PENDAHULUAN
Menurut perkiraan UNODC (united nations office on drugs and crime ) sekitar
200 juta orang di seluruh dunia menggunakan NAPZA jenis narkotika dan
psikotropika secara ilegal . kanabis merupakan jenis NAPZA yang paling sering
digunakan , di ikuti amfetamin, kokain , dan opioida. [enyalahgunaan NAPZA
jenis ini dominasi oleh pria , dan juga lebih terlihat di kalngan kaum muda di
bandingkan kategori usia lebih tua. Sebanyak 2,7% dari populasi dunia dan 3,9%
dari seluruh orang berusia 15 tahun keatas telah menggunakan kanabis paling
sedikit sekali antara tahun 2000 dan 2001 . (Depkes,2008)
Tujuan
A. Konsep Teori
1. Definisi
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi
umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan (DepKes., 2002).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama 1 (satu)
minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi)
selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan
sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari
(2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu
menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi
selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan.
Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun (Wiguna, 2003).
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di
ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang
detoksifikasi.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai
menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA
yang selalu terjadi (DepKes, 2001).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan
baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan
dengan lingkungannya
b. Dampak Sosial :
1) Di Lingkungan Keluarga :
Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib,
hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.
2) Di Lingkungan Sekolah :
Merusak disiplin dan motivasi belajar.
Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang
telah menjadi ketergantungan.
Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
Meningkatnya kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
2.5.1 PENGKAJIAN
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
I. IDENTITAS KLIEN
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita), usia (biasanya
pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko
menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam
pekerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah atau
bercerai), kemudian nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang
akan dibicarakan.
IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala yang biasa
timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital, berat
badan,dll.
V. Psikososial
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
d. Ideal diri : Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
e. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
3. Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas keluarga
maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak mata
langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.
VI. Status Mental
1. Penampilan.
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya
dijelaskan.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
membisu, apatis dan atau lambat
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau
memanipulasi keadaa, bengong/linglung.
3. Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik, grimasen,
termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak menggunakan NAPZA
4. Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat mengkonsumsi
jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu.
5. Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendai. Afek datar
muncul pada pecandu morfin karena mengalami penurunan kesadaran.
7. Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8. Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran,
sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.
9. lsi pikir
DIAKNOSA
1.Ketidak efektifan koping
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil
3. Latihan mengontrol
rangsangan
a. Jelaskan pada klien manfaat
penyaluran energi marah
b. Bantu klien memilih sendiri
cara marah yang adaptif
3. Setelah dilakukan c. Bantu klien mengambil
interaksi selama keputusan untuk mengeluarkan
3X24jam, klien dapat energi marah yang adaptif.
menentukan cara adaptif d. Beri kesempatan pada klien
menyalurkan energi untuk mendiskusikan cara yang
marah dengan kriteria dipilihnya
hasil : e. Anjurkan klien mempraktekkan
a. Klien memilih cara cara yang dipilihnya
adaptif untukf. Berikan reinforcement atas
menyalurkan energi keberhasilan/kemajuan klien.
marah ( relaksasi, olah g. Evaluasi perasaan klien tentang
raga, berdoa, dll) cara yang dipilih dan telah
b. Klien mampu dipraktekkan
mendemonstrasikan cara
marah adaptif yang 4. libatkan keluarga dalam
dipilih perawatan klien
c. Klien mampu a. identifikasi kultur, peran, dan
mengungkapkan situasi keluarga dalam
perasaannya setelah pengaruhnya terhadap perilaku
mendemonstrasikan cara klien
adaptif yang dipiihnya b. berikan informasi yang tepat
tentang penanganan klien
dengan perilaku marah
4. Setelah dilakukan kekerasan
interaksi denganc. ajarkan ketrampilan koping
keluarga selama efektif yang digunakan untuk
3X24jam, klien penangannan klien perilaku
mendapat dukungan dari kekerasan
keluarganya dengand. berikan konseling pada
kriteria: keluarga
a. Keluarga mengenal e. bantu keluarga memilih untuk
penanganan klien menentukan dalam penanganan
dengan perilaku klien dengan perilaku kekerasan
kekerasan f. fasilitasi pertemuan keluarga
b. Keluarga dapat dengan pemberi perawatan
menyebutkan g. beri kesempatan pada keluarga
penanganan klien untuk mendiskusikan cara yang
dengan perilaku dipilih
kekerasan h. anjurkan pada keluarga untuk
c. Keluarga memutuskan menerapkan cara yang dipilih
memberikan bantuan
yang adaptif pada klien
dengan perilaku
kekerasan
d. Keluarga menerapkan
cara yang dipilih untuk
membantu merubah
perilaku klien
e. Klien mampu
memanfaatkan
dukungan keluarga
untuk merubah
perilakunya.
3.Isolasisosial
a. Klien mendapat
dukungan keluarga
selama dalam
perawatan
b. Klien mampu
mengungkapkan
perasaannya,
keinginan dan
harapannya dari
dukungan
keluarganya
e. Keluaraga mengerti
dan mampu
menjelaskan kembali
cara perawatan klien
dengan isolasi sosial