi sampai akhir dikarenakan
karena beberapa alasan diantaranya karna terhambat oleh
pekerjaan yang tiba-tiba datangnya, jarak tempat yang
jauh dan lain sebagainnya.

36 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB VI
TANTANGAN YANG DIHADAPI

Tantangan yang dihadapi oleh lay konseler dalam project


rekan sebaya adalah sebagai berikut:
1. Lay konselor mengalami kesulitan dalam membangun
hubungan dengan konseli, hal ini terjadi karena
mayoritas konseli kurang terbuka akan permasalahan
yang sedang dihadapinya, bahkan untuk menutupi
permasalahannya konseli pun menghindar.
2. Para lay konseler tidak mempunyai list data rujukan,
sehingga proses konseling mengalir apa adanya kurang
terstruktur. Selain itu, tidak mempunyai rujukan yang
pasti membuat lay konselor kebingungan dalam
membangun interaksi yang baik dengan konseli.
3. Saat berlangsungnya proses konseling rekan sebaya
terdapat konseli yang tidak memiliki kendaraan dan
anggota keluarga tidak bersedia mengantar karena
masih merasa malu untuk keluar jauh dari rumah.
Dengan adanya hal tersebut ini sangat mengganggu
proses konseling rekan sebaya. Selain itu, hanya
dengan jarak dan proses ini dapat menghambat
motivasi konseli. Karena, jika motivasi konseli sudah
tidak ada seorang lay konselor pun butuh waktu cukup
untuk memotivasi konseli.

37 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB VII
HARAPAN

Seluruh pekerjaan Forum Komunikasi Difabel Cirebon


(FKDC) sekarang ini berkaitan dengan pembangunan
sumberdaya manusia, membangun manusia,
memungkinkan orang-orang dengan Disabilitas untuk
membangun diri sendiri, melepaskan diri dari pengendalian
psikologis dan pelucutan kekuatan akibat sikap sosial
masyarakat. Tujuan pekerjaan FKDC ini untuk membuat
orang-orang dengan disabilitas merasa senang pada diri
mereka sendiri. Apa yg dirasakan orang tentang diri sendiri
punya dampak besar terhadap apa yg mereka kerjakan dan
bagaimana cara mereka bekerja; tanpa rasa senang itu
mereka tidak akan bisa berbuat banyak lebih jauh lagi, jika
orang merasa senang dengan diri sendiri, ia dapat memulai
sesuatu perubahan.

Maka FKDC berusaha agar membuat penyandang


disabilitas memahami akar permasalahan mereka, dan
membuat mereka bergerak untuk mengubah situasi itu jika
mereka menginginkannya. Jika mereka sendiri tak ingin
berubah, tak seorang pun dapat merubah apa pun juga
untuk mereka.

38 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB VIII
PENUTUP

Demikianlah buku yang kami buat semoga


bermanfaat bagi orang yang membacanya dan
menambah wawasan bagi orang yang membaca buku ini.
Dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, kurang
dapat di mengerti, dan tidak lugas mohon jangan
dimasukan ke dalam hati.
Dan kami juga sangat mengharapkan yang
membaca buku ini akan bertambah motivasinya dan
mengapai cita-cita yang di inginkan, karena kami
membuat buku ini mempunyai arti penting yang sangat
mendalam. Sekian penutup dari kami semoga berkenan
di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Buku ini ditulis merupakan hasil Project konseling
rekan sebaya dengan berpedoman kepada teknik dan
aturan konseling yang kami pelajari dari project sari dan
MIMI Insitut. Sumber data calon konseli yang digunakan
adalah data penyandang disabilitas yang tercatat di
FKDC, Desa setempat dan Data OYPMK Puskesmas
karangsembung.
Buku ini disusun agar mudah di pelajari dan
menjadi bahan pembelajaran, Namun demikian penulis

39 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
mempunyai keterbatasan-keterbatasan sehingga sudah
tentu buku ini belum sempurna karena perkembangan
budaya dan wilayah yang tentunya berbeda.
Buku ini hanya memuat informasi tahapan
kegiatan dan testimoni untuk itu sangat disarankan agar
para Lay konselor melengkapi buku ini dengan modul-
modul dan buku manual, sehingga kajian-kajian teoritis
di dalam buku ini dapat diaplikasikan pada saat
praktikum. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang terkait atas penyaduran
karya tulis atau gambar yang kami jadikan bagian yang
melengkapi isi buku ini. Akhir kata, kami penulis buku
Konseling Rekan Sebaya ini, berharap semoga buku ini
dapat diterima dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan
dan kemajuan kemanusiaan.

