Anda di halaman 1dari 3

Bukan Rama dan Sinta (Part 1)

Cerpen Karangan: Fatimatuzzahra Purnama Putri


Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 10 December 2018

“Heh?! Sinta?!” Pekik Rama mendengar apa yang dikatakan Veri perihal pasangannya untuk
sendratari Ramayana itu. Sebenarnya bukan masalah siapa pasangannya. Namun yang jadi
masalah adalah, kenapa Sinta?! Cewek lain kan banyak!
“Iya. Kata Bu Intan kita pake Sinta aja. Soalnya kan selain namanya yang mirip, Sinta cocok
juga mainin peran itu,” jawab Veri. Rama mengusap wajahnya kasar dengan telapak
tangannya.
“Astaga Bu Intan!! Kenapa harus Sinta, sih?! Cewek lain kan banyak! Masa iya cewek
berandal gitu dijadiin pemeran Sinta?! Ogah gue!!” Teriaknya keras. Seisi kelas yang
mendengar itu langsung menolehkan wajah mereka ke arah Rama. Termasuk si empunya
nama yang tadi disebut-sebut.
“Apa lo bilang?! Cewek berandal?!!”
Gantian, seisi kelas menoleh ke arah cewek rambut panjang yang cantik, tapi penampilannya
kayak cowok ini. Kalo aja rambutnya nggak panjang dan dia nggak pake rok, mungkin dia
udah dikira cowok.
“Dasar cowok playboy!” Balas Sinta.
“Seenggaknya gua laku! Nggak kayak lo! Dasar cewek berandal nggak laku dada tepos!”

JLEB!!
JLEB!!
JLEB!!
Tiga anak panah sekaligus menembus pertahanan Sinta sampai K.O.

“Sin, sabar, Sin. Gua tau perasaan lo kayak gimana. Udah ga papa, Sin,” ucap Riana,
sahabatnya, menenangkan.
“Tau ah! Yuk, temenin gua ke kantin!” Ajak Sinta kemudian segera meninggalkan kelas yang
rasanya jadi sangat sumpek!
Selain karena tugas Matematika yang harus dia selesaikan dalam waktu satu jam karena guru-
guru sedang rapat, juga karena ejekan demi ejekan yang dilontarkan Rama. Memang apa
yang dikatakan Rama adalah berdasar pada fakta. Tapi ya nggak gitu juga kali!

“Sebel banget gua sama Rama. Pengen gua gecek-gecek tuh muka leceknya!” Ucap Sinta
penuh penekanan saat berjalan di koridor lantai dua. Riana yang ada di sebelahnya hanya bisa
geleng-geleng kepala.
“Sin, gua tau lo sebel sama tuh bocah. Tapi ya nggak usah gitu-gitu juga kali.”
Langkah Sinta terhenti.
“Nggak gitu-gitu juga yang kayak gimana maksud lo?”
Riana nelen ludah. ‘Mati gue!’
“Lo tau apa yang udah dia perbuat sama gue?! Waktu MOS, Na!! Dia malu-maluin gua di
depan satu angkatan! Plus-nya kakak kelas yang ngurus MOS! Dan lo tau kan apa yang dia
lakuin?! Dia nyium gue, Na! NYIUM GUE DI DEPAN SATU ANGKATAN YANG
BAHKAN BELOM SALING KENAL!!”
“I-iya, Sin. Gua tau. Tapi dia kan juga malu sendiri. Biarin aja lah,” ucap Riana mulai
menenangkan.
Mereka mulai berbelok untuk menuruni tangga.

“Dan nggak cuma sampe di situ! Dia juga sering banget bikin gua naik darah! Gua tuh
sebenernya udah nggak tahan lagi sama kelakuan dia. Pengen banget dia gue masukin ke
gentong terus gentongnya gua lempar ke tengah laut biar dimakan ama ikan hiu!!” Ucap Sinta
menggebu-gebu tanpa melihat apa yang di depannya.
“Hiu nggak makan gentong kali, Sin.”
“Serah lah apa itu. Pokoknya gua pengen dia-”
DEG!!
Sinta terkejut ketika tiba-tiba di depannya sudah berdiri seorang cowok yang keliatannya
habis lari maraton. Rambutnya lecek, mukanya penuh keringat, dan bajunya basah kuyup
karena keringat. Ini pagi-pagi udah begini amat. Ngapain aja dia?

“Eh, sori. Gua mau ke kelas. Kelas gua di atas. Sori ya. Bay!” Ucap cowok itu cepat
kemudian menaiki tangga kembali.
Sinta masih terpaku di tempatnya. Cowok tadi… maskulin banget. Bau minyak wangi
campur keringatnya, otot tangannya yang keliatan jelas, badannya yang tinggi, dan keliatan
proporsional banget! Astaga, cowok idaman Sinta!
“Sin?” Riana mencoba menyadarkan sahabatnya yang hanya membeku di tempat itu.
“Astaga, Na, dia ganteng banget.”

“E buset! Rame amat!!” Ujar Sinta begitu memasuki kantin. Riana mengangguk
membenarkan.
“Cari tempat duduk, yuk!” Ajak Sinta yang kemudian di-iyakan oleh Riana.
Setelah muter-muter kantin yang sumpek banget, akhirnya ada secercah harapan untuk makan
di kantin. Elah lebay amat.
Cepat-cepat Sinta dan Riana berjalan ke arah bangku itu. Hm, dari empat bangku, satu udah
terisi. Cowok sih. Lumayan ganteng. Boleh juga makan sambil modus.
“Akhirnya da-HAH?!!”

“Kantin rame banget, njir,” ucap cowok itu mencari celah diantara lautan manusia yang
sedang mengantri untuk membeli makanan ataupun minuma. Ya kan emang itu yang
disediakan kantin. Mana ada kantin jualan seragam sekolah?
“Yakin Ram mau makan di sini?” Tanya Veri yang membuat Rama mendelik ke arahnya.
“Kalo ga di sini ya dimana?” Ucap Rama kemudian kembali mencari tempat duduk.
“Nah, itu ada!” Pekik Rama heboh kemudian segera ke arah bangku yang kosong. Dari
keempat bangku itu, satu sudah terisi. Cowok sih. Tapi ga papa lah. Yang penting duduk
dulu.

Dengan cepat, mereka berjalan mendekati bangku itu. Namun saat mereka sudah sampai dan
siap untuk menarik kursi…
“Akhirnya da-HAH?!!”
Sumpah! Ini gila! Ini gila!! Ini gilaa!!! Kenapa dia juga harus ketemu sama Sinta sih?! Pake
acara rebutan bangku lagi!! Dikira ini sinetron apa?!
“Heh, ngapain lo di sini?!” Tanya Rama galak.
“Mau makanlah! Nggak mungkin gua mau mancing!” sewot Sinta.
“Ya kali aja lo mau bikin kolam ikan di sini terus mancing di sini!”
“Serah lu dah! Pokoknya gua yang duduk di sini!” Ucap Sinta kemudian menarik kursi untuk
duduk.
“Et tunggu dulu.”
Gerakan Sinta terhenti karena sebuah tangan menahannya.
“Nggak boleh. Gue yang harusnya duduk di sini! Ini tempat gue! Gue yang nemu duluan!”
“Nggak bisa! Gue duluan yang nemu! Lu minggir sana! Ini tempat gue!”
“Enak aja lo!! Minggir sana!!”
“Elo tuh yang minggir!!”
“Ehm, permisi. Ini… tempat gue.”
“Eh?!”

“Asik!! Dapet tempat makan!! Makasih kak!!” Ucap Sinta senang. Sedangkan Rama yang
ada di sebelahnya memberengut.
“Kaciaaan… Rama ga dapet tempat duduk…” Ucap Sinta sengaja menggoda Rama. Rama
melayangkan delikan kepada Sinta. Tapi Sinta malah menjulurkan lidah kemudian duduk di
bangkunya.
“Dan lo, maaf ya. Gua nggak bermaksud pilih kasih ato apa,” ucap cowok itu menatap Rama
penuh penyesalan.
“Ga papa. Udah tradisi kali cowok lebih milih ngasih tempat duduk ke cewek daripada ke
sesama jenis. Ntar dikira homo,” jawab Rama judes. Sebenarnya yang bikin dia judes bukan
kakak kelas itu. Tapi gara-gara entah kenapa hari ini dia mulu yang sial, Sinta mulu yang
hoki. Kan kesel.
“Sekali lagi maaf, ya.”

Anda mungkin juga menyukai