Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen dalam bahasa inggris berarti mengelola atau mengatur. Dalam Fattah (2006: 1),
manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Manajemen sebagai ilmu merupakan bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja
sama. Manajemen sebagai kiat seperti pernyataan Follet merupakan hal yang dapat mencapai
sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Manajemen
sebagai profesi menjelaskan adanya landasan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer dan para profesional dengan dituntun oleh sebuah kode etik.

Manajemen merupakan suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan. Manajemen sebagai sistem memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Manajemen dalam pendidikan menurut Djam’an Satori dalam Sudarmiani (2009: 2) diartikan sebagai
keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang
tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.

Manajemen memiliki pengaruh bagi seseorang/sekelompok orang untuk bertindak. Sama halnya
dengan manajemen, kepemimpinan pun memiliki pengaruh bagi seseorang /sekelompok orang
untuk bertindak. Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan aktivitas secara efisien dengan
atau melalui orang lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas suatu organisasi, sedangkan
kepemimpinan muncul jika ada upaya mempengaruhi seorang individu/kelompok dan berhubungan
dengan perubahan. Menurut Danim (2008: 3) pemimpin dipandang sebagai inti dari manajemen dan
perilaku kepemimpinan merupakan inti perilaku manajemen. Inti dari kepemimpinan adalah
pembuatan keputusan termasuk keputusan untuk tidak memutuskan. Kepemimpinan akan berjalan
jika ada keputusan yang akan dijalankan, demikian juga manajemen. Ini berarti bahwa manajemen
akan dapat mencapai tujuan jika dijalankan oleh seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Para pimpinan akan dilimpahi kewenangan untuk menggerakkan dan mengendalikan orang-orang
disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dengan kekuasaan yang diberikan pada seorang
pemimpin menjadi sangat penting. Seorang pemimpin sebagai individu akan berhadapan dengan
sejumlah individu lain yang berbeda-beda kepribadian, watak, dan karakternya. Dalam keadaan yang
demikian itu, maka pemimpin harus memahami, menghargai, dan berusaha untuk menyatukan
kepribadian yang berbeda-beda, termasuk juga kepribadian yang ia miliki untuk bisa berada dalam
satu usaha bersama demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Maka sebenarnya kepemimpinan
menunjukkan keadaan yang sangat kompleks karena kepemimpinan tidak hanya berkenaan urusan
individu saja tetapi berkenaan pula dengan urusan orang bannyak (sosial).

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam
manajemen; perbedaan kepemimpinan dan manajer yang sering disamakan dalam perspektif
masyarakat luas; kekuasaan, kewenangan dan gaya kepemimipinan; peran kepala sekolah sebagai
pemimpin dan manajer pendidikan; serta kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan apa perbedaan kepemimpinan


dengan manajer?

2. Bagaimana keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan?

3. Bagaimana kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen pendidikan?

4. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang efektif?

C. Tujuan

Berdasarkan masalah-masalah yang dirumuskan, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan perbedaan antara


kepemimpinan dengan manajer

2. Untuk mengetahui keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan

3. Untuk mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen


pendidikan

4. Untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang
efektif.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Penulis

Sebagai bahan acuan untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kepemimpinan yang efektif dalam manajemen
pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Sedangkan menurut istilah pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan suatu organisasi. Menurut Hikmat (2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan
tugas dan kewajiban individu. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul
tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang
telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Owen dalam Sudarmiani (2009: 33)
menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non individu, terjadi dalam interaksi dua
orang atau lebih, dimana seseorang menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang
diinginkan.

Menurut Hikmat (2009: 11)Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang yang memimpin organisasi disebut manager.