40 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Fuad. Pengantar Landasan Bimbingan Dan Konseling


Islam, Cirebon : CV Pangger, 2017
Hunainah.Teori dan Implementasi Model Konseling Sebaya,
Serang: Rizki Press, 2011.
Saam, Zulfan. Psikologi Konseling, Jakarta : Fajar
Interpratama Offset, 2014
Rahman, Hibana S. Bimbingan dan Konseling Pola 17,
Yogyakarta: UCY, Press, 2003
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan
dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012

41 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
BAB X
Lampiran

42 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 1. Profil FKDC

Profil FKDC

Forum Komunikasi Difabel Cirebon atau yang disingkat


FKDC adalah lembaga swadaya masyarakat yang
merupakan wadah bertukarnya pengetahuan dan
keterampilan antar sesama Difabel dan OYPMK serta
menjadi sumber informasi bagi kegiatan-kegitan para
Difabel dan OYPMK di wilayah Cirebon.

FKDC lahir pada bulan April 2007 yang diprakarsai oleh


Abdul Mujib. Pada tahun 2003, Abdul mujib mengikuti
pelatihan Bimbingan Sosial dan keterampilan service
elektronik yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Cirebon yang bertempat di Loka Bina Karya
(LBK) Losari. Setahun kemudian, Abdul Mujib diamanatkan
untuk menjadi instruktur pelatihan pada acara yang sama
dan mendapat dorongan dari Dinas Sosial Propinsi Jawa
Barat untuk membentuk sebuah Kelompok Usaha Bersama
(KUBE). Setelah pelatihan selesai, Abdul mujib mendirikan
KUBE dengan nama Binangkit Jaya (binaan yang baru
bangkit dari keterpurukan bertempat di Desa Durajaya)
yang terdiri dari 2 orang difabel dan 3 orang non difabel.

Pada tahun 2005, Binangkit Jaya mendapat pinjaman


dari Bank Dakabalarea sebesar Rp.12.500.000 (Dua belas
juta lima ratus ribu rupiah), pinjaman yang seharusnya

43 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
digunakan dengan maksimal ternyata disalahgunakan oleh
orang non Difabel, akhirnya Binangkit jaya tidak bisa
mengembalikan uang pinjaman dan dibubarkan.

Pada tahun yang sama, Abdul Mujib diamanatkan


kembali oleh Dinas Sosial untuk menjadi Instruktur
pelatihan. Ia sadar bahwa para Difabel yang telah mengikuti
pelatihan akan kembali ke kegiatannya yang semula (tidak
berpengaruh). Hal ini disebabkan karena terbatasnya kuota
peserta Bimbingan sosial yang tersedia sehingga banyak
teman-teman difabel yang tidak bisa mengikuti pelatihan
lanjutan. Oleh karena itu, Abdul mujib dan 10 orang yang
pernah dilatihnya berinisiatif membentuk kelompok dengan
nama Sahabat Elektronik. Nama tersebut terinspirasi dari
bertemunya mereka di kegiatan pelatihan elektronik.

