B. Definisi Istilah
1. Arti Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus
yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata ini digabung
menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management, dan manager untuk orang ya n g m e la ku k an
k e g i a t a n m a n a je m e n . A kh i r n ya , ma n a g e me n t diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
Panggabean (2004) mengemukakan bahwa: “manajemen merupakan suatu
proses yang terdiri dari atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemimpin,
dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia Dinas Pemuda dan Olahraga
Sulawesi Selatan dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan secara efesien”.
Selanjutnya Hasibuan (2006) mengemukakan bahwa: “manajemen sebagai suatu
usaha memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia yang berpotensi dalam
pencapaian tujuan”. Sumber-sumber tersebut berupa orang (man), uang (money),
material (material), peralatan (machine), metode (method), waktu (time) dan prasarana
lainnya.
Istilah manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang
berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan,
kepemimpinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi dan sebagainya. Jadi
manajemen dalam hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan pengadministrasian,
ketatalaksanaan, kepemimpinan, dan pengurusan (Siswanto, 2006:1).
Perkembangan ilmu manajemen yang pesat sesuai dengan akumulasi dan
perkembangan jaman, memunculkan pendapat yang beragam tentang fungsi
manajemen. Salah satu pendapat adalah yang dikemukakan oleh Terry (2003:8) bahwa
fungsi manajemen tersebut dikenal dengan singkatan POAC yaitu: (1) perencanaan
(Planning), (2) pengorganisasian (Organizing), (3) penggerakan (Actuating), (4)
pengawasan (Controlling).
Perencanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya dalam
suatu organisasi, sehingga perencanaan ditempatkan sebagai fungsi pertama.
Perencanaan dapat disusun dengan mempertimbangkan hasil penelitian, observasi
atau dengan argumentasi. Perencanaan merupakan penjabaran dari strategi awal
organisasi. Untuk melaksanakan perencanaan dengan baik diperlukan adanya suatu
organisasi yang cocok. Sehingga kemudian muncul fungsi yang kedua yaitu fungsi
pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian perlu ditelaah tentang kegiatan yang
dilakukan, hakekat organisasi, proses interaksi, prinsip organisasi dan tipe organisasi
yang akan dijalankan.
Dengan terbentuknya suatu organisasi, dibutuhkan adanya usaha untuk
menggerakkan organisasi tersebut. Dalam proses penggerakkan tersebut perlu
dicermati pula proses intraksi antar manusia. Sehingga perlu adanya tatanan
menyangkut manusia, pendekatan, potensi, perilaku serta segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan aktivitas organisasi.
Setelah ketiga fungsi tersebut berjalan, yang terakhir muncul adalah perlu adanya
suatu pengawasan terhadap jalannya proses-proses sebelumnya. Pada hakekatnya
pengawasan mencakup penilaian adanya kemajuan atau tidak, perlunya penyegaran
atau tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya dalam
meluruskan roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam organisasi tersebut.
Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan evaluasi aktivitas
organisasi menyangkut proses perencanaan, pengorganisasian maupun tahapan
pelurusan sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
Manajemen menurut Parker Follet (1997), adalah seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (management is the art of getting
things done through people). Menurut Hasibuan (2001) manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para
ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu
pun yang mernuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat
dipandang, baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task).
Olehnya manajemen sebagaimana dikemukakan Nickels and McHugh dalam
Sule dan Saefullah (2005), bahwa manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan
berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
orangorang serta sumber daya organisasi lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan
sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan
sesuatu tersebut terdapat tiga faktor yang terl i bat; (1) Adanya penggunaan
sumberdaya organisasi, baik sumberdaya manusia, maupun faktor-faktor
produksi lainnya. Atau menurut Griffin (2002), sumber daya tersebut meliputi
sumberdaya manusia, sumberdayaalam, sumberdaya keuangan, serta informasi,
(2) Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan
pengawasan, (3) Adanya seni dalam menyelesaian pekerjan.
2. Arti Pendidikan
Seperti halnya manajemen, pengertian pendidikan pun sejauh ini belum
ada keseragaman formulasi yang dapat dipakai sebagai pegangan karena
masing-masingahli mengemukakan pengertian yangagak berbeda satu dengan
yang lainnya, tergantung dari konsepsi pendekatannya masing-masing.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk membentuk generasi penerus
bangsa, pendidikan dilakukan saat hayat masih dikandung badan dan pendidikan
sangat penting bagi kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang diberi kemampuan
oleh Allah SWT berupa akal pikiran untuk berpikir dan menerima pelajaran. Oleh karena
itu dalam pelaksanaan pendidikan hendaknya pendidik dapat mengetahui apa saja
kesulitan dari tiap-tiap aspek materi yang akan diberikan sehingga dapat segera
diketahui bagaimana cara menanggulangi.