Perbedaan kepemimpinan dengan manajer

Manager Leadership

1. Building and maintaining an organizational Building and maintaining an organizational


structure (membangun dan mengembangkan culture (membangun dan mengembangkan
struktur organisasi) kultur organisasi)

2. Path- following (merujuk pada alur Path- finding (merujuk pada alur penemuan)
kepengikutan)

3. Doing thing right (mengerjakan sesuatu yang Doing the right thing (mengerjakan sesuatu
benar) dengan benar)

4. The manager maintains, relies and The leader develops, inspires


control (mengedepankan pemeliharaan dan trust(mengembangkan dan menginspirasi
pengendalian) kepercayaan)

5. A preoccupation with the here-and-now of Focused on the creation of a vision about a


goal attainment (beranjak dengan “disini dan desired future state (berfokus pada upaya
mengkreasi tentang masa depan yang
sekarang” dari pencapaian tujuan) diinginkan)

6. Managers maintain a low level of emotional Leaders have empathy with other people and
involvement (memelihara level rendah give attention to what event and action
keterlibatan emosional) means (mempunyai empati terhadap orang lain
dan memberi perhatian pada setiap peristiwa
dan makna tindakan)

7. Designing and carry out plant, getting things Establishing a mission, giving a sense of
done, working effectively with direction (memantapkan misi dan
people (mendesain dan membawa rencana, membangkitkan rasa untuk mencapai arah
mendorong tindakan, dan bekerja efektif dengan tertentu)
orang)

8. Being taught by the Learning from the organization (belajar dari


organization(mengembangkan pikiran dari organisasi)
organisasi)

Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert dalam Danim (2008: 4-5)

B. Keterkaitan Administrasi, Organisasi, Manajemen, dan Kepemimpinan

Organisasi memiliki dua pengertian umum, pertama organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga/kelompok fungsional, misal: sekolah, perusahaan, dan badan-badan pemerintahan. Kedua
merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara
para anggota dengan mempertimbangkan kemampuan mereka, mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan
organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. (Fattah, 2006: 71).

Secara etimologis, kata administrasi berasal dari bahasa yunani, ad ministrare. Adberarti
ke/kepada. Ministrare berarti melayani, membantu, atau mengarahkan (Malawi, 2010: 31).
Administrasi dalam arti sempit adalah bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan dalam arti luas,
administrasi adalah suatu proses yang ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok dan
kebijaksanaannya, dimana organisasi dan manajemen digariskan (Sudarmiani, 2009: 35).

Sedangkan manajemen sendiri merupakan suatu sistem yang setiap komponennya dikelola untuk
mencapai sebuah tujuan.

Hubungan Organisasi, Administrasi, dan Manajemen dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar diatas menunjukkan bagaimana hubungan antara organisasi, administrasi, dan manajemen.
Organisasi sebagai kelompok orang yang mengikatkan diri secara formal adalah wadah yang
menampung kelompok manusia. Didalam kelompok, manusia melakukan administrasi dalam bentuk
kerja sama. Dan di dalam administrasi terjadi proses pengaturan. Proses pengaturan inilah disebut
dengan manajemen. Manajemen yang ada didalam organisasi biasanya bertingkat dari yang
terdepan sampai yang tertinggi.

Jika disekolah adalah sebuah organisasi, maka didalam sekolah terjadi kegiatan kerja sama
administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, kerja sama
yang ada harus diatur sehingga semua sumber daya pendidikan bersifat harmonis, dan sinergis.
Untuk itu dilakukan kegiatan pengaturan manajemen. Kepala sekolah sebagai manajer tertinggi
bertugas menentukan strategi dalam mencapai tujuan pendidikan. Strategi yang ada diterjemahkan
menjadi program kerja oleh semua wakil kepala sekolah sebagai manajer madya. Pelaksanaan
program kerja dilakukan oleh guru dan segenap pegawai tata usaha dengan pengawasan guru senior
yang ditunjuk sebagai pengawas pelaksanaan. Dengan demikian tercipta sebuah sistem organisasi
yang terus bergerak mencapai tujuan. Demikianlah hubungan antara organisasi, administrasi, dan
manajemen (diunduh dari www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-konsep-organisasi-
administrasi.html).