Pada tahun 2006, kelompok Sahabat Elektronik


menerima donasi dari Bupati Cirebon sebesar Rp.
10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah), donasi tersebut
digunakan untuk kredit mikro (pinjaman bergulir) untuk
setiap anggotanya. Seiring berjalannya waktu, kelompok
Sahabat Elektronik berhasil merekrut anggota baru dan
membuka usaha-usaha lain seperti usaha simpan pinjam,
jahit, service elektronik dan lain sebagainya. Oleh karena
hal itu, maka pada tahun 2007 dibentuklah wadah yang
lebih besar untuk para Difabel dengan nama Forum
Komunikasi Penyandang Cacat (PKPC). Pada tahun 2011

44 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Abdul mujib dan satu orang anggota PKPC terlibat dalam
penelitian bersama SARI Project (Stigma Assesmant and
Reduction of Impact) yang merupakan kerjasama dari
Universitas Indonesia, Vrijje Univercity Amstardam, NLR,
dan PPRBM Solo. Kegiatan tersebut memberikan dampak
positif terhadap pengetahuan PKPC mengenai stigma
masyarakat yang berpengaruh negatif pada para
penyandang cacat. Maka, pada tahun 2012 nama forum
dirubah dari Forum Komunikasi Penyandang Cacat menjadi
Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) dan telah
menjadi badan hukum pada tahun 2003.

Adapun Visi dan Misi dari Forum Komunikasi Difabel


Cirebon adalah sebagai berikut:

Visi : Terciptanya non-diskriminasi, pemenuhan akses dan


hak-hak Difabel dan OYPMK.

Misi :Membuat yang biasa menjadi luar biasa, menciptakan


kesetaraan dan kemandirian pada kelompok Difabel dan
OYPMK.

Strategi-strategi yang digunakan FKDC untuk


merealisasikan hal tersebut adalah sebagai berikut:

 Mengorganisasi dan merekrut Difable dan OYPMK


 Memotivasi kelompok Difable dan OYPMK
 Peningkatan ketrampilan, Capacity Building, dan
pemberdayaan.

45 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
 Memperoleh dukungan dari pihak luar organisasi
(eksternal).
 Mengurangi stigma pada Difabel dan OYPMK.
 Perubahan pola pikir dan mengubah status sosial.
 Pemenuhan hak-hak dan akses bagi OYPMK dan
Difabel.

Sekarang FKDC telah memiliki Anggota tetap sebanyak


235 orang yang mana terdiri dari 183 Difabel, 50 OYPMK
dan 2 Polentir Non Disabilitas dengan Jenis usaha yang
digeluti yaitu Usaha Jahit, Handycraft, Bengkel sepeda
Motor, Sablon dan Servis Jok. Dengan alamat sekertariat di
Jalan RA. Kartini No. 39 Durajaya, Kecamatan Greged,
Kabupaten Cirebon, Kode Pos 45175, E-mail
Fkdc.cirebon@gmail.com dengan contact Person
085210999191.

46 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 2. Formulir Data

Formulir Data Dasar Disabilitas


Diisi oleh
Tanggal

Data Pribadi
Nama
Alamat lengkap
Tempat / tanggal lahir Umur
Jenis Kelamin
Status Pernikahan
Jika punya sebutkan nomor KTP:
Apakah anda punya KTP Jika tidak punya, apa
masalahnya:
Keluarga: berapa anggota
keluarga di rumah
Nomor telepon / HP?
Jika tidak punya nomor telepon Nama:
sendiri, siapa orang yang dapat
dihubungi No tlp:
Kecacatan dan Alat Bantu
Apakah jenis kecacatan anda?
Apa penyebab kecacatan anda?
Sejak Usia berapa anda
menjadi penyandang cacat?

47 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Bagaimana perasaan anda
setelah anda menjadi seorang
penyandang cacat?
Apakah anda kehilangan
sesuatu setelah anda menjadi
penyandang cacat?
Apakah anda memakai alat
bantu gerak? (misalnya: kursi
roda, kruk, walker, dll)
Apakah anda memakai alat
bantu dengar?
Apakah anda memakai alat
bantu penglihatan?
Berapa harga alat bantu yang
anda pakai tersebut?
Dari mana anda mendapatkan
alat bantu tersebut?
Seberapa sering anda
membutuhkan perbaikan atau
pergantian alat bantu tersebut?
Kesehatan
Masalah kesehatan yang
dirasakan
Apakah anda punya kartu sehat
/ Jamkesmas / Jamkesda?