Pendidikan ada sejak pertama manusia mengenal komunikasi, sebab pendidikan tak
mungkin bisa dilakukan tanpa adanya komunikasi, baik komunikasi verbal maupun
komunikasi non verbal. Hal ini bisa dipahami sebab sejak semula, pendidikan beriringan
dengan kepercayaan. Kepercayaan terhadap sifat-sifat hakiki kemanusiaan sendiri, dan
kepercayaan terhadap ada atau tidak adanya daya ruhaniah yang lebih besar dibanding
kekuatan manusia, yang memayungi jagat seisinya. Kepercayaan atas sebuah
kebenaran yang disampaikan ke orang lain inilah yang melahirkan adanya pendidikan.
Pendidikan pada masa “Sophistic” di Yunani dilakukan oleh para guru yang
selalu berkeliling mengajar ditempat-tempat umum yang dipanggil dengan nama Sofis”.
Dalam bahasa Yunani ada kata “sophisma” yang berarti “akal cerdik”, ketrampilan
berargumen” dengan konotasi “licik” yang dipakai di dalam perdebatan atau
pengajaran dengan satu tujuan yaitu agar keluar sebagai seorang pemenang. Kaum
Sofis ini berpendapat bahwa pendidikan yang diperlukan adalah retorika, tata bahasa,
logika, hukum, matematika, sastra, dan politik yang di dalam prakteknya kaum Sofis ini
“terjebak” ke dalam permainan lambang dan simbol semata dalam bentuk permainan
kata, ber-”silat-lidah”, menyusun argumentasi yang bersifat manipulatif melalui
pemutar-balikan fakta, memanipulasi lambang dan makna yang disampaikan pada para
pendengarnya, yang menurut Yasraf A. Piliang mereka terjebak di dalam dunia citra
(image), dunia lambang yang berbeda dari realitas yang ada, berbeda dari kebenaran
itu sendiri. Sehingga kebebasan yang diharapkan ada di dalam proses pendidikan
secara tidak langsung sudah mengalami apa yang disebut oleh Pierre Bourdieu sebagai
“kekerasan simbolik” yaitu kekerasan yang halus dan tak tampak, baik dari sisi struktrur
bahasa maupun ditingkat semantik yang mengakibatkan di dalam proses pendidikan
kaum Sofis yang ada sebenarnya adalah kebebasan semu.
Socrates menganggap bahwa pendidikan yang tidak mengajarkan pada murid
untuk mencari kebenaran atau mengajarkan kebenaran tidaklah termasuk pendidikan
dalam arti yang sebenarnya. Untuk mencapai kebenaran melalui pendidikan itulah,
Socrates menggunakan metoda dialektika yang membebaskan murid untuk berpikir
sendiri tanpa terpengaruh oleh gagasan gurunya.
Ilmu pendidikan disebut pedagogik yang merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris yaitu "pedagogics". Pedagogics sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu
"pais"yangartinya anak dan "again" yang artinya membimbing. Dari arti tersebutdapat
dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian "bimbingan yang diberikan
kepada anak". Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut
pembimbing atau "pedagog". Dalam perkembangannya, istilah pendidikan (pedagogy)
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa
secara sadar dan bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaniahnya maupun
aspek rohaniahnya menuju ketingkat kedewasaan anak.
Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan UndangUndang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu "Pendidikan
adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dir kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara".
E. Kesimpulan
Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya
merupakan seni atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian/pengawasan sumber daya pendidikan melalui
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilili untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan
utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sudah tercakup dalam
pernaparan di atas, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi
anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. S i n g k a t n ya
pendidikan jasmani dan olahraga bertuj uan untuk mengembangkan
potensi setiap anak setinggi-tingginya, secara sederhana tujuan pendidikan
jasmani dan olahraga meliputi tiga ranch atau domain yakni kogntif, psikomotor,
dan afektif sebagai satu kesatuan.
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dan
olahraga dalam melaksanaan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai
melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan
berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari
oleh guru pendidikan jasmani dan olahraga adalah bahwa ia harus menganggap
dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur
kegiatan.