C. Kekuasaan, Kewenangan dan Gaya kepemimpinan

Kekuasaan

Kekuasaan dalam arti yang sebenarnya adalah kekuatan untuk mengendalikan orang lain sehingga
orang lain sama sekali tidak punya pilihan, karena tidak berdaya untuk menentukan diri sendiri atau
tidak mengetahui bagaimana memperoleh sumber daya yang mereka perlukan (Fattah, 2006: 76).
Pelopor pertama yang mempergunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber.
Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam
hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang
menghilangkan halangan.

Walterd Nord merumuskan kekuasaan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran
energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dan tujuan
lainnya. Sedangkan Russel mengartikan kekuasaan sebagai suatu produksi dan akibat yang
diinginkan. Bierstedt mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan.
Dahl mengatakan bahwa jika A mempunyai kekuasaan atas B, maka A bisa meminta B untuk
melaksanakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh B terhadap A (Sudarmiani, 2009: 37-38).

Menurut Edgar H. Schein dalam Fattah (2006: 76-77) kekuasaan tidak hanya diperoleh semata-mata
dari tingkatan seseorang dalam hierarki organisasi, tapi bersumber dari bermacam-macam jenis
psikologis kekuasaan yaitu:

1. Kekuasaan yang memaksa, didasarkan pada kemampuan memberi pengaruh untuk


menghukum penerima pengaruh kalau tidak memenuhi permintaan.

2. Kekuasaan imbalan, didasarkan pada kemampuan untuk memberi imbalan pada orang lain.
Makin besar kekuasaan imbalan, makin besar pengaruh yang memberi perintah.

3. Kekuasaan jabatan, berhubungan dengan hak kelembagaan, terjadi apabila bawahan menerima
pengaruh mengakui bahwa atasan secara sah berhak untuk memerintah atau memberi pengaruh
dalam batas-batas tertentu.

4. Kekuasaan ahli, didasarkan pada keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian
yang relevan dan tidak dimiliki oleh penerima pengaruh.

5. Kekuasaan acuan, berpijak pada keinginan penerima pengaruh untuk meniru pemberi
pengaruh.

6. Kekuasaan pribadi, berpijak pada kualitas pribadi yang memberi pengaruh dan mendapat
tanggapan emosional yang sangat besar dari pengikut.

Sedangkan menurut Hersey dan Goldsmith dalam Sudarmiani (2009: 40-41) ada tujuh kekuasaan
yaitu:

1. Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan berdasarkan rasa takut. Pemimpin memiliki kemampuan
untuk mengenakan hukuman/pemecatan.

2. Kekuasaan legitimasi adalah kekuasaan yang bersumber pada jabatan yang dipegang oleh
seorang pemimpin. Secara normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, semakin besar
kekuasaan legitimasinya.

3. Kekuasaan keahlian adalah kekuasaan yang bersumber dari keahlian , kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa hormat, dan
pengaruhnya terhadap orang lain.
4. Kekuasaan penghargaan adalah kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk
menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain.

5. Kekuasaan referensi adalah kekuasaan yang bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang
pemimpin. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya, pada umumnya disenangi dan
dikagumi orang lain karena kepribadiannya.

6. Kekuasaan informasi adalah kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang
dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.

7.Kekuasaan hubungan adalah kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh
pimpinan dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar dan didalam organisasi.

