a. Deviden
b. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian piutang
c. Royalti
d. Hadiah dan penghargaan
e. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
Dasar pemotongan pajak adalah penghasilan neto untuk penghasilan sebagai berikut :
2009 28%
PT yang 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek 5% lebih rendah dari yang
seharusnya
Peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 Pengurangan 50% dari yang
seharusnya
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp.100.000.000 yang masih tersisa pada akhir tahun 2014
tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015, sedangkan rugi fiskal tahun
2011 sebesar Rp.300.000.000 hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015
dan tahun 2016, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada
akhir tahun 2016.
Cara Menghitung PKP. Perhitungan besarnya penghasilan netto bagi wajib pajak badan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan pembukuan atau menggunakan norma
perhitungan penghasilan netto.
Apabila dalam menghitung PKP nya wajib pajak yang menggunakan norma
perhitungan penghasilan netto, besarnya penghasilan netto adalah sama besarnya dengan
persentase norma perhitungan penghasilan netto dikali dengan jumlah peredaran
usahanya.Dalam hal terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan
maka
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23,
serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.
b. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.
Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Penghitungan Angsuran PPh pasal 25 Ayat (1) bagi Wajib Pajak Badan
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu xxx
Pengurangan/Kredit pajak:
PPh pasal 22 xxx
PPh pasal 23 xxx
PPh pasal 24 xxx
Total kredit pajak xxx (-)
Dasar penghitungan angsuran xxx
Angsuran PPh pasal 25 = dasar penghitungan angsuran/12 (atau jumlah bulan dalam bagian
tahun pajak)
Contoh
Pajak penghasilan yang terutang untuk PT Perdana berdasarkan surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan tahun 2009 sebesar Rp125.000.000.
Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau dibayar di
luar negeri dalam tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Pajak penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (PPh pasal 22) sebesar
Rp30.000.000
Pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (PPh pasal 23) sebesar
Rp15.000.000
Pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri sebesar Rp42.500.000 tetapi berdasar
ketentuan yang dapat dikreditkan (PPh pasal 24) sebesar Rp40.000.000
Pajak penghasilan yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain, dan yang dibayarkan
atau terutang di luar negeri tersebut untuk bagian tahun pajak yang meliputi masa 8 bulan
dalam \tahun 2009.
Angsuran PPh pasal 25 untuk tahun 2010 adalah:
PPh terutang berdasar SPT Tahunan PPh tahun 2009 Rp 125.000.000
Kredit pajak:
PPh pasal 22 Rp30.000.000
PPh pasal 23 Rp15.000.000
PPh pasal 24 Rp40.000.000
Total kredit pajak Rp 85.000.000
Dasar penghitungan angsuran Rp 40.000.000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan (PPh pasal
25) dalam tahun 2010 adalah:
Rp40.000.000 : 8 = Rp5.000.000
Untuk memberikan kepastian batas waktu pembayaran PPh kurang bayar pada SPT
Tahunan PPh untuk tahun pajak 2008 (PPh Pasal 29), maka Dirjen Pajak telah mengeluarkan
Surat Edaran Nomor SE-35/PJ/2009 Tentang Penegasan Mengenai Batas Waktu
Penyampaian dan Pelunasan Kekurangan Pembayaran Pajak Yang Terutang Berdasarkan
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2008. Berdasarkan SE-35/PJ/2009 tersebut ditegaskan
bahwa:
1. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi,
paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
2. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
3. Vb Pelunasan kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan terutang berdasarkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan harus
dilakukan sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan tersebut disampaikan, paling lama sesuai
dengan batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dan angka 2.
Berarti untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2008 maka kekurangannya
harus dilunasi tanggal 31 Maret 2009, sedangkan untuk SPT Tahunan PPh Badan tahun 2008
maka kekurangannya harus dilunasi paling lama tanggal 30 April 2008 (jika tahun buku
adalah Jan s.d.Des).
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( Pasal 13 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 )
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar.
SKPKB dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun dalam hal:
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan/keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang
dibayar. Atas pajak yang tidak/kurang dibayar tersebut ditambah sanksi administrasi bunga
sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan (berlaku baik atas PPh, PPN, maupun PPn BM).
2. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Tegoran. Atas
jumlah pajak yang terutang dikenakakan sanksi kenaikan sbb:
a. PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%
b. PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%
c. PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN/PPn BM disimpulkan bahwa ; terdapat PPN yang
seharusnya tidak dikompensasikan atau tidak dikenakan tarif 0%. Atas jumlah pajak yang
terutang dikenakan sanksi kenaikan sebesar 100%.
e. Kewajiban Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (perihal pembukuan) dan
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (berkenaan dengan pemeriksaan) tidak
dipenuhi. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sebesar:
100% untuk PPh sendiri (PPh Orang Pribadi/Badan/BUT).
50% untuk PPh Pemotongan/Pemungutan.
f. SKPKB dapat diterbitkan meskipun jangka waktu 10 tahun telah lewat, dalam hal wajib
pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan oleh pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi
bunga 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Rumus untuk menentukan besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh Wajib
Pajak (baik orang pribadi maupun badan) setiap bulannya dalam tahun berjalan adalah
besarnya PPh terutang tahun pajak sebelumnya (PPh terutang tahun berjalan diasumsikan
akan sama dengan PPh terutang tahun sebelumnya) dikurangi dengan kredit pajak yang telah
dipotong oleh pihak ketiga (yaitu PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24
dan PPh Pasal 26) dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak (berdasarkan
Pasal 25 ayat (1) UU PPh).
PPh Pasal 25 ini harus disetorkan oleh Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya (misalkan untuk masa Januari, maka harus disetor paling lambat tanggal 15
Februari) serta dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya (misal untuk masa
Januari, maka paling lambat lapor adalah tanggal 20 Februari).
Lebih lanjut dalam Pasal 25 ayat (2) UU PPh, ditegaskan bahwa besarnya angsuran
pajak (PPh Pasal 25) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum
batas waktu SPT Tahunan PPh disampaikan besarnya adalah sama dengan angsuran PPh
Pasal 25 untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu (bulan Desember tahun sebelumnya).
Dengan adanya perbedaan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh antara orang
pribadi dengan badan di tahun 2009 ini, menyebabkan perlakuan Pasal 25 ayat (2) UU PPh
ini akan berbeda untuk orang pribadi dan badan.
Mulai tahun pajak 2009 ini, batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh orang
pribadi tahun pajak 2008 adalah tanggal 31 Maret 2009. Oleh sebab itu, untuk PPh Pasal 25
masa Januari 2009 (yang harus disetor paling lambat tanggal 15 Februari 2009) dan masa
Februari 2009 (yang harus disetor paling lambat tanggal 15 Maret 2009) batas waktu
pelaporannya adalah sebelum batas waktu SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2008
disampaikan, sehingga tidak dapat dihitung besarnya angsuran PPh Pasal 25 dengan
menggunakan Pasal 25 ayat (1) UU PPh. Maka untuk kedua masa ini, dasar untuk
menetapkan besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang harus disetorkan adalah berdasarkan
setoran untuk masa Desember 2008).
Untuk Wajib Pajak badan, selain PPh Pasal 25 masa Januari 2009 dan masa Februari
2009 yang angsurannya tetap menggunakan angsuran berdasarkan masa Desember 2008,
untuk masa Maret 2009 (yang harus disetorkan paling lambat tanggal 15 April 2009 dan batas
penyetorannya ini masih sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh badan) PPh
Pasal 25-nya juga mengikuti besarnya angsuran masa Desember 2008.
Barulah untuk setoran PPh Pasal 25 masa April 2009, Wajib Pajak badan harus
menyesuaikannya berdasarkan perhitungan pada angsuran Pasal 25 ayat (1).
http://hastari-hayu.blogspot.co.id/2012/01/pph-badan.html