48 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Jika tidak punya Jamkesmas /
jamkesda, siapa yang
membiayai anda untuk
berobat/periksa?
Apakah anda pernah dirawat di
rumah sakit?
Dalam setahun, kira-kira berapa
kali anda berobat ke
Puskesmas?
Pendidikan
Bisa baca/tulis
Pendidikan formal terakhir
Pendidikan non formal ( kejar Jika ya, sebutkan: A / B / C
paket / kesetaraan ) ?
Pendidikan informal (Kursus
yang pernah diikuti) ?
Pelatihan ketrampilan yang
pernah diikuti
Dari mana / dimana anda
mendapatkan pelatihan
ketrampilan tersebut?
Apakah ketrampilan anda
berguna pada usaha anda saat
ini?
Ketrampilan lain yang dikuasai

49 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Sosial
Bagaimana anda memandang
masa depan?
Bagaimana hubungan anda
dengan keluarga?
Bagaimana hubungan anda
dengan masyarakat sekitarnya?
Seberapa sering anda ikut
pertemuan RT/RW lainnya?
Seberapa sering anda ikut
gotong-royong atau kegiatan
sosial kemasyarakatan?
Seberapa sering anda bertamu
ke rumah tetangga, teman,
kerabat, dll ?
Seberapa sering tetangga,
teman, kerabat, dll datang
bertamu ke rumah anda?
Seberapa sering anda ikut
(diundang) acara penyuluhan,
kampanye, sosialisasi program
pemerintah, dll?
Penghidupan (Livelihood)
Perkerjaan utama sekarang
Sudah berapa lama anda
menekuni pekerjaan utama?

50 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Pekerjaan tambahan / lain
Selain anda, siapa yang bekerja
dalam keluarga anda?
Masalah pekerjaan yang
(pernah / sedang) dihadapi
Apakah pendapatan anda itu
harian, mingguan, bulanan,
atau musiman?
Berapa jumlah rata-rata
pendapatan anda dalam
sebulan?
Apakah anda tahu mengenai Jika ya, sebutkan berapa:
Upah Minimum Kabupaten /
Kota?
Pemberdayaan
Apakah anda aktif / pernah
menjadi anggota organisasi
difabel (penyandang cacat) lain?
Apakah pendapat anda didengar
/ dihargai oleh anggota keluarga
atau masyarakat di sekitar
anda?
Apakah anda pernah diundang
untuk mengikuti pertemuan
desa, kecamat atau RT dll?
Apakah anda merasa bagian

51 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
dari masyarakat dan perlu
berperan aktif di dalamnya?
Menurut anda apakah
lingkungan anda cukup
aksesibel? (misalnya bisa ke
pasar, tempat ibadah, sekolah,
terminal, stasiun, taman kota,
taman rekreasi, gedung
olahraga, dll)
Bidang Seni / Budaya
Apakah anda punya minat / Jika ya, sebutkan:
bakat di bidang seni dan / atau
budaya?
a. Sering
Seberapa sering anda menonton
b. Kadang-kadang
acara-acara seni / bidaya
c. Jarang
bersama keluarga/masyarakat
d. Tidak pernah
lainnya?
Alasan: kadang-kadang
Apakah anda kenal/tahu nama- Jika ya, sebutkan:
nama seniman dan / atau
budayawan?
Apakah anda kenal/tahu nama- Jika ya, sebutkan
nama artis masa kini?
Bidang Olah Raga
Apakah anda punya minat / Jika ya, sebutkan:
bakat di bidang olah raga?

52 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Apakah anda pernah / Jika ya, sebutkan
sedang bergabung sebagai
atlet / cabang olah raga?
Apakah anda pernah /
sedang ikut perlombaan atau
even olah raga?
Apakah anda ikut / bekerja Jika ya, sebutkan
dalam organisasi olah raga?
Apakah anda senang Jika ya, sebutkan:
melihat/menonton acara olah
raga?
Bidang Politik
Apakah anda tahu Undang- Jika ya, sebutkan apa saja:
Undang atau Peraturan yang
mengatur tentang hak-hak
difabel (Penyandang Cacat) Jika tidak tahu, apa
di Indonesia? masalahnya
Sudah berapa kali anda ikut 3 kali
memberikan suara dalam
pemilu (nasional maupun
daerah)?
Masalah apa sajakah yang Tidak ada masalah
anda alami ketika
memberikan suara pada
pemilu (nasional atau
daerah)?