Kewenangan

Wewenang sering dikatakan otorita. Otorita adalah hak yang dimiliki pimpinan atau pejabat tertentu
untuk mengambil keputusan, melakukan tindakan atau meninggalkan suatu tindakan (Hikmat, 2009:
265). Sedangkan menurut Newman dalam Fattah (2006: 75) wewenang merupakan hak
kelembagaan menggunakan kekuasaan dan wewenang dibedakan menjadi:

1. Wewenang hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan hukum,
mewakili dan bertindak atas nama organisasi

2. Wewenang teknis, yaitu seseorang dianggap pakar pada suatu hal

3. Wewenang berkuasa, yaitu sumber utama yang berhak melakukan tindakan

4. Wewenang operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melakukan tindakan tertentu.

Menurut Max Weber, ada tiga tipe dasar kewenangan/otoritas resmi yaitu:

1. Otoritas legal, rasional

Otoritas ini menyangkut keyakinan akan legalitas pola aturan baku dan hak mereka yang tinggi untuk
kewenangan sesuai aturan pemerintah. Otoritas dipegang oleh perintah impersonal secara hukum
dan meluas ke orang dengan berdasarkan kantor mereka pegang. Kekuatan pejabat pemerintah
ditentukan oleh kantor-kantor yang mereka ditunjuk atau dipilih karena kualifikasi masing-masing.
Selama individu memegang kantor-kantor mereka memiliki sejumlah kekuasaan tapi begitu mereka
meninggalkan kantor rasional-hukum otoritas mereka hilang.

2. Otoritas tradisional

Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat
dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Hal ini bisa agama suci atau spiritual yang pelan-
pelan berubah budaya atau suku keluarga atau struktur marga jenis.

3. Otoritas kharismatik

Otoritas karismatik ada ketika kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang
seperti keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi karena orang
merasa ikatan emosional yang kuat kepada mereka (diunduh
darihttp://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-
rasional-legal-dan-karismatik/).

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma perilaku yang
digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat. Gaya kepemimpinan mempengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat
mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin
bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya (Malawi,
2010: 55). Teori tentang gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu:

1. Teori sifat (the trait theories)

Menurut Sutisna dalam Sudarmiani (2009: 42) teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti
kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif. Teori ini
menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan
syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah tamahan, integritas, keahlian
teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan kepercayaan
(Tead dalam Malawi, 2010: 56).

2. Teori perilaku (the behaviour theories)

Teori ini memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam
kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya
kepemimpinan yaitu:

a. Studi kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White
menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:

Otoriter: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan

Demokratis: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama

Kebebasan: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan

b. Studi OHIO

Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:

Telling: banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat

Selling: banyak memberi perintah dan semangat

Participating: sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat


Delegating: sedikit memberi perintah dan semangat

c. Studi Michigan

Peneliti dari universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:

The job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek
teknik kerja

The employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai,


memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.

d. Manajerial grid (jaringan manajerial)

Penelitian ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam
gaya kepemimpinan yaitu:

Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan,
prosedur, kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.

Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.

e. Sistem kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi
individu. Emapat sistem kepemimpinan menurut Likert adalah:

Sistem 1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan suka
mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.

Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae pendapat dari bawahan,
memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan
pekerjaan dengan atasan.

Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan sedikit
partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

Sistem 4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang


sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide inovasi
sehingga bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/).

3. Teori Situasional

Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam
situasi tertentu. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori situasional adalah:

a. Teori kepemimpinan kontingensi


Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi
pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling
hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya kepemimpinan menurut teori ini, yaitu:

Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas

Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan

Tiga faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu:

˗ Hubungan antara pemimpin dengan anggota

˗ Variabel struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang memiliki
prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah tersedia.

˗ Variabel kekuasaan karena posisi pimpinan (Fattah, 2006: 96)

b. Teori kepemimpinan tiga dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya dasar kepemimpinan
yaitu:

Separated: pemisah

Dedicated: pengabdi

Related: penghubung

Integrated: terpadu

c. Teori kepemimpinan situasional

Konsep kepemimpinan situasional pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard
yang merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada
hubungan antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan. Gaya
kepemimpinan berdasarkan teori ini yaitu:

Gaya mendikte (telling): diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan
memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.

Gaya menjual (selling): diterapkan jika anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi
belum didukung oleh kemampuan yang memadai.

Gaya melibatkan diri (participating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan tetapi kurang
percaya diri.

