Anda di halaman 1dari 5

BANK DAN LKL

OTORITAS JASA KEUANGAN

Oleh:
Sumarwan (17414381)
Manajemen 3B
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

A. Latar Belakang

Terbentuknya OJK Pembentukan OJK dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan


untuk melakukan penataan kembali lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi
pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan. Hal tersebut dilandasi oleh
berbagai hal, yaitu:

A.1 Amanat Undang-Undang


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia menjadi Undang-Undang, mengamanatkan pembentukan lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun,
sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badanbadan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

B.1 Perkembangan Industri Keuangan


Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang
teknologi informasi serta inovasi keuangan telah menciptakan industri keuangan yang
sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait.

C.1 Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan


Saat ini terdapat kecenderungan lembaga jasa keuangan besar memiliki beberapa
anak perusahaan di bidang keuangan yang berbeda-beda kegiatan usahanya
(konglomerasi). Misalnya, bank memiliki anak perusahaan dalam bentuk asuransi,
perusahaan sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan dana pensiun. Konglomerasi
lembaga keuangan tersebut mendorong terciptanya kompleksitas kegiatan usaha
lembaga jasa keuangan.

D.1 Perlindungan Konsumen


Permasalahan di industri jasa keuangan yang semakin beragam, antara lain
meningkatnya pelanggaran di bidang jasa keuangan dan belum optimalnya perlindungan
konsumen jasa keuangan, mendorong diperlukannya fungsi edukasi, perlindungan
konsumen, dan pembelaan hukum. Dari hal-hal tersebut perlu dibentuk suatu lembaga
yang dapat mengatur dan mengawasi semua lembaga jasa keuangan secara terintegrasi,
yaitu OJK.

B. Tugas Otoritas Jasa Keuangan


 kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan.
 kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
 kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Menangani Permasalahan Di Perbangkan


Dan Lembaga Keuangan Lainnya

C.1 Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank yang
meliputi :

 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,


rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
 Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan
pencadangan bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja
bank; sistem informasi debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar
akuntansi bank;
 Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti
pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan pemeriksaan bank.

C.2 Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :

 Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;


 Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
 Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
 Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,
dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

C.3 Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :

 Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan;
 Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
 Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
 Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
 Melakukan penunjukan pengelola statuter;
 Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
 Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
 Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan
usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.
D. Refrensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan

http://belajarekonomismanema.blogspot.com/2015/09/latar-belakang dibentuknya-
ojk.html

http://uchyma.blogspot.com/2014/05/peran-ojk-dalam-menyelesaikan.html

Anda mungkin juga menyukai