53 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Misal: tempat tidak
aksesibel, sulit transportasi,
tidak bisa antri, tidak ada
template /Braille, dll).
Apakah anda pernah / Jika ya,
sedang menjabat sebagai
ketua RT/RW/jabatan desa Jika tidak, apa masalahnya
lainnya?
Apakah anda tahu tokoh Jika ya, sebutkan
politik dari kalangan difabel
(penyandanag cacat) di
Indonesia atau dunia?
Apakah menurut anda, Jika ya, sebutkan alasannya
difabel (penyandang cacat)
di Indonesia bisa / mampu Jika tidak, jelaskan
menjadi pemimpin? alasannya:
Kusta dan Difabiliats (Kecacatan)  Khusus untuk
difabel (Penca) yang pernah mengalami Kusta
Menurut anda, apakah anda
sudah sembuh dari Kusta?
Apakah anda masih
membutuhkan perawatan
diri?
Apakah anda mendapat
informasi dari Puskesmas :
Dalam kondisi apa anda

54 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
harus konsultasi ke
Puskesmas?
Apakah anda pernah / masih
ikut kelompok perawatan
diri?
Sebutkan obat yang gratis
dan dari mana anda
mendapatkan:
Informasi tentang obat
Sebutkan obat yang
membayar dan dari mana
anda mendapatkan:

55 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 3. Pretest dan postest disabilitas

DISABILITAS
Pretest & Postest
Nama :.............................................
Usia :.............................................
Kecamatan :.............................................
Hari/Tanggal :.............................................

Di bawah ini ada 12 pernyataan, Berikan jawaban dengan


memberi tanda silang (X) pada pilihan kolom yang sudah
disediakan.

PILIHAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah anda yang disabilitas merasa
berbeda dengan orang lain
2 Apakah disabilitas menjadi beban
keluarga dan masyarakat
3 Apakah anda malu karena anda sebagai
seorang disabilitas
4 Apakah pendapat anda di keluarga
/masyarakat diperhitungkan
5 Apakah disabilitas mempunyai peluang
yang sama dalam hal

56 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
menikah/mempertahankan pernikahan
6 Apakah andakhawatir dengan kondisi
disabilitas yang anda alami mepengaruhi
keturunan anda (genetik) ketika anda
berkeluarga.
7 Apakah disabilitas yang anda alami perlu
disembunyikan/ selalu menghabiskan
waktu di rumah
8 Apakahdisabilitasyang anda
alamimenghambatdalamberaktivitas/me
ndapatkan pekerjaan
9 Apakah disabilitasyang anda alami
dapatmempengaruhi dalam pergaulan
10. Apakah keluarga/masyarakat sekitar
menjauhi anda, karena anda sebagai
seorang disabilitas
11 Apakah anda sebagai disabilitas mampu
menjelaskan jika ada yang bertanya
tentang disabilitas (kecacatan)
12. Apakah anda mengetahui atau pernah
mendapatkan informasi tentang hak-hak
disabilitas

57 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 4. Pretest dan postest OYMPK

OYPMK
Pree test & Pos test
Nama :.............................................
Usia :.............................................
Kecamatan :.............................................
Hari/Tanggal :.............................................

Di bawah ini ada 12 pernyataan, Berikan jawaban dengan


memberi tanda silang (X) pada pilihan kolom yang sudah
disediakan.
PILIHAN

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 Kusta adalah penyakit kulit karena bakteri


2 Apakah penyakit kusta dapat disembuhkan
Apakah anda malu karena sedang/pernah
3
mengalami kusta
Apakah pendapat anda di keluarga
4
/masyarakat di perhitungkan
Apakah OYPMK mempunyai peluang yang
5 sama dalam hal menikah/ mempertahankan
pernikahan
Apakah anda khawatir penyakit kusta yang
6
sedang/pernah anda alami menular kepada

58 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
orang di sekitar anda
Apakah status penyakit kusta yang
sedang/pernah anda alami perlu
7
disembunyikan/selalu menghabiskan waktu
di rumah
Apakah OYPMK, yang anda alami
8 menghambat dalam beraktivitas/
mendapatkan pekerjaan
Apakah kondisi anda yang sedang/pernah
9 mengalami kusta, dapat mempengaruhi
dalam pergaulan
Apakah keluarga/masyarakat sekitar
10 menjauhi anda, setelah mereka tahu anda
sedang/pernah mengalami kusta
Apakah anda yang sedang/pernah
11 mengalami kusta mampu menjelaskan jika
ada yang bertanya tentang kusta
Apakah anda pernah mendapatkan
12 informasi tentang penyakit kusta (
koran,tv,radio )

59 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN


(Inform Consent)
Kami dari Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC)
akan melakukan kegiatan Konseling (terapi percakapan)
dan Advokasi. Konseling ini bertujuan untuk melihat
pengaruh Self Stigma dalam kehidupan bermasyarakat. Tim
counselor mengajak bapak/ibu/saudara untuk ikut serta
dalam konseling ini. Kegiatan ini membutuhkan 36 subyek
konseling.
Kegitan konseling ini tanpa ada paksaan. Bila anda
sudah memutuskan untuk ikut, Semua informasi yang
berkaitan dengan identitas subyek konseling akan kami
rahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti, dan
pihak-pihak yang terkait.

60 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Keikutsertaan dalam penelitian

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN


Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju
untuk ikut serta dalam penelitian ini. Adapun data diri saya,
yaitu :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
No. Telepon :
Pekerjaan :

Tanggal :

Tanda tangan subyek

61 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 7. Panduan pertanyaan konseling

Panduan pertanyaan kegiatan konseling peribadi sesi 2 :


1. Bagaiman penyakit kusta di mata anda?
2. Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui
penyakit kusta yang ada di dalam diri anda?
3. Bagaimana pelayanan kesehatan yang anda alami?
4. Bagaimana pendapat anda tentang kondisi anda saat
ini?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kondisi
anda saat ini?
6. Bagaimana keadaan pergaulan anda di masyarakat
sebelum/sesudah mengalami kusta?
7. Bagaimana anda bangkit dari keterpurukan yang
anda alami?
8. Bagaimana peran lingkungan terhadap kondisi anda?
9. Bagaimana peran dan tanggung jawab anda untuk
mengurangi rasa khawatir keluarga/masyarakat
terhadap kusta?

62 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 8. Angket OYPMK

Nama :
Usia :
Kecamatan :
Hari/Tanggal :
Penjelasan: Di bawah ini ada 20 pernyataan, anda diminta
untuk memberikan pendapat dengan memberi tanda silang
(X) pada pilihan jawaban yang sudah ada disediakan
(Ya/Tidak). Angket ini dibuat dan dimintakan kesediaan
anda untuk mengisinya dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan anda yang pernah/sedang mengalami kusta
dalam hal sikap dan nilai diri anda terhadap penyakit kusta,
pengetahuan anda tentang penyakt kusta serta dalam hal
keterampilan social anda berinteraksi dengan orang
disekitar.

PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN
YA TIDAK
1. Apakah anda memakai alat bantu
2. Apakah anda nyaman
menggunakan alat bantu
tersebut
3. Anda yang disabilitas adalah
warga negara Indonesia yang
mempunyai hak dan kewajiban