Gaya kendali bebas (delegating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi
dalam mengerjakan tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.

D. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Pendidikan yang Efektif
Kepala Sekolah adalah pemimpin dan pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kepala
sekolah harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pimpinan yang efektif.

Pidarta dalam Sudarmiani (2009: 56) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan
tanggung jawab sebagai:

Manajer sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengadakan prediksi masa depan sekolah,
melakukan inovasi untuk kemajuan sekolah, menciptakan kebijakan untuk mensukseskan pikiran-
pikiran yang inovatif tersebut, menyusun perencanaan yang baik, menemukan sumber dan fasilitas
pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan

Pemimpin sekolah. Kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan
sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan
dalam mencapai tujuan

Administrator sekolah. Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran,


pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan
keuangan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat

Supervisor sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan layanan kepada guru-guru baik
secara individual ataupun berkelompok untuk memperbaiki pengajaran.

Pidarta dalam Malawi (2010: 71) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya yaitu:

Keterampilan konseptual adalah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi

Keterampilan manusiawi adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin.

Keterampilan teknik adalah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan metode, teknik, serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu

Selain itu kepala sekolah juga mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarsa
sung tuladha yang artinya didepan memberi contoh yang baik, ing madya mangun karsa yang artinya
ditengah memberi semangat dan tut wuri handayani yang artinya dibelakang menciptakan prakarsa
atau ide-ide kreatif.

Beberapa kunci sukses kepala sekolah untuk menjadi pemimpin dan manajer adalah:

Mempercayai staf pengajar

Mendelegasikan tugas dan wewenang. Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap
masalah, tetapi tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri, karena dapat menyerahkan tugas itu
kepada wakilnya.

Adiraga. Kepala sekolah harus kuat secara fisik untuk dapat menyelesaikan tanggung jawabnya
sebagai kepala sekolah.
Membagi dan memanfaatkan waktu

Tanpa toleransi atas ketidakmampuan. Kepala sekolah harus menetapkan standar-standar


tertentu yang harus ditaati oleh Para stafnya.

Peduli dengan staf pengajar

Membangun visi

Mengembangkan tujuan instittusi

Cekatan dan tegas, sekaligus sabar

Berani instrospeksi

Memiliki konsistensi

Bersikap terbuka

Berjati diri tinggi (Danim, 2008: 87-94).


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu
organisasi. Kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non individu, terjadi dalam interaksi dua orang
atau lebih, dimana seseorang menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang
diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan orang yang memimpin organisasi disebut manager.

Banyak gaya kepemimpinan yang dirumuskan dari hasil penelitian. Pada dasarnya untuk memilih
gaya kepemimpinan dibutuhkan penyesuaian dengan situasi organisasi yang dipimpin. Selain itu,
untuk menjadi pemimpin dan manajer yang sukses kepala sekolah perlu memperhatikan hal-hal
berikut: Peduli dengan staf pengajar;Membangun visi; Mengembangkan tujuan instittusi; Cekatan
dan tegas, sekaligus sabar;Berani instrospeksi; Memiliki konsistensi; Bersikap terbuka; Berjati diri
tinggi dan sebagainya.

B. Saran

Untuk menjadi seorang pemimpin dan manajer yang baik diperlukan pengetahuan tentang gaya
kepemimpinan dan tugas-tugas sebagai pemimpin dan manajer. Seseorang dapat memilih gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan organisasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Suparno. 2008. Manajemen Dan Kepemimpinan Transformasional


Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Malawi, Ibadullah (dkk). 2010. Profesi Kependidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.

Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Sudarmiani. 2009. Diktat Manajemen Pendidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.

http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-
rasional-legal-dan-karismatik/ diunduh tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16.30 WIB.

http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/ diunduh tanggal 14


Oktober 2012 pukul 09.55 WIB

www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-konsep-organisasi-administrasi.html diunduh tanggal 13


Oktober 2012 pukul 16.10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai