Anda di halaman 1dari 8

Sampah merupakanmaterial sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah ada yang masih bisa diolah dengan kata lain di daur ulang dan ada
yang tidak bisa. Adanya sampah bersumber dari konsep kehidupan manusia.
Sampah yang tidak bisa di daur ulang lagi biasanya dibuang begitu saja hingga
akhirnya menumpuk jadi satu. Tempat penumpukan sampah tersebut ada pada
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA merupakan mata rantai terakhir dari
pengolahan sampah perkotaan sebagai sarana lahan untuk menimbun atau
mengolah sampah. TPA memiliki berbagai fasilitas dengan masing-masing
fungsi yang berbeda.Fungsi dari fasilitas-fasilitas tersebut membantu dalam
pengolahan sampah-sampah di TPA. Pada TPA pun terdapat dampak bagi
lingkungan sekitar akibat adanya kegiatan pada TPA tersebut dari sampah yang
tertimbun di TPA.Dampak yang terjadi biasanya mengenai dampak kesehatan dan
keamanan lingkungan sekitar TPA.

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya


kegiatan pembuangan akhir sampah. TPA merupakan mata rantai terakhir dari
pengolahan sampah perkotaan sebagai sarana lahan untuk menimbun atau
mengolah sampah. Proses sampah itu sendiri mulai dari timbulnya di sumber -
pengumpulan - pemindahan/pengangkutan - pengolahan - pembuangan. Di TPA,
sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu
panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain
lebih lambat sampai puluhan dan ratusan tahun seperti plastik. Hal ini memberi
gambaran bahwa di TPA masih terdapat proses-proses yang menghasilkan
beberapa zat yang dapat mempengaruhi lingkungan. Zat-zat tersebut yang
mempengaruhi lingkungan itulah yang menyebabkan adanya bentuk-bentuk
pencemaran.
Syarat-syarat TPA yaitu

1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, rawan longsor, rawan gempa,
dll)
2. Bukan daerah rawan geologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air
tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan
sumber air, dll
3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan >20%)
4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan seperti bandara, pusat perdagangan
5. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.

Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA,
bahwa
lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah
adalah :
• Jarak dari perumahan terdekat 500 m
• Jarak dari badan air 100 m
• Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat
jet)
• Muka air tanah > 3 m
• Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det
• Merupakan tanah tidak produktif
• Bebas banjir minimal periode 25 tahun
Data untuk pengukuran lapangan TPA yaitu
• Topografi
• Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi tanah,
konduktivitas hidrolik, pH, KTK dan lain-lain) dan karakteristik kimia
(komposisi mineral tanah, anion dan kation)
• Sondir dan geophysic
• Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah aliran air
tanah, kualitas air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe, Organik dan lain-lain)
• Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air, fluktuasi level
air musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam
berat, chlorida, sulfat, pestisida dan lain-lain)
• Lokasi mata air ( jika ada) termasuk debit.
• Kualitas lindi, meliputi BOD, COD, Chlorida, Logam berat, Organik dan
lain-lain.
• Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-lain.
• Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m)
• Dan lain-lain

TPA yakni Tempat Pembuangan Akhir memiliki fungsi sebagai akhir dari
pembuangan sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas kebersihan sehingga
dibawa pada satu tempat sebagai penampungan sampah.Dalam TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) memiliki berbagai fasilitas yang berfunsi antara lain :
a) Prasarana jalan yang terdiri dari jalan masuk/akses, jalan penghubung, dan
jalan
operasi/kerja. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar
kegiatan
pengangkutan sehingga efisiensi keduanya makin tinggi.
b) Prasarana drainase, berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air
hujan dengan
tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
Drainase ini
umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan.
c) Fasilitas penerimaan, yaitu tempat pemeriksaan sampah yang datang,
pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Biasanya berupa
pos pengendali di pintu masuk TPA.
d) Lapisan kedap air, berfungsi mencegah rembesan air lindi yang terbentuk
di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Biasanya lapisan tanah
lempung setebal 50 cm atau lapisan sintesis lainnya.
e) Fasilitas pengamanan gas, yaitu pengendalian gas agar tidak lepas ke
atmosfer. Gas yang dimaksud berupa karbon dioksida atau gas metan.
f) Fasilitas pengamanan lindi, berupa perpipaan lubang-lubang, saluran
pengumpul, dan pengaturan kemiringan dasar TPA sehingga lindi begitu
mencapai dasar TPA akanbergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah
pada titik pengumpul.
g) Alat berat, berupa bulldozer, excavator, dan loader.
h) Penghijauan, dimaksudkan untuk peningkatan estetika, sebagai buffer
zone untuk pencegahan bau dan lalat.
i) Fasilitas penunjang, seperti pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist
blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain-lain.

Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan :


1. Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol
dengan baik
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan
penyakit.
Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum.
Penyakit DBD dapat
juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
c) Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira – kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh
pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan terhadap rembesan sampah yang
masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai
organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang
baik dapat
membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau
yang tidak sedapdan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran
dimana – mana.
a) Memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan Usaha Pengendalian
Sampah untuk
menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternativ pengolahanyang benar. Teknologi yang paling tepat untuk
pemecahan masalah adalah teknologipemusnahan sampah yang hemat
dalam penggunaan lahan dengan cara pembakaran yang terkontrol atau
Insinerasi dengan cara memakai Incenerator.
Selain itu juga memakai prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam
keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu ( Reduce,
Reuse, Recycle dan Replace ). Dalam keseharian, dan dapat dilakukan
oleh siapa saja untuk mengurangi volume sampah.
Metode metode TPA
Metoda Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya
yaitu:

Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan
sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan
terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh.
Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan
sumber daya (manusia, dana, dll).

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi


pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:

 Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll


 Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
 Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
 Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

Control Landfill
Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara
periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam
operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota


sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan
penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:
 Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
 Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
 Pos pengendalian operasional
 Fasilitas pengendalian gas metan
 Alat berat

Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional
dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan
yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan
prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga
sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

Kami tidak setuju jika ada TPS yang berada di dkt sawah karena tidak
sesuai dengan dasar – dasar teori yang sudah kami tulis diatas seperti pada
syarat – syarat TPA dimana yang terdapat pada SNI No. 03-3241-1997
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA dimana menyatakan pada salah satu
poinnya kalau tanahnya tidak boleh tanah yang produktif, sedangkan tanah
yang dekat dengan sawah biasanya merupakan tanah yang produktif, dan
merupakan tanah bebas banjir, sedangkan kebanyakan sawah akan banjir
pada saat musim hujan. Selain itu juga ada syarat – syarat untuk fasilitas yang
harus ada di TPA seperti jalan untuk dimana akan susah untuk dilakukan
mengingat sawah biasanya terdapat di perdesaan. Akan terjadi kesulitan
dalam mengatur drainase mengingat aliranya akan sejalan dengan aliran dari
sawah. Lalu jika proses penghijauan tidak berjalan sesuai rencana maka akan
terdapat banyak lalat, yang bukan tidak mungkin dapat ke sawah, sehingga
merusak estetika dari sawah itu tersebut selain itu juga jika terdapat bau dapat
membuat semakin banyak tikus dimana tikus itu sendiri merupakan hama dari
sawah.

Tapi kami setuju, jika memang tidak ada lahan lagi yang tersedia, untuk
menaruh TPA dekat sawah tetapi metode yang digunakan adalah metode
control landfill dan sanitary landfill, dimana metode ini menutup sampah
dengan tanah, tapi kami mengusulkan agar tidak meletakan TPA lebih tinggi
dari sawah, agar jika terjadi tanah longsor sawah tidak tercemar. Selain itu
harus memenuhi jarak yang telah ditentukan dalam SNI No. 03-3241-1997
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA dimana sudah diatur dengan jelas
untuk jarak – jarak yang diperlukan. Selain itu perlu dilakukan pengecekan
agar air lindi dapat ditampung dengan baik sehingga tidak mencemari sawah.
Tetapi kami mengusulkan agar jika lahan yang tersedia masih banyak agar
tidak menaruh TPA dekat dengan sawah.

Anda mungkin juga menyukai