63 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
yang sama
4. Anda yang disabilitas merasa
bangga dan berpikir posititf
terhadap diri anda sendiri
5. Anda malu dengan dri sendiri
karena mengalami disabilitas
6. Anda malu dengan orang lain
karena mengalami disabilitas
7. Apakah yang disabilitas dapat
mempengaruhi pergaulan
8. Apakah disabilitas yang di alami
menghambat dalam beraktivitas
9. Apakah anda menjalani terapi
10. Apakah pendapat anda di
keluarga /masyarakat di
perhitungkan
11. Apakah disabilitas yang anda
alami dari penyakit
12. Apakah disabilitas yang anda
alami dari kecelakaan
13. Apakah disabilitas yang anda
alami dari bawaan lahir
14. Apakah anda mengetahui fungsi
dari alat reproduksi
15. Anda yang disabilitas adalah
beban keluarga dan masyarakat

64 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
16. Anda yang disabilitas sehari-hari
hanya duduk diam memikirkan
kusta dalam tubuh
17. Disabilitas bukan penghalang
mencapai cita-cita dan pekrjaan
18. Anda yang disabilitas menyadari
daya tahan tubuh berbeda
19. Anda yang dsabilitas punya peran
dan tanggung jawab untuk
mengurangi rasa khawatir
keluarga/masyarakat terhadap
disabilitas
20. Anda yang disabilitas punya hak
sama dan perlu berani bicara jika
diperlakukan tidak adil

65 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 9. Refleksi penerimaan konseling

Refleksi penerimaan konseling


Nama :
Desa :
Kecamatan:
1. Apakah layanan konseling yang sudah diterima
bermanfaat bagi saya? (beri tanda silang)
Ya/Tidak
2. Jika ya bermanfaat, tuliskan 3 manfaat konseling bagi
saya:
a. …………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………..
c. ………………………………………………………………………………..
3. Konseling apa yang paling bermanfaat telah berhasil
mengurangi stigma dalam diri saya? (beri tanda silang)
a. Konseling probadi
b. Konseling keluarga
c. Konseling kelompok
4. 2 alasan saya atas jawaban nomor 3 adalah:
a. ……………………………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………………………
5. Dari pengalaman menerima konseling, saya merasa
nyaman melakukan percakapan dengan konselor, yang
adalah: (beri tanda silang)
a. Sesama orang yang mengalami kusta
b. Penyandang cacat

66 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
c. Orang biasa
d. Petugas kusta
6. 2 alasan saya dari jawaban nomor 5 adalah:
a. ……………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………….
7. Yang saya suka dari konseling ini:
a. ………………………………………………………………………………….
b. …………………………………………………………………………………
8. Apa perubahan yang saya alami setelah menerima
konseling!
pa harapan saya terhadap konseling
a. …………………………………………………………………………………..
b. ………………………………………………………………………………….
9. Apakah layanan konseling yang sudah diterima
bermanfaat bagi saya? (beri tanda silang)
Ya/Tidak
10. Jika ya bermanfaat, tuliskan 3 manfaat konseling bagi
saya:
a. ………………………………………………………………………………..
b. ………………………………………………………………………………..
c. ……………………………………………………………………………….
11. Konseling apa yang paling bermanfaat telah berhasil
mengurangi stigma dalam diri saya? (beri tanda silang)
a. Konseling pribadi
b. Konseling keluarga
c. Konseling kelompok

67 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
12. 2 alasan saya jawaban nomor 3 adalah:
a. ………………………………………………………………………………….
b. ………………………………………………………………………………….
13. Dari pengalaman menerima konseling, saya merasa
nyaman melakukan percakapan dengan konselor, yang
adalah: (beri tanda silang)
14. Sesama orang yang mengalami kusta
a. Penyandang cacat
b. Orang biasa
c. Petugas kusta
15. Apakah anda terlibat dalam kegiatan dinas social?
a. …………………………………………………………………………………..
b. …………………………………………………………………………………..
16. Keterampilan apa yang anda kuasai?
a. …………………………………………………………………………………..
b. …………………………………………………………………………………..
17. Apakah ketrampilan anda berguna pada usaha anda
saat ini?
18. Apakah anda mengetahui undang-undang disabilitas?
a. …………………………………………………………………………………..
b.

68 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan

69 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
70 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a
71 | K o n s e l i n g R e k a n S e b a y a

Anda mungkin juga menyukai